array(1) {
  [0]=>
  object(stdClass)#49 (6) {
    ["_index"]=>
    string(7) "article"
    ["_type"]=>
    string(4) "data"
    ["_id"]=>
    string(7) "3110581"
    ["_score"]=>
    NULL
    ["_source"]=>
    object(stdClass)#50 (9) {
      ["thumb_url"]=>
      string(112) "https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/750x500/photo/2022/01/24/thumbnail-intisariplus-buku-per-20220124073704.jpg"
      ["author"]=>
      array(1) {
        [0]=>
        object(stdClass)#51 (7) {
          ["twitter"]=>
          string(0) ""
          ["profile"]=>
          string(0) ""
          ["facebook"]=>
          string(0) ""
          ["name"]=>
          string(17) "Dorothy L. Sayers"
          ["photo"]=>
          string(0) ""
          ["id"]=>
          int(9365)
          ["email"]=>
          string(19) "intiplus-9@mail.com"
        }
      }
      ["description"]=>
      string(56) "Pencurian mutiara terbongkar karena lantai yang kinclong"
      ["section"]=>
      object(stdClass)#52 (7) {
        ["parent"]=>
        NULL
        ["name"]=>
        string(8) "Kriminal"
        ["description"]=>
        string(0) ""
        ["alias"]=>
        string(5) "crime"
        ["id"]=>
        int(1369)
        ["keyword"]=>
        string(0) ""
        ["title"]=>
        string(24) "Intisari Plus - Kriminal"
      }
      ["photo_url"]=>
      string(112) "https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/945x630/photo/2022/01/24/thumbnail-intisariplus-buku-per-20220124073704.jpg"
      ["title"]=>
      string(22) "Benalu Berbuah Mutiara"
      ["published_date"]=>
      string(19) "2022-01-28 19:56:44"
      ["content"]=>
      string(17141) "

Intisari Plus - Sir Septimus Shale bukan termasuk orang yang banyak cingcong. Istrinya yang jauh lebih muda itu diberinya kebebasan penuh. Sir Septimus tidak peduli rumahnya yang kuno itu diberi perabot modern, la juga tidak melarang istrinya berteman dengan para seniman dan penyair yang antitata bahasa. Bahkan ia tidak keberatan istrinya berdandan menor.

Namun, setahun sekali, pada saat Natal, istrinya harus menuruti kehendaknya. Sir Septimus bersikeras agar Natal dirayakan secara tradisional. Ia akan membawa keluarganya ke rumahnya yang lain, yang berada di luar kota. Para pelayan diperintahkan menggantungkan daun-daunan dan buah-buahan hiasan Natal di lampu-lampu. Radiator listrik disuruhnya cabut dari perapian, untuk digantikan dengan kayu bakar. Lalu dikumpulkannya keluarganya dan teman-teman untuk dijamu dengan makanan Natal gaya zaman baheula.

Setelah memaksa mereka menelan makanan mode zaman bedil sundut itu, mereka diajaknya main tebak-tebakan, lalu diakhiri dengan main sembunyi-sembunyian di dalam gelap. Karena Sir Septimus kaya-raya, tamu-tamunya menurut saja. Mungkin ada juga yang merasa bosan, tetapi mereka tidak menyatakannya.

Kebiasaan lain yang dilakukan oleh Sir Septimus setiap malam Natal ialah menghadiahkan sebutir mutiara kepada putrinya, Margharita, yang kebetulan berulang tahun tanggal 24 Desember. Walaupun mutiara itu tidak terlalu besar, yaitu cuma lebih besar sedikit dari kacang polong, tetapi kualitasnya tinggi. Tidak heran kalau kalung milik Margharita sampai masuk kolom gosip di koran-koran.

 

Hai, mana kalungmu?

Malam Natal itu Sir Septimus menyerahkan mutiara yang ke-21 butir. Penyerahan dilakukan dalam pesta yang dimeriahkan dengan dansa dan pelbagai pidato.

Keesokan malamnya, tanggal 25 Desember, ada perjamuan lagi, walaupun tamunya cuma sebelas orang. Mereka itu: John Shale (adik Sir Septimus) dengan istrinya dan anak mereka, Henry dan Betty; Oswald Truegood (tunangan Betty) yang berambisi menjadi anggota parlemen; George Comphrey (kemenakan Lady Shale) yang berumur 30-an; Lavinia Prescott (teman George); Trivett (teman Henry); Richard, dan Beryl Dennison (kerabat jauh Lady Shale) yang hidup berfoya-foya di kota tanpa seorang pun tahu dari mana sumber keuangannya. Masih ada seorang lagi: Lord Peter Wimsey, bujangan putra almarhum Duke of Denver yang kaya-raya. la diundang dengan harapan akan tertarik pada Margharita.

Selain mereka hadir pula sekretaris Sir Septimus, yaitu William Norgate dan sekretaris Lady Shale, Nona Tomkins. Tanpa kehadiran dua orang yang terakhir itu, pesta Natal tidak akan terselenggara dengan lancar.

Sesudah menyantap sop, ikan, kalkun, daging panggang, puding, kue-kue, buah-buahan, dan meneguk lima macam anggur, sebagian orang merasa ingin sekali buru-buru mencium bantal. Margharita yang di lehernya terkalung mutiara pun sudah kelihatan lelah. Tetapi tuan rumah masih ingin mengajak tamu-tamunya mengikuti pelbagai permainan di ruang duduk yang terletak di tingkat kedua. Permainan itu dari tahun ke tahun hampir sama saja.
Mula-mula mereka main "berebut kursi", diiringi oleh permainan piano Nona Tomkins. Selesai "berebut kursi", mereka "berburu sandal". Siapa lagi yang kebagian menyediakan sandal untuk disembunyikan lalu dicari-cari kalau bukan Nona Tomkins.

Setelah itu mereka main "DumbCrambo". Dalam permainan ini ada orang yang kebagian pura-pura bisu. la harus "menerjemahkan" sejumlah kata dengan gerakan-gerakan, sementara yang lain mencoba menerka apa yang dimaksudkannya.

Setelah permainan yang penuh gerak itu, William Norgate mengusulkan agar mereka main permainan yang tidak terlalu melelahkan. Sir Septimus memilih main tebak-tebakan lain yang sifatnya lebih tenang. Nama permainan itu: "Binatang, Sayuran atau Mineral". Setelah itu rencananya mereka akan main sembunyi-sembunyian.

Orang yang mendapat giliran terakhir untuk menebak dalam permainan "Binatang, Sayuran dan Mineral" adalah Oswald Truegold. la dikurung dulu di ruangan sebelah, sementara yang lain merundingkan benda apa yang harus ditebak 'oleh Truegold.

Pada saat itulah Sir Septimus tiba-tiba berseru kaget, "Hai, Margy! Mana kalungmu?"

Putrinya tenang-tenang saja.

"Tadi saya lepaskan, Ayah, Takut putus dipakai main "Dumb Crambo". Tuh ada di meja. Eh, mana dia? Disimpan Ibu, ya?"

"Tidak!" jawab ibunya cemas.

"Kalau ibu lihat sih pasti ibu simpankan. Ceroboh betul sih, kamu!"

"Eh, barangkali Ayah bergurau, nih. Disembunyikan Ayah, ya?"

Sir Septimus menyangkal keras. Semua orang segera mencari. Diruang yang rapi dan tidak penuh sesak oleh perabot itu tidak banyak tempat untuk menyembunyikan kalung.

Setelah sepuluh menit mencari tanpa hasil, Richard Dennison yang tadi duduk dekat dengan meja jadi tampak serba salah.

"Wah, sangat tidak enak nih bagi saya," keluhnya kepada Wimsey.

Semua digeledah

Saat itu Oswald Truegold yang "disimpan" di ruangan sebelah, menjengukkan kepalanya dari pintu. "Lama betul, sih!" katanya.

Orang-orang lain baru ingat kepada Truegold yang terlupakan dan juga ingat bahwa dalam permainan "Dumb Crambo" tadi mereka mempergunakan juga ruangan sebelah. Ruang itu pun ikut diperiksa dengan saksama. Siapa tahu Margharita tadi lupa meletakkan kalungnya di sana.

Setelah setengah jam mencari, tetap saja kalung itu tidak ditemukan.

"Mestinya ada di salah satu dari ruangan ini," kata Wimsey.

"Ruangan sebelah tak punya pintu, sedangkan tak satu pun dari kita keluar dari ruang duduk ini."

Sementara itu jendela-jendela yang berdaun tebal terkunci rapat. Akhirnya William Norgate yang efisien memberi usul, "Saya kira, Sir Septimus, beban pikiran kita akan hilang kalau kita semua digeledah."

Sir Septimus kaget. Sungguh tak pantas tamu-tamunya digeledah. Namun, para tamunya malah menyokong usul Norgate. Jadi pintu pun dikunci, lalu semua digeledah. Kaum pria di ruang duduk, sedangkan kaum wanita di ruangan sebelah.

Hasilnya tetap nihil. Cuma saja ketahuan isi kantung masing-masing. Lord Peter Wimsey membawa-bawa catut, kaca pembesar, dan meteran yang bisa dilipat. la memang terkenal sebagai saingan Sherlock Holmes. Oswald Truegold membawa-bawa dua pil untuk menambah darah, yang dibungkusnya di secarik kertas. Henry Shale mengantungi buku saku The Odes of Horace, sedangkan John Shale berbekal Win merah untuk menyegel, sebuah jimat kecil, dan uang logam 5 shilling.

George Comphrey membawa gunting lipat dan tiga kotak gula! Gula itu jenis yang biasa disuguhkan di restoran-restoran dan restorasi kereta api. Apakah itu gejala kleptomania? Norgate yang efisien itu di luar dugaan membawa-bawa sekelos benang putih, tiga utas tali, dan dua belas peniti yang tercocok di kartu. Orang lain baru maklum ketika mengingat bahwa sekretaris Sir Septimus itu bertugas mengawasi dekorasi ruangan.

Semua jadi terbahak-bahak ketika giliran Richard Dennison digeledah. Soalnya, ia membawa-bawa kotak bedak dan setengah kentang. Konon kentang itu penangkal encok, sedangkan benda yang lain milik istrinya.

 

Seperti anjing pelacak

Di ruangan tempat wanita, penemuan malah lebih gawat lqgi. Nona Tomkins membawa buku ramalan garis tangan, tiga jepit rambut, dan foto bayi. Beryl Dennison membawa kotak rokok yang memiliki ruang rahasia. Sebuah surat yang sangat pribadi ditemui di pakaian Lavinia Prescott. Betty Shale membawa catut pencabut alis dan sebungkus puyer putih. Katanya, obat sakit kepala.

Semua tegang ketika di tas Joyce Trivett ditemukan seuntai mutiara. Namun, segera ketahuan bukan itu yang mereka cari. Mutiara itu selain kecil-kecil juga sintetis. Penggeledahan tidak memberi hasil yang diinginkan.

Lalu ada yang mengusulkan agar Sir Septimus memanggil polisi. Sir Septimus jelas tidak mau, sebab ia tidak ingin menjadi bahan berita. Ia yakin kalung mutiara itu masih ada di sana. Jadi sebaiknya diperiksa lagi dengan saksama.

"Ehm, apakah Lord Peter Wimsey yang banyak pengalaman dalam, ehm, peristiwa-peristiwa misterius bisa menolong?" tanyanya.

"Eh?" sahut Wimsey. "Oh, tentu, tentu." Yang lain memberi dukungan.

"Saya coba, ya?" katanya.

"Apakah Anda sekalian keberatan kalau Anda semua duduk di ruangan lain? Tapi saya minta Sir Septimus mendampingi saya sebagai saksi."

Semua tak keberatan. Wimsey menggiring mereka ke ruangan lain, lalu bersama Sir Septimus memeriksa ruang tamu dan ruangan di sebelahnya sekali lagi. Ia bukan cuma merangkak-rangkak di lantai, tetapi juga menengadah ke langit-langit.

Ketika ia merangkak-rangkak itu Sir Septimus cuma bisa berjalan mengikuti di belakang. Adegan itu mirip anjing yang sedang diajak berjalan-jalan oleh tuannya. Tak ada sejengkal lantai pun dan tak ada sebuah sudut pun dilewatkan. Di kamar sebelah, pakaian-pakaian yang ada diperiksa satu demi satu. Hasilnya tak ada.

Akhirnya Wimsey telungkup di lantai, mengintip ke kolong sebuah lemari baja, yaitu satu-satunya perabot berkaki pendek di sana. Tampaknya ada sesuatu yang menarik perhatiannya. Ia menggulung lengan bajunya dan berusaha menjangkau sesuatu yang terletak jauh di kolong. Ketika ia tidak berhasil mencapai benda yang ia inginkan, dikeluarkannya meteran lipat dari sakunya untuk dijadikan alat penolong. Ternyata benda yang ia keluarkan itu sebatang jarum. Bukan jarum biasa, melainkan jarum yang halus, mirip yang dipakai oleh ahli serangga untuk menancapkan binatang koleksi mereka yang kecil-kecil. Panjangnya paling-paling 2cm. Ujungnya lancip dan pentulnya kecil.

"Astaga! Apa, sih itu?"

"Ada pengumpul kumbang atau serangga di sini?" tanya Wimsey sambil memeriksa benda itu.

"Saya yakin tidak ada. Coba saya tanyakan."

"Jangan!" cegah Wimsey. La memandang ke lantai yang licin berkilat, yang memantulkan wajahnya.

"Ah, sekarang saya tahu di mana mutiara-mutiara itu," kata Lord Peter Wimsey tiba-tiba. "lapi saya tak tahu siapa yang mengambilnya. Harap jangan Anda katakan kepada siapa-siapa kita menemukan jarum ini. Persilakan saja semua tamu untuk kembali ke kamar masing-masing. Tolong kunci ruangan ini dan simpan kuncinya. Sebelum sarapan nanti kita tangkap malingnya."

 

Jadi centeng
Walaupun Sir Septimus merasa tercengang, ia menurut. Malam itu Lord Peter Wimsey bergadang mengamat-amati pintu ruang tamu. Tak seorang pun datang ke dekat tempat itu. Lord Wimsey membuat catatan: Dalam permainan tebak-tebakan "Binatang, Sayuran, dan Mineral", mereka masing-masing mendapat kesempatan berada sendiri dalam ruangan sebelah. Cuma Joyce Trivett dan Henry Shale yang masuk berdua. Lady Shale, Margharita, dan Wimsey tidak kebagian masuk ke sana.

Siapakah yang kira-kiranya di antara sebelas orang yang paling naksir kalung? Semua, kecuali Sir Septimus. Kedua sekretaris selama ini bisa dipercaya, tapi bukan tak mungkin mereka menginginkan benda berharga itu. Suami-istri Dennison terkenal besar pasak daripada tiang. Betty Shale membawa puyer putin yang misterius. Obat bius? Di kota ia juga bergaul di kalangan orang-orang yang tak terlalu bersih. Henry tampaknya "tak berbahaya", tapi siapa tahu Joyce Trivett mendorongnya? Comphrey diketahui pernah berspekulasi dan Oswald Truegold sering taruhan dalam pacuan-pacuan kuda.

Ketika para pelayan sudah muncul, Wimsey berhenti mencentengi pintu. Ia pergi ke tempat sarapan. Ternyata ia sudah didahului Sir Septimus, istrinya, dan anaknya. Tak lama kemudian tamu-tamu lain muncul. Suasana agak kikuk. Seakan-akan sudah berjanji, tak seorang pun menyebut-nyebut soal kalung.

 

Nanti membawa sial

Sehabis sarapan, Oswald Truegold-lah orang pertama yang berani bertanya, "Malingnya tertangkap, Wimsey?"

"Belum," jawab Wimsey dengan acuh tak acuh.

Sir Septimus yang sudah bersekongkol dengan Wimsey lantas berkata.

"Sungguh menyebalkan. Hmm! Tak ada jalan lain daripada melapor kepada polisi, saya kira."

"Pada hari Natal pula! Hmmm! Merusakkan suasana. Rasanyamuak melihat hiasan ini semua," katanya seraya menunjuk ke kertas-kertas warna dan dedaunan hijau yang menghiasi dinding.

"Angkat sajalah! Hr'rm! Bakar!"

"Ah, jangan. Sayang!" kata Joyce. "Kita 'kan sudah bersusah-susah mengerjakannya."

"Biarkan saja, Paman," kata Henry Shale. "Paman terlalu memikirkan mutiara itu. Pasti nanti ketemu."

"Anda ingin James dipanggil untuk membenahinya?" tanya Norgate, sang sekretaris.

"Tidak usah!" kata Comphrey.

"Kita saja yang membereskannya. Kita perlu menyibukkan diri untuk melupakan kerisauan."

"Baik!" kata Sir Septimus.

"Mulai saja sekarang! Sebal!" Ia merenggut sebuah cabang tanaman holly dari atas perapian dan melemparkannya ke api. Segera juga lidah api menjilat-jilat.

"Bagus buat kayu bakar," kata Richard Dennison. Ia melompat untuk merenggut mistletoe (benalu yang berdaun dan berbunga kekuning-kuningan serta berbuah putih bulat-bulat) dari lampu gantung.

"Eh, nanti membawa sial kalau diturunkan sebelum tahun baru," komentar Nona Tomkins.

"Itu 'kan cuma takhayul. Semua kita turunkan, dari atas tangga dan di ruang tamu juga."

"Tidak. Lord Peter bilang mutiaranya tak ada di situ. Pintu ruang tamu sekarang sudah dibuka. Ya, 'kan Wimsey?"

"Ya. Mutiaranya sudah dibawa pergi dari sini. Saya belum tahu bagaimana. Tapi saya yakin. Saya pertaruhkan reputasi saya deh!" jawab Wimsey.

"Kalau begitu, ayo deh, Lavinia," ajak Comphrey. "Kau juga Dennison. Kita berlomba ke ruang tamu. Saya akan menangani ruangan di sebelahnya."

"Tapi 'kan polisi akan datang," kata Dennison. "Semua harus dibiarkan seperti semula."

"Persetan dengan polisi!" teriak Sir Septimus. "Mereka tak mau daun-daunan."

 

Dua puluh dua jarum pentul

Oswald Truegold dan Margharita sudah menjambreti holly dan daun ivy dari tangga sambil tertawa-tawa. Semua berpencar.

Wimsey diam-diam masuk ke ruang duduk yang sedang diobrak-abrik.

Didapatinya George Comphrey dan Lavinia Prescott sedang tertawa-tawa.

"Bantu, dong!" kata Lavinia kepada Wimsey. Wimsey diam saja. Ia menunggu sampai ruangan bersih lalu menemani mereka ke ruangan bawah. Api perapian sedang menjilat-jilat, karena mendapat umpan. Ia berbisik kepada Sir Septimus. Sir Septimus mendekati George Comphrey dan menyentuh bqhunya. "Lord Peter ingin berbicara denganmu, Nak," katanya. Comphrey terperanjat dan dengan enggan mengikuti Sir Septimus.

"Pak Comphrey," kata Wimsey. "Saya kira ini milik Anda," katanya seraya mengangsurkan telapak tangannya. Di situ ada 22 jarum halus berpentul kecil.

"Untung Anda menyadari kehilangan kalung itu sebelum permainan sembunyi-sembunyian. Kalau kehilangan ketahuan setelah itu, artinya ruangan yang harus kita selidiki lebih banyak lagi. Lagi pula mustahil pintu semua ruangan mesti kita kunci. Si pencuri akan lebih leluasa mengambilnya dari tempat persembunyian," kata Wimsey setelah semuanya beres.

"la pernah hadir pada pesta Natal sebelumnya dan tahu pasti akan ada tebak-tebakan "Binatang, Sayuran, dan Mineral".Jadi ia menyediakan jarum. Ketika Nona Shale mencopot kalung pada saat main 'Dumb Crambo', ia mendapat kesempatan. Ia cuma tinggal menyambar kalung dari meja pada saat mendapat giliran masuk ke ruangan sebelah. Sedikitnya ia mempunyai waktu lima menit untuk sendirian di sana, yaitu pada saat menunggu kita merundingkan kata apa yang harus ditebaknya.

“Ia memutuskan benang dengan pisau sakunya, lalu membakar benang-benang itu di perapian. Mutiara-mutiara ditancapkannya ke benalu dengan jarum. Benalu itu tergantung tinggi di lampu gantung, tetapi ia bisa mencapainya dengan berdiri di meja kaca, yang bisa diseka agar tidak meninggalkan bekas. Ia yakin pasti tidak ada orang yang ingat memeriksa benalu. Mutiara-mutiara itu 'kan mirip buah benalu. Saya tidak teringat untuk memeriksanya kalau saja tidak ada sebatang jarum pentul yang jatuh. Jarum pentul itu membuat saya berpikir: jangan-jangan kalung itu sudah digunting benangnya dan mutiaranya disimpan tidak dalam bentuk untaian lagi. Saya mengambil benalu itu semalam dan menemukan semua mutiara di sana. Kaitan kalung pun ada di situ, di antara daun-daunan. Ini dia!"

"Saya tahu Comphrey-lah orang yang kita cari ketika ia mengusulkan agar kita membereskan sendiri dekorasi Natal dan ia memilih ruangan sebelah. Ia pasti kaget sekali ketika melihat mutiara yang disembunyikannya sudah hilang."
"Anda segera tahu mutiara itu tergantung di benalu ketika Anda menemukan jarum?" tanya Sir Septimus.

"Ya."

"Tapi 'kan waktu itu Anda sama sekali tidak menengadah."

"Oh, saya melihat pantulannya di lantai yang hitam berkilat. Saat itu saya heran, kok buah benalu mirip betul mutiara," jawab Lord Peter Wimsey. (Dorothy L. Sayers)

" ["url"]=> string(67) "https://plus.intisari.grid.id/read/553110581/benalu-berbuah-mutiara" } ["sort"]=> array(1) { [0]=> int(1643399804000) } } }