array(2) {
  [0]=>
  object(stdClass)#53 (6) {
    ["_index"]=>
    string(7) "article"
    ["_type"]=>
    string(4) "data"
    ["_id"]=>
    string(7) "3246983"
    ["_score"]=>
    NULL
    ["_source"]=>
    object(stdClass)#54 (9) {
      ["thumb_url"]=>
      string(113) "https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/750x500/photo/2022/04/21/8_thumbnail-intisariplus-sejarah-20220421055125.jpg"
      ["author"]=>
      array(1) {
        [0]=>
        object(stdClass)#55 (7) {
          ["twitter"]=>
          string(0) ""
          ["profile"]=>
          string(0) ""
          ["facebook"]=>
          string(0) ""
          ["name"]=>
          string(13) "Intisari Plus"
          ["photo"]=>
          string(0) ""
          ["id"]=>
          int(9347)
          ["email"]=>
          string(22) "plusintisari@gmail.com"
        }
      }
      ["description"]=>
      string(126) "Ayahnya juragan topi, ibunya asal Jawa, Indonesia. Awalnya, dia hanyalah seorang penari, lalu menjadi mata-mata kelas amatir. "
      ["section"]=>
      object(stdClass)#56 (7) {
        ["parent"]=>
        NULL
        ["name"]=>
        string(7) "Histori"
        ["description"]=>
        string(0) ""
        ["alias"]=>
        string(7) "history"
        ["id"]=>
        int(1367)
        ["keyword"]=>
        string(0) ""
        ["title"]=>
        string(23) "Intisari Plus - Histori"
      }
      ["photo_url"]=>
      string(113) "https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/945x630/photo/2022/04/21/8_thumbnail-intisariplus-sejarah-20220421055125.jpg"
      ["title"]=>
      string(24) "Mata-Mata Keturunan Jawa"
      ["published_date"]=>
      string(19) "2022-04-24 16:53:20"
      ["content"]=>
      string(24750) "

Intisari Plus - Ayahnya juragan topi, ibunya asal Jawa, Indonesia. Awalnya, dia hanyalah seorang penari, lalu menjadi mata-mata kelas amatir. Di kemudian hari, aktivitasnya sebagai spionase membawanya menjadi profesional.

---------------------------------------

Popularitas dan spionase tampaknya merupakan kombinasi yang tidak mungkin bersatu. Siapa yang mengira Margaretha Zelle yang cantik, seorang penari kelahiran Belanda, yang telah membuat seluruh Eropa terpesona di awal abad ke-20, dapat melakukan kegiatan mata-mata dengan baik? Faktanya, siapa yang akan mengira bahwa dia akan diingat sebagai salah satu mata-mata terkenal sepanjang masa?

Saat kepopulerannya sebagai penari sedang menanjak, dia mengadakan tur keliling ibu kota negara-negara Eropa, dari London ke Roma, Vienna ke Berlin. Di Paris, karena kepopulerannya, polisi dikerahkan untuk menjaga ketertiban orang orang yang ingin melihatnya. Ada juga sederetan orang terkenal yang menjadi penggemarnya, termasuk putra Kaisar Jerman, Putra Mahkota Wilhelm. Tapi kepopuleran Margaretha tidak seperti kepopuleran saat ini. Dulu, sebelum televisi, koran, dan majalah terobsesi dengan kehidupan selebritis, wajahnya cepat sekali memudar dari ingatan orang-orang.

Latar belakang kehidupan Margaretha sangatlah biasa. Dia dilahirkan pada 1876 dari keluarga pembuat topi yang cukup kaya dari Belanda dengan seorang istri dari Jawa. Dia dimanjakan dengan perlakuan istimewa, karena dianggap sebagai anak cantik yang luar biasa. Tetapi ibunya meninggal ketika dia baru berusia 14 tahun, lalu Margaretha dikirim ke sebuah biara. Pada usia 19 tahun, dia menikah dengan seorang tentara Belanda bernama Rudolph MacLeod. Pasangan ini meninggalkan negerinya untuk tinggal di Jawa, yang kemudian menjadi daerah jajahan Belanda.

Menjalani kehidupan pernikahan bagi Margaretha ternyata tidak mudah. MacCleod adalah orang yang kasar, sering bermabuk-mabukan, dan tidak setia. Dia juga mencoba menipu kenalannya dengan membuat mereka berada dalam situasi yang membahayakan dengan istrinya, dan kemudian memeras mereka.

Seorang putra lahir dari pasangan ini pada 1896, kemudian lahir pula seorang putri. Anak lelaki itu diracuni seorang pem bantu yang pernah disiksa MacCleod, dan kemudian meninggal. Tidak lama setelah kejadian yang tragis itu, Margaretha menceraikan suaminya dan kembali ke Belanda bersama dengan anak perempuannya.

Saat usia Margaretha mendekati 30, dia sendiri dan tidak punya uang sepeser pun. Dia juga tidak punya jalan yang pasti untuk membangun hidupnya. Yang dimilikinya adalah tubuh yang lemah gemulai dan ingatan yang samar-samar tentang tarian Jawa yang pernah dipelajarinya pada masa penjajahan, serta kecantikan yang memesona.

Margaretha Zelle menitipkan anak perempuannya pada keluarganya, dan dia bertekad menemukan kembali kehidupannya. Dia menuju Paris, dan dia datang sebagai penari oriental eksotik. Namanya kemudian menjadi Mata Hari, yang diartikan sebagai "mata di pagi hari". Dia segera mendapatkan pekerjaan di klub malam bergengsi, dan menjadi bahan pembicaraan di setiap penjuru kota. Margaretha juga seorang penari balet yang hebat, dan tampaknya dia mendapat tanggapan positif dari dunia balet. Sembilan tahun lamanya dia merasakan hidup sebagai selebritis, dengan penggemar-penggemar dari kalangan orang terkenal dan kaya-raya yang menaburinya uang dan perhiasan.

Tapi pada 1914, Perang Dunia I dimulai, kehidupan penuh kebahagiaan yang dirasakan Margaretha tiba-tiba berakhir. Saat itu dia berada di Berlin, dan secepatnya kembali ke Belanda.

Di masa perang, kehidupan sangatlah suram. Margaretha kala itu berusia hampir 40 tahun, dan untuk pertama kali dalam hidupnya dia merasa bosan. Kini dia sangat mendambakan kesenangan, setelah menghabiskan waktu dua tahun selama masa perang di Belanda yang merupakan wilayah netral, diam di rumah tanpa melakukan apapun.

Karena itu, ketika seorang tamu asing mengetuk pintu, di suatu malam pada Mei 1916, dia menyambutnya secara istimewa. Dia adalah Karl Kramer, atase pers untuk Konsulat Jerman di Belanda, dan dia memiliki permintaan yang luar biasa, Karl duduk bersamanya di meja makan. Setelah yakin mereka hanya berdua, Kramer mulai berbicara.

"Di masa-masa ketenaran Anda," Kramer menjelaskan dengan lembut. "Anda mengenal beberapa orang paling berkuasa di Eropa. Maukah Anda mempertimbangkan untuk kembali ke Paris saat ini juga dan bergaul kembali dengan orang-orang berpengaruh itu? Dan selama Anda mengerjakan itu, mungkin Anda dapat terus memberikan informasi tentang segala hal menarik yang mereka katakan?"

Margaretha terlihat sangat ingin tahu, tapi dia tidak memberikan tanggapan.

Kramer melanjutkan. "Kami akan memberikan bayaran yang cukup besar untuk informasi itu katakanlah 24.000 franc."

Margaretha membiarkan dirinya memperlihatkan sedikit ketertarikan. "Mungkin saja, Herr Kramer, mungkin saja. 24.000 franc tampaknya sangat cukup."

Tapi sebenarnya, Margaretha sangat bergairah. Adakah yang lebih menyenangkan daripada menjadi seorang mata-mata?

Kramer kembali datang ke rumahnya beberapa hari kemudian, membawa sebuah tas kecil dari kulit. Di dalamnya tersimpan uang 24.000 franc dan tiga botol kecil. Dua di antaranya berisi cairan transparan yang berwarna pucat, sementara yang lain berwarna cerah, biru kehijauan.

Kramer menjelaskan. "Madame Zelle sayang, ini adalah tinta yang tidak terlihat. Sekarang, perhatikan baik-baik. Pertama-tama, basahi lembaran kertas ini dengan cairan dari botol pertama, kemudian tuliskan informasi penting untukku dengan cairan dari botol kedua. Lalu oleskan cairan biru kehijauan ini di atasnya dan biarkan mengering..."

Margaretha memperhatikan dengan sangat tertarik. Kramer terlihat seperti seorang pesulap yang sedang mementaskan trik sulapnya.

"Kemudian Anda dapat menuliskan surat di atasnya, menceritakan tentang pertunjukan balet yang Anda tonton di malam sebelumnya, atau anjing poodle kesayanganmu, atau hal-hal lainnya. Kemudian, ketika surat ini sampai padaku, aku akan memerciki cairan kimia lain di atasnya, pesan di bawahnya akan muncul dan terbaca dengan jelas."

Kramer hampir saja menambahkan. "Pastikan Anda melakukannya dengan benar. Jika tertangkap, Anda mungkin saja ditembak."Tapi dia merasa ini akan menjadi ukuran realitas yang sulit diterima dalam dunia Margaretha. Bagaimanapun Karl tetap memberinya sebuah nama sandi—dia akan disebut sebagai "H21".

Margaretha kembali ke Paris hanya dengan sedikit kesulitan. Pada masa itu, perbatasan antara Prancis dan Belanda, yang merupakan wilayah netral, dijaga sangat ketat, dan polisi perbatasan hanya mengizinkan orang-orang dengan surat jalan khusus untuk melintas di antara dua negara. Pada saat itulah Margaretha menunjukkan betapa penting dirinya. Dia mengenal banyak orang penting di Prancis. Dia juga membawa beberapa surat penting dari politisi serta pejabat tinggi di dinas ketentaraan yang harus disampaikannya pada Konsulat Prancis di Amsterdam dan nantinya akan digunakan untuk membujuk para pejabat di sana untuk mengeluarkan surat jalan yang ampuh.

Margaretha tidak melakukan pekerjaannya sebagai mata-mata dengan serius. Baginya, pekerjaan itu hanyalah sebuah permainan, kesempatan untuk menghabiskan uang 24.000 franc. Beberapa laporan dengan tinta tak terlihat memang dikirimkan ke Kramer, tapi Margaretha menghabiskan sebagian besar waktunya untuk berhubungan lagi dengan teman-teman lama dan mendatangi tempat-tempat yang sering dikunjungi saat kejayaannya dulu. Sebenarnya, dia sedang menikmati hidupnya.

Sementara Margaretha tidak serius menjalankan tugasnya sebagai mata-mata, tidak demikian Dinas Rahasia Prancis dan Inggris. Mereka telah menerima laporan bahwa Margaretha mungkin adalah mata-mata Jerman, dan mereka mengawasinya dengan cermat. Tapi tidak ada tindakan yang dapat menjadi alasan untuk percaya bahwa kecurigaan mereka benar.

Di Paris, Margaretha bertemu dengan seorang tentara muda Rusia bernama Vladimir de Masloff—dan mereka saling jatuh cinta. Suatu saat, Vladimir yang sedang bertempur di sepanjang perbatasan Prancis, terluka di Front Barat. Margaretha sangat ingin bertemu dengannya, tapi Vladimir dikirim ke rumah sakit dekat front, yang tertutup untuk kalangan sipil. Margaretha segera menemui Menteri Urusan Perang, untuk meminta izin menemui kekasihnya. Sampai di sana, dia harus berbaris sampai ke pintu pertama yang dituju. Di depannya duduk seorang petugas dengan meja tulis besar yang terlihat seperti milik pejabat penting, dan Margaretha mulai menjelaskan maksud kedatangannya.

Margaretha tidak tahu kalau gedung Kementerian Urusan Perang juga adalah Markas Dinas Keamanan Prancis. Dengan perasaan canggung, dia menyadari sedang duduk berseberangan dengan Kapten Georges Ladoux, Kepala Dinas Counterintelligence Prancis—badan yang dibentuk untuk menginvestigasi mata-mata asing.

Dia mengetahui semua hal tentang Margaretha Zelle, dan sangat menyadari adanya kemungkinan bahwa Margaretha adalah seorang mata-mata. Margaretha sekarang ada di sini, tepat di hadapannya, mengatakan ingin mengunjungi wilayah yang terlarang. Ini adalah sebuah keberuntungan. Dia mencoba untuk menggiringnya, dan mengatakan akan segera memberikan surat izin. Ketika Margaretha pergi, dia segera memanggil dua agennya dan menyuruh mereka mengikuti serta mengawasi Margaretha.

Tentu saja, Margaretha meminta izin dengan tujuan hanya untuk mengunjungi Vladimir. Agen-agen Ladoux tidak menemukan satu pun hal mencurigakan yang dapat dilaporkan. Maka, setelah kembali, Ladoux memanggil Margaretha ke kantor. Sama seperti Karl Kramer, dia juga mengetahui bahwa Margaretha memiliki banyak teman di kalangan atas, dia menawarkan apakah bersedia melakukan perjalanan kembali ke Jerman dan melakukan kegiatan spionase kecil-kecilan untuk Prancis.

Nasib sedang menawarkan lembaran keberuntungan lain padanya. Tapi dengan sangat tenang, dia memandang tepat ke mata Ladoux dan meminta bayaran satu juta franc. Ladoux berusaha keras untuk menjaga ekspresi wajahnya tidak berubah. Jumlah yang diminta itu lebih besar dari jumlah yang mampu dibayarkan untuk selusin agen terbaiknya. Dia kemudian berkata terus terang pada Margaretha.

"Madame Zelle....Anda sama sekali tidak kami kenal. Kami tidak tahu apakah kami dapat memercayaimu, dan bahkan ketika kami dapat memercayaimu, aku hanya dapat membayarmu tidak lebih dari 25.000 franc untuk pekerjaan ini." 

Margaretha tidak menghiraukan. Tampaknya situasi ini akan menjadi lebih buruk. Dia membuat kesalahan fatal, dia sudah menandatangani surat kematiannya sendiri. Karena ingin menunjukkan betapa berharga dirinya, dia menyombongkan diri. "Aku kenal seseorang yang dapat mengatur segalanya untukku di Jerman ini. Namanya Kramer."

Ladoux mengenal orang ini. Jika Margaretha Zelle akrab dengannya, maka sangat besar kemungkinan kalau dia adalah mata-mata Jerman. Dia meminta Margaretha untuk kembali ke Belanda dan menunggu perintah.

Margaretha kembali ke rumah lewat jalur laut, tapi dalam perjalanan, kapalnya dihentikan oleh kapal Inggris di Terusan Inggris. Pihak Inggris sedang mencari seorang agen Jerman berbahaya bernama Clara Benedict, dan mereka membawa foto wanita yang mereka cari. Malang bagi Margaretha karena dia dilahirkan sangat mirip dengan Clara. Karenanya, dia segera ditangkap lalu dibawa ke Inggris.

Selama dua minggu dia harus menjalani interogasi. Setelah melewati hari-hari yang penuh dengan suara-suara kasar dan situasi yang tidak menyenangkan, Margaretha akhirnya meyakinkan pihak Inggris bahwa dia adalah Mata Hari, dan bukan Clara Benedict. Meskipun demikian, dia tidak dibebaskan. Interogatornya, Sir Basil Thomas, berkata padanya, "Aku sangat senang jika dapat membebaskanmu, tapi ada hal mencurigakan yang terjadi. Kami telah dihubungi oleh orang-orang kami di Belanda, mereka mengatakan bahwa Madame Zelle, atau Mata Hari dicurigai sebagai agen Jerman."

Kedok Margaretha tampaknya hampir terbongkar. Dia berpikir dengan serampangan, kemudian berteriak, "Aku bukan agen Jerman. Aku bekerja untuk Kapten Ladoux di Paris."

Thomas segera menghubungi Ladoux. "Aku tidak pernah mendengar tentang dia," begitu jawabannya dengan nada heran. Ladoux tentu saja tidak ingin mengakui bahwa dia meminta Margaretha menjadi mata-mata untuk kepentingan Prancis.

Akhirnya, pihak Inggris melepaskan Margaretha. Thomas mencarikan tempat di sebuah kapal yang menuju ke wilayah netral di Spanyol, dan memperingatkannya untuk meninggalkan apa yang dilakukannya sekarang, karena ini adalah permainan yang sangat berbahaya. Tapi ternyata mengirim Margaretha ke Spanyol adalah pilihan yang keliru. Madrid adalah sebuah kota yang penuh dengan mata-mata dari berbagai negara.

Sekali lagi Margaretha jatuh miskin, dia tak punya uang sepeser pun, tapi kali ini dia berada di negeri asing. Dia memutuskan untuk bekerja keras dan melakukan pekerjaan mata-mata secara serius.

Karena tidak yakin akan bekerja untuk pihak Prancis atau pihak Jerman, Margaretha memutuskan menjadi mata-mata untuk kedua pihak—bagaimanapun, dia beralasan, mereka pernah melakukan hal bodoh dengan menyuruhnya melakukan hal yang sama sebelumnya. Kepada pihak Prancis, dia memberikan laporan mengenai mendaratnya seorang agen Jerman yang menumpang sebuah kapal di pantai Maroko. Kepada pihak Jerman, dia menyampaikan berita rencana penyerangan pasukan Prancis dan Inggris.

Tapi semua informasi itu tidak penting, dan tidak lebih dari informasi yang sudah diyakini masing-masing pihak sebagai informasi yang sudah diketahui pihak lain. Dinas rahasia Prancis dan Jerman mencoba mengujinya, dan hampir yakin bahwa dia bekerja untuk kedua pihak. Akhirnya pihak Jerman kehilangan kesabaran. Mereka sudah membuang 24.000 franc, dan itu sudah cukup. Mereka dengan sengaja membocorkan informasi untuk pihak Prancis, untuk menegaskan keyakinan mereka bahwa Margaretha juga bekerja untuk Prancis.

Margaretha dipanggil ke Paris. Sesampainya di sana, dia segera ditangkap, lalu dibawa ke Dinas Rahasia Prancis, agar menghadap Kapten Bouchardon untuk diwawancarai lebih lanjut. Bouchardon berharap dapat melihat kembali kecantikan yang legendaris itu, tapi dia sangat terkejut ketika melihat Mata Hari yang terlihat lelah dan kurus kering.

Margaretha mungkin merasa lelah, tapi dia tidak ingin menyerah tanpa memberikan perlawanan. Selama mereka berbicara, dia menyangkal semuanya. Dalam kekalutan dia mencoba memberikan penjelasan tentang perjanjiannya dengan Dinas Rahasia Jerman. Dia bahkan mencoba menipu dengan mengatakan bahwa pembayaran 24.000 franc itu adalah kompensasi untuk beberapa pakaian bulu yang ditinggalkannya di Berlin.

Bouchardon memperhatikan Margaretha Zelle dan menarik napas dalam-dalam. Dia mengingatnya sebagai seorang penari eksotik terkenal sebelum masa perang yang di Paris. Betapa dia telah berubah. Sangat jelas terlihat, dia tidak lagi memiliki kecantikan eksotis yang telah memukau seluruh dunia, tapi dia tetaplah wanita yang penuh pesona dan Bouchardon pun tidak kebal dengan pesonanya.

Bouchardon menyadari, segala hal tentang Margaretha menunjukkan bahwa dia hanyalah seorang amatir yang kebingungan. Apapun informasi yang disampaikan pada pihak Jerman dapat dipastikan sebagai informasi yang tidak berguna. dan dia juga bekerja untuk Prancis. Di waktu lain, mereka dapat saja menyuruhnya kembali ke Belanda dengan peringatan keras untuk tidak kembali ke Paris. Tapi perang semakin memburuk untuk pihak Prancis. Jutaan orang terbunuh dan rakyat membutuhkan seseorang untuk dikorbankan. Mata-mata, dikatakan, berada di mana-mana. Maka dibutuhkan sebuah contoh. Maka bahwa Margaretha diadili seba, i seorang mata-mata—kejahatan yang layak untuk dijatuhi hukuman mati.

Pada 24 Juli 1917, Margaretha Zelle berdiri di hadapan pengadilan tertutup militer. Persidangan untuk memutuskan nasib hidupnya. Pengacaranya adalah seorang pengagum lama yang tidak dapat memercayai kalau dia adalah pengkhianat Prancis, berharap dapat menghubungi teman-temannya di masa lampau sebagai saksi yang cukup berkarakter untuk membelanya. Tapi tampaknya semua orang berbalik melawannya. Tidak ada yang ingin diketahui umum sebagai teman seorang wanita yang sekarang dikenal sebagai mata-mata Jerman yang berbahaya.

Persidangan itu berjalan buruk sejak awal, meskipun Margaretha berusaha membela dirinya dengan sangat berani. Seperti yang dilakukannya terhadap Bouchard, dia mencoba untuk memutarbalikkan bukti pembayaran dari pihak Jerman sebagai kompensasi atas barang miliknya yang hilang atau pemberian dari para penggemar. Semuanya tampak semakin tidak masuk akal. Yang sama tidak masuk akalnya adalah bahwa penuntut mendeskripsikan Margaretha sebagai "salah satu mata-mata besar di abad ini", dan dia juga dikatakan "bertanggungjawab untuk kematian puluhan dari ribuan prajurit". Margaretha mendengarkan tuntutan itu dengan tegar. Tapi ketika penuntut mengungkapkan kode nama rahasianya dari pihak Jerman, H21, kekuatan dan ketenangannya runtuh. Dia mulai panik dan seluruh badannya gemetar.

Seluruh proses persidangan ini berlangsung kurang dari dua hari. Margaretha dinyatakan bersalah melakukan kegiatan mata-mata terhadap Prancis dan dia dijatuhi hukuman mati. Margaretha sangat terguncang, dia masih tidak percaya, kehidupannya yang dulu indah kini berubah menjadi sangat buruk.

"Ini tidak mungkin. Tidak mungkin." kata-kata itu diulangnya terus menerus.

Margaretha menyaksikan musim panas yang berubah menjadi musim gugur dari jendela selnya. Permohonan naik bandingnya ditolak, dan hari ini adalah hari eksekusi untuknya—15 Oktober. Dia akan dibawa ke Vincennes, sebuah bangunan besar di perbatasan Paris, di sana dia sudah menunggu regu penembak.

Margaretha tidur dengan nyenyak malam sebelumnya, dan dibangunkan oleh Kapten Bouchardon pada pukul 4.00 pagi. Di dalam selnya ada dua biarawati yang menemani.

"Ini tidak mungkin," katanya lagi pada mereka. Kemudian dia meneruskan, "Jangan khawatir, saudariku. Aku tahu bagaimana aku harus meninggalkan dunia ini. Kau akan melihat kematian yang indah."

Dia telah memutuskan akan meninggalkan dunia ini seperti hidupnya selama ini—dengan segala macam kemewahan. Dia menyiapkan pakaian mewah, sepasang sepatu yang indah, selendang, topi, dan sarung tangan panjang. Dia terlihat sangat tenang.

"Kenapa kalian memiliki kebiasaan mengeksekusi orang di saat fajar?" dia berkata pada kedua biarawati itu. "Di India dan di negara lain, eksekusi biasa dilakukan pada sore hari. Aku lebih suka pergi ke Vincennes sekitar pukul 15.00, setelah makan siang yang lezat."

Margaretha telah melewati dua jam terakhir hidupnya. Dengan mantap dia melangkah keluar dari mobil yang membawanya ke Vincennes. Dengan penuh percaya diri pula dia berjalan menuju ke depan regu tembak. Dia menolak ditutup matanya dan tidak ingin diikat di tiang pancang saat dieksekusi.

Semua berlangsung dengan sangat cepat. Dua belas tembakan terdengar, dan dia merosot ke tanah. Bersama dengan hilangnya kabut pagi, tubuh yang telah membuat dunia terpesona itu dimasukkan ke dalam peti mati, lalu dibawa pergi.

 

Kelanjutannya

Mata Hari masih terus menjadi objek yang memesona dalam dunia spionase. Banyak fotografer yang tetap menampilkan foto-foto penari itu di masa kejayaannya, dan memastikan bahwa dia tetap dikenal setelah lebih dari 80 tahun kematiannya. Nama panggungnya dijadikan deskripsi untuk segala hal yang berhubungan dengan wanita cantik yang menjadi mata-mata. Di Belanda didirikan Mata Hari Foundation, organisasi yang dibentuk untuk membuktikan bahwa Margaretha tidak bersalah atas tuduhan yang diajukan padanya, dan anggotanya tetap berharap bahwa suatu hari nanti Margaretha akan menerima pengampunan resmi.

Kisahnya menjadi sumber beberapa film, bahkan untuk kreasi film James Bond, dia menjadi simbol klasik dan kemewahan dunia spionase. Greta Garbo memerankannya tahun 1931 dalam film berjudul Mata Hari. Sama seperti banyak film lainnya, kebenaran cerita ini terkubur dalam kisah dramanya, yang memfokuskan pada hubungan cinta Mata Hari dengan Vladimir de Masloff. Dalam film itu, dia mengirimkan berita pada kekasihnya bahwa dia meningga. di rumah sakit, bukan ditembak mati. Film lain tentang hidupnya dibuat pada 1985, kali ini dibintangi oleh Sylva Kristel.

Di akhir 1990, Margaretha kembali menjadi berita, untuk alasan yang sangat aneh. Setelah eksekusi, kepalanya disimpan di sebuah museum pribadi, tapi kemudian dicuri dan lama tidak ditemukan kembali.

Daya pikat Mata Hari terus ada sampai abad ke-21, dan baru-baru ini sebuah paket software untuk mengeluarkan informasi internet yang sulit ditemukan, diberi nama sesuai namanya: Mata Hari.

 

---

Nukilan dari buku:

TRUE SPY STORIES

Kisah Nyata Mata-Mata Dunia

Oleh Paul Dowswell & Fergus Fleming

" ["url"]=> string(69) "https://plus.intisari.grid.id/read/553246983/mata-mata-keturunan-jawa" } ["sort"]=> array(1) { [0]=> int(1650819200000) } } [1]=> object(stdClass)#57 (6) { ["_index"]=> string(7) "article" ["_type"]=> string(4) "data" ["_id"]=> string(7) "3246648" ["_score"]=> NULL ["_source"]=> object(stdClass)#58 (9) { ["thumb_url"]=> string(113) "https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/750x500/photo/2022/04/20/2_thumbnail-intisariplus-sejarah-20220420075334.jpg" ["author"]=> array(1) { [0]=> object(stdClass)#59 (7) { ["twitter"]=> string(0) "" ["profile"]=> string(0) "" ["facebook"]=> string(0) "" ["name"]=> string(13) "Intisari Plus" ["photo"]=> string(0) "" ["id"]=> int(9347) ["email"]=> string(22) "plusintisari@gmail.com" } } ["description"]=> string(143) "Yevno Azef, mata-mata untuk polisi rahasia Rusia, menyamar di antara kelompok revolusionis di St. Petersburg. Sampai kapan dia dapat dipercaya?" ["section"]=> object(stdClass)#60 (7) { ["parent"]=> NULL ["name"]=> string(7) "Histori" ["description"]=> string(0) "" ["alias"]=> string(7) "history" ["id"]=> int(1367) ["keyword"]=> string(0) "" ["title"]=> string(23) "Intisari Plus - Histori" } ["photo_url"]=> string(113) "https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/945x630/photo/2022/04/20/2_thumbnail-intisariplus-sejarah-20220420075334.jpg" ["title"]=> string(21) "Agen Ganda untuk Czar" ["published_date"]=> string(19) "2022-04-24 16:37:00" ["content"]=> string(20700) "

Intisari Plus - Yevno Azef, mata-mata untuk polisi rahasia Rusia, menyamar di antara kelompok revolusionis di St. Petersburg. Sampai kapan dia dapat dipercaya?

---------------------------------------

Pada dekade sebelum masa revolusi komunis tahun 1917, Rusa memiliki andil yang lebih besar. Banyak revolusionis fanatik yang bersedia mengorbankan hidupnya untuk mengembangkan apa yang mereka anut. Ada dukungan dari Kerajaan Rusia, yang juga bersiap menghadapi segala ancaman bagi posisi mereka.

Dalam situasi seperti ini selalu ada orang berdarah dingin yang mencoba mengambil keuntungan. Sosok seperti Yevno Azev dideskripsikan seorang penulis biografi sebagai "orang dengan karakter yang paling menyedihkan dalam sejarah revolusi Rusia", dia suka mengkhianati dan menghancurkan orang-orang yang menghalangi langkahnya. Tidak seperti mata-mata lainnya, yang termotivasi oleh moral atau pendirian yang kuat, Azev hanya memperhatikan satu hal: uang.

Kisahnya berawal dari Provinsi Grodniensky, Rusia—pada tahun 1869. Lahir dari orangtua Yahudi yang miskin, Azev, seperti semua Yahudi-Rusia, menghadapi hidup penuh siksaan. Meskipun hidup dalam kemiskinan, Azev muda sangat cerdas dan berhasil di sekolahnya. Tapi sejak dia meninggalkan rumah pada 1890, hidupnya jadi tidak menentu, dan dia berpindah-pindah dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain. Seperti anak muda yang lain, dia menceburkan diri dalam politik sayap kiri, dan pada 1892 dia menandatangani manifesto politik yang mencela penguasa Rusia, The Czar. Hal sampai ke telinga Okhrana, dinas polisi rahasia yang ditakuti. Ketika Okhrana mulai menangkapi semua orang yang menandatangani dokumen tersebut, Azev terpaksa melarikan diri. Tujuan akhirnya adalah Karlsruhe, Jerman, tempat dia melanjutkan pendidikannya di universitas lokal di jurusan teknik elektro.

Banyak teman kuliah Azev yang juga pelarian dari Rusia Dia bergabung dengan sebuah kelompok yang bergerak di bidang politik, namanya Social Democratic Society. Di perkumpulan inilah dia bertemu dengan para pemuda yang berseberangan keras dengan rezim Czar, yang bersiap menyerahkan hidup mereka dalam perjuangan menjatuhkan Czar.

Karena kemiskinan dan penderitaan, Azev melakukan segala hal untuk mendapatkan uang. Dia menulis surat kepada Dinas Kepolisian Rahasia Okhrana, menawarkan diri untuk mata-matai para mahasiswa revolusionis ini. Pihak Okhrana menguvestigasi Azev dan menyukainya. Laporannya berbunyi: 

"Dia cerdas dan pandai membuat tipuan. Dapat diasumsi kan bahwa kerakusannya terhadap uang dan kebutuhannya saat ini membuatnya sangat bersemangat menjalankan tugasnya."

Penilaian yang sangat tepat. Azev mulai menerima gaji—50 rouble dalam sebulan—yang dapat membuatnya hidup dalam kenyamanan. Pintarnya, dia menimbun sebagian besar pendapatannya dan tetap menjalani hidup dengan sangat sederhana. Ketika menggunakan uang itu, dia mengatakan pada teman-teman mahasiswanya bahwa dia menerima bantuan dari yayasan Yahudi untuk membiayai pendidikannya.

Dengan berada di dua pihak yang berbeda, karir Azev terus meningkat. Dalam perkumpulannya, dia mengambil posisi penting tentu saja dibayar tinggi—mengorganisasi dan mengkoordinasi berbagai kelompok revolusionis yang anti-Czar yang mengasingkan diri hingga ke Eropa. Dalam perjalanannya dia menyeberang ke organisasi lain yang bahkan lebih radikal, namanya Union of Social Revolutionaries, dan dia bergabung dengan mereka. Selama perjalanan dan s negara ke negara lain, dia mengirimkan berkas-berkas informasi yang cukup banyak kepada Okhrana tentang musuh-musuh Czar yang mengasingkan diri ke Eropa

Karena sangat terkesan dengan laporan Azev, kepala Okhrana, namanya S.V. Zubatov, memberikan perhatian khusus. Dia mengakui Azev adalah orang yang sangat lick dan tidak bermoral—banyak orang yang seperti dia, sebenarnya—dan dia ingin membuat lebih banyak lagi agen-agen bernilai tinggi seperti dia. Yang ada dalam pikirannya adalah menggunakan Azev sebagai agen provokator—seorang yang bekerja dalam kelompok revolusionis, membujuk mereka untuk melakukan aksi kekerasan, sehingga mereka dapat didiskreditkan atau dihukum. Zubatov akan membayar Azev lebih dari yang lain sehingga dia merasa sangat aman dengan loyalitasnya.

Atas perintah Zubatov, Azev kembali ke Rusia pada 1901 dan diberi uang untuk pindah ke Moskwa agar dapat bergaul dengan revolusionis anti-Czar. Dia menjadi anggota yang terkenal dan dipercaya dalam kelompok yang disebut Social Revolutionaries, dan segera memberikan informasi terinci kepada Okhrana tentang pemimpin-pemimpin kelompok ini, dan lokasi percetakan rahasia yang digunakan untuk mencetak pamflet dan juga poster revolusionis. Percetakan itu disita, dan perangkapan mulai dilakukan, tapi tidak ada kecurigaan pada Azev. Social Revolutionaries justru menyalahkan manajemen yang buruk sebagai penyebab kesialan ini dan mengangkat Azev untuk memperbaikinya. Pihak Okhrana sangat puas dan mereka melipatgandakan gajinya. Azev membalasnya dengan mengkhianati pimpinan organisasi ini. Setelah pimpinannya ditangkap, gaji Azev dinaikkan sepuluh kali lipat.

Social Revolutionaries memilih pemimpin baru, seorang muda yang berapi-api bernama Gershuni. Dia sangat mempercayai Azev, dan mereka bersama-sama membuat formasi pasukan teroris, yang dinamai Combat Section. Di sinilah Azev berperan sebagai agen provokator dengan sangat serius. Tugas pertama yang diberikan pada pasukan ini adalah pembunuhan terhadap Dimitri Sipyagin, Menteri Dalam Negeri Rusia.

Meskipun pada kenyataannya Azev adalah pegawai pemerintahan Czar, dia tidak menyesal sedikitpun ketika merencanakan pembunuhan terhadap salah satu menteri yang paling penting dalam pemerintahan. Lagi pula, cara apa yang dapat dilakukan untuk membuktikan loyalitasnya pada teman-teman revolusionis? Namun, dia tetap membayangkan bahwa pihak Okhrana pasti tidak akan terlalu suka jika salah agennya membunuh seorang menteri. Dia harus menipu mereka juga.

Jadi, dalam minggu ketika pembunuhan terhadap Sipyagin direncanakan, Azev melakukan perjalanan keluar Moskwa. Dengan cara ini dia dapat mengatakan pada Okhrana bahwa rencana diubah dan dia tidak punya waktu untuk mengubah alur cerita.

Pada 5 April 1902, seorang anggota Combat Section, seperti yang telah direncanakan sebelumnya, menuju ke kantor Menteri Dalam Negeri. Dia berpakaian seragam, lengkap dengan pedang dan pistol, dan membawa amplop yang dikatakannya harus diserahkan secara pribadi kepada menteri. Dia diantarkan ke kantor Sipyagin dan menyerahkan surat tersebut. Ini adalah 'surat kematian'. Seiring dengan ketakutan yang memuncak saat membaca surat tersebut, saat itu juga dia ditembak di belakang mejanya. Segera setelah pembunuhan itu, Azev memberikan nama pembunuh itu kepada polisi, dan orang itu ditangkap.

Azev meneruskan permainannya yang luar biasa berbahaya. Teman-teman revolusionisnya menginginkan lebih banyak pembunuhan, dan Azev bersedia membantu. Pemerintah yang mempekerjakan Azev mengharapkan adanya

peringatan akan terjadi aksi kejahatan untuk kepentingan revolusi. Azev memberikan beberapa nama untuk membuat mereka senang, tetapi menyembunyikan informasi yang cukup untuk dapat tetap melanjutkan aktivitas terornya sendiri.

Pengkhianatan yang dilakukan Azev dipilih dengan hati hati—orang-orang yang berpotensi menghalangi otoritasnya dalam Combat Section, atau orang yang mungkin akan mengetahui kerjasamanya dengan pihak Okhrana. Tentu saja Gershuni dipilih. Dia ditangkap dan dijatuhi hukuman penjara seumur hidup di penjara Siberia. Combat Section hancur karena kesialan ini dan memilih Azev untuk menggantikan pemimpin mereka. Promosi yang sangat bagus, sekarang ini Azev juga mengatur dana organisasi. Seperti gajinya dari pihak Okhrana, sebagian besar dana organisasi ini juga disimpannya untuk masa depan.

Meskipun keberanian dan kehebatan Combat Section berangsur-angsur menurun, kelompok ini meraih sukses yang spektakuler—beberapa beritanya tersiar ke seluruh penjuru dunia. Dengan petunjuk dan juga jadwal yang terinci yang dibuat Azev, mereka berencana membunuh Menteri Pendidikan Nicolai Bogolepov, Gubernur Ufa N.M. Bodganovich, dan Gubernur Finlandia N. I. Bobrikov. Azev selalu meminta maaf kepada Okhrana karena tidak memberitahukan beberapa serangan sebelumnya, tapi dia selalu memberikan nama pembunuh setelah kejadian. Tetap menghilangkan kecurigaan pihak Okhrana, dia merencanakan pembunuhan Dimitri Trepov, Kepala Polisi Moskow, sebanyak tiga kali. Setiap kali dia mengirimkan orang untuk membunuh Trepov, dia memberitahu pihak Okhrana terlebih dahulu dan pembunuhnya ditangkap sebelum mereka berhasil melakukan pembunuhan.

Pada 1904, Azev merencanakan gerakan Combat Section yang paling berani: pembunuhan terhadap Vyacheslav Plehve, pengganti Sipyagin dalam Kementerian Dalam Negeri. Saat menteri melintasi jalan St. Petersburg dengan kereta kuda, seorang pria kecil berkulit hitam berlari menyeberangi jalan dan memasukkan bungkusan kecil ke pangkuan Plehve. Peristiwa yang terjadi kemudian disaksikan oleh seorang jurnalis London yang mengirimkan laporan ini ke surat kabar tempatnya bekerja

"Tiba-tiba tanah di belakangku bergetar, suara gemuruh yang sangat dahsyat menulikan telingaku, jendela-jendela di kedua sisi jalan bergoyang-goyang, dan kacanya berhamburan di jalan yang berbatu. Seekor kuda yang mati, kubangan darah, potongan-potongan kereta kuda, dan sebuah lubang di tanah adalah pemandangan yang segera dapat kulihat."

Plehve adalah target yang tepat. Dialah menteri yang kejam dan dibenci banyak orang. Dia bertanggung jawab atas kekejamannya membunuh banyak musuh Czar, selain dia melarang semua perkumpulan dan pertemuan politik di Rusia. Dia juga adalah penganut paham anti-Yahudi fanatik yang kejam, dan telah melakukan banyak hal untuk melarang keberadaan orang Yahudi Rusia pada pekerjaan-pekerjaan dan pemukiman yang layak

Azev, tentu saja, punya sedikit keterlibatan dalam catatan perjalanan karir politik Plehve, meskipun anti-Yahudi, hanya selama dia memperoleh uang dari kedua pihak. Sekali lagi da meminta maaf pada Okhrana karena tidak dapat mencegah pembunuhan, tapi dia memberikan nama pelakunya.

Pembunuhan-pembunuhan lain terus berlanjut—Kepala Polisi Moskwa, pemimpin politik Yahudi, bahkan Grand Duke Sergei, Gubernur Jenderal Moskwa, yang juga paman Czar. Azev juga tetap merencanakan menjalankan pembunuhan yang akan diungkap di saat-saat terakhir, sehingga dia mendapat ucapan terimakasih untuk informasi yang dia berikan.

Segalanya mulai berubah. Tahun 1905 surat tanpa nama dikirimkan pada anggota Combat Section, yang isinya melaporkan bahwa Azev adalah mata-mata polisi Revolutionaries membuat pengadilan rahasia yang dihadiri Azev. Dia mencoba mencari jalan keluar dengan tenang. Teman-teman revolusionisnya berbaris untuk membela dirinya, memberitahu pada sidang bahwa sangat aneh jika seorang yang bertanggung jawab terhadap kematian seorang menteri Czar, Plehve, dan Grand Duke Sergei dituduh sebagai mata-mata polisi. Tuduhan ditolak. 

Azev beruntung dapat bebas, tapi kepercayaan dirima mulai runtuh. Pengirim surat tanpa nama itu masih sebuah misteri. Dia merasa mendapat keamanan dari kelompok Social Revolutionaries, jadi dia menduga pengkhianatnya pasti bekerja untuk pihak Okhrana. Malapetaka berikutnya mengikuti. Pembuat bom terbaik Combat Section meledakkan dirinya sendiri. Okhrana kemudian merampas seluruh persediaan dinamit. Dia sangat yakin tidak pernah memberitahu pihak Okhrana tentang ini, akhirnya dia menyimpulkan ada agen lain yang bekerja di antara mereka. Mungkin dia juga tengah dimata-matai. Yang terburuk dari semua, seorang agen Okhrama kemudian menyeberang ke Social Revolutionaries, dengan membawa dua nama anggotanya yang menjadi mata-mata untuk Okhrana.

Salah satu nama itu adalah orang yang diduga dikirim untuk memata-matainya. Dia sudah dibunuh dengan segera. Nama yang lain adalah Azev. Sekali lagi dibutuhkan keberuntungan, dan dia berusaha meyakinkan teman-teman sejawatnya bahwa dia berada di pihak mereka. 

Segera setelah itu, Azev diserang di jalan oleh dua orang penjahat. Mereka menikamnya, tapi dia dapat melarikan diri. Sekalipun mantel bulunya yang tebal itu mampu menahan pisau agar tak terlalu dalam menghunjam, tetap saja lukanya terhitung parah. Azev cukup cerdas untuk menyadari bahwa adalah peringatan dari Okhrana, untuk mengingatkan loyalitasnya. Hubungan dengan pihak Okhrana semakin buruk setelah kelompok revolusionis lain mencoba membunuh Perdana Menteri Rusia, Peter Stolypin. Ketegangan menjalani kehidupan ganda semakin besar, dan dia membubarkan Combat Section, lalu terbang ke Prancis.

"Hidupku selalu dalam ketakutan sejak penangkapan Gershuni," katanya. "Aku punya hak untuk beristirahat."

Kehidupan terlalu indah bagi Azev untuk dilewatkan. Pada awal 1907, Gershuni kembali ke St. Petersburg, melarikan diri dari penjara Siberia dengan bersembunyi di dalam tong asinan kubis. Dia bekerja dengan nama samaran, dan mulai mengampanyekan teror Social Revolutionaries. Okhrana memohon pada Azev untuk kembali bekerja. Sebuah kesempatan untuk meningkatkan hidupnya dan keyakinannya pada keberuntungan, menghapus keinginannya untuk bertahan.

Ketika kembali ke Rusia, Azev berhasil menemukan rencana Gershuni untuk membunuh Czar. Dia melaporkan ini pada Okhrana, yang segera menangkap 28 orang konspirator. Sementara itu, Gershuni meninggal. Kesehatannya menurun selama berada di Siberia dan kehidupan yang pend tekanan serta ketegangan sebagai revolusionis keras memperpendek hidupnya.

Azev kembali mengatur jalannya organisasi. Dia memperingatkan teman-teman revolusionisnya bahwa merencanakan dan mempersiapkan pembunuhan tingkat tinggi sangatlah mahal. Social Revolutionaries sepatutnya menyusun sebuah usaha untuk mendapatkan dana. Azev menyedot uang ini ke rekening pribadinya dan memberikan nama para revolusionis ini pada Okhrana.

Beberapa rencana dibuat. Seorang pemuka agama bergabung dengan para revolusionis dan menjadi sukarelawan untuk membunuh Czsar. Sekelompok pengebom mengatakan bahwa mereka dapat meledakkan kereta pribadi Czar. Sebuah rencana dibuat untuk membunuh Czar saat dia pergi ke Glasgow. Czar berencana ke Skotlandia untuk meresmikan sebuah kapal pesiar Rusia yang dibuat di sebuah galangan kapal yang ada di sana. Rencana ini tampaknya yang terhebat, dan Azev bahkan pergi ke Glasgow untuk mengawasi jalannya rencana pembunuhan itu. Tapi, seorang pelaut muda yang menjadi sukarelawan untuk melakukan pembunuhan berubah pikiran di saat-saat terakhir.

 

Hari ajal bagi Azev bersama Social Revolutionaries semakin dekat. Seorang anggota mereka, ahli sejarah yang berwatak halus bernama Vladimir Burtzev, mencurigai Azev sebagai mata-mata polisi. Dia melakukan penyelidikan sendiri, dan menemukan kekayaan Azev yang mencurigakan. Burtzev menghubungi pegawai pensiunan Okhrana, yang kemudian mengatakan bahwa Azev adalah informan utama mereka, saat itulah permainan dimulai.

Burtzev menyerahkan bukti ini sebelum pengadilan Social Revolutionaries, yang diadakan di Paris. Azev yang masih enggan meninggalkan sumber keberuntungan yang memberikan hasil secara cepat, tetap berani menghadiri persidangan itu. Sekali lagi diajukan bukti-bukti yang melawan Azev, tapi kali ini alibi dan alasannya justru membuktikan bahwa dia bersalah. Azev diperintahkan untuk kembali menghadiri persidangan di hari berikutnya untuk mendengarkan bukti-bukti lain yang memberatkannya, tapi dia mengetahui bahwa saat ini hidupnya dalam masalah besar. Azev diam-diam melarikan diri dari Paris, meninggalkan revolusi yang dijalankannya dengan sangat mengagumkan, dan pengkhianatan yang juga dilakukannya tanpa ampun, dengan harapan serta adanya isyarat untuk menikmati pensiun dengan sejahtera.

 

Kelanjutannya

Pada 1909, Azev terbang ke Jerman membawa segenggam paspor palsu— hadiah seumur hidup dari Okhrana. Dia datang bersama penyanyi kabaret Jerman yang dikenalnya di Rusia, Heddy de Hero.

Pasangan ini menetap dengan menggunakan salah satu dari banyak identitas palsu yang mereka miliki di tempat tinggal yang indah di Berlin. Azev menjadi anggota bursa saham Berlin dan menginvestasikan uangnya, juga uang milik orang lain—sesuatu yang dilakukannya dengan sangat sukses. Selama beberapa tahun semuanya berjalan baik. Azev dan Heddy begitu sempurna berbaur dengan masyarakat Berlin. Mereka menjamu teman-teman baru di rumah mereka yang dipenuhi perangkat perak, ukiran kaca, dan setidaknya satu buah grand piano.

Di musim panas 1912, saat berkunjung ke Frankfurt, Azev sedang duduk di bangku taman, secara kebetulan Vladimir Burtzev duduk di sampingnya. Setelah Azev berhasil menghilangkan kekagetannya, dua pria ini mulai bercakap cakap. Azev berusaha meyakinkan Burtzev bahwa dia bukan pengkhianat, dan berkata, "Jika kau tidak melaporkan hubunganku dengan Okhrana, aku akan berhasil membunuh Czar."

Azev tahu kalau Burtzev tidak mempercayainya, dan akan segera melaporkan pertemuan mereka pada teman-teman revolusionis. Tidak lama lagi akan segera dikirim seseorang ke Jerman untuk membunuhnya. Azev dan Heddy dipaksa untuk meninggalkan kehidupan mewah mereka sebagai penjual saham dan bersembunyi. Dua tahun kemudian mereka kembali ke Berlin, tapi Rusia dan Jerman sedang berperang. Azev telah menginvestasikan semua uangnya ke kurs dan saham Rusia, semua itu tidak ada nilainya sekarang. Para pelarian bangkrut. Hanya Heddy yang masih bertahan di sisinya, tapi keadaan terus memburuk. Tahun 1915, Azev ditangkap sebagai tersangka teroris dan dijebloskan ke dalam penjara selama dua setengah tahun. Ketika perang antara Jerman dan Rusia selesai, Azev dibebaskan, tetapi kondisi kesehatannya sangat menurun. Pada April 1918, dia pergi ke rumah sakit dengan keluhan pada ginjalnya, dan meninggal dunia seminggu kemudian.

Azev adalah salah satu agen ganda yang paling suk sepanjang sejarah. Dia menjalankan kedua pihak untuk saling melawan dan menang. Bagaimanapun, akhirnya kehebatannya tidak dikenang orang. Dia dikuburkan pada 26 April 1918 di pemakaman Berlin. Heddy de Hero adalah satu-satunya orang yang berduka atas kematiannya.

Setelah revolusi Rusia tahun 1917, file-file Okhrana diperiksa oleh pemimpin komunis Rusia yang baru. Lenin dan banyak orang lain mengakui Azev sebagai salah satu pemimpin revolusi yang hebat pada 1900-an, dan sangat terkejut saat mempelajari pengkhianatan ganda yang telah dilakukannya.

 

---

Nukilan dari buku:

TRUE SPY STORIES

Kisah Nyata Mata-Mata Dunia

Oleh Paul Dowswell & Fergus Fleming

" ["url"]=> string(66) "https://plus.intisari.grid.id/read/553246648/agen-ganda-untuk-czar" } ["sort"]=> array(1) { [0]=> int(1650818220000) } } }