array(1) {
  [0]=>
  object(stdClass)#49 (6) {
    ["_index"]=>
    string(7) "article"
    ["_type"]=>
    string(4) "data"
    ["_id"]=>
    string(7) "3350665"
    ["_score"]=>
    NULL
    ["_source"]=>
    object(stdClass)#50 (9) {
      ["thumb_url"]=>
      string(112) "https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/750x500/photo/2022/06/29/petunjuknya-4-lubang-kecil_nico-20220629072554.jpg"
      ["author"]=>
      array(1) {
        [0]=>
        object(stdClass)#51 (7) {
          ["twitter"]=>
          string(0) ""
          ["profile"]=>
          string(0) ""
          ["facebook"]=>
          string(0) ""
          ["name"]=>
          string(13) "Intisari Plus"
          ["photo"]=>
          string(0) ""
          ["id"]=>
          int(9347)
          ["email"]=>
          string(22) "plusintisari@gmail.com"
        }
      }
      ["description"]=>
      string(148) "Elizabeth Barlow ditemukan meninggal di bak mandi. Polisi mencurigai ia mati dibunuh. Suaminya menjelaskan si Istri mengaku kegerahan di malam hari."
      ["section"]=>
      object(stdClass)#52 (7) {
        ["parent"]=>
        NULL
        ["name"]=>
        string(8) "Kriminal"
        ["description"]=>
        string(0) ""
        ["alias"]=>
        string(5) "crime"
        ["id"]=>
        int(1369)
        ["keyword"]=>
        string(0) ""
        ["title"]=>
        string(24) "Intisari Plus - Kriminal"
      }
      ["photo_url"]=>
      string(112) "https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/945x630/photo/2022/06/29/petunjuknya-4-lubang-kecil_nico-20220629072554.jpg"
      ["title"]=>
      string(26) "Petunjuknya 4 Lubang Kecil"
      ["published_date"]=>
      string(19) "2022-06-29 19:26:23"
      ["content"]=>
      string(23171) "

Intisari Plus - Elizabeth Barlow ditemukan meninggal di bak mandi. Polisi mencurigai bahwa ia mati dibunuh. Suaminya menjelaskan bahwa si Istri mengaku kegerahan di malam hari lalu memutuskan untuk berendam.

------------------

Sersan Detektif Naylor dari Kota Bradford tidak tergesa-gesa ketika ia pada malam menjelang 4 Mei 1957 ditugaskan untuk mengunjungi sebuah rumah di Jl. Thornbury Crescent. Tak tampak sesuatu yang luar biasa pada tugas itu.

Perkara yang akan terbongkar berkat kunjungan itu merupakan salah satu yang paling luar biasa dalam sejarah kejahatan.

Hampir tengah malam polisi menerima berita lewat telepon dari seorang dokter, bahwa pada pukul 22.30 ia dipanggil oleh sepasang suami-istri yang bernama Skinner. Katanya, seorang tetangga mereka, Ny. Elizabeth Barlow jatuh pingsan dalam bak mandi. Dokter itu datang ke rumah Ny. Barlow, tapi ia hanya dapat menentukan kematian wanita itu. 

Tetapi karena ia meninggal dalam keadaan begitu luar biasa, dokter itu merasa perlu memberi tahu polisi (siapa sih yang dalam bulan Mei di Eropa masih mandi sesudah pukul 22.00?).

 

Ingin mandi 

Ketika Naylor tiba di alamat yang diberikan kepadanya, ternyata rumah itu rumah petak yang di bagian bawahnya terdiri atas kamar duduk dan dapur, sedangkan di tingkat pertama terdapat kamar tidur dan kamar mandi.

Dokter masih ada. Selain dia, detektif itu menemukan tuan rumah, yang memperkenalkan diri sebagai Kenneth Barlow, suami dari almarhumah Elizabeth. Usianya kira-kira 38 tahun dan pekerjaannya sebagai juru rawat di Rumah Sakit St. Luke.

Kepada detektif itu sang Dokter menjelaskan dalam keadaan bagaimana ia menemukan Ny. Elizabeth. Selama penjelasan ini, si Tuan Rumah hanya turut hadir, tapi tak mengeluarkan sepatah kata pun.

Bak mandi dalam keadaan kering. Di atasnya seorang wanita kira-kira berusia 30 tahun, terbaring menyisi, sedangkan lengannya berada di bawah kepalanya. Seperti tertidur saja.

Menurut dugaan pertama, Elizabeth Barlow selagi mandi merasa pusing, muntah-muntah, dalam keadaan terbaring atau duduk, kemudian jatuh pingsan, kepalanya terbenam, dan meninggal.

Pada tubuhnya tak terdapat tanda-tanda penganiayaan. Tetapi Detektif Naylor - tanpa ditunjuk atau ditolong oleh dokter - melihat bahwa pupil mata mayat itu luar biasa besarnya.

Dengan lancar dan tanpa memperlihatkan perasaannya, Barlow memberikan keterangan sebagai berikut: Tanggal 3 Mei hari libur baginya. Setelah minum teh sore pukul 17.00 istrinya pergi ke kamar tidur, sambil meninggalkan pesan kepada suaminya supaya membangunkannya pada pukul 19.30 untuk menonton televisi. Selagi siaran televisi belum selesai istrinya kembali ke kamar tidur. Katanya, badannya tidak enak.

Tak lama kemudian istrinya muntah-muntah. Barlow menukar seprai dan sesudah itu ia sendiri pun pergi tidur. Tak lama kemudian istrinya mengeluh kepanasan, mengeluarkan banyak keringat, dan menyatakan ingin mandi. Sesudah itu Kenneth Barlow tertidur.

Ketika kira-kira pukul 23.00 terbangun dan melihat tempat istrinya kosong ia berdiri. Di kamar mandi lampu masih menyala, buru-buru Barlow melihat dan menemukan istrinya dalam bak mandi.

Mula-mula ia coba mengeluarkan istrinya dari bak, tetapi ternyata terlampau berat. Kemudian ia keringkan dulu bak (dengan membuka sumbat di bagian bawah bak hingga airnya dapat mengalir) dan coba menghidupkan istrinya dengan menggerak-gerakkan lengannya. Semua sia-sia.

Demikianlah laporan yang diberikan Kenneth Barlow kepada Sersan Detektif Naylor.

 

Keterangannya bertentangan 

Detektif itu memeriksa keadaan rumah. Di kamar tidur ada sesuatu yang menarik perhatiannya: piyama Kenneth Barlow ternyata kering. Timbul pertanyaan: bagaimana ini mungkin, kalau benar - seperti dikatakan Kenneth Barlow sendiri - si Suami coba mengeluarkan istrinya dari bak mandi, ketika bak itu masih penuh air?

Detektif itu menelepon pimpinannya, Inspektur Coffey, minta dikirimi ahli-ahli kriminologi Scotland Yard.

Baru pukul 03.30 Coffey bersama dengan dr. David Price, patolog dan ahli ilmu kedokteran forensik, tiba di tempat kejadian perkara.

Mata dr. Price menemukan sesuatu lagi pada mayat: di lekukan lengannya terdapat sedikit air. Ini sangat bertentangan dengan keterangan Kenneth Barlow, bahwa ia telah melakukan pertolongan pertama bagi orang yang terbenam (lengannya berkali-kali digerakkan). Kalau usaha itu telah dilakukan, lebih masuk akal bila lengannya kering sama sekali, karena airnya terjatuh di lantai.

Sementara itu Inspektur Coffey menemukan dua alat suntik di sudut dapur. Salah satu alat itu masih basah.

Ketika ditanyakan, Barlow segera dapat memberi keterangan. Kedua jarum suntik itu termasuk alat perlengkapannya sebagai juru rawat. la sendiri telah menyuntik dirinya dengan penisilin, karena menderita suatu penyakit. Tetapi ia menyangkal keras telah menyuntik istrinya.

Malam itu juga mayat istrinya diangkut ke rumah sakit untuk dibedah oleh dr. Price. Tapi ia tak menemukan apa-apa yang dapat menerangkan mengapa almarhumah mendadak jatuh pingsan. Jantungnya pun sehat seperti bagian-bagian tubuhnya yang lain. Ketika kulitnya diperiksa pun tak ditemukan bekas suntikan. Tapi diketahui - sesuatu yang tidak dikatakan oleh Barlow - bahwa almarhumah sedang mengandung delapan minggu.

Pada tanggal 4 Mei, pukul 11.00 itu datanglah seorang ahli ilmu kimia dan seorang toksikolog (ahli ilmu racun) memeriksa mayat itu dengan teliti. Berjam-jam mereka bekerja. Berbagai tes dicoba. Tapi hasilnya nihil. Tak ditemukan tanda peracunan. Juga tidak ada gejala yang dapat menerangkan mengapa wanita itu mendadak jatuh pingsan.

 

Empat lubang kecil

Kulit tubuh almarhumah telah diperiksa satu kali. Kini diulangi lagi. Dr. Price mengambil sebuah lampu yang terang dan dengan kaca pembesar yang kuat ia sekali lagi memeriksa seluruh mayat. Tak ada bagian yang luput dari perhatiannya. 

Setelah bekerja dua jam di bagian pantat kiri ia menemukan dua lubang kecil sekali. Kemudian di bagian kanannya pun terdapat dua lubang lain, yang sama kecilnya. Luka-luka kecil ini dalam pemeriksaan pertama tak tampak karena kulit Elizabeth Barlow memang tak licin.

Dengan hati-hati dr. Price memotong dan memeriksa jaringan di bawah lubang-lubang itu. Ternyata ada gejala-gejala yang biasanya disebabkan oleh suntikan. Bahkan suntikan di bagian pantat kiri mayat itu pasti telah diberikan beberapa jam sebelum wanita itu meninggal.

Kini sudah pasti, bahwa Barlow sedikitnya dalam hal ini berdusta: sebelum istrinya meninggal ia telah menyuntiknya. Dengan bahan apa? Ini masih belum diketahui.

Segera dr. Price meminta pertolongan ahli ilmu kimia dan ahli lain. Tapi setelah mengadakan penyelidikan mereka tetap tak dapat mengatakan apa-apa. Bahan apa, obat apa, atau racun apakah yang memasuki tubuh Elizabeth Barlow melalui lubang suntikan itu, tak dapat ditentukan oleh ahli kriminologi tersebut.

Hasil yang tidak memuaskan ini dilaporkan kepada Inspektur Kepala di Scotland Yard. Diputuskan untuk mengamat-amati Kenneth Barlow dalam pekerjaannya di rumah sakit: dengan obat-obatan apa ia biasanya bekerja dan obat-obatan apa yang ternyata hilang. 

Sementara itu dr. Price melepaskan jaringan di tiga tempat yang disuntik dan menyimpannya dalam lemari es. la bertindak demikian atas teori berikut: andaikata suntikan itu mengandung sesuatu, yang tidak dapat ditemukan di dalam bagian lain dari mayat, maka sedikitnya sisa dari suntikan itu masih ada di jaringan yang telah dilepaskan itu. Tapi bagaimana memeriksa ketika potongan jaringan itu belum diketahuinya.

 

Kebanyakan berarti maut

Pertanyaan utama adalah: obat-obatan apa yang sanggup mengakibatkan seorang wanita yang hamil muda mempunyai gejala-gejala berikut sebelum meninggal: merasa letih, muntah-muntah, keluar banyak keringat, mendadak merasa lemas, pingsan, dan pupil mata menjadi besar secara luar biasa?

Setelah memikirkan dan melakukan penyelidikan dr. Price dan para pembantunya memusatkan perhatian mereka pada pertanyaan yang lebih terbatas ini: yaitu gejala yang dinamakan hipoglikemia atau turunnya kadar gula dalam darah manusia hingga menimbulkan penyakit. Jadi, hipoglikemia adalah kebalikan dari gejala diabetes.

Tubuh pasien penderita diabetes tidak menghasilkan hormon insulin lagi, sedangkan hormon ini penting sekali untuk mengatur kadar gula dalam darah. Bila hormon insulin tak dapat dihasilkan lagi, maka kadar gula dalam darah kebanyakan. Gejala ini disebut hiperglikemia.

Dengan ditemukannya insulin oleh dr. Banting, maka penyakit diabetes yang sebelum 1921 merupakan maut, dapat diobati. Pasien itu secara teratur diberi sutikan insulin. Insulin itu baik, tetapi bila diberi terlampau banyak sangat berbahaya. Akibatnya, kebalikan daripada kebanyakan kadar gula, yaitu kekurangan kadar gula dan inilah yang disebut hipoglikemia.

Gejalanya: rasa takut, otot-otot gemetar, suka muntah, kepanasan, dan banyak keringat. Akhirnya, bila tidak segera diberi gula, si pasien akan pingsan. Sering kali dalam tahap ini tampak gejala melebarnya pupil mata secara luar biasa.

Eksperimen-eksperimen pada hewan dan berbagai pengalaman secara kebetulan pada manusia menyatakan, bahwa orang sehat pun bila diberi suntikan insulin akan berada dalam keadaan shock yang disebabkan oleh hipoglikemia dan akhirnya meninggal. Tetapi bila suntikan insulin itu diberikan kepada seorang penderita diabetes sama sekali tidak menimbulkan gejala apa-apa.

Sementara Elizabeth Barlow sudah pasti bukan penderita diabetes. Ini sudah terbukti saat air seninya diperiksa segera sesudah autopsi dilakukan. Tapi pemeriksaan darah dalam jantungnya menyatakan, bahwa darah itu mengandung lebih banyak gula darah daripada keadaan normal 210 mg.

Karena itu pendapat bahwa Elizabeth meninggal karena hipoglikemia harus ditolak. Tapi anehnya, pikiran hipoglikemia setiap kali muncul kembali dalam benak dr. Price. Adakah dalam hal ini terjadi sesuatu yang sampai begitu jauh belum pernah diketahui oleh ilmu kriminalistik? Apakah Barlow sebagai juru rawat mengetahui tentang akibat insulin, sehingga mendapat ide untuk menggunakan hormon ini sebagai racun?

Puncak dramatis muncul ketika pada tanggal 23 Mei Inspektur Kepala Coffey dari Scotland Yard memberi laporan berikut setelah menyelidiki riwayat hidup Kenneth Barlow: "Yang meninggal ini adalah istri kedua Kenneth. Istri pertamanya meninggal dalam usia 33 tahun. Penyebab kematiannya pun tak diketahui dengan jelas. Tugas utama Kenneth Barlow di RS St Luke, tempatnya bekerja, memang memberikan suntikan ...."

"Jadi insulin ...," komentar dr. Price dan para asistennya.

Mereka menjadi lebih tegang lagi saat Inspektur Kepala Coffey melanjutkan laporannya: "Dulu, saat Barlow bekerja di rumah sakit lain (Sanatorium Northfield), ia pernah berkata kepada seorang pasien: 'Bila seseorang mendapat suntikan yang tepat dengan insulin, maka itu adalah jalan yang paling aman untuk pindah ke dunia baka.'"

Menurut Coffey, pada masa Natal 1955, Barlow pernah mengatakan kepada seorang rekannya, Harry Stock, bahwa dengan insulin orang dapat melakukan pembunuhan yang sempurna. Artinya, tak mungkin dapat diusut oleh polisi. Insulin tak dapat ditentukan, ada atau tidak dalam tubuh, karena ia menghilang dalam darah tanpa meninggalkan bekas.

"Apakah cerita saya ini mengandung sesuatu bagi Anda?" tanya Coffey kepada para ahli tersebut.

"Anda tak dapat membayangkan betapa besarnya arti keterangan Anda bagi kami," jawab dr. Price.

 

Tapi bagaimana membuktikannya?

Hari itu dari lemari es dr. Price mengeluarkan preparat jaringan yang telah diambil dari mayat Elizabeth Barlow. Bila suaminya betul-betul memberikan suntikan, sedikit banyak tentu masih ada sisanya dalam preparat tadi. Tapi bagaimana menentukannya?

Semua asisten laboratorium kriminologi Scotland Yard memeriksa seluruh literatur: majalah maupun buku yang mengandung sesuatu tentang insulin. Tanpa hasil! Rupanya belum pernah terjadi pembunuhan dilakukan dengan insulin. Di samping itu belum pernah seorang toksikolog menemukan cara untuk menentukan ada tidaknya insulin dalam jaringan manusia.

Namun, seorang asisten menemukan kisah menarik seperti berikut ini. Dalam tahun 1940 ahli ilmu kimia dan darah menentukan, bahwa terdapatnya banyak gula dalam darah yang ditemukan dalam jantung - seperti halnya pada jantung Elizabeth Barlow - tidak ada artinya sedikit pun. 

Dengan kata lain, pasien demikian mungkin menderita diabetes, tapi mungkin juga tidak sama sekali. Pada 39 orang yang tidak menderita diabetes, tapi meninggal karena tercekik atau terbenam, dalam darah di bagian kanan jantungnya ditemukan luar biasa banyak gula. Tetapi ketika darah dari bagian lain tubuhnya diperiksa, ternyata kadar gulanya di situ normal.

Bagaimana menerangkan gejala ini? Pada saat bergulat dengan maut, hati manusia (yang menjadi gudang gula) mengeluarkan seluruh persediaan gula. Gula dalam jumlah banyak ini masih sempat tiba di bagian kanan jantung sebelum manusia itu meninggal.

Ini jugalah yang dapat menerangkan mengapa dalam jantung Elizabeth Barlow darahnya mengandung begitu banyak gula (210 mg).

Tapi bagaimana menghubungkan kematian Elizabeth itu dengan Kenneth?

Ahli-ahli Scotland Yard itu menyuntik sejumlah tikus dengan insulin. Tikus-tikus itu diamat-amati dan memperlihatkan gejala: gemetar, gelisah, kejang, lemas, bingung, dan pingsan.

Seluruh pekerja laboratorium itu dalam suasana tegang, ketika ahli kepala ilmu kimia dr. Curry mengambil ekstrak dari ketiga preparat yang berasal dari mayat Elizabeth tadi dan menggunakannya untuk menyuntik sejumlah tikus lain yang belum diapa-apakan. Gejala yang diperlihatkan oleh tikus dari rombongan kedua ini sama dengan gejala yang dialami tikus-tikus yang disuntik dengan insulin asli.

Kesimpulan lain adalah suntikan dengan ekstrak dari jaringan yang diambil dari pantat bagian kiri Elizabeth ternyata mengakibatkan reaksi yang lebih hebat (lebih gemetar, lebih keras kejangnya pada tikus), daripada bila disuntik dengan ekstrak dari jaringan pantat almarhumah bagian kanan.

Penjelasannya, seperti dikatakan di atas, ketika memeriksa tubuh almarhumah dr. Price sudah tahu karena suntikan di bagian kiri pantat almarhumah lebih kemudian diberikan ke bagian kanan. Jadi, jaringan dari pantat kiri itu mengandung lebih banyak insulin yang belum sempat menghilang dalam darah.

 

Tak putus asa

Masih ada kesangsian apakah benar Kenneth Barlow-lah yang memberi suntikan insulin itu dengan maksud membunuh istrinya? Masih adakah kemungkinan bagi Kenneth untuk meloloskan diri? Adakah bahan-bahan lain di samping insulin yang dalam waktu singkat dapat mengurangi kadar gula darah dan menyebabkan hipoglikemia?

Kembali laboratorium Scotland Yard bekerja keras dengan mengadakan berbagai eksperimen. Pertanyaan kepada industri obat-obatan dan ahli-ahli spesialis mengenai penyakit diabetes memberikan hasil, bahwa memang ada bahan-bahan tertentu yang juga dapat menyebabkan penurunan kadar gula dalam darah tubuh manusia.

Lalu diadakan eksperimen dengan bahan-bahan itu. Memang kadar gula darah berkurang, akan tetapi tidak timbul gejala yang disebabkan oleh penyuntikan dengan insulin: seperti kejang, pingsan, dll.

Baru kinilah dr. Price dan para asistennya yakin, bahwa Kenneth Barlow-lah sesungguhnya yang menyuntik istrinya dengan insulin, agar pingsan dan kemudian mati terbenam dalam bak mandi.

Namun setelah bekerja keras hampir dua bulan, para ahli itu masih dihadapkan pada sebuah pertanyaan yang menimbulkan kesangsian.

Andai kata benar Kenneth beberapa tahun sebelumnya pernah mengatakan, bahwa pembunuhan dengan insulin tak dapat diusut, maka dengan berbuat demikian ia sesungguhnya mengutip suatu pendapat ilmiah yang berlaku pada waktu itu. Insulin itu tak berbekas.

Namun, kini para ahli Scotland Yard berpendapat, dari seseorang yang sudah meninggal, beberapa hari kemudian insulin masih bisa ditemukan dalam jaringan mayatnya. Maka ini bertentangan dengan pendapat ilmiah tadi.

Meskipun muncul pertentangan, tapi ahli kimia dr. Currey (dari Scotland Yard) bisa menjelaskan seperti berikut: kalau orang mati, maka jaringan dari bagian dalam, terutama isi perutnya berada dalam keadaan basa, tetapi dalam otot-otot yang mulai rusak timbul asam laktat.

Insulin hilang dalam jaringan-jaringan tubuh yang basa, sebaliknya tinggal utuh dalam jaringan-jaringan yang asam.

Dalam jaringan pantat mayat memang timbul asam laktat. Inilah sebabnya mengapa beberapa hari setelah Elizabeth meninggal, di bagian pantatnya yang disuntik dengan insulin, insulin itu masih ada - cukup lama untuk dilokalisasi dan digunakan oleh dr. Price dan para asistennya.

Pada tanggal 29 Juli 1957, sehari setelah para ahli Scotland Yard sampai pada kesimpulan itu, Kenneth Barlow ditangkap. la tak mampu menyembunyikan kagetnya ketika dituduh telah membunuh istrinya. Tetapi ia segera menyangkal pernah memberikan suntikan apa pun kepada istrinya.

 

Akhirnya mengaku juga 

Baru beberapa hari kemudian ia mengaku telah menyuntik Elizabeth, tetapi bukan dengan insulin melainkan ergometrin. Istrinya bagaimanapun juga tidak mau menjadi ibu. Kenneth tahu suntikan ergometrin itu akan menimbulkan kejang pada kandungan, sehingga akan mengakibatkan keguguran. Maka ia mengambil beberapa ampul dari rumah sakit. Suntikan terakhir diberikan di hari istrinya meninggal.

Pengakuan Kenneth ini tidak mengagetkan bagi kalangan ahli forensik Scotland Yard. Ergometrin yang memang sering digunakan sebagai obat untuk menggugurkan termasuk racun yang memang telah dicari ketika mayat Elizabeth diperiksa pada hari pertama. Kalau betul pada hari kematian ergometrin masih disuntikkan, niscaya sisanya masih ada dalam air seni almarhumah. Tapi ini tak ditemukan.

Tapi sebagai ahli kimia kepala dr. Curry ingin kepastian yang lebih besar lagi. Disuntikkannya ergometrin dalam jaringan punggung seseorang yang baru meninggal, yang pasti tidak menerima suntikan insulin atau ergometrin lebih dahulu. Lalu diambilnya ekstrak dari bagian-bagian jaringan itu. Lalu diulanginya eksperimen yang sudah dilakukannya pada tikus, tapi kini ditambah dengan dua jenis hewan lain.

Hasilnya, suntikan itu tidak memperlihatkan gejala seperti ketika tikus disuntik dengan ekstrak dari preparat yang diambil dari tubuh Elizabeth.

Dalam bulan Desember 1957 Jaksa Hylton-Foster mendakwa Kenneth Barlow sebagai pembunuh istrinya, Elizabeth Barlow dengan suntikan insulin. Perhatian rakyat jelata dan para sarjana toksikologi sangat besar. Inilah pembunuhan pertama dengan insulin, suatu hormon yang sangat dibutuhkan, akan tetapi bila jatuh ke tangan seorang pembunuh dapat berubah menjadi racun.

Terhadap bukti-bukti ilmiah yang telah dikumpulkan di laboratorium Scotland Yard, terdakwa maupun pembelanya tak dapat berbuat apa-apa. Hakim dan juri sangat terkesan oleh ketelitian eksperimen-eksperimen para sarjana forensik di laboratorium itu. Ahli kedokteran forensik yang dikerahkan oleh pihak pembela, setelah berdebat sebentar dengan dr. Price tak dapat menjawab serangan dokter ini.

Melalui rapat beberapa menit saja para anggota juri sudah sepakat: Kenneth Barlow dinyatakan bersalah membunuh istrinya dengan suntikan insulin. Hakim mengganjarnya dengan hukuman penjara seumur hidup. 

Setelah mengecam si pembunuhnya, hakim tak lupa memuji dr. Price dan para pembantunya. Tanpa pekerjaan ilmiah mereka kejahatan ini takkan terbongkar. Sayangnya, motif pembunuhan ini tidak pernah diterangkan.

 

" ["url"]=> string(71) "https://plus.intisari.grid.id/read/553350665/petunjuknya-4-lubang-kecil" } ["sort"]=> array(1) { [0]=> int(1656530783000) } } }