array(1) {
  [0]=>
  object(stdClass)#49 (6) {
    ["_index"]=>
    string(7) "article"
    ["_type"]=>
    string(4) "data"
    ["_id"]=>
    string(7) "3355972"
    ["_score"]=>
    NULL
    ["_source"]=>
    object(stdClass)#50 (9) {
      ["thumb_url"]=>
      string(112) "https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/750x500/photo/2022/07/01/menyamar-sebagai-ivan-bagerovjp-20220701063449.jpg"
      ["author"]=>
      array(1) {
        [0]=>
        object(stdClass)#51 (7) {
          ["twitter"]=>
          string(0) ""
          ["profile"]=>
          string(0) ""
          ["facebook"]=>
          string(0) ""
          ["name"]=>
          string(13) "Intisari Plus"
          ["photo"]=>
          string(0) ""
          ["id"]=>
          int(9347)
          ["email"]=>
          string(22) "plusintisari@gmail.com"
        }
      }
      ["description"]=>
      string(144) "Seorang perwira Angkatan Laut Inggris mempersiapkan jalan untuk kabur dari penjara Jerman. Padahal dia tidak bisa berbicara dalam bahasa Jerman."
      ["section"]=>
      object(stdClass)#52 (7) {
        ["parent"]=>
        NULL
        ["name"]=>
        string(7) "Histori"
        ["description"]=>
        string(0) ""
        ["alias"]=>
        string(7) "history"
        ["id"]=>
        int(1367)
        ["keyword"]=>
        string(0) ""
        ["title"]=>
        string(23) "Intisari Plus - Histori"
      }
      ["photo_url"]=>
      string(112) "https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/945x630/photo/2022/07/01/menyamar-sebagai-ivan-bagerovjp-20220701063449.jpg"
      ["title"]=>
      string(29) "Menyamar sebagai Ivan Bagerov"
      ["published_date"]=>
      string(19) "2022-07-01 18:35:05"
      ["content"]=>
      string(23817) "

Intisari Plus - Pada tahun 1943, seorang perwira Angkatan Laut Inggris mempersiapkan jalan untuk melarikan diri dari penjara Jerman. Dia tidak dapat berbicara dalam bahasa Jerman, namun penyamarannya sebagai perwira Angkatan Laut Bulgaria sangat membantunya. 

---------------------

"Keluar dari sini, itu sangat mudah. Keluar dari negara ini, itu bagian yang tersulit."

Perwira Angkatan Laut Inggris, Letnan David James, sedang menjelaskan rencananya untuk kabur kepada tahanan lainnya, Kapten David Wells. Keduanya merupakan penghuni penjara tahanan perang, Marlag und Milag Nord, dekat Bremen, Jerman. Waktu itu, awal musim dingin tahun 1943, empat tahun setelah dimulainya Perang Dunia II.

James telah memikirkan dua penyamaran untuk mengeluarkan dirinya dari kamp menuju Swedia, tempat ia bisa kembali ke Inggris. 

Kedua pria tersebut duduk di depan tungku batu bara. Pondok mereka sangat dingin, tapi untunglah api menjaga mereka tetap hangat. Di luar jendela, hujan yang dingin turun sepanjang hari. Musim dingin di Jerman utara turun bagaikan balas dendam.

James mulai merinci rencananya untuk lari.

"Begini...Aku adalah orang asing yang hanya bisa berbicara sedikit bahasa Jerman. Jadi, aku akan tetap menyamar sebagai orang asing. Penjaga dan perwira yang akan kutemui telah terbiasa melihat kartu identitas setiap hari. Mereka bisa mengenalinya seperti punggung telapak tangan mereka sendiri dan mampu melihat apapun yang palsu hanya dengan jarak dua puluh langkah. Jadi, aku akan tampil dengan identitas yang belum pernah mereka lihat sebelumnya. Aku akan menyamar sebagai orang Bulgaria!"

Wells terbengong-bengong sesaat, lalu matanya membelalak.

"Kenapa?"

James melanjutkan, "Seperti yang kau tahu, Bulgaria adalah sekutu Jerman, tapi tak seorang pun di sini yang tahu banyak tentang mereka. Mereka tidak akan bisa mengenali jika ada seorang Bulgaria yang datang dan menonjok hidung mereka. Lagipula, aku pikir jika aku bisa membuat seragamku tampak seperti seragam Angkatan Laut Bulgaria, tidak akan ada yang bisa membedakannya. Setidaknya, aku tidak bisa."

Wells tertawa.

"Angkatan Laut Bulgaria. Mereka hanya punya kira-kira tiga kapal. Kau ada di pihak yang menang, Bung. Apa yang ada padamu?"

James menunjukkan bukti-bukti padanya. Seorang teman di kamp yang bekerja sebagai penjahit sebelum perang telah membuatkan untuknya sebuah lencana berwarna keemasan dan biru berinisial KBVMF yang merupakan inisial dari Angkatan Laut Bulgaria.

"Huruf-huruf itu kelihatan aneh. Itu inisial Rusia kan?" tanya Wells.

"Bukan, ini inisial Bulgaria," jawab James. "Mereka menggunakan alfabet yang sama dengan Rusia. Itulah langkah selanjutnya dalam rencanaku. Bahkan aku telah memiliki setumpuk dokumen yang dipalsukan teman kita di pondok D. Ia biasa bekerja sebagai ilustrator buku, dan menyelesaikan pekerjaannya yang brilian. Lihat ini!"

James menuju lokernya dan mengeluarkan sebuah map yang penuh dengan kertas-kertas, surat-surat, kartu pas, dan sebuah foto berukuran besar. 

"Ini kartu identitasku. Letnan Ivan Bagerov— Angkatan Laut Kerajaan Bulgaria. Semua tulisan Bulgaria itu tidak akan dimengerti oleh penjaga."

Wells tertawa.

"Siapa laki-laki tampan di foto itu? Pastinya itu bukan kau!"

James tersenyum.

"Coba perhatikan. Kami menemukannya di majalah Jerman. Ia adalah pahlawan Jerman. Kelihatannya agak mirip denganku, tapi karena kami membubuhkan stempel Bulgaria di atas setengah wajahnya, jadi tidak akan terlihat dengan jelas!

Aku sudah memastikan segala sesuatu di koporku terlihat seperti milik orang Bulgaria, setidaknya orang akan beranggapan itu milik orang Bulgaria. Bahkan, aku telah mengelupas tulisan Inggris di merk sabunku dan menggantinya dengan tulisan Bulgaria."

"Yang besar itu foto siapa?" tanya Wells."Sepertinya ia penari balet. Siapa namanya?"

James tertawa lagi.

"Itu sayangku Margot Fonteyn. Cantik kan! Aku akan mengaku pada siapa saja yang menggeledah koporku bahwa ia adalah tunanganku. Itu akan jadi pengecoh yang efektif. Kau kenal Robert di pondok E? Ia bisa berbicara dalam bahasa Rusia, jadi aku memintanya menuliskan sebuah surat cinta untukku. Kita bahkan bisa menipu malaikat! Dan ... aku telah mengganti semua merk pakaianku yang buatan Inggris. 

Aku tidak bisa mendapatkan merk Bulgaria atau Rusia. Tetapi, beberapa teman asal Yunani di kamp telah memberikan yang mereka punya. Merk-merk tersebut cukup terlihat berbeda. Dan di atas segalanya, Bulgaria juga kerajaan monarki, jadi ukiran mahkota di kancing seragam Angkatan Laut Inggris milikku tidak perlu diganti."

"Dan, ini dia!"

James mengeluarkan dokumen palsu lainnya.

"Ini sebuah surat pengantar dari Angkatan Laut Kerajaan Bulgaria. Surat itu tertulis dalam bahasa Jerman, akan kutunjukkan kepada siapa saja yang menghalangiku.Aku pikir surat itu akan banyak membantuku. Bunyinya : Letnan Bagerov bertanggung jawab di bidang teknik yang mengharuskan dirinya banyak bepergian.

Karena ia hanya berbicara sedikit bahasa Jerman, maka setiap perwira Jerman dimohon untuk membantunya.”

Wells menertawakan rencana nekad tersebut. Dia terkesan, tapi nampak khawatir. 

"Oh, kabar buruk, James. Beberapa perwira Angkatan di sini telah pergi ke Bremen beberapa minggu lalu mengunjungi rumah sakit di sana. Seragam Angkatan Lautmu mungkin terlihat agak berbeda, tapi tidak terlalu berbeda. Aku yakin seseorang akan mengetahui dan menangkapmu." 

"Aku telah memikirkannya juga. Aku akan memulai pelarianku dalam samaran yang lain! Kancing seragamku akan kubungkus dengan perca sutra, aku punya topi kain, scarf, dan celana kanvas tua. Aku akan menjadi Christof Lindholm, seorang tukang listrik Denmark! Aku juga sudah punya kartu pasnya."

"Wah, kau benar-benar sibuk selama ini, ya!" kata Wells. "Lalu, apa yang akan kau lakukan untuk membuktikan identitas aslimu bila kau berhasil mencapai Swedia, atau bahkan Inggris?"

"Aku juga sudah memikirkan hal itu. Aku telah memasukkan semua identitas asliku di lapisan dalam jaketku, jadi aku bisa menjadi diriku lagi kapan saja bila diperlukan."

"Kalau begitu, semoga sukses, sekalipun dengan semua itu aku pikir kau tidak memerlukannya," kata Wells.

James terlihat agak sakit.

"Sebenarnya, duduk di depan api ini dibandingkan hujan di luar sana, aku tidak yakin aku ingin kabur. Tetapi, banyak orang yang sudah bersusah-payah membantuku dalam hal ini, jadi aku harus mencobanya."

*

Dan ia memang mencobanya. Pagi hari, 8 Desember 1943, James berjalan menuju tempat pemandian di kamp. Tak diduga! Sebuah jendela di sana terbuka, jadi yang perlu dilakukan James adalah langsung memakai kostum tukang listrik Denmark, dan menyelinap keluar saat tak ada yang melihat.

Berjalan keluar dalam penyamarannya, ia sama seperti pekerja lokal yang ada di sana. Tetapi, masalah muncul tak lama setelah ia keluar dari kamp. Dia dihentikan oleh seorang polisi yang mencurigainya. Dalam hatinya, James sangat panik. Setelah susah payah kerja kerasnya selama ini, di sinilah dirinya, jauh dari kamp, hampir tertangkap. 

Polisi itu memeriksa kopornya. Untunglah hanya ada beberapa potong pakaian di dalamnya. James sudah menyembunyikan semua dokumen Ivan Bagerov dengan hati-hati, semuanya diikat di kakinya dengan perban.

Polisi mulai mencecarnya dengan pertanyaan-pertanyaan. Apa yang dilakukannya, siapa dirinya, dengan siapa ia tinggal. Benar-benar mimpi buruk. James hanya bisa berbicara sedikit bahasa Jerman, dengan tak jelas ia mengatakan bahwa ia tinggal bersama seorang pendeta lokal. Ia bahkan tidak tahu siapa namanya, hanya menyebutnya "Bapa."

Polisi masih tetap curiga dan bertanya seperti apa perawakan sang pendeta. James nekad berspekulasi. Pendeta itu berambut abu-abu, dan ternyata memang benar. Ia menambahkan beberapa cerita dengan harapan polisi tersebut tidak mempermasalahkan logat pekerja Denmark yang aneh ini.

Ternyata cerita karangannya tidak berguna. Polisi membawanya ke kantor polisi. Untunglah James punya akal lain. la menunjukkan surat penugasan palsu dari sebuah rumah sakit yang mengharuskan dirinya untuk melapor ke sana siang ini. 

Surat palsu itu meyakinkan sang polisi bahwa James memang seorang tukang listrik Denmark. Akhirnya, polisi itu memperbolehkan James pergi dengan salam selamat siang yang kaku. James segera pergi dari hadapannya, dan berusaha keras agar kakinya tidak terlalu gemetaran selama ia berjalan.

*

James berhasil sampai di stasiun Bremen tanpa kesulitan baru, dan langsung masuk ke sebuah kamar mandi kecil. Di sana, ia melepaskan samarannya dan menyembunyikan pakaian, topi dan celana tukang listrik itu di belakang tangki air. Sekarang, James merasa aman untuk melakukan penyamarannya sebagai orang Bulgaria. 

Di dalam kamar mandi yang sempit itu ia melepaskan perca kain sutra yang membungkus kancing seragamnya, menjahitkan lencana ke pundaknya, dan menggelapkan warna rambutnya dengan tata rias teater supaya ia lebih terlihat seperti orang Eropa timur.

Christof Lindholm lenyap, muncullah Ivan Bagerov. Ia menarik napas panjang untuk menenangkan dirinya, lalu berjalan mendekati seorang petugas di stasiun dan menunjukkan surat pengantar palsunya.

Petugas tersebut membacanya dan tersenyum pada James. 

"Ke mana tujuan Anda, Tuan?" tanyanya.

James memberitahunya bahwa ia hendak menuju ke pelabuhan Lübeck di Laut Baltic. Itu adalah titik yang sangat baik untuk perjalanan selanjutnya ke Swedia.

"Silakan ikuti saya, Tuan," kata petugas tersebut. Mereka pun berjalan menuju loket karcis.

Surat palsu James bekerja seperti jimat saja. Petugas itu memberitahu kereta apa yang harus ia naiki, menuliskan rinciannya untuknya, dan memberikan karcis untuknya. Lalu, mengantar James ke ruang tunggu dan membelikannya bir! 

James sampai harus menahan dirinya untuk tidak tertawa terbahak-bahak, atau menjaga wibawanya. Sebenarnya ia ingin memeluk petugas itu, tapi ia tetap menjaga dirinya bersikap formal, layaknya seorang perwira Angkatan Laut Kerajaan Bulgaria.

Keretanya tiba, dan tak lama kemudian James sudah dalam perjalanan menuju pantai. Semua petugas yang dijumpai selama dalam perjalanan (petugas pemeriksa karcis, polisi, da sebagainya), semua tertipu oleh surat pengantar palsunya, da mereka memberi salam hormat dengan anggukan kepala yang sangat sopan.

Beberapa jam kemudian, kereta tiba di Hamburg, di mana James harus berganti kereta. Ia harus menghabiskan satu jam menunggu di ruang tunggu. Di sana ia ditatapi dengan rasa penuh curiga oleh seorang prajurit Jerman. 

James merasa prajurit itu mengetahui samaran dan mengenali seragam Angkatan Lautnya, tapi ia memutuskan untuk menggertaknya. Pikirnya, "Apa yang akan aku lakukan jika aku memang seorang Ivan Bagerov, pada waktu seseorang sedang menatapku? Ya, tatap kembali!"

James melihatnya sekilas dengan penuh keramahan, hingga prajurit tersebut merasa malu dan membuang pandangannya ke lantai. Beberapa saat kemudian, ia meninggalkan ruang tunggu. James bertanya-tanya, jangan-jangan ia melapor pada polisi. Namun, sampai kereta selanjutnya tiba, tak seorang pun yang mengganggu dirinya.

Perjalanan terasa lambat. James harus turun untuk ganti kereta lagi, dan melewati malam yang tak nyaman di ruang tunggu Bad Keinen. Ia telah menempuh 320 km dalam sehari. Pelariannya ternyata berjalan lebih lancar dari yang ia duga.

Keesokan harinya, kereta melaju menuju Stettin, stasiun lainnya di Laut Baltic. James berpikir ia harus mencoba peruntungannya di sana, karena nampaknya di Stettin juga ada kapal Swedia, sama seperti di Lübeck.

Ternyata, tidak. James tidak melihat satu kapal Swedia pun di pelabuhan. Sambil mengumpat, ia pergi ke kota dan mengunjungi beberapa bar dengan harapan akan mendengar suara orang Swedia.

Sorenya, James baru menyadari bahwa singgah di Stettin merupakan kesalahan besar. Tak ada yang bisa dilakukannya selain melanjutkan perjalanan. Jadi, ia kembali ke stasiun dan naik kereta menuju Lübeck. Lagi-lagi, ia harus turun dari kereta dan menghabiskan malam yang tak nyaman di ruang makan di sebuah kamp militer yang sesak.

Ketika ia mencoba untuk tidur di meja pojok ruangan, beberapa perwira Angkatan Laut Jerman bergabung dengannya. Teman semeja yang baginya buruk, mungkin saja mengenali seragam Kerajaan Inggrisnya. Namun, sepertinya mereka lebih letih daripada dirinya, karenanya mereka tidak berkata sepatah kata pun pada James, apalagi memperhatikannya.

Keesokan hari, ia bergegas pergi ke stasiun dan tiba di Lübeck siangnya. Saat itu, penampilannya sebagai seorang letnan mulai terlihat agak kumal, apalagi dengan janggut berumur dua hari di dagunya. James segera pergi ke tukang pangkas rambut terdekat dan minta supaya janggutnya dicukur. Tukang pangkas di sana memandangnya heran.

"Tidakkah Anda tahu?" tanyanya dengan agak sinis. "Anda tidak mengetahui tentang distribusi sabun? Tidak seorang pun yang mencukur janggutnya di tempat seperti ini selama dua tahun!"

James mengangkat bahunya dan meninggalkan tempat tersebut diliputi rasa panik. Pasti setiap orang di jalan melihat dirinya.

Dengan perasaan bingung, ia memesan sebuah kamar di hotel la meninggalkan kopornya di sana, lalu pergi ke pelabuhan. Di sini tampak secercah harapan. Hal pertama yang dilihat nya adalah dua kapal Swedia. Sebuah gerbang tampak di antara dirinya dan kapal-kapal tersebut.

Seorang penjaga berdiri di satu sisi jalan, jadi James mengikuti sebuah truk besar yang berjalan menuju pelabuhan, bersembunyi di sisi yang berseberangan dengan penjaga tadi. Begitu tiba di sisi pelabuhan, ia berjalan menuju kapal Swedia dan menghampiri awak kapalnya. Kapal tersebut memuat batubara. Debu batu bara ditambah dinginnya udara musim dingin membuatnya batuk.

James mendengar suara orang Swedia dari dalam kabin, maka ia mengetuk pintunya. Ia masuk ke dalam dan melihat dua orang sedang duduk di meja kopi. Mereka melihat James. Salah satu di antaranya menyapa James dengan bahasa Inggris yang sangat baik.

"Pasti Anda perwira Angkatan Laut. Aku mengenali seragam Anda dari jauh!"

James tertawa. Ia lega dua orang tersebut ternyata sangat ramah.

"Ya," jawab James. "Ini hanyalah samaran. Aku menyamar sebagai Ivan Bagerov, perwira Angkatan Laut Kerajaan Bulgaria!"

Selanjutnya mereka mengundang James bergabung dengan mereka. Lalu James menceritakan kisahnya pada mereka, dan bertanya apakah mereka mau membawanya ke Swedia.

Pria yang berbicara dalam bahasa Inggris itu mengangkat bahunya dan meminta maaf.

"Begini kawan, aku ingin membantu, tapi sepertinya tidak mungkin. Ketika batu bara ini dimuat, kami akan kedatangan beberapa petugas Jerman yang akan ikut di dalam kapal ini. Mereka pasti akan melihatmu. Jika mereka curiga kau adalah buronan, pasti kita semua akan ditahan. Lihatlah, kapal begitu kecil untuk menyembunyikan dirimu."

James sangat kecewa. Padahal ia merasa orang itu sangat ramah dan pasti mau menolongnya. Ia berpikir keberuntungannya pasti sudah berakhir.

"Tolonglah," pintanya. "Aku telah lari tiga hari, dan ini satu-satunya saat aku merasa aman. Pasti ada tempat di mana aku bisa sembunyi."

Namun, orang Swedia itu telah menetapkan keputusannya. la berbicara tegas dengan nada datar yang berarti tak ada lagi yang perlu didiskusikan.

"Aku ingin menolongmu, tapi aku juga tidak ingin berakhir di kamp konsentrasi. Lihat ke sana," katanya sambil menunjuk ke arah utara kabin. "Kapal itu juga menuju Swedia dan akan berangkat beberapa menit lagi. Cobalah peruntunganmu."

James berterimakasih pada mereka dan pergi. Berdiri di dek, ia melempar pandang ke kapal lainnya. Beberapa menit yang lalu, ia merasa aman dan sukses. 

Perjalanan dari tangga kapal ini ke kapal lainnya sepertinya amat sangat berbahaya, dan nampak seperti jarak yang tak dapat ditempuhnya. James diliputi kecemasan yang besar.

Ketika ia menuruni anak tangga kapal, ia seperti melihat mimpi buruknya: kapal lainnya segera berangkat. James bergegas lari mencapainya, tapi sudah terlambat. Tadinya ia sempat berpikir loncat saja ke kapal tersebut, tapi ia pasti akan menjadi pusat perhatian dan kapal akan diberhentikan sebelum sempat meninggalkan perairan Jerman.

*

"Ya," katanya pada diri sendiri, "Kembali ke hotel, dan coba lagi besok." Kali ini James yang putus asa agak ceroboh.

la tidak berusaha sembunyi dari pandangan penjaga di pintu masuk pelabuhan, akibatnya ia terlihat dan diberhentikan. Mungkin karena penampilannya yang agak kumal, samaran Ivan Bagerov-nya tidak berguna. Penjaga itu bersikeras agar James ikut dengannya ke kantor polisi untuk pemeriksaan lebih lanjut.

Tak ada yang dapat dilakukan James, kecuali ikut dengannya Selain itu, ia tidak terlalu khawatir. Masih ada kemungkinan sang polisi nantinya (sama seperti yang lainnya) akan tertipu oleh surat Bulgaria miliknya.

Tak lama kemudian, James sudah berdiri di hadapan petugas senior di kantor polisi Lübeck. Polisi di sana memeriksa kartu identitasnya dengan kaca pembesar, lalu berkata santai dalam bahasa Inggris, "Jadi, Anda kabur dari mana?"

James, yang sejak tadi menahan napasnya, menghela napas panjang. Ia menerima kenyataan bahwa segalanya sudah berakhir.

*

Tak diduga, sang polisi bersikap cukup sopan. Ia menawarkan kursi pada James, lalu memanggil beberapa rekannya masuk ke dalam ruangan. Salah satu di antara mereka mengolok-olok kartu identitas palsunya, tapi yang lainnya salut pada James dengan pemalsuan tersebut, apalagi James hanya memiliki sumber yang sangat terbatas di dalam penjara. 

Ia bahkan mengatakan James seharusnya memakai kata Polizei Präsident di kartu identitas, bukannya Polizei Kommissar.

Setiap orang nampaknya terkesima oleh kisahnya, dan itu membuat James agak lega. Ia sering mendengar bahwa seorang buronan langsung ditembak bila tertangkap. Petugas yang mengantarnya ke penjara lokal bahkan menyampaikan rasa prihatinnya terhadap James yang peruntungannya tidak begitu baik.

 

Setelah Pelarian

James dikirim kembali ke penjara Marlag und Milag Nord dan dikurung sendiri selama sepuluh hari di sel hukuman. Keinginannya untuk kabur tidak pernah padam. Lima minggu berikutnya, ia menghilang lagi, kali ini dalam penyamaran sebagai nelayan. Dengan rute yang sama, ia sukses mencapai Swedia dan berhasil kembali ke Inggris dengan aman.

Setibanya di kampung halamannya, ia menulis buku berjudul An Escaper's Progress (Kemajuan Seorang Buron), sebuah catatan petualangannya di Marlag und Milag Nord. la menulis, kabur dari penjara sama seperti bertemu dengan seseorang di pesta yang namanya tidak kita ingat. 

Kita harus menemukan petunjuk selama percakapan dengan pertanyaan-pertanyaan mengarah. Dengan demikian, ia belajar bagaimana caranya untuk lolos, tanpa membuat dirinya menjadi pusat perhatian di tempat dan situasi ia berada.

Setelah perang, James menjadi seorang penjelajah Antartika dan menjadi anggota parlemen pada tahun 1959-1964 dan 1970-1979. Ia juga turut membantu mempersiapkan berdirinya Biro Investigasi Loch Ness, sebuah organisasi yang dedikasikan untuk menemukan bukti keberadaan monster Loch Ness. (Nukilan dari buku: TRUE ESCAPE STORIES Oleh Paul Dowswell)

 

" ["url"]=> string(74) "https://plus.intisari.grid.id/read/553355972/menyamar-sebagai-ivan-bagerov" } ["sort"]=> array(1) { [0]=> int(1656700505000) } } }