Kembali ke Intisari News
November 11, 2022
Alat Kedokteran Itu 'Berbicara'
Alat Kedokteran Itu Berbicara
Alat Kedokteran Itu Berbicara (Ivan Samkov)
Penulis Intisari Plus
Editor Ade S

Intisari Plus - Tadao dan Koichi ditawari menjadi kurir heroin. Rupanya ia gampang tergiur, meski harus dibayar dengan sesuatu yang berharga.

-------------------

Sabtu malam di Blod Alley, Amsterdam, Belanda. Dua orang bermata sipit dan berkulit putih tampak asyik mengobrol di dalam bar Blackbeard. Dari wajahnya tak sulit menduga, keduanya orang Jepang. Yang satu berwajah bersih dan terlihat sebagai orang terpelajar. Satunya lagi berpakaian perlente, tampak sangat menikmati rokok dan birnya. Dari penampilannya ia kelihatan sebagai orang yang banyak duit.

Bunyi musik irama cepat berdentum memenuhi seluruh ruangan. Tak lama kemudian, saat keduanya asyik mengobrol, seorang lelaki menghampiri mereka. Dari gayanya ia kelihatannya “penguasa” bar itu. Tanpa banyak basa-basi, ia menawarkan mariyuana. “Ini Amsterdam, Bung!” katanya. “Perkenalkan, nama saya Blackbeard!” tambahnya.

Dengan sopan, Tadao, pria berwajah bersih itu menolak. Namun, tanpa basa-basi Koichi, pria satunya lagi yang berpenampilan lebih perlente, menerima tawaran itu. “Saya memang ingin benar-benar berlibur di sini,” kata Koichi. Setelah transaksi, lelaki bernama Blackbeard itu segera meninggalkan mereka berdua.

Sementara itu, pada saat nyaris bersamaan, sepasang pria dan wanita berambut cepak, berjaket kulit, masuk ke dalam bar. Mereka menuju kursi yang letaknya cukup jauh dari kursi Koichi dan Tadao. Koichi mematikan puntung rokoknya, lalu menyalakan lintingan mariyuana yang baru ia beli. “Ini Amsterdam, Man! Bukan Kyoto!” serunya pada Tadao.

Tadao diam saja. Ia hanya memandangi temannya menikmati daun surga itu. Nun jauh di meja lain, pasangan berambut cepak itu tampak mengamati kondisi sekeliling mereka. Ia bolak-balik melirik ke arah dua pria Jepang itu. Sepertinya, mereka ragu-ragu. Sampai akhirnya, setelah beberapa kali melirik, mereka menghampiri Tadao dan Koichi.

“Kami boleh bergabung?” tanya Pierre, lelaki Prancis yang sejak tadi melirik. 

Jangan biarkan penasaranmu tergantung.
Akses tanpa batas dengan Intisari Plus.