array(1) {
  [0]=>
  object(stdClass)#49 (6) {
    ["_index"]=>
    string(7) "article"
    ["_type"]=>
    string(4) "data"
    ["_id"]=>
    string(7) "3834047"
    ["_score"]=>
    NULL
    ["_source"]=>
    object(stdClass)#50 (9) {
      ["thumb_url"]=>
      string(113) "https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/750x500/photo/2023/07/28/105-petunjuk-pertama-hanya-secui-20230728053811.jpg"
      ["author"]=>
      array(1) {
        [0]=>
        object(stdClass)#51 (7) {
          ["twitter"]=>
          string(0) ""
          ["profile"]=>
          string(0) ""
          ["facebook"]=>
          string(0) ""
          ["name"]=>
          string(5) "Ade S"
          ["photo"]=>
          string(54) "http://asset-a.grid.id/photo/2019/01/16/2423765631.png"
          ["id"]=>
          int(8011)
          ["email"]=>
          string(22) "ade.intisari@gmail.com"
        }
      }
      ["description"]=>
      string(146) "Serangkaian pembunuhan terjadi di Amerika Serikat. Polisi mulai mengumpulkan petunjuk mulai dari jenis kuku hingga jejak ban mobil yang digunakan."
      ["section"]=>
      object(stdClass)#52 (8) {
        ["parent"]=>
        NULL
        ["name"]=>
        string(8) "Kriminal"
        ["show"]=>
        int(1)
        ["alias"]=>
        string(5) "crime"
        ["description"]=>
        string(0) ""
        ["id"]=>
        int(1369)
        ["keyword"]=>
        string(0) ""
        ["title"]=>
        string(24) "Intisari Plus - Kriminal"
      }
      ["photo_url"]=>
      string(113) "https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/945x630/photo/2023/07/28/105-petunjuk-pertama-hanya-secui-20230728053811.jpg"
      ["title"]=>
      string(34) "Petunjuk Pertama hanya Secuil Kuku"
      ["published_date"]=>
      string(19) "2023-07-28 17:38:21"
      ["content"]=>
      string(28563) "

Intisari Plus - Serangkaian pembunuhan terjadi di Amerika Serikat, dimulai pada tahun 1963. Polisi mulai mengumpulkan petunjuk mulai dari jenis kuku hingga jejak ban mobil yang digunakan pembunuh.

----------

Pembunuhan beruntun yang terjadi di Amerika Serikat 9 tahun yang lalu ini, mulai pada hari Senin tanggal 15 Juli 1963. John Toye, seorang pengantar susu, pagi itu dengan kendaraan- bestelannya menuju Forest Hill dari arah Los Angeles. Pada suatu ketika, setelah mendaki suatu tanjakan, di tempat yang sepi ia melihat sesosok tubuh tengkurap di pinggir jalan sebelah kiri.

Mungkin seorang pemabuk yang tertidur di tengah jalan, pikir Toye. Pandangan seperti itu tak jarang dijumpai pada hari pertama setelah akhir pekan. Tapi Toye toh berhenti untuk melihat orang itu.

Toye menjumpai pandangan yang menakutkan. Dengan matanya yang terbelalak, orang di pinggir jalan itu sudah tak bernyawa. Pada lehernya tampak bekas jari-jari pembunuh yang mencekiknya. Beberapa tempat sekitar leher berwarna biru lebam, menandakan perdarahan di bawah permukaan kulit.

Di sekitar tempat itu tak ada telepon umum dan pos polisi yang terdekat kira-kira 12 km. Maka dicegatnya sebuah mobil yang kebetulan lewat, Kepada pengendaranya, Toye minta supaya menelepon polisi di pompa bensin terdekat, sementara ia sendiri, Toye, akan menunggui korban.

Tak lama kemudian polisi sudah datang di tempat kejadian. Keadaan korban diteliti dengan saksama. Bekas-bekas pencekikan menunjukkan bahwa pembunuh mempunyai jari-jari yang ramping. Leher korban diperiksa dengan kaca-pembesar. Ternyata pada bekas jari-jari pembunuh itu tertinggal cuilan kuku berlapis lak. Rupanya si pembunuh adalah seorang wanita.

Patahan kuku yang hanya secuil itu dikirim ke laboratorium FBI. Penelitian menunjukkan bahwa kuku itu berlapis lak yang dikenal dengan nama ”Opale Rose’’ dan banyak beredar di pasaran Amerika.

Kesimpulan ini dapat dijumpai berkat suatu teknik penelitian yang disebut “pyrolysa", yaitu penguraian sistem api. Teknik ini dikembangkan khusus untuk meneliti susunan bekas-bekas cat dalam jumlah yang kecil sekali.

Caranya: bahan yang hendak diselidiki, dengan pesawat-pyolysa diurai di atas lempeng logam yang dipanasi. Pemanasan menyebabkan penguapan. Bahan yang terlepas dalam bentuk uap itu dengan alat tertentu disemprotkan di atas selembar kaca, di mana uap itu mengendap.

Pelat kaca diputar dan secara teratur pada saat-saat tertentu dihentikan. Bila pelat kaca berhenti, lempeng logam diukur suhunya. Sistem pemanasan dengan berbagai suhu yang menyebabkan berbagai penguapan bahan cat itu, memungkinkan analisa yang amat cermat, walaupun bahan cat itu hanya tersedia dalam jumlah kecil sekali. Tentu pengamatan bahan-bahan ini harus dilakukan dengan mikroskop.

Hasil pemeriksaan dibandingkan dengan berbagai data. Dan berkat perbandingan-perbandingan ini lak yang ditemukan pada patahan kuku itu dapat diketahui secara lebih persis lagi. Lak itu ialah “Opale Rose’’ nomor 53, buatan firma Northam Warren di New York.

Pengetahuan tentang jenis lak kuku ini tentu saja tidak dapat secara langsung menunjukkan jejak pembunuh. Sebab lak kuku itu dijual di mana-mana di seluruh Amerika Serikat. Tetapi dalam pengusutan selanjutnya, data tentang lak kuku ini ternyata merupakan mata-rantai penting dalam usaha menemukan pelaku pembunuhan tersebut. 

Pemeriksaan mayat memberikan data tambahan yang menarik. Dalam tubuh korban ditemukan suatu jenis zat pembius. Sekali lagi di sini diperoleh petunjuk bahwa si pembunuh rupanya seorang wanita. Karena secara fisik kalah kuat dengan calon korbannya, maka si penjahat terlebih dahulu harus membuatnya tak berdaya sebelum dapat mencekiknya.

Pembunuh ini cukup cerdik. Ia tidak menggunakan “tetesan-tetesan knock-out” yang kebanyakan hanya membuat korban tidur lelap. Pemeriksaan air seni terbunuh, menunjukkan bahwa wanita itu mempergunakan scopolamine yang dimasukkan ke dalam kopi. Efek zat pembius ini ialah: tangan dan kaki korban menjadi seperti lumpuh. Hingga seandainya pada saat dicekik, korban terbangun, ia tak dapat membela diri.

Zat ini masih mempunyai ciri khusus lain. Yaitu 6 sampai 8 jam setelah ditelan, zat itu tidak terdapat lagi dalam air-seni orang yang bersangkutan. Untung, korban pembunuhan tanggal 15 Juli 1963 itu ditemukan oleh Toye sebelum masa 6 sampai 8 jam itu lewat. Data tentang obat bius ini nantinya juga memegang peranan penting dalam pencarian penjahat.

Mengenai identitas korban, dengan memanfaatkan dokumentasi sidik jari pada FBI di Washington berhasil diketahui bahwa ia bernama James F. O’Hara. Ia bekas opsir angkatan laut. Pada waktu terbunuh, O’Hara bekerja sebagai wakil sebuah firma obat-obatan di San Francisco dan berada di Los Angeles dalam rangka dinas.

Kira-kira 4 minggu setelah matinya James O'Hara, terjadi lagi pembunuhan yang rupanya dilakukan oleh orang yang sama. Korban kali ini seorang laki-laki dari kalangan film Hollywood. Namanya Robert S. Merwin, seorang pemain figuran.

Merwin rupanya terbunuh Sabtu malam tanggal 10 Agustus 1963. Mayatnya ditemukan keesokan harinya di depan pagar sebuah rumah peristirahatan, tak jauh dari jalan besar L’Arroya — Seco, masih dalam kawasan Los Angeles. Mayat Merwin berlumuran darah. Ia tidak hanya dicekik sampai meninggal, tapi masih dianiaya. Para ahli jiwa dari dinas kepolisian menduga, bahwa pelaku pembunuhan ini seorang wanita yang jiwanya tak normal atau terganggu. Mungkin ini akibat pengalaman pahit dalam percintaan hingga ia menaruh benci yang mendalam terhadap kaum lelaki.

Pembunuh kali ini meninggalkan jejak lain. Ia membawa korbannya ke tempat yang sepi itu dengan mobil. Kebetulan sehari sebelumnya, di daerah itu turun hujan. Tanah lunak dan becek dengan akibat bahwa mobilnya meninggalkan bekas, yaitu jejak ban kiri depan dan belakang, tak jauh dari tempat korban ditemukan.

Dilihat dari jalur jejaknya, ban itu agaknya masih baru. Belum lagi jalan 4.000 km. Ban itu ukuran menengah. Bagi seorang pengamat yang ahli, bukan saja ban lama, tapi juga setiap ban baru mempunyai “wajah” dengan ciri-ciri khusus yang tidak terdapat pada ban baru lainnya dari pabrik yang sama. Ciri individual itu antara lain terdapat pada jalur-jalur berlekuk-lekuk atau bergerigi. Juga jejak ban ini nantinya akan membantu polisi.

Seperti dikatakan di atas, Merwin menerima ajalnya pada tanggal 10 Agustus 1963. Menurut hasil penyelidikan, Sabtu malam Minggu itu, Merwin berkencan dengan seorang wanita muda yang tinggal di hotel Monarch.

Wanita ini dibayangi polisi. Ternyata ia berkendaraan Chevrolet 1961. Tapi ban mobil ini tidak cocok dengan jejak ban di tempat pembunuhan. Dan nona itu mempergunakan lak kuku jenis dan merek lain. Lagi pula jelas bahwa ia tidak meninggalkan hotel setelah sia-sia menunggu kedatangan Merwin yang telah berjanji sore itu akan menemuinya. Alibi ini diperoleh polisi dari kesaksian suami-istri pemilik hotel, yang malam itu makan semeja dengan nona tersebut.

Baru saja seminggu berlalu telah terjadi lagi pembunuhan ketiga korbannya seorang laki-laki yang menginap di hotel Monarch. Namanya James Tool bright, kuasa sebuah perusahaan dagang. Tanggal 18 Agustus ia keluar dari hotel dan berjalan hanya beberapa puluh meter ke Garasi-Baltimore yang terletak di pinggir jalan yang sama, untuk mengambil mobilnya. Menurut rencana, ia akan pergi ke Illinois.

Memang ia jadi pergi dengan mobilnya. Tapi keesokan harinya, tanggal 19 Agustus, Toolbright sudah almarhum. Mayatnya tersembunyi dalam ruang bagasi mobilnya sendiri yang ditemukan di jalan buntu dalam hutan sepi. kira-kira 40 km dari Hollywood. Penemunya seorang pengawas hutan yang melihat mobil Toolbright diparkir seharian di tempat yang sunyi itu.

Mobil diperiksa oleh polisi. Setir, hendel ruang bagasi, tempat kunci kontak dan bagian-bagian lain, semuanya diteliti. Tapi tak ditemukan sidik jari ataupun tanda-tanda yang dapat memberi petunjuk tentang si pembunuh.

Komandan polisi, Inspektur James R. Cramer kini memerintahkan agar hotel Monarch diawasi secara ketat. Semua penghuni hotel diwawancara. Di antara para penghuni hotel terdapat seorang wanita bernama Helen Scharper, direktris sebuah toko. Sudah sejak beberapa tahun ia mengenal James Toolbright. 

“James seorang pembujang. Ia sering diejek teman-temannya, karena masih saja ia belum mau kawin”, kata Helen Scharper.  

Lalu wanita ini mengisahkan, bahwa ia merasa heran ketika beberapa waktu yang lalu, melihat James Toolbright bersama-sama dengan seorang wanita berambut pirang. Karena hal ini baginya luar biasa, maka Helen Scharper memperhatikan wanita itu. 

Untung bagi polisi bahwa saksi yang satu ini pandai menggambar Helen Scharper yang pernah bekerja sebagai pelukis mode, membuat lukisan wanita yang dilihatnya bersama James Toolbright itu. Tentu saja berdasarkan ingatannya.

Menurut Miss Helen, wanita itu tingginya kira-kira 1.70 m. Tangan dan telapak kakinya agak besar, melebihi ukuran normal. Rambutnya dirias dengan belahan di tengah. 

Berdasarkan petunjuk berupa lukisan ini, sekali lagi polisi melakukan operasi di hotel-hotel dan di stasiun-stasiun pompa bensin. Tapi hasilnya nol. 

Petunjuk yang hingga kini oleh polisi belum dimanfaatkan penuh-penuh, adalah zat pembius yang tiap kali ditemukan dalam air seni korban. Timbul pikiran Inspektur James Cramer untuk menanyai apotek-apotek dan toko-toko obat, sambil memperlihatkan lukisan yang dibuat oleh Miss Helen Scharper.

Sebelum memulai operasi ini. Cramer mengunjungi ahli kimia yang memeriksa zat-zat yang ditemukan dalam tubuh para korban. Dan spesialis itu memberikan nama beberapa obat yang mengandung scopolamine. 

Dalam operasi ini Inspektur Cramer bertolak dari pemikiran berikut. James Toolbright diterkam si pembunuh ketika ia meninggalkan hotel Monarch tanggal 18 Agustus dan mengambil mobilnya di Garasi Baltimore. Rupanya pembunuh menemui Toolbright ketika lelaki ini sedang berjalan kaki dari hotel ke garasi tersebut.

Korban kedua, pemain film Merwin, rupanya juga ditemui oleh pembunuh di sekitar hotel. Seperti dikatakan di atas, Merwin menjelang kematiannya bermaksud mengunjungi seorang kenalan wanita yang menginap di hotel Monarch. Tapi pada hari yang naas itu Merwin tidak muncul di hotel tersebut. Rupanya dalam perjalanan ke hotel itu ia dicegat oleh pembunuhnya.

Jadi, demikian pikir inspektur Cramer, barangkali pembunuh bertempat tinggal tak jauh dari hotel Monarch. Atau sedikitnya, mungkin ia membeli zat pembius ini di salah satu toko obat atau apotek yang letaknya tak begitu jauh dari hotel tersebut.

Maka Inspektur Cramer menginstruksikan kepada semua anak buahnya untuk menjelajahi semua apotek dan toko-toko obat sekitar, sambil membawa lukisan tersangka seperti digambar oleh Helen Scharper.

Cramer sendiri ikut serta dalam operasi ini. Dan ia beruntung. Baru kira-kira setengah jam keluar, ia memperoleh keterangan berharga dari seorang wanita, penjaga toko obat-obatan yang letaknya tak jauh dari hotel Monarch, bahkan masih di jalan yang sama, tapi sebelah ujung.

+ "Kalau tak salah, saya pernah melihat wanita itu”, kata penjaga toko ketika Cramer memperlihatkan lukisan tersangka kepadanya.

- ’’ Ia beli apa di sini?’’

+ “Wah, saya sudah lupa. Coba, sebentar O, ya, pada suatu hari ia beli arak untuk campuran kopi. Dan beli alat kecantikan. Kalau tak salah, ini”, kata penjaga toko obat itu sambil menunjuk salah satu botol kecil dengan tutup yang panjang.

Terbaca oleh Cramer tulisan di atas etikat pada botol itu: Pearl Cutex. Di atasnya, dengan huruf-huruf yang lebih kecil tertulis: Opale Rose 53. Pembuatnya: firma Northam Warren, New York.

Cramer membeli lak kuku ini, sambil bertanya, apakah wanita yang beli Cutex itu juga beli sesuatu obat tidur, misalnya scopolamine atau Bellergal. Penjaga toko obat itu geleng kepala. Ia pun menyatakan tidak tahu siapa nama wanita itu dan di mana alamatnya.

Tapi penjaga toko itu masih menambahkan suatu keterangan berharga. Wanita itu naik mobil besar berwarna putih. Ia berhenti di lapangan seberang jalan, walaupun sebetulnya mobil tidak boleh parkir di situ. Pernah pada suatu hari, wanita itu berurusan dengan polisi akibat pelanggaran peraturan lalu lintas ini.

- Apakah ia kena denda?

+ Saya tidak tahu. Saya hanya: melihat polisi memberikan selembar kertas lewat jendela mobil.

- Kapan itu terjadi?”, Cramer bertanya.

Dijawab oleh penjaga toko obat: “Kira-kira 3 minggu yang lalu”.

Jadi jika ingatan penjaga toko tidak salah, wanita yang berkendaraan mobil putih itu berurusan dengan polisi sebelum tanggal 10 Agustus. Dengan lain perkataan, menjelang pembunuhan Merwin. 

Setelah mengucapkan terima kasih, Cramer langsung menuju ke markas kepolisian bagian lalu lintas dan memang dokumen pendendaan mobil putih itu berhasil ditemukan. Proses verbal polisi lalu lintas dibuat pada tanggal 8 Agustus 1963. Nomor mobilnya pun tercantum di situ: 692—573. Nomor polisi ini dikeluarkan di negara bagian Iowa.

Soal uang denda diselesaikan lewat telepon. Kuitansi tanda bukti penerimaannya pun ditemukan di bagian kas. Dan menurut kasir, orang yang menyetorkan uang denda itu seorang wanita.

Setelah mendapat keterangan ini, Inspektur Cramer menghubungi kantor bagian pengeluaran nomor polisi di Des Moines, lowa.

Instansi ini memberikan keterangan berikut. Nomor polisi 692—573 diberikan kepada sebuah mobil yang masih baru, merek Chevrolet, berwarna putih. Dan nomor itu dikeluarkan pada tanggal 6 Agustus 1963, atas nama Mr. James O’Hara.

Keterangan terakhir ini aneh sekali. Sebab korban pertama dalam rentetan pembunuhan misterius ini bernama James F. O’Hara. Dan pada tanggal 6 Agustus 1963, lelaki itu sudah 3 minggu almarhum. Seperti disebutkan di atas, ia terbunuh Minggu malam menjelang Senin tanggal 15 Juli 1963.

Pada pihak kepolisian jelas tak terjadi salah tulis. Lantas siapa yang mengurus nomor polisi tersebut atas nama almarhum? Yang jelas, untuk pengurusan ini diperlukan surat kuasa dari pemilik yang bersangkutan. Surat kuasa semacam itu memang sering diberikan oleh pembeli mobil kepada perusahaan yang menjualnya.

Masih ada hal lain yang menimbulkan tanda tanya  di benak Inspektur Cramer. Nomor mobil dikeluarkan di Des Moines. Dari tempat ini ke Los Angeles terbentang jarak sepanjang 3.000 km. Sudah diketahui, bahwa ban mobil yang jejaknya, ditemukan di dekat tempat terbunuhnya Robert Merwin, baru berjalan kira-kira 4.000 km.

Jadi, apabila benar bahwa Chevrolet nomor 692—573 itu adalah kendaraan yang digunakan pembunuh untuk melakukan operasinya, maka terasa ada kejanggalan. Sebab hal itu berarti bahwa untuk melakukan pembunuhan kedua ini, penjahat bersusah payah menempuh jarak sepanjang 3.000 km! Secara teoritis, seseorang memang mungkin saja berbuat aneh seperti itu. Tapi untuk apa? Apa motifnya? 

Yang jelas, sukar diterima dugaan bahwa pembunuh didorong oleh keinginan memperoleh kekayaan. Sebab bintang film Robert Merwin yang hanya pemain figuran itu, jelas tidak kaya seperti terbukti dari penyelidikan.

Di sini ada sesuatu yang tidak beres, pikir Cramer. Dan ia memutuskan, lebih baik sesegera mungkin terbang ke Des Moines untuk mendapat kejelasan tentang teka-teki ini.

Sebelum berangkat, Cramer memerintahkan mencari Chevrolet putih nomor 692—573 tersebut. Juga kegiatan menjelajahi toko-toko obat dan apotek-apotek diteruskan, untuk menemukan wanita berambut pirang yang membeli scopolamine.

Pada tahap ini pencarian pera bunuh mengalami perkembangan yang tak terduga-duga. Di lapangan terbang Des Moines Inspektur Cramer sudah ditunggu oleh rekannya. Inspektur Kerkins.

“Asisten Anda, Newman, minta kepada saya untuk menyampaikan pesan, bahwa Highway Patrol telah menemukan Chevrolet putih dengan nomor yang Anda sebutkan. Mobil itu ditemukan di jalan raya 40 sekitar Denver.

“Polisi berhasil memergoki mobil itu yang kebetulan tertahan oleh lampu merah’’.

“Mudah-mudahan ia dalam perjalanan kemari,” jawab Cramer.

Harapan ini ternyata menjadi kenyataan. Tak lama setelah Inspektur Cramer bersama Inspektur Kerkins meninggalkan lapangan terbang menuju markas polisi, dalam mobil mereka terdengar pesan radio dari para anak buah.

“P-21, Inspektur Kerkins. Harap bicara”.

Setelah Kerkins menjawab, radio meneruskan pesannya: “Berita penting untuk Inspektur Cramer dari Los Angeles. Chevrolet putih dengan nomor lowa 692—573 diparkir di depan hotel Kirkwood di Mainstreet. Mobil kami awasi terus. Minta jawaban. Selesai’’.

“Kami langsung ke sana’’, jawab Cramer singkat dan ini diteruskan oleh Kerkins ke markas pusat.

Sepuluh menit kemudian kedua detektif sudah tiba di Mainstreet. Memang, Chevrolet putih terhenti di seberang Hotel Kirkwood. Cramer dan Kerkins memarkir mobil mereka dekat pompa bensin tak jauh dari hotel. Setelah mereka turun, seorang anak buah mendekat. “Chevrolet putih sudah di situ kira-kira 20 menit yang lalu. Waktu parkir sudah habis. Mungkin pemiliknya segera datang”, katanya. 

Mobil terus diawasi. Tapi pemiliknya belum juga muncul. Hujan turun dan kegelapan pun tiba. Di mana gerangan pemilik Chevrolet itu? Di Sekitar tempat itu ada 3 buah hotel: Hotel Kirkwood, Savery dan Brown. Kerkins memasuki ketiga hotel sambil membawa lukisan tersangka. Tapi tak ada petugas hotel yang mengenalnya.

Menit demi menit berlalu, Cramer sudah tidak sabar hanya mengawasi mobil saja. Akhirnya ia mengambil risiko menyelinap mendekati Chevrolet putih tersebut untuk melihat apakah bannya cocok dengan jejak ban yang ditemukan dekat tempat terbunuhnya Merwin. Ternyata mirip sekali. Tapi kepastian tidak ada. Untuk itu perlu dilakukan penyelidikan di laboratorium.

Lebih dari satu jam para detektif menunggu buronannya yang belum juga muncul. Akhirnya Cramer mengatakan kepada rekannya, ingin pergi sebentar melihat-lihat apakah di sekitar tempat itu ada toko obat atau apotek. Barangkali buronan mereka membeli obat pembius di situ.

Ditemukannya sebuah toko obat di jalan simpang. Ketika Cramer memperlihatkan lukisan wanita yang dicarinya kepada penjaga toko, ia mendapat jawaban: “ Ya, saya mengenalnya. Baru saja ia kemari’'.

- “Kapan?’’       

+ “Kira-kira 2 jam yang lalu".

- “Ia beli apa?”

+  “Obat tidur Ballergal yang dalam jumlah kecil sering juga digunakan sebagai obat penenang. 

- “Apakah ia sudah sering kemari?

+ “Tidak. Baru sekali ini saya melihatnya’’.

Setelah mengucapkan terima kasih, cepat-cepat Cramer kembali ke tempat rekannya. “Rupanya buronan kita sedang merencanakan lagi suatu pembunuhan. Kita harus menangkapnya sebelum jatuh seorang korban lagi’’, kata Cramer kepada rekannya.

Kini Inspektur Kerkins menyarankan untuk meneliti soal nomor polisi Chevrolet putih. Perlu diketahui, siapa yang mengurus nomor mobil itu atas nama James O’Hara. Berdasarkan pengetahuan ini, barangkali dapat diperoleh petunjuk baru. Sementara itu tentu saja pengawasan atas Chevrolet putih terus dilakukan.

Orang yang mengurus soal nomor polisi atas nama O’Hara ternyata bernama Fred Leighton, seorang pedagang mobil. Nyonya Leighton dihubungi. Diperoleh jawaban bahwa Mr. Leighton, tidak ada di rumah. Ini di luar kebiasaan. Sudah malam, belum juga pulang.

Suatu dugaan melintas di benak Cramer. Barangkali belum pulangnya Mr. Leighton ini ada hubungannya dengan kegiatan wanita pembunuh. Mungkin Fred Leighton yang atas nama James O’Hara menguruskan nomor polisi Chevrolet putih itu, tahu siapa yang mencekik lelaki malang ini. Dan kini wanita itu berniat menyingkirkan pula Fred Leighton. Bahkan mungkin niat itu sudah terlaksana. ketika itu sudah lewat tengah malam. Tetapi polisi tidak dapat menunggu. Mereka harus cepat bertindak. 

Kebetulan Inspektur Kerkins mengenal Leighton secara pribadi. Segera ia menyiarkan pesan radio kepada anak buahnya: “Untuk semua! Perhatian! Dicari pedagang mobil Fred John Leighton. Tinggi 1,75 m, gemuk, agak botak, pakai kacamata. Umur kira-kira 45 tahun. Ciri-ciri khusus: bekas luka lebar pada leher sebelah kiri. Periksa semua hotel dan losmen. Jawaban ditunggu secepatnya”. 

Polisi serentak bergerak. Dan beberapa menit kemudian sudah datang jawaban dari salah satu mobil patroli: Di hotel Genesee di sekitar stasiun kereta api ada seorang tamu yang mempunyai ciri-ciri yang disebutkan. Ia menginap dengan seorang wanita. Nama mereka tercatat sebagai Mr. dan Mrs. Smith. Penerima tamu yang berjaga malam itu di hotel Genesee tak dapat menyebutkan ciri-ciri Mers. Smith karena yang mengurus penginapan adalah Mr. Smith.

“Jaga semua jalan-jalan keluar. Tunggu instruksi”, perintah Kerkins, sambil menambah bahwa ia segera menuju hotel Genesee.

Mobil-mobil patroli ditambah untuk mengepung hotel. Para detektif merasa jengkel ketika ternyata bahwa beberapa wartawan telah siap mengikuti operasi tengah malam ini. Rupanya para nyamuk pers mendengarkan radio polisi. 

Inspektur Cramer dan Kerkins di lift menuju ke tingkat 15. Di gang di depan kamar nomor 307 sudah siap seorang anggota polisi. 

Cramer mengetuk pintu, tapi tak ada jawaban dari dalam. Kerkins memberi isyarat kepada portir hotel yang ikut ke atas untuk membuka pintu dengan kunci cadangan. Ketika pintu terbuka, terdengar samar-samar suara ngantuk seorang lelaki. Para detektif merasa lega bahwa lelaki itu masih hidup. 

Cramer, Kerkins dan anak buah menyerbu masuk. Di ranjang hanya terbaring seorang laki-laki. Wanita yang dicari tidak ada.

Kamar diperiksa. Salah satu jendela kamar ternyata terbuka. Cramer mendekat dan menjenguk keluar. Pada saat itu juga ia melihat kelebat bayangan tubuh seorang wanita loncat dari tonjolan tembok dekat sebuah pilar – hanya kira-kira sedepa dari jendela. Terdengar jeritan seorang wanita dan kemudian bunyi sesuatu jatuh di tanah. Sunyi senyap.

“Ia bunuh diri”, Cramer nyeletuk dengan nada kecewa. “Tak dapat kita tangkap hidup-hidup”.

Lelaki dalam ranjang memang ternyata Fred Leighton. Dengan pandangan yang kosong dan loyo, matannya terarah ke langit-langit. Rupanya ia tidak menyadari apa yang sedang terjadi di sekelilingnya.  Ia hanya bergumam seperti orang mengigau: “Oh, oh, tanganku seperti lumpuh”. “ Anda segera kami bawa ke rumah sakit”’ Kerkins menenangkannya. “Untung pada saat terakhir kita masih menyelamatkannya”, Cramer mengomentari.

Di atas meja dekat ranjang, Inspektur Cramer menemukan botol Whisky yang sudah setengah kosong. Di sampingnya terletak sebuah tas wanita. Di dalamnya tersimpan alat-alat kecantikan di antarannya lak kuku “Opale Rose” no.53 dan bungkusan kecil yang sudah terbuka, isinya Bellergal. 

Sayang, pada almarhumah tak ditemukan paspor atau kartu identitas lain. Sementara itu, Fred Leighton ternyata tidak tahu menahu tentang pembunuhan-pembunuhan kejam yang pernah dilakukan oleh wanita misterius itu.

(Hans Walther)

Baca Juga: Pakaian Korbannya Selalu Dicabik-cabik

 

" ["url"]=> string(79) "https://plus.intisari.grid.id/read/553834047/petunjuk-pertama-hanya-secuil-kuku" } ["sort"]=> array(1) { [0]=> int(1690565901000) } } }