array(1) {
  [0]=>
  object(stdClass)#49 (6) {
    ["_index"]=>
    string(7) "article"
    ["_type"]=>
    string(4) "data"
    ["_id"]=>
    string(7) "3117179"
    ["_score"]=>
    NULL
    ["_source"]=>
    object(stdClass)#50 (9) {
      ["thumb_url"]=>
      string(112) "https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/750x500/photo/2022/01/28/thumbnail-intisariplus-buku-per-20220128061634.jpg"
      ["author"]=>
      array(1) {
        [0]=>
        object(stdClass)#51 (7) {
          ["twitter"]=>
          string(0) ""
          ["profile"]=>
          string(0) ""
          ["facebook"]=>
          string(0) ""
          ["name"]=>
          string(9) "Kurt John"
          ["photo"]=>
          string(0) ""
          ["id"]=>
          int(9369)
          ["email"]=>
          string(20) "intiplus-13@mail.com"
        }
      }
      ["description"]=>
      string(64) "Bukti yang minim namun tak umum bisa jadi pintu pemecahan kasus."
      ["section"]=>
      object(stdClass)#52 (7) {
        ["parent"]=>
        NULL
        ["name"]=>
        string(8) "Kriminal"
        ["description"]=>
        string(0) ""
        ["alias"]=>
        string(5) "crime"
        ["id"]=>
        int(1369)
        ["keyword"]=>
        string(0) ""
        ["title"]=>
        string(24) "Intisari Plus - Kriminal"
      }
      ["photo_url"]=>
      string(112) "https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/945x630/photo/2022/01/28/thumbnail-intisariplus-buku-per-20220128061634.jpg"
      ["title"]=>
      string(28) "Kerah Kemeja Pembuka Rahasia"
      ["published_date"]=>
      string(19) "2022-01-28 19:57:04"
      ["content"]=>
      string(26533) "

Intisari Plus - Hari menjelang malam di West Allis, daerah terpencil di luar Milwaukee, AS. Albert Birmingham, yang tinggal bersama istri dan ketujuh anaknya di Nr. 2246 South Sixty Street, sedang bersiap-siap menuju ke tempat kerjanya. Suami-istri Albert dan Catherine Birmingham memang harus bekerja keras untuk kelangsungan hidup keluarganya. Istrinya bekerja mulai pukul 15.00 sampai tengah malam. Sedangkan dia sendiri dari pukul 19.00 - 03.00.

Pukul 18.00, tanggal 10 Februari 1949 itu, sebelum Albert berangkat, Kathleen (18), putri sulungnya yang biasa menggantikan tugas ibunya selama bekerja, sempat berbicara dengan ayahnya.

Kathleen yang biasa dipanggil Kay, menyatakan kerisauannya, karena Patricia, adik perempuannya, belum juga kembali. Biasanya pada jam-jam itu Pat sudah tiba di rumah. Setiap sore memang Pat ikut kursus memasak di sekolah dan hari itu rencananya dia akan membawa hidangan daging yang dibuat dalam kursus itu. Albert waktu itu hanya minta agar Kathleen bersabar saja. Namun, seandainya sampai pukul 19.00 Pat belum juga kembali, maka Kay harus menelepon ibu mereka.

Setelah itu Albert pun pergi. Kay dan Eileen (13) mulai menutup meja untuk makan malam bagi tujuh orang: Kathleen, Pat, Eileen dan untuk saudara-saudaranya yang lebih kecil, Rosemary, Nancy, Tommy, dan Danny.

Beberapa menit lewat pukul 19.00, Ruth Miller, sahabat Pat, datang menjemputnya. Mereka sudah berjanji untuk. bersama-sama pergi ke tempat olahraga, Ruth merasa keheranan mendengar Pat belum kembali. Karena mereka tadi di sekolah bersama-sama. Ruth memang tahu kalau seusai sekolah, Pat akan menemui seseorang, yaitu Milton Babich, pacar Kathleen. Setiap orang, juga orang tuanya, sudah mengetahui kalau Milton dan Kay sudah bertunangan dan akan menikah begitu si pemuda simpatik, rajin, dan perkasa itu menyelesaikan sekolahnya.

Milton yang berbakat itu kuliah di sebuah universitas. Di samping itu dia bekerja sebagai salesman di sebuah perusahaan sepatu dan uang yang diperolehnya itu ditabungnya di bank.

Setahu Ruth Miller, tujuan pertemuan Pat dengan Milton pada hari itu adalah Pat akan menjadi juru damai Milton dan Kay, karena mereka berdua kemarin bertengkar hebat.

Kay segera menelepon kekasihnya. Milton ternyata tidak di rumah. Baru pukul 20.00 Kay berjumpa dengan Milton. Milton baru pulang mengantar ibunya berbelanja. Ternyata Milton hari itu juga tidak melihat Pat.

Kay kemudian menelepon Cornelius Holbert, pacar Pat yang baru. Corny temyata juga tidak tahu di mana Pat, kebetulan dia hari itu juga tidak ada janji dengan Pat. Walau demikian dia berjanji akan segera datang.

 

Gara-gara ada wanita bunuh diri

Hari semakin gelap. Kay makin risau memikirkan adiknya itu. Dia kemudian menelepon ibunya, yang berjanji akan segera kembali ke rumah dan melapor kepada polisi.

Kapten Polisi John Sweeney dari Kantor Polisi West Allis ketika menerima laporan kehilangan itu menanggapinya tidak begitu serius. Dari seratus kasus kehilangan remaja, 99 kasus di antaranya tidak perlu dianggap serius. Karena gadis-gadis yang dilaporkan hilang itu biasanya tidak lama kemudian akan muncul lagi tanpa cedera. Sebagai gadis Milwaukee yang sedang mekar-mekarnya, mungkin Pat tertarik untuk mengunjungi kota metropolitan Chicago dan bersembunyi di sana.

Albert dan Catherine Birmingham, orang-orang sederhana yang mendidik anak-anaknya dengan baik, dan teratur, tentu saja tidak bisa menerima teori itu.

Akhimya kapten polisi malam itu juga mengorganisasikan pencarian Pat. Kay, Milton Babich, dan pacar Pat, Corny Holbert, juga teman-teman Pat yang lain ikut membantu mencari Pat di West Allis. Seluruh pelosok Milwaukee ditelusuri, meningkat ke seluruh daerah Wisconsin, bahkan sampai ke negara bagian tetangga, Illinois. Akhirnya sampai seluruh Amerika ikut mencari Pat Birmingham. Namun, tidak satu pun petunjuk ditemukan.

Pada awal bulan Maret, datang dua tentara ke Kantor Polisi Chicago untuk melapor. Mereka sepertinya melihat seorang gadis yang mirip dengan ciri-ciri Pat Birmingham di sebuah bar kecil yang terletak agak di luar kota. Namun, Pat tidak bisa ditemukan di sana. Orang semula mengira yang dilihat kedua tentara tadi kemungkinan besar benar Pat.

Pada tanggal 20 Maret, keadaan menjadi jelas bahwa Pat memang tidak berada di Chicago. Pada hari itu polisi dan orang-orang yang lewat di sekitar S. Milwaukee sedang berusaha menyelamatkan seorang wanita yang berusaha bunuh diri di sungai itu. Dengan tongkat dan jaring dari atas perahu mereka berusaha menyelamatkan Florence Wynn (43), yang berasal dari tempat terpencil di Wisconsin.

Usaha mereka sia-sia. Namun, ketika tim pemadam kebakaran datang untuk mengangkut mayat Wynn, terjadi sesuatu di luar dugaan. Yang kena jaring bukan Florence Wynn, melainkan mayat seorang gadis belia.

Walau jaring untuk mengangkutnya rusak akibat terlalu beratnya mayat itu, tapi mereka berhasil membawa mayat itu ke daratan. Kaki mayat itu diikat pada sebuah balok semen. Orang yang menyaksikan mayat itu tidak ada yang mengenali tubuh yang sudah setengah hancur itu.

 

Kerah kemeja yang dibalik

Kapten Polisi Adolp Kraemer dan Polisi Ray Gutowski datang memeriksa penemuan yang mengerikan itu. Setelah diselidiki, ternyata korban meninggal bukan karena tenggelam. Kepala korban ditembus dua peluru. Satu peluru bersarang di belakang telinga kirinya, sedangkan yang satu lagi menembus pipi kiri ke atas.

Kapten Polisi Kraemer segera teringat pada kasus dari West Allis. Dia segera mencari berkas-berkas mengenai Pat Birmingham. Ternyata semua cocok: tinggi badan 1,62 m, rambut cokelat tua, juga pakaiannya sesuai.

Dengan hati-hati balok semen yang diikat pada kaki korban dengan kawat dan robekan kain berwarna putih itu dilepaskan. Kraemer memperkirakan, potongan kain itu berasal dari sebuah kemeja pria. Untuk sementara, bahan kemeja inilah satu-satunya yang bisa dijadikan petunjuk untuk mencari pelaku kekejaman itu.

Jelas tampak, kerah kemeja itu pernah dilepaskan, kemudian dibalik, dan dijahit kembali, seperti yang dilakukan para penjahit yang baik. Jahitannya pun sangat rapi.

Seluruh berkas keterangan yang masuk sejak tanggal 10 Februari di Kantor Polisi West Allis diperiksa kembali. Keterangan yang masuk tepat pada hari hilangnya Pat mendapat perhatian khusus, siapa teman-temannya waktu itu, apakah di dalam keterangan mereka ada yang mencurigakan, dsb.

Kapten Polisi Kraemer juga membaca dengan saksama semua kesaksian orang yang ada hubungannya dengan korban. Kraemer harus menyampaikan penemuan yang mengerikan itu pada kedua orang tua Pat dan minta mereka mengidentifikasi pakaiannya. Sudah pasti bagi Kraemer dia menghadapi kasus pembunuhan. Untuk itu dia minta pada semua pihak untuk memberikan sekali lagi keterangan mereka mengenai apa yang terjadi pada tanggal 10 Februari itu.

Sebenarnya yang ingin diwawancarainya adalah kakak Pat, Kathleen. Namun, ternyata tidak mungkin lagi, karena pada tanggal 17 Maret, yaitu tiga.hari sebelum ditemukannya mayat Pat. Kathleen dan Milton telah meninggalkan West Allis. Di mana mereka sekarang berada tidak ada yang tahu, termasuk keluarga Birmingham. Hanya ada satu surat yang ditinggalkan Kathleen untuk kedua orang tuanya sebelum dia pergi:

"Ayah dan Ibu yang baik, Bila Ayah dan Ibu membaca surat ini, saya dan Milton sudah menjadi suami-istri. Kami harap ini tidak membuat kalian risau dan bingung, sebagaimana yang Ayah dan Ibu alami pada Pat. Kalian tidak perlu merisaukan kami. Kami sadar apa yang kami lakukan dan tentu saja kami akan terus mengontak kalian.

Saat ini kami belum punya alamat yang pasti, karena kami belum menentukan akan tinggal di mana. Tapi kami segera akan mengabarkannya bila kami sudah mendapatkannya ...."

Dalam surat itu juga Kathleen minta kepada ibunya untuk mengambilkan honor mingguannya dari tempat kerjanya di sebuah perusahaan kaus, agar bisa membayar sejumlah utang yang tidak seberapa.

Kathleen belum lagi berusia 18 tahun. Menurut hukum di negara bagian Wisconsin, orang belum boleh menikah sebelum mencapai usia itu. Karena itu Kraemer minta agar orang tua Kathleen membuat pengumuman bahwa Milton Babich "melarikan" putrinya yang masih di bawah umur itu. Polisi ingin pasangan itu segera kembali ke Milwaukee untuk diwawancarai.

Kathleen merupakan saudara yang hubungannya paling dekat dengan Pat. Mereka tidur sekamar. Diperkirakan, Kay pasti tahu banyak mengenai Pat. Tentunya Milton Babich juga dapat memberikan informasi yang penting.

Namun orang tua Pat, yang sudah membicarakan permintaan Kraemer pada orang tua Babich, tidak setuju dengan permintaan polisi. Menurut mereka, toh Milton dan Kathleen sudah bertunangan dan putri mereka juga dalam waktu dekat akan berusia 18 tahun. Jadi mengapa mereka harus menuruti kemauan polisi, bila hal itu sudah mereka yakini? Menurut Catherine dan Albert Birmingham, tanpa kedua pasangan muda itu pun penyelidikan terhadap pembunuhan itu bisa berlangsung terus.

Dari hasil autopsi mayat Pat, diketahui bahwa tidak ada unsur kekerasan seksual. Peluru yang bersarang pada tulang baji korban segera diperiksa pada bagian balistik. Ternyata berasal dari pistol kaliber 6,7 mm.

Kraemer segera mengerahkan para detektif ke seluruh tempat penjualan senjata di Milwaukee, terutama di West Allis serta daerah-daerah di sekitarnya, untuk menyelidiki siapa kiranya yang minggu-minggu atau bulan-bulan sebelum tanggal 10 Februari membeli pistol kaliber tersebut.

Teman-teman sekolah maupun teman di luar sekolah Pat kembali didengar keterangannya. Pertanyaan juga ditekankan pada siapa di antaranya yang pernah memperoleh kesempatan membawa mobil orang tuanya, karena letak muara S. Milwaukee, tempat mayat Pat ditemukan, dari West Allis jaraknya lebih dari 15 km.

Balok semen yang diikatkan pada kaki Pat juga diselidiki. Mereka ingin mengetahui dari bangunan mana asal batu itu. Polisi memperhatikan tempat bangunan-bangunan, para kuli yang bekerja di bangunan pun diperhatikan dengan saksama. Namun, tampaknya tidak ada yang patut dicurigai dan tidak ditemukan satu petunjuk pun.

Milton Babich mempunyai seorang kakak laki-laki yang juga mahasiswa. Victor Babich namanya, 21 tahun, yang siap membantu Kapten Polisi Kraemer dengan memberikan segala macam keterangan. Victor-lah yang dipercayai oleh adiknya, sebelum adiknya itu mengambil keputusan untuk membawa Kathleen diam-diam meninggalkan Wisconsin.

Menurut Victor, kemungkinan besar pasangan itu berada di Michigan. Di negara bagian itu, orang sudah diperbolehkan menikah pada usia 17 tahun. Victor dan Milton bersama-sama mempunyai uang dalam satu tabungan di bank. Dengan persetujuan Victor, Milton telah mengambil sejumlah 1.400 dolar, yaitu jumlah yang melebihi simpanannya sendiri. Victor sama sekali tidak keberatan. Karena ini akan dikembalikan oleh Milton bila dia sudah bekerja nanti.

Menurut Victor, Milton jarang membawa calon istrinya ke rumah orang tuanya. Kedua orang tua Milton imigran dari Yugoslavia, sedikit kolot, dan hanya bisa berbicara bahasa Inggris kasar. Victor juga tidak merasa aneh kalau adiknya menghilang bersama Kathleen. Ketika baru berusia 19 tahun, dia juga pemuda yang berambisi dan berkemauan keras.

"Apa Anda memiliki alamat mereka?" tanya Kraemer. Ternyata Victor juga tidak memilikinya.

"Apakah Milton biasa mengendarai kendaraan orang tuanya?" lanjut Kraemer. Victor membenarkan. Milton memang sering membawa mobil orang tuanya, sebuah Dodge.

 

Pemuda Italia yang mencurigakan

Pada hari berikutnya, surat-surat kabar Milwaukee ramai memuat berita tentang penemuan mayat Patricia Birmingham. Pada tanggal 22 Maret, Kraemer ditelepon seorang gadis berusia 19 tahun, Lucille Dentice. Dia bekerja sebagai penjaga toko ayahnya di dekat rumah keluarga Birmingham. Menurut Lucille, mungkin keterangannya bisa berguna bagi polisi.

Kraemer mengutus seorang detektif berpengalaman, Franz Zajdel, ke rumah Lucille Dentice. Si pria simpatik yang tidak tampak seperti polisi itu tahu persis bagaimana caranya menghadapi seorang gadis.

Lucille Dentice mengatakan dia melihat Pat pada tanggal 10 Februari lalu itu, beberapa menit sebelum pukul 16.00.

"Di mana?" tanya Zajdel.

"Di sini, di depan toko. Dia lewat, jelas sekali saya lihat dia."

Zajdel memperhatikan arah yang ditunjuk. Kemudian ia menunggu cerita Lucille selanjutnya, karena dia tahu masih ada yang ingin diceritakan gadis itu.

"Dia menuju arah yang sama dengan yang diambil Milton Babich dengan Dodge-nya beberapa menit sebelumnya. Sepuluh menit kemudian Milton lewat lagi menuju arah yang berlawanan."

"Apakah di dalam mobil dia masih sendiri?"

"Tidak," jawab Lucille, "ada seseorang duduk di sampingnya, tapi karena agak gelap, saya tidak dapat melihat dengan jelas siapa yang duduk di sebelahnya. Saya kira itu Pat, tapi saya juga tidak yakin."

Zajdel memberitahukan pengalaman Lucille yang menarik itu pada Kraemer. Pat dan Milton tinggal di daerah yang sama, jadi tidaklah aneh bila mereka terlihat jalan dalam waktu yang berbeda.

Selanjutnya polisi mulai memperhatikan para pemuda teman gadis Birmingham itu. Cornelius Holbert dan juga teman-teman sekolah Pat dan Kay, yang pernah mampir di rumah no. 2246 South Street itu, juga teman-teman seusia Pat, yang pernah diperlakukan buruk oleh Pat. Zajdel tahu, Pat itu kerap bersikap sinis terhadap teman wanita maupun pria. Gadis manis itu memang angkuh, sinis, dan suka menggoda para pemuda yang menarik perhatiannya.

Yang menarik perhatian Zajdel, ada seorang pemuda Italia yang memberi komentar tidak enak mengenai Pat. Beberapa kali Pat mengadakan pertemuan dengannya, sebelum Corny menggeser "kedudukannya". Namun, alibi pemuda tersebut pada tanggal 10 Februari itu kuat sekali.

Perhatian kemudian dialihkan pada Milton Babich, mengingat janjinya untuk bertemu dengan Pat. Tapi semua gambaran tentang pemuda itu baik.

"Dia mahasiswa teladan, serius, dan benar-benar bisa diandalkan," komentar seorang dosennya.

Kapten Polisi Sweeney teringat kembali pada catatan yang dibuatnya ketika Pat hilang dulu. Di sana tercantum bahwa Milton Babich-lah yang mengusulkan agar foto Pat dipasang di setiap koran, sehingga umum bisa memperoleh gambaran yang lebih baik.

Menurut Milton, dia memang akan bertemu dengan Pat setelah sekolah usai. Alasan pertemuan itu adalah karena pertengkarannya dengan Kay. Kemudian dia memutuskan untuk berbaikan sendiri dan minta maaf pada Kay, sehingga pertengkaran itu pun selesai.

Nyonya Catherine Birmingham juga ingat kalau pada tanggal 10 Februari itu, pada pukul 14.00, Milton datang ke toko tempat Kay setiap sore bekerja. Di sana mereka berbaikan kembali. Kay sendiri yang menuturkan ini pada ibunya.

Zajdel mencatat alamat toko itu dan mendatanginya. Seorang pelayan toko itu ada yang masih ingat akan peristiwa tersebut. Hari itu tadinya memang Kay tampak murung. Sampai sekitar pukul 14.00, ketika Milton Babich datang dan berbicara sebentar dengan Kay. Setelah itu Kay kembali tampak gembira. Dengan demikian berarti Milton tidak usah bertemu lagi dengan Pat.

Milton Babich juga sudah melaporkan pada Kapten Polisi Sweeney, apa saja yang dilakukannya setelah pertemuannya dengan Kay. Untuk memperoleh keterangan yang lebih lengkap, Zajdel mendatangkan kedua orang tua Babich.

Nyonya Babich bercerita, pada siang itu Milton mengantarkan dia berbelanja.

"Berapa lama dia membawa Anda?" tanya Zajdel.

"Dari sekitar pukul 15.00 - 16.00," jawab wanita yang tegas itu dalam bahasa Inggris yang kasar. "Tidak lama memang. Karena Milton harus mempersiapkan diri untuk pelajaran hari berikutnya."

"Apa memang dia itu dari dulu anak yang rajin?" tanya Zajdel, '"kan Milton tahu kalau dia sedang bertengkar dengan Kay?"

"Bagaimanapun Milton menomorsatukan sekolahnya," kata Ny. Babich bangga, "dan dia juga akan meneruskan sekolahnya walau sudah menikah dan bekerja kelak."

Tuan Fabian Babich yang pendiam hanya mengangguk, membenarkan apa yang dituturkan istrinya. Jelas sekali mereka sangat bangga pada putranya itu.
Kapten Polisi Kraemer membuka laci meja tulisnya dan mengeluarkan potongan kemeja yang ditemukan terikat pada kaki Pat.

"Nyonya Babich," kata Kraemer dengan tenang, "coba lihat jahitan kerah baju yang dibalik ini. Apa mungkin Anda mengenal orang yang mengerjakan ini?"

Ny. Babich mengambilnya dan memperhatikan potongan kain itu dengan saksama. Dengan keheranan, dia mengakui kalau itu-hasil jahitannya sendiri. Untuk menghemat, Ny. Babich sendiri yang memperbaiki baju suami dan anak-anaknya. Dia pula yang telah membalik kerah baju itu.

"Di mana kemeja itu sekarang?" tahya Zajdel.

"Oh, ... sekarang dipakai sebagai lap di garasi," ujar Ny. Babich.

Tuan Babich rupanya mulai menyadari apa hubungan potongan kain itu, wajahnya menjadi pucat. Dia juga tahu mengapa Zajdel minta ikut bersama mereka ke rumah dan pergi ke garasi untuk mencari kain lap itu.

Dari hasil penyelidikan Zajdel ke universitas tempat Milton kuliah, diketahui pada tanggal 11 Februari Milton menyatakan mengundurkan diri dan meminta kembali uang kuliahnya.

Kapten Polisi Kraemer dan Zajdel melaporkan hal itu pada Jaksa William J. McCauley dari bagian penyidikan kejahatan. McCauley pun siap mengeluarkan surat penangkapan terhadap Milton Babich. Foto Milton, Kathleen, dan juga Pat mulai disebarkan ke kantor-kantor polisi.

Pada hari Rabu, 23 Maret, seorang pedagang permata di Kalamazoo, Michigan, mengenali Milton dan Kathleen. Dalam laporannya, dikatakannya Milton Babich berada di tokonya bersama-sama teman wanitanya itu untuk membeli sepasang cincin kawin emas.

Juga seorang petugas bank mengenali foto Milton. Pemuda itu datang ke bank untuk membuka rekening. Dia menyetor uang 1.400 dolar. Namun, dalam penyelidikan ke hotel-hotel di Kalamazoo, tidak didapati tanda-tanda kedua orang itu, walaupun pada hari yang sama polisi Minneapolis, Minnesota, membuktikan kalau Milton berada di sebuah bank untuk memindahkan rekening banknya dari Kalamazoo. Dia memberi tahu petugas bank bahwa dia akan menetap di Minneapolis dan sudah menyewa sebuah tempat tinggal.

Segera keesokan harinya dikirim dua orang petugas polisi, Lawrence Papke dan Edward Mazurkiewicz, dari Milwaukee ke Minneapolis untuk menjemput pasangan muda itu dan sekalian memulangkan Kathleen ke Milwaukee. Kedua polisi itu sama sekali tidak menyinggung soal pembunuhan Pat.

Setiba di Milwaukee keduanya langsung dibawa ke kantor polisi. Karena Kay didapati tidak tahu banyak mengenai kasus pembunuhan itu, dia hanya mengalami sedikit tanya-jawab dan selanjutnya diperbolehkan pulang.

Sebaliknya, Milton terus dijejali pertanyaan. Sekali, dua kali, sepuluh kali dia disuruh menceritakan kapan, di mana, dan bagaimana dia melihat dan berbicara dengan Pat terakhir kali nya. Namun, jawaban Milton selalu sama seperti pengakuannya sebelumnya.

 

Interogasi sampai jauh malam

Jaksa McCauley kemudian menguji Milton.

"Menurut Ibu Saudara, Saudara akan pergi ke perpustakaan setelah mengantarnya pergi berbelanja. Padahal keesokan harinya Saudara melapor kepada sekretariat universitas, Saudara akan mengundurkan diri dan meminta kembali biaya kuliah. Apa alasan sebenarnya dari keputusan mendadak itu?'

Dikatakan oleh Milton bahwa keputusannya sama sekali tidak dibuatnya mendadak. Sudah sejak beberapa waktu yang lalu, dia dan Kathleen merencanakan untuk meninggalkan West Allis, memberanikan diri untuk menikah. Untuk itu Milton sudah menabung. Hilangnya Pat membuat rencana mereka diundurkan. Karena Kay ingin berada di samping orang tuanya di masa sedih itu. Baru pada bulan Maret terpikir oleh mereka untuk merealisasi rencana mereka itu.

Setelah didesak secara halus, dengan tersendat dan perlahan, Milton menjelaskan alasan pelarian mereka itu. Sekitar hari Natal yang lalu, Kay mengatakan padanya dia hamil. Inilah alasannya mengapa mereka meninggalkan West Allis, menghindari Kay menjadi bahan ejekan teman-temannya. Tidak seorang pun tahu rencana serta kisah di balik pelarian mereka itu.

Dalam interogasi pada hari berikutnya, Kapten Polisi Kraemer memperlihatkan Milton potongan kemeja yang ditemukan pada mayat Pat. Ketika Kraemer membeberkan hal yang berhubungan dengan kain itu, Milton tetap tenang.

Para petugas kriminal banyak yang sudah habis kesabarannya. Mereka pun mulai membentak-bentak Milton. Interogasi berlangsung hingga tengah malam. Hanya Frank Zajdel yang tetap memperlakukan Milton dengan ramah dan sabar. Malah Zajdel minta maaf padanya atas perlakuan rekan-rekannya.

Pada hari Sabtu, 26 Maret, interogasi dilanjutkan. Frank Zajdel datang pukul 11.00 ke ruang interogasi dengan wajah serius.

"Milton," katanya, "apa Saudara mengenal seseorang yang bernama William Flintrop?"

Milton memandang Zajdel dengan keheranan. Nama itu tidak pernah disebut-sebut sebelumnya. Tapi kemudian dia mengangguk.

William Flintrop adalah seorang pedagang toko alat-alat olahraga di National Avenue. Di toko ini Milton pernah membeli sebuah revolver sekitar akhir Januari lalu.

"Untuk apa Saudara membeli revolver?"

"Itu ide Kay," katanya perlahan. "Karena waktu itu rencana kami akan ke Chicago, Kalamazoo, entah ke mana lagi dengan uang 1.400 dolar. Revolver itu kami bawa sebagai senjata bila ada sesuatu."

Itu revolver kaliber 6,7 mm. Peluru yang mematikan Pat berasal dari senjata kaliber itu. "Apa senjata itu masih ada pada Saudara?" lanjut Zajdel.

Milton terdiam. Kemudian dia menghadap Kraemer dan minta izin untuk bicara empat mata dengan Zajdel, yang selama ini selalu memperlakukannya dengan baik. Kraemer menyetujui dan bersama petugas lain meninggalkan ruangan itu.

Saat itu Milton mengungkapkan kejadian yang sebenarnya. Milton membeli senjata itu sebenarnya untuk menakut-nakuti seseorang, agar orang itu mau mengikuti kehendak dia dan Kay.

 

Pistol untuk menggertak

Awal Januari dia dan Kay menyusun suatu rencana, menunggu sampai ujian akhir pada tanggal 19 Januari. Rencananya, mereka akan meninggalkan West Allis pada tanggal 10 Februari menuju Michigan. Di sana Kay bisa menikah walau belum berusia 18 tahun.

Pada suatu hari Kay menceritakan padanya, Pat memandangnya dengan sinis ketika dia mengenakan pakaian paginya. Rok yang dipakai Kay itu sudah ketat. Kay curiga jangan-jangan Pat sudah mengetahui ia hamil.

Waktu itu Milton tidak langsung percaya. Sampai pada suatu malam, ketika sedang membalik-balik buku biologi, Pat dan Ruth sampai pada halaman yang menjelaskan tentang kehamilan dan kelahiran, lengkap dengan ilustrasi. Saat itu Pat kembali tampak sinis dan Kay mendengar jelas namanya disebut-sebut oleh Pat. Barulah Milton percaya kalau Pat rupanya memang sudah mengetahui rahasia mereka.

Pada tanggal 9 Februari, Milton terlibat pertengkaran dengan Kay. Sebenarnya hanya masalah sepele dan ia masih dalam keadaan marah waktu pulang. Di perjalanan Milton bertemu dengan Pat yang pulang bermain sepatu roda. Milton minta pada Pat agar dia mau menjadi juru damainya. Pat menyanggupinya dan berjanji akan bertemu dengan Milton pada tanggal 10 Februari, pukul 16.00.

Namun, keesokan harinya Milton sudah keburu berbaikan lagi dengan Kay pada pukul 14.00. Setelah itu dia mengantar ibunya berbelanja. Sekitar pukul 15.30, Milton kembali mengantar ibunya. Sebenarnya tidak ada alasan lagi untuk bertemu dengan Pat, tapi terpikir oleh Milton, mungkin ini kesempatan untuk berbicara dengan Pat, agar dia mau menyimpan rahasia kakaknya. Dia membawa serta revolvernya, bukan untuk menembak Pat, tapi hanya untuk menakut-nakuti saja. Pukul 16.00 tepat dia menjemput Pat.

Agak di luar kota Milton menghentikan kendaraannya, agar mereka dapat lebih leluasa berbicara. Milton berusaha membujuk Pat agar mau tutup mulut. Pat yang sinis itu hanya tertawa. Untuk menunjukkan kalau permintaannya itu serius, Milton pun mengeluarkan revolver dari laci mobil.

Pat malahan berusaha memegang senjata itu, karena yakin senjata itu kosong. Milton memegang erat senjata itu. Mereka pun berebutan. Jari Pat berada pada picu senjata itu ketika meletus. Pat pun roboh. Senjata itu terlepas dari tangannya, dia langsung tewas.

Selama 20 menit Milton duduk gemetar di sebelah mayat Pat di dalam mobil. Mulai terpikir olehnya, seandainya mayat itu tidak ditemukan, mungkin dia masih bisa lolos.

Milton kembali menjalankan kendaraannya. Di sebuah bangunan baru dia melihat banyak balok semen. Diambilnya satu yang beratnya sekitar 20 kg. Batu seberat itu akan mampu menahan mayat di dasar sungai.

Dengan kabel dan robekan kemeja yang ada di bagasi mobilnya, Milton mengikat kaki Pat pada balok semen itu dan melemparkan tubuh Pat ke dasar S. Milwaukee di Danau Michigan.

"Bagaimana dengan senjata itu?" tanya Zajdel. Ternyata itu pun ikut dilemparkan Milton ke sungai.

 

Tawanan teladan

Setelah mengulangi pengakuannya di depan Jaksa McCauley dan Kapten Polisi Kraemer, Milton pun ditahan. Walau dia bersikeras kalau pistol itu meletus oleh tangan Pat sendiri.

Pada tanggal 10 Juni, perkara Milton mulai disidangkan. Hakimnya Herbert J. Steffes. Sidang berjalan selama sebelas hari. Pada tanggal 21 Juni, setelah semua kesaksian didengar, juga pledoi penuntut umum dan pembela, para juri berembuk selama 70 menit. Diputuskan, Milton bersalah, melakukan pembunuhan tingkat pertama! Hakim menjatuhi hukuman seumur hidup.

Pada tanggal 24 Juli, tahanan no. 30816 mendapat kabar, istrinya, Kay, telah melahirkan seorang putri yang diberi nama Sandra.

Milton, si murid teladan dan mahasiswa teladan, ternyata dalam penjara juga menjadi tawanan teladan. Karena kelakuannya selama di penjara dinilai baik, pada tanggal 18 Februari 1958, sembilan tahun setelah kematian Pat, Milton dibebaskan dan kembali pada istrinya yang selama itu yakin bahwa kematian adiknya bukan kesengajaan. (Kurt John)

 

" ["url"]=> string(73) "https://plus.intisari.grid.id/read/553117179/kerah-kemeja-pembuka-rahasia" } ["sort"]=> array(1) { [0]=> int(1643399824000) } } }