array(1) {
  [0]=>
  object(stdClass)#49 (6) {
    ["_index"]=>
    string(7) "article"
    ["_type"]=>
    string(4) "data"
    ["_id"]=>
    string(7) "3123043"
    ["_score"]=>
    NULL
    ["_source"]=>
    object(stdClass)#50 (9) {
      ["thumb_url"]=>
      string(107) "https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/750x500/photo/2022/02/01/nyonya-dokter-kesurupanjpg-20220201065432.jpg"
      ["author"]=>
      array(1) {
        [0]=>
        object(stdClass)#51 (7) {
          ["twitter"]=>
          string(0) ""
          ["profile"]=>
          string(0) ""
          ["facebook"]=>
          string(0) ""
          ["name"]=>
          string(16) "J. Birney Dibble"
          ["photo"]=>
          string(0) ""
          ["id"]=>
          int(9374)
          ["email"]=>
          string(20) "intiplus-18@mail.com"
        }
      }
      ["description"]=>
      string(143) "Sekilas omongan perempuan itu seperti kesurupan dan meracau tentang sebuah peristiwa pembunuhan. Namun justru di situlah petunjuk pemecahannya."
      ["section"]=>
      object(stdClass)#52 (7) {
        ["parent"]=>
        NULL
        ["name"]=>
        string(8) "Kriminal"
        ["description"]=>
        string(0) ""
        ["alias"]=>
        string(5) "crime"
        ["id"]=>
        int(1369)
        ["keyword"]=>
        string(0) ""
        ["title"]=>
        string(24) "Intisari Plus - Kriminal"
      }
      ["photo_url"]=>
      string(107) "https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/945x630/photo/2022/02/01/nyonya-dokter-kesurupanjpg-20220201065432.jpg"
      ["title"]=>
      string(23) "Nyonya Dokter Kesurupan"
      ["published_date"]=>
      string(19) "2022-02-09 09:58:03"
      ["content"]=>
      string(29760) "

Intisari Plus - Saya membalikkan kepala mayat ke arah saya, untuk memeriksa dagunya luka. Di luar dugaan, di dalam mulut korban saya dapati secarik kertas bertuliskan: “Karcis untuk AS.”Tulisan itu dalam bahasa Inggris, tetapi ditulis dengan gaya asing. Kertas itu berasal dari bloknot milik korban.

Mayat wanita cantik bertubuh kecil, berambut hitam itu ditemukan , dengan muka menghadap ke atas. Matanya yang besar seperti menatap langit-langit atau memandang pembunuhnya. Pisau bertangkai kayu tertancap di dadanya.

Pembunuhnya mencabik-cabik pakaian korban dan menuangkan minyak tanah ke benda itu sebelum membakarnya. Benda itu kini sudah menjadi arang di samping mayat, yang diketahui bernama Rita Mendiola, 28 tahun.

Saya mengambil kertas dari mulut korban, menyimpannya di dalam amplop dan memasukkannya ke saku. Sementara mayat itu dilingkari dengan kapur dan difoto, saya memandang ke sekeliling.

Tempat ini khas kediaman seorang wanita. Di dinding tergantung foto-foto keluarga dan foto-foto semasa bersekolah. Di meja tulis terdapat sebuah mesin ketik kecil, kotak surat, dan bloknot. Di situ juga ada sebuah sofa, kursi malas, sebuah kursi besar, dan televisi dengan bagian belakang tidak tersekrup.

Kamar tidur korban tampak rapi. Di lemari tergantung sederet pakaian seragam berwarna putih dengan rapi. Saya tak menemukan bekas-bekas perlawanan. Rumah itu tidak tampak berantakan. Jika perhiasan atau uang yang diambil, setidak-tidaknya terlihat bahwa rumah itu diobrak-abrik.

Saya memandang pesawat televisi yang terbuka itu. Mungkinkah pembunuhnya seorang montir? Korban membiarkan orang itu masuk. Mengapa seorang montir harus menyumpalkan carikan kertas ke dalam mulut korban? Apakah ini untuk membungkamnya atau untuk menyesatkan?

 

Masih perawan

Dari para tetangga korban, saya memperoleh sedikit informasi. Rita Mendiola berkebangsaan Filipina dan bekerja sebagai ahli terapi pernapasan di rumah sakit kandungan. Ia belum menikah, tetapi sering dikunjungi seorang pria. Rita dikenal tenang, ramah, dan tidak memiliki musuh. Ia mengurus segala keperluannya sendiri.

Keesokan harinya saya memperoleh berita dari dokter pemeriksa mayat. Saya terkejut, karena Rita ternyata masih perawan. Ia bukan hanya tidak diperkosa, tetapi juga belum pernah tidur dengan pria. Jadi bagaimana dengan pria yang sering mengunjunginya dan dibicarakan itu?

Saya menelepon orang tua Rita di Filipina. Mereka kaget dan bingung, sehingga tidak dapat membantu saya. Ayah Rita seorang dokter yang kaya-raya di Cebu.

Kertas di dalam mulut Rita itu ternyata kurang berrnanfaat. Tak seorang pun kenalan Rita tahu seseorang berinisial A.S.itu. Juga tak seorang pun ingat pada suatu tempat atau peristiwa, yang merupakan singkatan A.S. itu.

Saya menelepon rumah sakit tempat Rita bekerja dan meminta kepala personalia untuk memeriksa kartu-kartu pribadi. Di situ ditemukan belasan orang dengan inisial itu. Kami memeriksa semuanya, tapi tak ada hal-hal yang menunjukkan bahwa salah seorang di antaranya patut dicurigai.

Pada pesawat televisi didapati sidik jari, tetapi itu bukan milik salah seorang yang sudah diambil sidik jarinya. Sedangkan pisau yang digunakan untuk membunuh itu milik Rita. Pisau itu pun temyata sudah dibersihkan. Minyak tanah yang digunakan juga berasal dari sebuah jeriken di dapur.

 

Angelina kesurupan

Peristiwa itu tampaknya akan masuk ke dalam berkas “yang tidak terpecahkan”. Tetapi sebulan kemudian datang Dr. Ernesto Frontada ke kantor saya.

Ia berbicara dengan aksen Filipina yang medok. Doktor itu sangat pendek, meskipun sudah memakai sepatu bersol 8 cm. Ia tidak tampan, berkacamata tebal, dan memakai wig.

Meskipun ia bisa bergerak dan bergaya seperti anak muda, saya yakin umurnya sudah lebih dari lima puluh tahun.

"Saya tidak lama, Letnan. Bagaimanapun Anda tidak akan percaya pada saya."

"Saya akan mendengarkan," kata saya.

Dengan perlahan-lahan, dalam bahasa Inggris yang terputus-putus meskipun bisa dimengerti, ia bercerita. "Saya berada di sini untuk memenuhi keinginan istri saya. Istri saya ingin menceritakan sesuatu kepada Anda, tetapi ia tidak mau menceritakannya sendiri. Jadi itu merupakan kewajiban saya."

"Saya mengerti."

"Tiga hari yang lalu Angelina dan saya sedang membaca di ruang duduk. Tiba-tiba ia bangkit dan masuk ke kamar tidur. Setengah jam kemudian, ketika masuk, saya dapati istri saya tergeletak di ranjang dengan mata melotot."

Dr. Frontada berhenti sejenak, membuka kacamatanya, membersihkannya, dan memakainya kembali.

"Apakah Anda percaya pada ilmu gaib,Letnan Cellini?" tanyanya. "Tetapi dengarkanlah dulu, sebelum Anda menyuruh saya ke luar."

"Saya akan mendengarkannya."

"Saya akan langsung pada masalahnya, Letnan. Saya bertanya pada Angelina, apa yang terjadi. Dia menjawab dengan suara yang tidak pemah saya dengar sebelumnya. Suara seorang gadis, yang berpendidikan, tetapi tidak ramah. Apakah Anda mengerti?"

Saya mengangguk.

"Angelina berbicara dalam bahasa Tagalog, bahasa yang kami gunakan di Filipina. Katanya, 'Nama saya Rita Mendiola'."

Saya terkejut. Semua orang Filipina akan mengenalnya dari surat kabar. Wanita itu 'kan korban pembunuhan itu.

"Selama beberapa menit saya "bercakap-cakap dengan istri saya, lalu ia sadar kembali."

"Apakah istri Anda mengatakan nama pembunuhnya kepada Anda?"

Frontada mengangguk.

"Albert Singer."

"Ketika istri saya sadar, ia tidak ingat apa-apa," tambah Frontada, "sehingga saya menceritakan semua yang dikatakannya sewaktu ia kesurupan."

"Hal itu terjadi tiga hari yang lalu. Mengapa Anda baru datang sekarang kepada saya?"

"Istri saya melarang saya. Kami bisa dikatakan bodoh, karena siapa yang mau percaya pada ilmu-ilmu gaib."

"Tetapi Anda sekarang berada di sini."

"Soalnya, tadi istri saya kesurupan lagi. Semua berulang lagi. Setelah sadar kembali, lagi-. lagi ia tidak ingat apa-apa. Ia hanya merasa haus dan dingin."

 

Bawa "kembaran" Bill Cosby

"Apakah istri Anda kenal dengan Rita Mendiola?"

"Ya, tapi tidak kenal baik. Angelina seorang ahli terapi pernapasan. Ia bekerja di rumah sakit kandungan, tempat Rita bekerja. Jam kerja mereka berbeda, sehingga tentu tidak kenal dengan baik.

Tadinya istri saya bekerja secara penuh. Tetapi karena praktik saya semakin maju, Angelina sekarang hanya bekerja sekali seminggu, sebagai tenaga pembantu."

"Apakah istri Anda mengatakan bagaimana cara Rita dibunuh?"

"Menurutnya, Rita ditusuk."

"Juga diperkosa?"

"Menurutnya, tidak."

Keesokan harinya saya kembali menelepon rumah sakit kandungan, untuk mengetahui apakah di sana ada karyawan yang bernama Albert Singer.

"Ada. Ia seorang berkulit hitam, berusia 31 tahun, sudah menikah, bertugas pada malam hari sebagai ahli terapi pernapasan. Tetapi sejak setahun yang lalu ia sudah berhenti," kata kepala personalia.

"Alamatnya?"

"3131 West Washington. Tetapi alamat itu juga sudah setahun yang lalu."

Saya kenal daerah itu, daerah orang kulit hitam kelas menengah. Saya pergi ke tempat itu bersama anak buah saya yang terbaik, Randolph Jackson, seorang sersan berkulit hitam yang bisa menjadi kembaran Bill Cosby. Selama perjalanan saya bercerita kepada dia.

Albert Singer masih tinggal di situ. Seorang wanita muda membukakan pintu, mengangguk pada Jackson sambil tersipu-sipu. Ia tidak memperhatikan saya sama sekali.

Wanita itu mengenakan blue jeans dan sebuah blus panjang. Rambutnya dikeriting. Di lehernya tergantung kalung berliontin emas. Jari tengah tangan kanannya memakai cincin berlian berukuran besar.

"Apakah Anda Ny. Singer?" tanya Jackson.

"Ny. Singer tidak ada. Saya Hattie Carter, pengurus rumah tangganya."

"Kami ingin berbicara dengan Tuan Singer."

Kami memperlihatkan tanda pengenal kami. Gaya wanita itu seperti seorang foto model profesional.

Singer, seorang laki-laki kekar berambut keriting dijalin dan bercambang, sedang duduk di meja makan yang berhadapan dengan pintu masuk.

Rumahnya bagus, meskipun seandainya tidak dilengkapi dengan mebel mahal. Di ruangan itu juga terdapat sebuah pesawat televisi berukuran besar.

Di atas sebuah rak buku terdapat stereo set. Dapurnya modern dan lengkap. Saya menarik televisi itu. Jackson membawanya ke meja dan membalikkan bagian belakangnya.
"Lihat, kali ini tidak terbuka."

Singer mengamati Jackson, tetapi tidak memperhatikan saya.

"Apakah Anda mempunyai persoalan?" tanyanya pada Jackson.

"Mungkin Anda yang mempunyai satu persoalan. Saya ingin mengetahui apa yang bisa Anda ceritakan mengenai Rita Mendiola."

Singer mengangguk. "Gadis yang malang. Saya kenal padanya di rumah sakit beberapa tahun yang lalu. Kemudian saya sering mampir ke rumahnya untuk memperbaiki sesuatu. Saya memperbaiki keran air atau pesawat televisinya. Beberapa hari sebelum kematiannya, saya memperbaiki pesawat televisinya. Sebenarnya saya akan ke rumahnya sekali lagi untuk menyelesaikannya. Tetapi sekarang tidak perlu lagi."

"Apakah Anda yakin bahwa Anda tidak berada di rumahnya pada malam ia dibunuh?"

Mata Singer berkilat. "Apakah Anda kira saya yang membunuhnya? Anda sudah gila! Kami berteman secara terang-terangan. Saya tidak pernah melakukan apa-apa terhadapnya."

Singer memandang Hattie. "Atau melakukan sesuatu dengannya."

Hattie mendengus dan matanya yang berwama cokelat bergerak sedikit.

"Baiklah," kata Jackson. "Kita ulangi sekali lagi. Pernahkah Rita memberikan karcis pertandingan bola kepada Anda?"

"Terus-menerus. Ia membayar saya dengan karcis itu, sesuai dengan tugas yang saya selesaikan. Seorang pasien yang dirawatnya secara teratur memberi Rita karcis untuk menonton bola. Padahal Rita tidak pernah menggunakannya. Jadi ia berikan kepada saya."

Jackson berbalik kepada saya.

"Letnan?"

"Sekarang masih ada beberapa pertanyaan. Apakah Anda kenal pada Angelina Frontada?"

"Saya belum pernah mendengar nama itu."

"Apakah Anda mempunyai alibi ketika malam itu Rita terbunuh?"

"Setiap menit."

"Bagaimana Anda bisa merasa begitu yakin, padahal kejadian itu sudah lewat sebulan?"

"Saya bisa membaca koran. Saya yakin suatu hari Anda akan datang."

"Maukah Anda besok pagi datang ke kantor polisi dan menuliskan pengakuan Anda?"

 

Ny. Frontada kenal pada Singer

Di dalam mobil kami duduk dengan tenang dan saya mencatat beberapa keterangan di buku kecil saya.

"Jadi apa yang kamu peroleh, Randy?" tanya saya tiba-tiba.

"Saya pikir orang itu tidak dapat dipercaya."

"Rita Mendiola masih perawan.”

"Menurutnya, ia memiliki alibi pada malam itu."

"Kita harus membuktikannya."

"Ia menyangkal mengenal Ny. Frontada. Namun, Ny. Frontada mengenal dia. Ny. Frontada mengatakan, Singerlah yang membunuh Rita."

"Saya percaya pada Ny. Frontada. Kau?"

"Ny. Frontada itu gila," kata saya.

"Ny. Frontada mengenal nama Singer," kata Jackson mengingatkan saya. "Tak peduli ia gila atau tidak."

"Ny. Frontada ingat pada nama itu, karena ia pernah bertemu dengan Singer di rumah sakit dan menyebut-nyebutnya pada waktu ia kesurupan."

"Ketika ke sana, saya hampir yakin bisa menangkap seorang pembunuh. Sekarang saya tidak begitu yakin lagi." Jackson mengangguk.

"Singer memiliki sebuah rumah yang lumayan bagus dan modern. Apakah kau juga melihat perhiasan di tangan teman wanitanya? Juga kalung emas? Bagi sahabat seorang asisten teknik medis barang-barang itu terlalu mahal."

"Mungkin Hattie membeli barang-barang itu dengan uangnya sendiri."

Singer datang pada keesokan paginya, membuat, dan mencatat pengakuannya. Alibinya tampaknya mantap. Menurutnya, sepanjang hari itu ia berada di rumah, dari pukul 17.00 -19.00 ia pergi makan bersama istrinya, Selma.

Ia meninggalkan istrinya hanya lima menit untuk membeli rokok di sebuah toko. Malamnya ia kembali beristirahat di rumah.
Setidak-tidaknya ia memiliki alibi yang kuat. Istrinya juga menguatkan alibi itu.

Saya menelepon Ny. Frontada, tetapi ia menolak untuk .ditanyai. Namun, hal itu mutlak perlu. Saya bermaksud menunggu saat yang tepat untuk bisa bertemu dengannya.

Saya membaca kembali berita dari pengadilan kedokteran. Tak ada keragu-raguan. Singer mengatakan hal yang sebenarnya tentang hubungannya dengan Rita Mendiola.

Jika dalam hal ini ia mengatakan yang sebenarnya, mengapa dalam hal lain ia harus berbohong? Dari mana ia memperoleh uang? Saya ingin menyelidiki keuangan Albert Singer dan Hattie Carter.

"Jika kau suatu kali ke sana, selidiki pula keuangan keluarga Frontada," kata saya pada Randy.

Keesokan harinya saya datang terlambat ke kantor. "Apa yang dilakukan suami-istri Frontada pada malam pembunuhan itu?" tanya saya kepada Jackson.

"Mereka tidak melakukan apa-apa, Bos," kata Jackson dengan mulut dipenuhi hamburger.

Ketika saya akan meninggalkan kantor polisi, telepon saya berbunyi.

 

Kesurupan lagi

"Dr. Frontada ingin berbicara dengan Anda, Letnan Cellini."

"Suruh dia masuk."

Dr. Frontada masuk, duduk, tanpa mengucapkan apa-apa. Melalui kacamatanya yang tebal, ia memandang saya.

Saya menunjang tubuh dengan siku lengan saya. "Istri Anda menolak ditanyai. Ia tidak memberi keterangan tambahan."
Suara saya cukup keras, tetapi Frontada tampaknya tidak memperhatikan, atau ia berpura-pura tidak tahu.

"Ia telah berubah pendirian."

"Kapan saya bisa berbicara dengannya?"

"Malam ini. Tetapi saya ingin menceritakan sesuatu lebih
dahulu pada Anda."

"Silakan."

"Ia kesurupan lagi."

"Apakah ada hal yang baru?"

"Karena itulah saya ke sini. Karena itulah Angelina memutuskan untuk berbicara dengan Anda. Mula-mula Angelina menampakkan wajah yang sama.

Kemudian ia berkata, bahwa polisi membutuhkan keterangan mengenai perhiasan yang diberikan Rita Mendiola kepada Singer pada saat-saat terakhir hidupnya. Singer mengambil perhiasan itu, kemudian membunuhnya."

"Perhiasan apa?"

"Liontin emas dan cincin berlian."

Apakah Angelina benar-benar mempunyai hubungan dengan dunia orang mati? Apakah saya bisa mempercayai apa yang dikatakannya? Jika tidak, mengapa Hattie Carter memakai sebuah'liontin emas dan cincin berlian?

"Kapan saya bisa datang ke rumah Anda, Dokter?"tanya saya.

 

Hattie Carter meagamuk

Sebelum Frontada bisa menjawab, pintu terbuka lebar, dan Hattie Carter dengan wajah geram dan tergesa-gesa masuk. Ia diikuti oleh seorang polisi, yang menggenggam pistol kaliber 38.

"Berhenti, Nyonya!" seru polisi itu. "Saya sudah berusaha menahan dia, Letnan," katanya menambahkan. Hattie tiba-tiba berbalik dan merentangkan tangannya, sehingga polisi bisa melihat bahwa ia tidak bersenjata.

"Terima kasih," kata saya.

"Saya kenal nyonya ini."

"Anda tidak bisa mengenal saya dengan baik, jika Anda tidak menyingkirkan bawahan Anda. Ia menyelidiki ke sana kemari apakah saya memiliki rekening koran, kartu kredit ...."

“Tenanglah, Nona," kata saya.

"Saya melakukan tugas saya. Jika Anda tidak memiliki apa-apa yang perlu disembunyikan, Anda 'kan tidak perlu khawatir apa-apa?"

Saya menoleh pada Dr. Frontada. Hattie sadar masih ada seseorang di ruangan itu. Mata Frontada menatap ke arah liontin dan kemudian ke tangan kanan Hattie, yang mengenakan sebuah cincin.

Frontada cepat-cepat memandang saya, mengalihkan pandangannya dan memandang ke luar jendela.
Frontada bangkit untuk pergi. "Nanti malam, pukul 20.00, Letnan?"

Saya mengangguk.

Ketika dokter itu sudah pergi, saya memberi Hattie isyarat agar ia duduk. "Anda sudah pernah ke sini sekali, karena itu saya ingin mengajukan beberapa pertanyaan, yang harus Anda jawab."

Dengan angkuh ia duduk di bangku yang tadi diduduki Frontada, menyilangkan kakinya dan menggerak-gerakkan sebelah kakinya. Wanita brengsek, pikir saya.

"Sudah berapa lama Anda kenal Albert Singer?"

"Sekitar setahun," jawabnya.

"Dapatkah kita melupakan tugas Anda sebagai pengurus rumah tangga?"

Hattie mengangguk.

"Apakah Anda kenal pada Rita Mendiola?"
Matanya bersiap-siap, tetapi suaranya tetap terkendali. "Saya tahu bahwa Al pergi ke tempatnya. Saya tidak pernah mengenalnya."

"Apakah Anda mempunyai alibi pada malam ia terbunuh?"
Kilatan matanya memberi petunjuk kepada saya bahwa ia ingin mengatakan ya, tetapi ia berkata, "Tidak."

Saya tidak mengajukan pertanyaan berikut dan menggantinya dengan tema yang lain. "Dari mana Anda memiliki liontin dan cincin itu?"

"Dari Al."

"Kapan ia memberikan benda-benda itu pada Anda?"
Hattie mengingat-ingat. "Kira-kira sebulan yang lalu."

"Dari mana Al memperoleh benda-benda itu?"

"Saya tidak menanyakannya?"

"Kenalkah Anda pada laki-laki yang baru pergi tadi?"

"Tidak."

"Apakah Anda masih bekerja?"

"Masih."

"Di mana?"

"Di sana-sini." Ia melihat bahwa muka saya berubah
menjadi merah.

"Bisakah Anda mengatakan sesuatu tentang nama Frontada?"

Dengan cepat ia menjawab, "Tidak."

 

Rekeningnya kosong

Tepat pukul 20.00 saya memasuki pekarangan rumah Frontada yang modern dan menekan bel. Ia sendiri yang membukakan saya pintu dan mengantarkan saya ke ruang duduk.

Ruangan itu dilengkapi dengan mebel-mebel besar berwarna gelap. Kursi-kursi besar diplitur dengan warna merah mencolok. Lampu-lampu marmer besar terletak di atas meja-meja mahagoni. Permadaninya juga berwarna merah mencolok, sewarna dengan warna plitur mebelnya. Tentu sangat mahal, pikir saya.

Ny. Frontada seorang wanita bertubuh kecil, bahkan lebih kecil dari suaminya. Tampaknya ia sepuluh tahun lebih muda dari umur yang sebenamya. Rambutnya yang mengkilap itu wig dan serasi dengan wajahnya yang bujur telur. Matanya yang hitam itu bercahaya.
Angelina tampaknya enggan bercakap-cakap, tetapi ia bercerita juga dengan bahasa Inggris yang lebih baik daripada bahasa Inggris suaminya. Katanya, sudah tiga kali. Ia kesurupan.

Sehabis kesurupan, ia diberi tahu suaminya bahwa ia berbicara seakan-akan itu Rita Mendiola. Konon yang ia katakan dalam kesurupan itu hampir sama saja. "Cuma pada yang ketiga kali, Ernesto bilang Rita berbicara soal perhiasan. Ernesto tentu sudah menceritakannya kepada Anda," demikian Ny. Frontada.

"Liontin emas dan cincin berlian?"

"Ya."

"Dari mana Rita memperoleh barang-barang itu?"

"Dari mana saya tahu? Tetapi hampir semua orang Filipina membeli barang-barang seperti itu di negaranya, juga tidak sedikit laki-laki yang membelinya, seperti- kalung emas, liontin, gelang, dan sebagainya.

Mungkin ia memperoleh kiriman cincin itu dari seseorang. Tampaknya Rita gadis yang menarik."

"Anda kenal pada Albert Singer?" tanya saya.

"Tidak begitu kenal. Rumah sakit itu 'kan sangat besar. Tetapi bagaimanapun nama itu sangat dikenal. Kalau tidak salah saya pernah melihat nama itu dalam buku telepon."
Saya menoleh pada Frontada. "Kenalkah Anda pada wanita yang datang ke kantor saya siang tadi?"

"Tidak."

"Kenalkah Anda pada perhiasan yang dipakainya?"

Frontada menjawab perlahan-lahan, tanpa memandang istrinya, "Tidak, saya belum pernah bertemu dengan dia sebelumnya."

 

Menghilang 1,5 jam

Sore keesokan harinya datang Randolph Jackson ke kantor saya. "Saya memperoleh beberapa keterangan, Mike."

"Pertama: Tentang dokter itu saya tidak menemukan sesuatu yang aneh. Rekening banknya menunjukkan bahwa setiap bulan ia menyetor secara teratur sebesar 3.000 atau 4.000 dolar. Juga tak ada cek yang digunakan.”

“Pada malam pembunuhan itu ia sedang menolong orang yang kena serangan jantung di rumah sakit jantung. Selama itu ia berada di sana, dan baru menghilang beberapa menit setelah tengah malam." Jackson berhenti dan melihat catatannya.

"Lalu."

"Rekening bank Ny. Frontada lebih tipis dari kue dadar. Ia sudah mengambil semua simpanannya sebulan yang lalu. Kosong."

"Sebelumnya?"

"Ny. Frontada memiliki hampir 5.000 dolar di rekening bank. Setahun yang lalu tidak ditemukan hal-hal yang luar biasa, tiba-tiba ia mulai bolak-balik mengambii 500 atau 1.000 dolar dengan menggunakan cek. Suaminya memindahkan lagi uang dari rekeningnya ke rekening istrinya."

"Apa yang dilakukan Ny. Frontada pada malam pembunuhan itu?"

"Ia sedang bertugas di rumah sakit. Mulai pukul 15.00 - 23.00."

"Apakah ia juru rawat kandungan?"

"Ya."

"Apakah suaminya juga berada di sana?"

"Tidak, suaminya berada di rumah sakit jantung di Wesley."

"Dapatkah kau selidiki apa yang dilakukan Angelina setiap malam? Maksudnya, apakah ia bekerja secara penuh dalam waktu delapan jam itu?"

"Sulit untuk mengatakannya. Setiap malam para ahli terapi pernapasan pergi ke tempat tugas mereka dan merawat para pasien di kamarnya masing-masing. Mereka juga harus siap, jika diperlukan untuk membantu mengoperasi seorang pasien.

Kadang-kadang mereka membantu para juru rawat di bagian intensif, jika mengalami kesulitan pernapasan. Dari pukul 21.00 - 22.30 terdapat waktu kosong. Selama itu Ny. Frontada tidak berada di ruang operasi maupun di bagian intensif."

"Sedang minum kopi."

"Mungkin, tetapi tampaknya terlalu lama."

"Tampaknya kita masih punya waktu untuk pergi ke Albert Singer lagi."

 

Bunuh diri

Ketika kami sampai di West Washington, hari sudah gelap. Singer ada di rumah. Hattie Carter tidak ada, tetapi Selma, istri Singer, ada. Singer tampaknya baru selesai makan malam.

"Saya mengatakan kepada Selma bahwa Anda mungkin akan datang kembali," katanya.

"Kami sudah membicarakan hal itu, dan saya sudah menceritakan segalanya kepada dia. Anda mungkin tidak dapat menjadikan saya seorang tertuduh dalam pembunuhan itu, jika saya memiliki alibi."

Selma Singer duduk di meja makan sambil bermain kartu.

"Saya tahu dari Hattie Carter, Letnan Cellini," katanya.
Jackson menyela. "Tahukah Anda juga tentang Rita Mendiola?"

Selma menarik napas dalam-dalam. "Ya, saya tahu hal itu."
"Saya sudah menceritakan segalanya kepadanya, Letnan," kata Singer. "Tentang Rita dan Hattie, terutama tentang Hattie. Ketika Hattie mengatakan ia merasa tertarik pada perhiasan itu, saya berharap segalanya akan menjadi jelas."

"Perhiasan itu berasal dari Ny. Frontada?" tanya saya.

Tiba-tiba saja Selma, istrinya, bangkit.

"Suami-istri Frontada?!" serunya, menegaskan.

"Ya."

"Mari cepat," ajak Selma kepada kami seraya berlari ke mobilnya.

Kami ngebut ke rumah keluarga Frontada. Kami lihat lampu ambulans berkelap-kelip di depan rumah itu. Jackson menyalakan lampu sinyal di mobil polisi dan berusaha melalui mobil-mobil dan orang yang berkerumun di situ.

"Ada apa?" tanya Jackson kepada petugas ambulans.

"Seorang wanita kebanyakan minum obat tidur."

Saya menaiki tangga dengan meloncati tiap dua anak tangga dan hampir saja saya bertubrukan dengan Dr. Frontada.
Dokter bertubuh kecil itu menangis tanpa kendali dan mengibaskan tangan saya. "Jangan sekarang, Letnan. Biarkanlah saya sendirian selama beberapa menit."

Kami pergi bersamanya ke ruang kerjanya di bawah dan membiarkan dia menangis. Perlahan-lahan ia bisa menguasai dirinya kembali dan akhimya berkata, "Saya pikir ia kesurupan lagi. Saya bosan mendengarnya lagi. Tapi kemudian saya khawatir. Saya pergi ke atas dan mendapati dia dalam keadaan pingsan.

Saya berusaha menyadarkannya dan memberinya obat. Namun, tak ada reaksi apa-apa. Akhirnya saya memanggil ambulans, tetapi sudah terlambat. Letnan Cellini, tolong Anda ceritakan, apa sih yang sebenarnya terjadi?"

 

Hubungan gelap

"Apakah Anda tidak mengetahui hal itu?" tanya saya dengan halus.

Ia menggelengkan kepalanya. "Saya tahu, tetapi tidak secara pasti. Ketika Anda pergi kemarin malam, istri saya berkata dan berkata lagi, "Mereka sudah tahu, Ernesto, mereka sudah tahu.' Saya bertanya, apa yang mereka ketahui? Tetapi ia tidak mau menceritakannya kepada saya."

"Kami tahu kira-kira apa yang terjadi, tetapi Anda tentu tidak akan senang mendengamya. Istri Anda kenal baik Albert Singer."

Mata dokter itu membelalak, tetapi kemudian mengalirkan air mata.

"Singer bertubuh kekar dan tampan," saya melanjutkan.

"Setahun yang lalu mereka bertemu secara teratur pada saat bekerja di rumah sakit. Angelina meminjami Singer uang dalam jumlah besar, sampai 1.000 dolar dalam sebulan.”

“Tentu saja Singer tidak pernah mengembalikannya. Kemudian Singer enggan menemui Angelina, terutama karena uang itu. Apalagi Angelina sepuluh tahun lebih tua dari Singer. Singer pun sudah berkenalan dengan Hattie Carter, wanita yang baru-baru ini Anda lihat di kantor saya."

"Tetapi Angelina sangat cantik dan kelihatan lebih muda dari umurnya," kata Frontada dengan suara serak.

"Ya. Kira-kira pada waktu yang bersamaan Singer juga sering ke rumah Rita Mendiola, untuk menolong memperbaiki sesuatu. Rita memberi Singer karcis untuk menonton pertandingan sepak bola dan pertandingan olahraga lain.”

“Kami yakin 100% bahwa Singer tidak pernah tidur dengan Rita. Tetapi Angelina menyangka sebaliknya. Suatu hari Angelina melihat Singer datang ke apartemen Rita. Sulit bagi saya untuk menceritakannya pada Anda, Dokter."

"Ceritakan saja. Saya harus mengetahui hal yang sebenarnya."

"Ya. Angelina tahu bahwa ia akan kehilangan Singer. Ia menduga hal itu karena Rita. Akhirnya ia memutuskan untuk menyingkirkan saingannya."

"Astaga!"

"Suatu malam, ketika suasana di rumah sakit sunyi, Angelina secara diam-diam meninggalkan tempat kerjanya, pergi ke rumah Rita, dan membunuhnya."

"Letnan! Angelina tak pernah melakukan hal itu, demi Tuhan, ia tak akan sanggup melakukannya." Frontada menutupi muka dengan tangannya.

Betapapun saya harus melanjutkan cerita saya. Frontada tidak akan bisa hidup tenang, jika ia tidak mendengar cerita itu secara lengkap.

 

Kepergok Singer

"Angelina tidak memperhitungkan bahwa pada waktu itu Singer akan mengunjungi Rita. Singer datang untuk memperbaiki televisi. Ia memergoki Angelina dan melihat Rita sudah tergeletak dengan pisau tertancap di dada.”

“Singer berusaha menolong Rita agar bertahan hidup, tetapi tidak berhasil. Angelina ketakutan dan menjanjikan uang 5.000 dolar seraya menyerahkan cincin dan liontin miliknya. Bersama-sama mereka merobek pakaian Rita, menyiramnya dengan minyak tanah dan membakarnya."

"Istri saya?" tanya Frontada. "la melakukan hal itu?"

"Itu bisa saya buktikan. Tentu saja Singer tidak puas dengan uang sebesar 5.000 dolar dan perhiasan itu. Perhiasan itu diberikannya kepada teman wanitanya. Sebetulnya, hal itu merupakan kesalahannya yang pertama.

Kesalahannya yang kedua, ia terus memeras Angelina. Angelina sudah memberikan segalanya kepada Singer. Kotak penyimpanan Singer di bank penuh perhiasan. Saya pikir, Anda bisa membuktikan hal itu."

Mata Frontada menatap ke kejauhan, di pipinya masih ada air mata yang belum mengering.

"Tetapi mengapa ia tiba-tiba ...?" tanyanya. Kalimatnya terputus sebab tampaknya saat itu Frontada tiba-tiba tahu sendiri jawabannya.

"Angelina merasa harus melenyapkan Singer. Ia tidak mungkin membunuh orang sebesar dan sekuat Singer. Kemudian ia mencari akal dengan berpura-pura kesurupan orang mati. Ia hampir berhasil memfitnah Singer.”
“Keterangan seorang istri dokter 'kan lebih meyakinkan daripada keterangan seorang kulit hitam yang sedang menganggur. Tetapi ketika kami tertarik dengan cincin dan liontin itu, istri Singer insaf bahwa Singer bisa dituduh sebagai pembunuh tanpa bisa mengelak."

"Rasanya masih ada sesuatu, yang tidak saya mengerti," kata Jackson dalam perjalanan pulang. "Kertas yang ada di dalam mulut Rita."

"Ah, ya. Rupanya catatan itu bukan untuk kita. Rita sebenarnya berusaha untuk menghancurkannya. Ia tahu, kertas itu bisa digunakan untuk mencelakakan orang yang sangat dicintainya.”

“Mungkin Rita menuliskannya tidak lama sebelum Angelina datang. Dia merobek catatan dari bloknot itu dan menjejalkannya ke dalam mulutnya, sebelum ia roboh. Ia keburu meninggal, sebelum dapat menelan kertas itu.”

“Angelina maupun Singer juga sama sekali tidak memperhatikannya, ketika mereka menelanjangi korban dan mencoba untuk membakar rumah itu."

"Ironis sekali, bukan?"

"Ya. Ia mencoba menghancurkan bukti yang akhirnya menuntun kita ke arah itu.”

“Angelina Frontada membaca hal itu di surat kabar dan ia melihat kemungkinan untuk melenyapkan Albert Singer. Ternyata rencana itu pun gagal."

(J. Berney Dibble)

" ["url"]=> string(68) "https://plus.intisari.grid.id/read/553123043/nyonya-dokter-kesurupan" } ["sort"]=> array(1) { [0]=> int(1644400683000) } } }