array(1) {
  [0]=>
  object(stdClass)#49 (6) {
    ["_index"]=>
    string(7) "article"
    ["_type"]=>
    string(4) "data"
    ["_id"]=>
    string(7) "3355897"
    ["_score"]=>
    NULL
    ["_source"]=>
    object(stdClass)#50 (9) {
      ["thumb_url"]=>
      string(113) "https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/750x500/photo/2022/07/01/pelarian-mussolini-di-puncak-gun-20220701063900.jpg"
      ["author"]=>
      array(1) {
        [0]=>
        object(stdClass)#51 (7) {
          ["twitter"]=>
          string(0) ""
          ["profile"]=>
          string(0) ""
          ["facebook"]=>
          string(0) ""
          ["name"]=>
          string(13) "Intisari Plus"
          ["photo"]=>
          string(0) ""
          ["id"]=>
          int(9347)
          ["email"]=>
          string(22) "plusintisari@gmail.com"
        }
      }
      ["description"]=>
      string(149) "Komandan Jerman membebaskan Mussolini, sang diktator Italia, dari penjaranya di Apennine. Apakah pesawat yang membawanya terlalu kecil untuk dirinya?"
      ["section"]=>
      object(stdClass)#52 (7) {
        ["parent"]=>
        NULL
        ["name"]=>
        string(7) "Histori"
        ["description"]=>
        string(0) ""
        ["alias"]=>
        string(7) "history"
        ["id"]=>
        int(1367)
        ["keyword"]=>
        string(0) ""
        ["title"]=>
        string(23) "Intisari Plus - Histori"
      }
      ["photo_url"]=>
      string(113) "https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/945x630/photo/2022/07/01/pelarian-mussolini-di-puncak-gun-20220701063900.jpg"
      ["title"]=>
      string(35) "Pelarian Mussolini di Puncak Gunung"
      ["published_date"]=>
      string(19) "2022-07-01 18:40:01"
      ["content"]=>
      string(22040) "

Intisari Plus - Komandan Jerman membebaskan Mussolini, sang diktator Italia, dari penjaranya di Apennine. Apakah pesawat yang membawanya terlalu kecil untuk dirinya?

---------------

Diktator Nazi, Adolf Hitler, duduk di ruang rapat di markas rahasianya yang disebut "Sarang Serigala" di Rastenburg, tersembunyi jauh di dalam hutan Prusia Timur. Pemimpin Jerman itu sangat geram. Dia baru mendengar kabar bahwa teman dan sekutunya, Benito Mussolini, seorang diktator Italia yang kejam selama dua puluh tahun ini, baru saja digulingkan dan ditangkap pengikutnya sendiri.

Kabar yang baru diterimanya itu memang kurang lengkap, tapi cukup dalam untuk memperingatkan Hitler dan sekutu Nazi-nya. Mussolini sangat terkenal di Italia, hingga membawa pasukannya bertempur dalam Perang Dunia II berdampingan dengan Nazi Jerman. 

Diktator Italia itu ingin menaklukkan daerah baru untuk membangun Kerajaan Italia baru yang diharapkannya dapat menandingi kemegahan Kerajaan Romawi dua ribu tahun yang lalu. Namun, hal itu tidak dapat terwujud. Rakyat Italia tidak ingin peperangan, dan banyak prajurit Italia menolak untuk berperang.

Sejak awal perang meletus, segala sesuatu tidak berjalan baik di Italia. Koloni Italia sebelum perang—Afrika—mengalami kekalahan. Pasukan Italia yang dikirim untuk membantu Jerman menginvasi Rusia, menderita luar biasa. Lalu, di musim panas tahun 1943, Inggris, Amerika, dan sekutu lainnya menginvasi Italia selatan dan memperluas kekuasaan mereka mencapai Roma.

Pada 25 Juli 1943, Mussolini diundang menemui raja Italia, Victor Emmanuel III. Sang raja memberitahunya bahwa karena Italia kalah perang, Mussolini menjadi "orang yang paling dibenci di seluruh Italia". Marshall Pietro Mussolini diangkat menjadi kepala negara bagian di tempat ia tinggal. Kemudian Mussolini ditahan dan dimasukkan ke dalam ambulans, dan dibawa ke tempat rahasia.

Hitler tidak hanya mengkhawatirkan temannya. Ia prihatin jika Mussolini tidak lagi menguasai Italia. Mereka mungkin akan berdamai dengan musuh Jerman, atau lebih buruk lagi, memihak lawan. Ratusan dari ribuan tentara Jerman di negara itu harus menguasai Italia sebagai musuhnya, bukan sekutu, tetapi hal tersebut sama sekali tidak membantu Jerman.

Pemimpin Nazi itu sadar, masalah tersebut hanya dapat diselesaikan dengan menemukan Mussolini dan membantunya meloloskan diri. Begitu ia bebas, Jerman bisa menggunakan tentaranya untuk menyatakan dirinya sebagai pemimpin Italia.

Namun, Italia yakin Jerman akan memikirkan segala cara untuk membebaskan Mussolini, jadi mereka menyembunyikannya dengan sangat hati-hati. Yang diperlukan Hitler adalah misi penyelamatan yang nekad. Ia mengumpulkan para ajudannya dan membagikan apa yang ada di benaknya. Siapa yang akan mereka tunjuk untuk melaksanakan misi tersebut?

"Führer," kata sang ajudan, "Aku tahu siapa yang cocok untuk tugas itu."

*

Maka, pagi itu 26 Juli, SS Sturmbannführer Otto Skorzeny berdiri dengan gugupnya di luar kantor "Sarang Serigala". Skorzeny pernah melihat pemimpin Jerman itu sebelumnya, tapi hanya dari kejauhan, di sebuah parade akbar militer. Sekarang ia akan bertemu muka dengannya.

Hal pertama yang menjadi pusat perhatian orang ketika melihat Skorzeny adalah tubuhnya yang besar. Dengan tubuh yang sangat tinggi dan kekar seperti seekor banteng, sosoknya sangat mengesankan. 

Hal kedua yang jadi titik perhatian adalah bekas luka di pipi kirinya. Luka itu didapatnya saat ia masih menjadi mahasiswa di Viena. Pada 1920-an, berduel adalah hal yang populer di kalangan mahasiswa perguruan tinggi. 

Skorzeny turut ambil bagian dalam 15 duel. Walaupun Nazi melarang kegiatan tersebut, ia tetap memegang teguh filosofi Nazi Hitler sejak 1920-an.

Skorzeny terpilih dari antrean panjang pasukan militer, dan memiliki bakat menjadi seorang pemimpin yang nekad. Sepertinya ia kecanduan bahaya. Ketika Nazi akhirnya berkuasa dan melarang kegiatan duel, ia pindah haluan ke balap motor. 

Pada waktu Perang Dunia II meletus, ia bergabung dengan SS (cabang militer Jerman yang terdiri dari pasukan elite Nazi). Ia bertempur dengan penuh keberanian bersama divisi Totenkopf (Death's Head) di Yugoslavia dan Rusia. 

Namun, ia dijangkiti penyakit dan diperintahkan untuk kembali ke Jerman, dan ia selanjutnya diberi tugas membentuk satu unit pasukan komando SS (unit khusus yang akan melaksanakan misi yang berbahaya dan berisiko tinggi). 

Skorzeny telah memperkenalkan pusat pelatihan komando miliknya sendiri, dan kini ia diberi kesempatan untuk membuktikan apa yang dapat dilakukan anak buahnya.

Hitler memberi salam Skorzeny dengan formalitas tinggi, dan memberitahukannya berita tertangkap serta hilangnya Mussolini.

Pemimpin Nazi itu menggarisbawahi kekhawatirannya tentang kemungkinan Italia akan menyerah. Ia memerintahkan Skorzeny segera terbang ke Italia untuk menyelamatkan temannya. Kode rencana itu adalah Operation Eiche (Operasi Pohon Ek). 

Tak ada risiko yang tak dapat ditangani. Begitu Mussolini bebas, Italia dan Jerman dapat segera bekerjasama dalam perang.

Pertemuan pun selesai. Skorzeny membungkuk penuh rasa hormat dan memberi salam Nazi, lalu diantar keluar. Ia meyakinkan Hitler bahwa ia mampu membebaskan Mussolini, atau tewas dalam misi. 

Sambil berjalan keluar, ia sadar bahwa dirinya akan melaksanakan misi yang akan mengubah nasib seluruh bangsa. Pikirannya bekerja cepat memikirkan cara mewujudkan misi yang kelihatannya tidak mungkin dilaksanakan. 

Jika ia tahu lokasi Mussolini berada, ia bisa segera menyusun rencana pelarian. Namun, untuk sementara ini ia harus menahan dirinya, sampai berita mengenai pemimpin Italia yang digulingkan itu sampai ke telinganya.

*

Penantian dimulai. Mata-mata Jerman menyusup ke mana saja mereka bisa. Diam-diam, teknisi radio Jerman menyadap segala kegiatan komunikasi untuk mendapatkan informasi. Situasi saat itu sangat sulit. 

Bagi kebanyakan rakyat Italia, khususnya mereka yang kehilangan ayah atau anak laki-laki, Mussolini memang orang yang paling dibenci di seluruh Italia, tapi masih banyak orang Italia, khususnya di kalangan militer yang masih mendukungnya. 

Suasana pengadilan naik turun. Pertama-tama, Mussolini dibawa ke kepulauan Ponza, dekat Roma. Lalu, ia dipindahkan ke sebuah markas Angkatan Laut Italia di La Maddalena, sebuah pulau di kepulauan Sardinia. 

Di sana, Skorzeny merencanakan melakukan penyelamatan berbahaya dengan perahu motor berkecepatan tinggi, tapi sebelum ia sempat melaksanakannya, Mussolini sudah dipindah lagi. Butuh beberapa minggu lamanya untuk mendapatkan petunjuk baru yang menginformasikan lokasi Mussolini.

Sementara itu, ada peristiwa baru terjadi di Italia. Pada 8 September 1943, pemerintahan Badolio memerintahkan semua pasukan untuk berhenti melawan Inggris dan Amerika, dan Italia berhenti berperang. 

Pasukan Jerman di Italia segera menduduki basis utama militer dan melucuti pasukan Italia sebisa mereka, dan berusaha mencapai Roma. Namun, masih ada kemungkinan Italia berbalik melawan mantan sekutunya itu.

Skorzeny diuntungkan dengan semua kejadian tersebut. la segera mengetahui bahwa Mussolini ditahan oleh seorang Jenderal Italia bernama Gueli. Ketika pesan rahasia Gueli berhasil disadap, mereka mendapatkan lokasi Mussolini disekap, dan Skorzeny segera beraksi.

*

Mussolini telah diterbangkan ke sebuah tempat peristirahatan musim dingin, yaitu sebuah hotel bernama Albergo-Rifugio, dekat Gran Sasso yang merupakan puncak tertinggi gunung Apennine. 

Di sana, seratus tiga puluh kilometer dari Roma, ia dijaga ketat oleh dua ratus lima puluh pasukan Italia. Lokasi tersebut merupakan pilihan yang paling tepat, karena terpencil dan akses ke dunia luar hanya melalui kereta gantung.

Skorzeny menimbang-nimbang pilihannya. Mustahil menyerang dari bawah, terlalu berbahaya mengirim pasukan parasut karena akan terbawa arus angin dan hancur berkeping-keping terhantam tebing gunung. 

Satu-satunya pilihan yang ada adalah pesawat layang. Pesawat layang pun juga sangat berbahaya. Pesawat layang memang barang yang licin, tapi tidak akan mengeluarkan suara apa pun. Semakin dipikirkan, sepertinya ide tersebut semakin bagus. Bahkan, pesawat layang adalah alat yang sempurna. 

Mereka akan mendarat diam-diam di hotel sebelah, dan anak buahnya dapat bergegas mencari Mussolini sebelum pasukan Italia sadar apa yang sedang terjadi. Setidaknya, begitulah harapannya.

Tanggal 10 September, Skorzeny naik pesawat dan terbang di atas hotel, memotret titik-titik di mana ia akan mendaratkan pesawat layangnya, dan rencana pun segera dilaksanakan. 

Tanggal 12 September dipilih sebagai hari penyerangan, dibantu seorang Jendral Italia bernama Soleti, pendukung setia Mussolini. Skorzeny menyuruh Soleti memerintahkan pasukan Italia untuk tidak menembak mereka.

*

Jadi, pada serangan pagi tersebut, pasukan komando SS milik Skorzeny bersama sejumlah tentara parasut Luftwaffe, berkumpul di landasan markas Angkatan Udara Practica di Mare, Roma. 

Mereka berdiri menunggu pesawat layang mereka dipersiapkan sambil makan sebanyak-banyaknya, siapa tahu itu adalah makanan terakhir yang mereka makan.

Namun, sebelum mereka terbang dengan pesawat layang tersebut, pesawat Amerika terbang di atas mereka dan menjatuhkan bom di landasan. Para prajurit terkejut. Walaupun tak ada yang terluka, ada beberapa lubang bom di landasan.

Setelah inspeksi singkat, Skorzeny tetap memutuskan bahwa pesawat layangnya masih bisa lepas landas dalam kondisi tersebut, dan penyerangan tetap dilaksanakan sesuai rencana. 

Semuanya ada dua belas pesawat layang yang diterbangkan anak buah Skorzeny, lengkap dengan para pembom. Tetapi, pada pukul setengah satu siang, saat mereka mulai lepas landas satu persatu, kejadian buruk menimpa mereka. Dua pesawat menabrak lubang dan jatuh saat akan lepas landas, termasuk pesawat yang tadinya diperintahkan Skorzeny untuk memimpin penyerangan tersebut. 

Sekarang harus ia sendiri yang memimpin. Di pesawat layangnya yang sempit, ia berdesakan dengan perlengkapannya sendiri, bahkan tak dapat bergerak dan tak dapat melihat arah ke mana mereka terbang. Maka, dengan bayonet ia membuat lubang di sayap pesawatnya yang terbuat dari kain kanvas tipis, untuk memperluas pandangannya.

Dalam perjalanan, dua pesawat layang lainnya terpisah dari rombongan dan hilang di balik awan. Sekarang hanya ada mereka berdelapan. Satu jam kemudian, pesawat hampir mendekati targetnya, maka mereka melepaskan para pembom yang segera membelok supaya suara mesin mereka tidak terdengar oleh pasukan Italia di bawah sana. 

Pesawat layang mendarat tanpa suara di hotel bagaikan burung asing yang menakutkan. Namun, saat mereka semakin dekat dengan tempat pendaratan yang telah ditentukan Skorzeny, ia baru sadar ternyata tempat tersebut lebih sempit dan lebih berbahaya daripada yang ia duga sebelumnya. Tempat tersebut dipenuhi batu-batu, sangat landai dan curam sampai ke jurang yang dalam.

Sudah terlambat untuk mundur. Skorzeny telah berjanji pada Hitler akan membebaskan Mussolini, apa pun risikonya. Dengan kasar ia memerintahkan pilotnya untuk mendarat, kemudian pesawatnya menabrak padang rumput berbatu. Ia bernasib sial. Sehabis pendaratan yang penuh guncangan, pesawatnya berhenti kira-kira delapan belas meter dari hotel.

Berharap tidak diadang oleh rentetan tembakan senapan, Skorzeny dan anak buahnya segera keluar dari pesawat layang dan menuju pintu masuk hotel. Herannya, tak satu pun peluru yang ditembakkan. 

Mungkinkah pasukan Italia telah diringkus? Atau mungkin Jenderal Soleti yang telah berkomplot dengan Skorzeny telah memerintahkan pasukan untuk tidak menembak serta membujuk mereka untuk tidak menjaga hotel?

Di dalam hotel, Skorzeny melihat dua orang perwira Italia sedang mengoperasikan radio komunikasi. Ia menendang radio itu, membantingnya hingga hancur berkeping-keping, kemudian lari menuju tangga utama hotel. 

Di lantai pertama, ia beruntung langsung melihat Mussolini di kamar pertama yang ia masuki. Dua orang perwira Italia yang menjaganya langsung dilumpuhkan. Kini pemimpin Italia itu ada di tangannya la segera memerintahkan pasukan Italia agar menyerah.

Situasi sempat hening beberapa saat, tapi akhirnya perwira tinggi Italia menerima kekalahan itu. Sepotong kain putih digantung di jendela hotel, dan seorang kolonel Italia memberikan segelas anggur merah. 

Herannya, tak satu pun peluru yang ditembakkan selama penyerangan yang berlangsung kira-kira empat menit itu. Malah, saat pasukan Italia menyerah, pesawat layang terakhir mendarat di luar hotel. Satu-satunya satunya pasukan yang terluka hanyalah pasukan pesawat layang Jerman yang gagal lepas landas tadi.

*

Sejauh ini segalanya berjalan mulus. Mussolini kini berada di tangan Jerman, Skorzeny masih harus membawanya pergi jauh sebelum alarm berbunyi dan pasukan Italia tambahan datang untuk menghentikan segala usaha mereka. 

Hal itu sama berbahayanya dengan penyerangan awal. Tadinya ia berniat membawa pemimpin Italia itu dengan kereta gantung yang ada di samping hotel, tapi sekarang cara terbaik untuk itu adalah terbang. 

Di atas sana, sudah ada pesawat mata-mata yang digunakan untuk tugas memata-matai misi ini. Pesawat dengan dua tempat duduk ini bisa lepas landas dan mendarat di lahan yang sempit. Pesawat inilah yang bisa membawa Mussolini keluar dari Italia.

Skorzeny menyuruh pilot membawa pesawat itu turun. Anak buahnya segera membersihkan padang rumput dari batu batu dan potongan-potongan pesawat layang yang hancur, supaya tempat mendarat pesawat tersebut lebih aman. 

Pesawat kecil itu mendekat lalu mendarat di hadapan mereka. Mussolini masuk dan duduk di samping pilot, sementara Skorzeny menyelinap di belakangnya. 

Sang pilot bersikeras penumpang pesawat tidak boleh lebih dari tiga orang, tapi Skorzeny merasa bertanggungjawab atas Mussolini dan tidak akan melepaskannya dari pandangannya sampai mereka berdua kembali dengan aman di Jerman.

Pesawat itu benar-benar kelebihan beban. Sang pilot menyetel mesin pada kondisi kekuatan penuh sekaligus menginjak rem. Anak buah Skorzeny memegangnya dari luar untuk menjaga kestabilan pesawat. 

Lalu, pedal rem diangkat, para prajurit melepaskan pegangannya, dan pesawat kecil itu berguncang mencoba naik. Sebelum sempat benar-benar mengudara, pesawat itu menukik ke pinggir gunung dan terjerembab di lembah. Kondisi di bawah nampak mengkhawatirkan, untunglah sang pilot berpengalaman tinggi. 

Ia berhasil membuat pesawat itu naik, melayang di atas gunung dan terbang menuju Roma.

Kram di kokpit yang sempit, Skorzeny mengalami penerbangan yang tidak nyaman, dan tertekan mendengar suara pemimpin Italia ini mengutuki penangkapnya melawan kebisingan suara mesin pesawat. 

Hanya pada saat roda pesawat ini menyentuh landasan markas Angkatan Udara Jerman di Roma-lah, Skorzeny bisa tenang. Ia telah berjanji pada Hitler untuk membebaskan temannya. Sekarang, di sinilah dirinya, duduk di samping diktator Italia itu, aman di tangan Jerman, dan keduanya masih hidup untuk menceritakan kejadiannya.

 

Selanjutnya

Begitu mereka tiba di Roma, Skorzeny dan Mussolini nak pesawat yang lebih besar menuju Viena, dan melanjutkan perjalanan menuju "Sarang Serigala" di Prusia Timur. Hitler sudah berada di bandara menunggu untuk memberi salam saat mereka tiba nanti. Ia sangat bersemangat bertemu dengan temannya lagi.

Kaburnya Mussolini seperti memperpanjang nasib sial Italia dalam peperangan, dan tidak menghentikan pemerintahan Marshal Badogio untuk berpindah pihak pada tahun 1943. Ironisnya, pelarian itu menentukan nasib Mussolini. 

Ketika mereka bertemu di Prusia Timur, Hitler terkejut dengan penampilan diktator Italia itu. Sepertinya ia telah menyusut dan tidak dapat dikenali lagi. 

Hitler juga kecewa melihat Mussolini kehilangan nafsu atas kekuasaan. Yang diinginkannya hanyalah pulang ke rumahnya di Romagna, bertemu dengan keluarganya lagi, dan pensiun. Tetapi Hitler tidak menginginkan semua itu.

Dengan jumlah pasukan yang besar di Italia, khususnya di utara, Jerman mampu menguasai sebagian besar Italia, dan Mussolini tetap dijadikan sebagai pemimpin di daerah utara. 

Rasa bencinya terhadap Hitler mulai tumbuh, dan selama perang ia tak lebih dari hanya sekadar boneka Jerman. Saat perang berakhir, ia ditangkap pasukan gerilya Italia. 

Pada waktu ia dihadapkan pada regu penembak, ia mendapatkan kembali semangat yang mendorongnya untuk menjadi penguasa selama dua puluh tahun. Ia membuka kancing bajunya dan meminta mereka menembaknya di dada.

Mayatnya dibawa ke Milan dan digantung terbalik di alun alun kota. Hitler bersumpah bahwa ia tidak akan mengalami hal yang sama. Dalam kondisi hampir terkalahkan, ia menembak dirinya sendiri dan meninggalkan pesan agar mayatnya dibakar.

Serangan di Gran Sasso mengantar Skorzeny pada ketenaran. Di Jerman, penyelamatan yang dilakukannya membuat dirinya dianggap sebagai pahlawan, tetapi bagi musuhnya ia dianggap sebagai pria cerdik yang paling kejam di Jerman. 

Skorzeny memimpin misi berbahaya lainnya sebelum perang berakhir, termasuk di bagian utara Eropa di mana pasukan Jerman yang berbahasa Inggris memakai seragam Amerika, lalu mengendarai tank dan jip membuat garis depan tentara Sekutu panik dan kocar kacir.

Setelah perang, Skorzeny menyewakan bakat khususnya pada tentara yang jahat. Sama seperti mantan anggota Nazi, ia pergi ke Amerika Selatan dan ia membantu polisi Argentina menjadi pasukan paling brutal di seluruh Amerika Selatan. 

Ia juga disebut-sebut terlibat dalam gerakan organisasi Odessa yang menyelundupkan kriminalis mantan anggota Nazi ke Amerika Selatan, agar mereka tidak dihukum atas kejahatan yang mereka lakukan.

Kemudian ia menetap di Spanyol, yang pada saat itu merupakan salah satu negara yang bersimpati pada mantan anggota Nazi. Di sana ia menjadi konsultan mesin yang sukses. Ia meninggal pada 1975, setelah mengalami penyakit menyiksa yang berkepanjangan. (Nukilan dari buku: TRUE ESCAPE STORIES Oleh Paul Dowswell)

 

" ["url"]=> string(80) "https://plus.intisari.grid.id/read/553355897/pelarian-mussolini-di-puncak-gunung" } ["sort"]=> array(1) { [0]=> int(1656700801000) } } }