array(1) {
  [0]=>
  object(stdClass)#49 (6) {
    ["_index"]=>
    string(7) "article"
    ["_type"]=>
    string(4) "data"
    ["_id"]=>
    string(7) "3399943"
    ["_score"]=>
    NULL
    ["_source"]=>
    object(stdClass)#50 (9) {
      ["thumb_url"]=>
      string(113) "https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/750x500/photo/2022/08/03/arti-mimpi-bukan-cuma-ramalan_an-20220803055340.jpg"
      ["author"]=>
      array(1) {
        [0]=>
        object(stdClass)#51 (7) {
          ["twitter"]=>
          string(0) ""
          ["profile"]=>
          string(0) ""
          ["facebook"]=>
          string(0) ""
          ["name"]=>
          string(13) "Intisari Plus"
          ["photo"]=>
          string(0) ""
          ["id"]=>
          int(9347)
          ["email"]=>
          string(22) "plusintisari@gmail.com"
        }
      }
      ["description"]=>
      string(128) "Banyak misteri tersembunyi di balik mimpi, sehingga dibutuhkan pengetahuan dan pengalaman yang luas untuk bisa mengungkapkannya."
      ["section"]=>
      object(stdClass)#52 (7) {
        ["parent"]=>
        NULL
        ["name"]=>
        string(7) "Misteri"
        ["description"]=>
        string(0) ""
        ["alias"]=>
        string(7) "mystery"
        ["id"]=>
        int(1368)
        ["keyword"]=>
        string(0) ""
        ["title"]=>
        string(23) "Intisari Plus - Misteri"
      }
      ["photo_url"]=>
      string(113) "https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/945x630/photo/2022/08/03/arti-mimpi-bukan-cuma-ramalan_an-20220803055340.jpg"
      ["title"]=>
      string(30) "Arti Mimpi: Bukan Cuma Ramalan"
      ["published_date"]=>
      string(19) "2022-08-03 17:53:58"
      ["content"]=>
      string(11622) "

Intisari Plus - Barangkali tidak ada fenomena kehidupan mental yang membangkitkan rasa ingin tahu yang begitu besar selain mimpi. Pria, wanita, maupun anak-anak di dunia ini pernah punya minat yang besar, ingin tahu arti mimpi yang mereka alami, bahkan sampai ada yang merasa perlu bertanya pada tukang tafsir mimpi. Banyak misteri tersembunyi di balik mimpi, sehingga dibutuhkan pengetahuan dan pengalaman yang luas untuk bisa mengungkapkan arti mimpi kepada orang yang mengalaminya.

-------------------

Tersebutlah, Lakshman Singh, raja dari Chittore, diperintahkan oleh dewa sesembahannya agar jangan menunda kampanye melawan Aurangzeb, raja Moghul yang fanatik. Pesan itu diberikan kepada Raja Lakshman Singh lewat mimpi. Dengan cara senada, Akbar (Yang Agung) telah meminta Jahangir lewat mimpi agar mau memaafkan salah satu kerabat istana yang telah melakukan kejahatan tak terperi.

Misteri besar masih menyelimuti fenomena mimpi. Kita akan mencoba menjelaskan sampai sejauh mana fenomena semacam itu dapat dijelaskan secara ilmiah. Manakala belum ada penjelasan ilmiahnya, isi mimpi masih sebatas tafsiran sambil menunggu sampai misteri itu terungkap.

Mimpi berbeda dengan aktivitas mental sadar seseorang, sebab mimpi membiarkan kisah apa pun terjadi dalam imajinasi kita. Meski bebas dan spontan, peristiwa dalam mimpi mirip dengan yang ada dalam kehidupan nyata. Mimpi ada dua macam, mimpi siang hari (day dreams) dan mimpi malam hari (night dreams). Mimpi siang hari terjadi ketika orang dalam keadaan terjaga, sementara mimpi malam hari datang ketika orang sedang tidur.

Mimpi siang hari biasa terjadi pada anak-anak, terutama di masa remaja, ketika mereka belum memiliki banyak pengalaman hidup. Terkadang mimpi siang hari mengambil bentuk yang serius, biasanya terjadi ketika seorang remaja kehilangan sentuhan dengan dunia nyata dan lebih suka berada dalam dunia fantasinya seorang diri. Mimpi siang hari ada tiga jenis. Pertama, mimpi siang hari yang menyenangkan. Kedua, mimpi siang hari yang berkaitan dengan kekuasaan. Ketiga, mimpi siang hari yang menimbulkan rasa cemas. Mimpi jenis kedua membawa si pelaku mimpi memuaskan hasratnya akan kepemimpinan dan penampilan diri yang sangat dominan dalam pikiran anak-anak. Tipe ketiga menggambarkan si pelaku mimpi sebagai anak yang cenderung suka cemas tanpa alasan yang logis. Hal itu menimbulkan kecenderungan suka memikirkan hal yang sedih-sedih.

Mimpi malam, yang biasa disebut dengan "mimpi" saja (tanpa malam), merupakan "permainan imajinasi yang bahkan lebih bebas kontrol dan kritik daripada mimpi siang hari". Tak kurang ada tiga ciri penting pada mimpi malam. Pertama, citra dan rasa tampil dalam bentuk yang kacau. Di dalamnya nyaris tidak ada keteraturan, dan bukan tidak mungkin terjadi kontradiksi. Kita bisa melihat seekor burung beo berubah jadi burung gagak atau manusia berubah jadi binatang. Kedua, adegan dan gambar yang tampak dalam tidur diterima sebagai "nyata" selama mimpi itu berlangsung. Ketiga, mimpi sering tampil di balik topeng, tersamar. Berbagai objek dalam pengalaman sehari-hari mengambil bentuk yang samar-samar dan menjadi simbol bagi hal lain.

Pertanyaannya kemudian, mengapa orang bermimpi? Faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya mimpi? Untuk menjawab pertanyaan ini, kita pakai teori mimpi dari psikolog, pakar hipnosis sekaligus pakar psikoanalisis ternama, Dr. Sigmund Freud. Menurut Freud, mimpi itu untuk memenuhi keinginan, motif, dan hasrat yang tidak bisa dipenuhi dalam kondisi nyata ketika kita terjaga. Kita punya banyak keinginan dan sering "mengharapkan sesuatu yang tidak mungkin terpenuhi". 

Adat-istiadat, kebiasaan, tradisi, konvensi, dan peradaban yang memiliki nilai-nilai tertentu membuat kita tidak leluasa melepaskan perasaan maupun emosi kita. Akibatnya, kita nyaris sulit melakukan penyesuaian, karena keinginan, hasrat, perasaan, dan emosi kita begitu kuat dan tidak dapat disimpan dalam ruang tertutup. Sering kekuatan motivasi itu muncul dalam tidur dan mimpi; saat itu fungsi "sensor" sedang tidak aktif, juga tidak ada sanksi moral sehingga segala hasrat, keinginan, dan emosi kita dapat terwujud tanpa halangan.

Mari kita ambil contoh untuk mendukung teori Freud itu. "Seseorang sering bermimpi terus-menerus menemukan uang sampai ia terbangun dan menghambur-hamburkan semua uangnya". Contoh serupa terdapat dalam mimpi seputar seks pada orang yang tertahan nafsu seksualnya karena alasan-alasan tertentu, ataupun penjelajah kutub yang berulang kali bermimpi tentang lahan yang hijau dan bersuhu hangat.

Ketika faktor utama yang menyebabkan terjadinya mimpi itu bukan berupa pemenuhan atas suatu keinginan dalam dunia nyata, perlu diperhatikan bahwa hasrat dan keinginan yang ditekan tidak selalu dapat dipenuhi dalam bentuk yang sama. Soalnya, ada polisi mental yang mengawasi keinginan yang tertekan  untuk dipenuhi dalam bentuk yang sama. Freud menyebut polisi mental itu "sensor" yang mengendalikan keinginan saat kita sedang dalam keadaan terjaga. Akan tetapi sewaktu kita tidur, sensor itu pun tidak aktif dan keinginan yang tidak terpenuhi mencari pemuasannya secara simbolik. Hasrat atau keinginan yang mencari pemuasan dalam mimpi itu sering memakai kedok dan sifat aslinya harus dianalisis secara cermat.

Mari kita ambil contoh mimpi terbang. Kebanyakan kita akan mengingat pengalaman sendiri melihat diri kita terbang semudah seperti orang bersayap. Namun mimpi menyimbolkan arti lain yang lebih dalam yang berbeda dengan isi mimpinya. Mimpi menyimbolkan prestasi atau sasaran yang diraih dengan cara cepat dan menyenangkan. Ini yang disebut dengan "isi laten" yang memberi kekuatan pada manusia untuk berjuang mencapai cita-cita. Isi laten (istilah Freud untuk menandai arti mimpi) mencerminkan bahwa orang yang bermimpi itu, ketika berada dalam kesulitan, selalu ingin mencapai keinginannya dengan cara yang mudah dan menyenangkan. Ia tak ingin repot. Bukan rahasia lagi, kebanyakan kita lebih suka mengejar kesenangan dan menghindari kesulitan. Tindakan kita umumnya berada dalam jalur yang memiliki sedikit hambatan dari luar diri kita, dan menghindari jalur sulit itu sesuatu yang normal.

Pendirian Freud mungkin agak aneh bagi banyak orang. Bahkan akal sehat tampaknya memberi dukungan terhadap pandangannya tentang simbolisme. Orang awam berpikir, jika ia bermimpi tentang gunung, itu berarti melambangkan problem atau kesulitan yang serius. Puisi, drama, cerita rakyat, dan mitos sering berisi jaringan simbol-simbol yang dijalin secara padat. Menari, salah satu seni yang paling indah, merupakan simbol dalam manifestasinya yang paling tinggi. Tak perlu diragukan, mimpi juga merupakan ekspresi dari fenomena yang sama. Simbolisme merupakan hipotesis yang cukup memuaskan di tangan para ahli psikoanalisis dalam memahami kondisi mental yang abnormal dari seseorang.

Mimpi Meramalkan Sesuatu?

Tidak diragukan lagi mimpi mencerminkan pemuasan atau keinginan yang tertekan, tetapi tidak semua mimpi masuk kategori ini. Teori mimpi Freud membantu kita memahami sebagian besar mimpi kita, tapi tidak semuanya. Ada jenis mimpi lain yang berisi isyarat atau pertanda. Mimpi semacam itu memprediksi masa depan dan berisi peringatan tentang peristiwa yang kelak mungkin tidak menguntungkan kita.

Charles Dickens, novelis terkenal, mengisahkan salah satu dari mimpinya berikut ini. "Saya bermimpi melihat seorang wanita yang mengenakan syal merah dan wanita itu dalam posisi membelakangi saya ... Ketika ia berbalik, saya tidak mengenalnya, lalu ia berkata, 'Saya Nona Napier'."

"Ketika sedang berpakaian esok paginya, saya berpikir, sungguh tak masuk akal mengalami mimpi yang begitu nyata tapi tak punya arti, dan mengapa Nona Napier! Pada malam Jumat yang sama saya membaca. Setelah membaca, masuklah ke ruangan saya Nona Boyle dan saudara laki-lakinya, serta seorang wanita bersyal merah yang mereka perkenalkan sebagai 'Nona Napier'!"

Dalam hal ini mimpi Dickens berisi pertanda tentang kejadian yang akan datang. Berikut ini dua mimpi yang juga memprediksi masa depan dan isyarat yang ada dalam mimpi itu betul-betul terjadi di kemudian hari. Seorang insinyur penerbangan berkebangsaan lnggris, John W. Dunne, menjelaskan tentang kemampuan mengetahui peristiwa masa depan lewat mimpi dalam bukunya Sebuah Eksperimen Waktu (terbit 1927). Ia mengisahkan salah satu mimpinya sebagai berikut:

Dunne mencoba mengingat-ingat tanggal suatu kecelakaan, tapi yang dapat ia ingat hanyalah bahwa kecelakaan itu akan terjadi kira-kira pada musim semi yang akan datang. Lalu pada 14 April 1914 kecelakaan itu sungguh terjadi. Kereta api pos "Flying Scotsman" melompati pagar jembatan dekat Stasiun Burntisland, 15 mil (24 kilometer) utara Forth Bridge dan terjerembap pada kedalaman 20 kaki (6 meter).

Mari kita tengok mimpi yang dialami uskup Balkan, Monsinyur Joseph de Lanyi, pada malam 27 Juni 1914. Dalam mimpinya Uskup Lanyi menerima sepucuk surat yang menggambarkan sebuah jalan dengan sebuah mobil yang meluncur di atasnya. Pangeran Ferdinand berada di mobil itu bersama istrinya yang duduk berhadapan dengan seorang jenderal. Seorang perwira lain duduk di dekat sopir.

Tiba-tiba kedua orang perwira itu maju dan menembak "pasangan kerajaan" itu. Bunyi surat Pangeran Ferdinand itu seperti ini, "Yang Mulia Sri Paus dan Dr. Lanyi, saya dan istri saya adalah korban kejahatan politik di Sarajevo. Doakanlah kami. Sarajevo, 28 Juni 1914, 16.00."

Keesokan harinya Uskup Lanyi menerima kabar tentang terjadinya pembunuhan atas Pangeran Ferdinand. Beberapa minggu kemudian, Perang Dunia I meletus. 

Jadi, dapat disimpulkan, fenomena mimpi sangat sulit diinterpretasikan secara tepat. Kebanyakan mimpi memenuhi keinginan terpendam kita, tapi sebagian lagi meramalkan masa depan. Peristiwa masa depan sering tersurat dalam mimpi. Maka dapat dikatakan, kadang mimpi juga berisi ramalan tentang peristiwa yang akan terjadi di waktu yang akan datang. Walau begitu, masih banyak fenomena mimpi yang belum bisa dijelaskan secara ilmiah.

(Nukilan buku Intisari Seri Kisah Misteri 24 Misteri Aneh di Dunia Oleh Geeta Lal Sah) 

 

" ["url"]=> string(74) "https://plus.intisari.grid.id/read/553399943/arti-mimpi-bukan-cuma-ramalan" } ["sort"]=> array(1) { [0]=> int(1659549238000) } } }