array(4) {
  [0]=>
  object(stdClass)#61 (6) {
    ["_index"]=>
    string(7) "article"
    ["_type"]=>
    string(4) "data"
    ["_id"]=>
    string(7) "3567433"
    ["_score"]=>
    NULL
    ["_source"]=>
    object(stdClass)#62 (9) {
      ["thumb_url"]=>
      string(109) "https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/750x500/photo/2022/11/11/masa-lalu-terekam-di-kukujpg-20221111042746.jpg"
      ["author"]=>
      array(1) {
        [0]=>
        object(stdClass)#63 (7) {
          ["twitter"]=>
          string(0) ""
          ["profile"]=>
          string(0) ""
          ["facebook"]=>
          string(0) ""
          ["name"]=>
          string(13) "Intisari Plus"
          ["photo"]=>
          string(0) ""
          ["id"]=>
          int(9347)
          ["email"]=>
          string(22) "plusintisari@gmail.com"
        }
      }
      ["description"]=>
      string(135) "Seorang ilmuwan trauma dengan kekerasan yang dialaminya saat terjadi pencurian. Dengan ilmunya, ia akhirnya bisa menangkap sang pelaku."
      ["section"]=>
      object(stdClass)#64 (8) {
        ["parent"]=>
        NULL
        ["name"]=>
        string(8) "Kriminal"
        ["show"]=>
        int(1)
        ["alias"]=>
        string(5) "crime"
        ["description"]=>
        string(0) ""
        ["id"]=>
        int(1369)
        ["keyword"]=>
        string(0) ""
        ["title"]=>
        string(24) "Intisari Plus - Kriminal"
      }
      ["photo_url"]=>
      string(109) "https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/945x630/photo/2022/11/11/masa-lalu-terekam-di-kukujpg-20221111042746.jpg"
      ["title"]=>
      string(25) "Masa Lalu Terekam di Kuku"
      ["published_date"]=>
      string(19) "2022-11-11 16:27:54"
      ["content"]=>
      string(22615) "

Intisari Plus - Seorang ilmuwan trauma dengan kekerasan yang dialaminya saat terjadi pencurian. Dengan ilmunya, ia akhirnya bisa menangkap sang pelaku.

-------------------

Malam belum terlalu larut. Saat para tetangga bercengkerama dengan keluarga di rumah masing-masing, Noelleen Greenwood yang tengah sendirian di rumah justru merasakan hal sebaliknya. Jangankan bercengkerama, menarik napas saja ia harus berjuang keras. Wajahnya begitu tegang dan ketakutan. Di depannya berdiri seorang tamu tak diundang, pencuri yang diyakini Noelleen tega berbuat apa saja, termasuk mencabut nyawa orang tak berdosa. Inikah akhir karier cemerlangnya sebagai ilmuwan? “Mestinya tidak. Aku belum dan tidak akan mati dengan cara seperti ini,” jerit hati kecilnya. Perlahan Noelleen berusaha melunakkan hati pria yang telah mencuri barang-barang berharga dan menyekapnya sejak tiga jam lalu itu. “Maaf, Bung. Aku percaya, Anda orang pintar. Pekerjaan seperti ini tak pantas buat orang seperti ...,” kata-kata Noellen tak berlanjut setelah si lelaki menyela dengan kasar.

“Cukup! Aku tidak pernah menerima saran, apalagi saran perempuan pesakitan!” Usai membentak, tangan kekar sang maling melayang keras ke wajah Noelleen. Wanita yang lebih banyak menghabiskan waktu di labolatorium itu langsung limbung, menabrak sofa, sebelum akhirnya jatuh ke lantai. Bukan kali itu saja Noelleen disakiti dan dilecehkan si pencuri, yang belakangan diketahui gemar melakukan pencurian dengan kekerasan, terutama terhadap kaum hawa.

“Kamu pikir, aku akan melepas kamu begitu saja. Membiarkan kamu melenggang santai ke kantor polisi. Lalu polisi-polisi keparat itu datang menjemputku, sambil mengacungkan-acungkan pistol dan borgol?” seru si pencuri sembari memamerkan bola matanya yang nanar. Noelleen tak kuasa menjawab. Namun, dia tak berhenti memohon pada si pencuri - yang menerobos rumah tanpa topeng maupun senjata - agar tidak bertindak lebih kejam.

Sejujurnya, Noelleen merasa peluang hidupnya tak sebesar beberapa jam sebelumnya. Mata, telinganya, terlebih pikirannya mulai lelah lantaran stres melakoni drama yang tak kunjung usai. Drama yang dampaknya pasti akan terus membekas sepanjang hidup Noelleen. Tiga jam rasanya bak tiga hari, tiga bulan, bahkan tiga tahun. Sampai akhirnya dia tak mendengar lagi bentakan-bentakan menyakitkan itu bersamaan dengan lenyapnya tubuh sang pencuri sadis di tengah kegelapan malam.

Si pencuri sadis lenyap? Berkali-kali Noelleen menarik napas panjang. Dia hampir tak percaya baru saja lolos dari lonceng kematian. Noelleen hendak bergerak mencari pertolongan tapi badannya terlalu lunglai. Beberapa menit lamanya, istri Roger Franklin itu hanya bisa termangu di lantai. Seraya berdesah pada diri sendiri, “Terima kasih Tuhan. Dia akhirnya pergi ....”

 

Bebas dengan jaminan

Esoknya Noelleen menghabiskan waktu berjam-jam di ranjang. Baru setelah kepercayaan dirinya pulih, wanita periang itu berinisiatif mendatangi kantor polisi. Itu pun berkat dorongan kuat Roger yang tak bisa menerima perlakuan semena-mena terhadap istrinya. Meski sebelumnya Noelleen berkali-kali mengungkapkan kekhawatirannya jika kasus pencurian itu harus dilaporkan ke polisi.

“Aku merasa dia ada di mana-mana. Matanya ... matanya seperti tak pernah berhenti menatapku,” ucap Noelleen seraya menambahkan, “Firasatku mengatakan persoalan ini masih jauh dari selesai.” 

“Tapi kalau kamu tidak melapor berarti memberi peluang maling nekad itu melakukan kejahatan yang sama terhadap orang lain,” tegas Roger. 

Di kantor polisi, laporan pasangan suami-istri itu cepat mendapat tanggapan. Apalagi keterangan yang disampaikan Noelleen begitu lengkap. Tanpa kesulitan berarti polisi bisa mengidentifikasi sang maling. Namanya Julio Strappa (30 tahun), pencuri “langganan” hotel prodeo yang digambarkan polisi sebagai pria canggung, penyendiri, serta berdarah dingin.

Noelleen dan suaminya punya harapan besar, Strappa yang sudah berulang kali melakukan kejahatan serupa dikenai hukuman setimpal. Berdasarkan proses pemeriksaan pendahuluan di pengadilan, Noelleen, pihak kepolisian, dan jaksa wilayah sepakat, Strappa memang penjahat yang sangat berbahaya. Itu sebabnya mereka semua begitu geram ketika tahu pengadilan membebaskan Strappa dengan jaminan!

Kegeraman yang sangat beralasan karena setelah mendapat kesempatan menghirup udara segar, Strappa langsung menghilang. Orang yang paling dirugikan atas keputusan pengadilan itu tentu saja Noelleen Greenwood. Berbulan-bulan setelah Strappa kabur, wanita berotak encer itu seperti tak pernah bisa lagi menikmati hidup. Hatinya selalu waswas.

“Setiap kali berada di belakang kemudi, mataku enggak pernah bisa lepas dari spion. Takut kalau-kalau Strappa menguntit,” curhat Noelleen pada Nicole, sobat karibnya di kantor. 

“Kok bisa sekhawatir itu?” sahut Nicole sekenanya. 

“Sumpah. Aku merasa Strappa terus mengintai dan mengintai. Orang-orang di pengadilan betul-betul bikin sebal.” 

“He-eh. Aku juga enggak habis pikir, penjahat yang harusnya dipenjara bertahun-tahun kok malah bebas berkeliaran di jalan.” 

“Nic, bagaimana jika aku pindah ke California?”

“Kalau itu bisa menjauhkan kamu dari bayang-bayang Strappa, kenapa ragu? Ingat Noelleen, masa depan kamu masih panjang. Jangan cuma gara-gara Strappa dan putusan pengadilan yang ngaco itu ....”

Belum habis kalimat Nicole, Noelleen sudah bergegas keluar laboratorium, meninggalkan sahabatnya ngoceh sendirian. Noelleen berjanji dalam hati, malam nanti dia dan Roger harus segera membuat keputusan. Tawaran posisi wakil presiden dari sebuah perusahaan bioteknologi terkemuka di California yang datang beberapa hari lalu rasanya sayang dilewatkan.

Sesampai di rumah, Roger menyambut baik keputusan Noelleen pindah ke California. Pasangan itu bahkan berencana menjual rumah besar mereka, menggantinya dengan bungalo di Del Mar, untuk kemudian menjalani kehidupan “normal” di California. Akankah Noelleen tenggelam pada aktivitas di kantor barunya dan bisa melepas bayang-bayang Strappa?

 

Disayang sejawat

Noelleen putri tunggal Sidney Greenwood, bukan orang sembarangan. Dia ilmuwan yang tak hanya disegani tapi juga dicintai teman-teman sejawat. “Tahun 60-an, walau masih kanak-kanak, Noelleen sudah mengutarakan niatnya tinggal di Amerika. Kata dia, Amerika itu surga buat ahli biokimia,” cerita Sidney bangga.

Selama di Amerika Serikat, Noelleen memang kerap membuat Sidney bangga, sebangga-bangganya. Selain punya keluarga bahagia dan karier bagus, Noelleen juga sempat memenangkan sejumlah penghargaan, bahkan diakui sebagai salah satu peneliti terkemuka bidang biokimia.

Berbekal kepintarannya, Noelleen langsung mendapat tempat istimewa dalam bidang analisis DNA, khususnya berkaitan dengan pengembangan forensik dan alat pencari jejak, sebuah “ilmu baru” saat itu. Di perusahaannya yang lama, Noelleen sempat ditunjuk menjadi senior executive. Sedangkan suaminya sukses membangun bisnis modifikasi mobil.

Noelleen juga dianggap sebagai perintis penggunaan DNA agar suatu saat bisa digunakan sebagai basis data kepolisian di seluruh dunia. Dengan basis data itu, polisi jadi makin gampang menekuk penjahat. Cukup mencocokkan DNA tersangka dengan fakta di tempat kejadian perkara, sang penjahat pun tak bisa mungkir. Sayangnya, saat itu (tahun 1985) teknologi DNA masih sangat rumit, sehingga tak banyak ahli yang menguasainya.

DNA forensik cita-cita Noelleen itu sering juga disebut sidik jari genetik, menggabungkan teknik pemisahan, penyusunan, serta kemampuan membaca keseluruhan rantai DNA, sehingga menunjukkan lusinan kesamaan. Kemampuan itu menjadikannya seribu kali lebih efektif dibandingkan dengan teknik sidik jari tradisional. “Aneh, di tangan Noelleen, masalah teknis seberat itu bisa jadi begitu ringan,” cerita Sidney soal pentingnya penelitian DNA buat umat manusia.

Puncak karier Noelleen tentu saja ketika dia menerima tawaran bekerja sebagai wakil presiden sebuah perusahaan biokimia di California. Pencapaian yang sayangnya dinodai trauma kejahatan Strappa. “Omong-omong, kamu sudah bisa melupakan orang gila itu, ‘kan?” suara Nicole dari balik gagang telepon, terdengar khawatir. “Maksudmu Strappa?” balas Noelleen. “La iya, siapa lagi?” sergah Nicole. Noelleen membayangkan, muka Nicole pasti sedang ditekuk, cemberut. 

“Terus terang, enam bulan di sini aku merasa jauh lebih tenang, Nic,” jawab Noelleen akhirnya.

“Baguslah. Tapi aku kangen nih.” 

“Makanya, jalan-jalan dong ke California. Jangan ngendon di rumah terus.” 

Roger sekilas melirik Noelleen yang mulai ramai cekikikan di depan gagang telepon. Lelaki yang sangat mencintai istrinya itu maklum, jika sudah kopi darat dan kopi udara dengan sobat-sobat akrabnya, Noelleen kadang suka “lupa diri”. Namun, di lubuk hati yang paling dalam dia bersyukur, keceriaan yang beberapa bulan terakhir hilang dari istrinya, kini pelan-pelan mulai kembali lagi.

 

Jari luluh lantak

Sampai akhirnya, suatu hari di bulan Agustus 1985, Noelleen tidak masuk kantor. Para sejawatnya merasa heran plus khawatir. Soalnya selain jarang absen, Noelleen biasanya memberi kabar jika tak masuk kantor. Karena sampai siang belum ada berita keberadaan Noelleen, rekan-rekan kerjanya sepakat menghubungi Roger. “Kami sudah telepon ke rumah tapi tidak diangkat-angkat,” cerita staf Noelleen. “Aneh. Sama sekali tidak ada tanda-tanda dia sakit,” jelas Rogers tak kalah bingung.

Tak lama setelah berbicara di telepon, Roger memutuskan pulang. “Firasatku enggak enak. Kalau sakit, harusnya dia menelepon. Semoga Noelleen baik-baik saja,” harap Roger lebih pada dirinya sendiri.

Harapan yang akhirnya hanya tinggal harapan. Betapa shock dia, ketika menemukan istrinya telah terbujur kaku di halaman belakang. Tubuhnya penuh memar sedangkan di leher terlihat beberapa bekas cekikan. Noelleen yang periang dan belum genap berusia 35 tahun telah terbunuh secara mengenaskan.

Beberapa saat kemudian, polisi berdatangan. “Para tetangga bilang mereka melihat sebuah mobil sewaan berukuran kecil diparkir di seberang jalan pada saat pembunuhan. Tapi mereka sama sekali tak curiga karena tidak ada sesuatu yang mencolok dari pengendara maupun mobilnya,” sebut seorang detektif. “Tak ada yang tahu nomor polisinya?” tanya detektif lain. “Sampai saat ini belum ada yang tahu.”

Tim penyidik sendiri sempat bergidik saat melihat kondisi jari tangan korban yang nyaris luluh lantak terutama bagian di sekitar kuku. “Kelihatannya istri Anda melakukan perlawanan sengit sebelum dibunuh,” seorang detektif memberi tahu Roger. Dalam sekejap, petugas mengambil sampel serpihan kulit yang tertinggal di bawah kuku. Siapa tahu sebagian kulit itu milik pelaku.

Sayangnya polisi sendiri tak tahu apa yang bisa diperbuat dengan sampel itu. Bahkan para ahli biokimia di tempat Noelleen bekerja pun tak tahu harus bagaimana. Teknologi berbasis DNA yang dirintis Noelleen dan kawan-kawan saat itu masih sangat prematur. Polisi akhirnya hanya mengumpulkan barang-barang bukti itu, menyegelnya, lalu menyimpannya di tempat yang aman di ruang bawah tanah. 

Apakah lelaki yang beberapa bulan terakhir ini menghantui Noelleen, Julio Strappa, kembali beraksi? Setidaknya begitulah yang dipikirkan polisi. Terbukti hanya dalam bilangan jam, polisi San Diego dan San Fransisco berhasil menemukan dan menahan Julio Strappa. Namun meski berada di sekitar San Diego pada saat kematian Noelleen, Strappa menyangkal terlibat dalam pembunuhan. Dia bahkan memiliki saksi yang menguatkan alibinya.

Di satu sisi polisi yakin, Strappalah pembunuh sejati Noelleen. Jika terbukti, lelaki sadis itu bisa dipenjara lebih dari 20 tahun. Namun di sisi lain tak ada saksi-saksi dan bukti forensik yang bisa digunakan untuk menyudutkan Strappa. Tampaknya, seperti kasus pencurian dengan kekerasan terhadap korban yang sama enam bulan lalu, kali ini pun Strappa bakal kembali bebas. Atau memang bukan Strappa pelakunya?

 

Pembunuhnya tak ditemukan

“Sepertinya pembunuh ditemukan Noelleen tidak akan pernah ditemukan. Sama seperti korban-korban pembunuhan lain yang tidak diketahui pelakunya,” keluh Sydney Greenwood.

“Tapi setidaknya kami sudah berusaha menjerat Strappa. Kami pun tidak akan pernah menutup kasus ini, Pak Sidney,” seru seorang detektif dari kantor kepolisian San Diego.

“Strappa? Orang itu hampir membuat saya gila.” 

“Kami menyesal tidak dapat menuntutnya atas tuduhan pembunuhan. Tapi kami bisa memasukkan dia ke penjara atas pasal-pasal pencurian dan tindak kekerasan,” janji sang detektif. 

Belakangan, setelah serangkaian persidangan tingkat banding, Strappa memang dinyatakan bersalah dan dijatuhi hukuman penjara enam tahun. Namun, tiga tahun kemudian dia bebas, hidup tenang di San Fransisco, berkarier di bidang analisis keuangan.

“Sekali lagi, pembunuhnya tetap tak bisa ditemukan, ‘kan?” cecar Sidney. Si detektif cuma bisa membisu seribu bahasa. Sidney merasa Noelleen seharusnya mendapat keadilan yang lebih baik dari yang didapatnya sekarang. “Karena sepanjang hidupnya dia selalu berusaha menegakkan keadilan,” imbuh kakek yang kini berusia hampir 90 tahun itu. Komentar serupa datang dari Dan Kacian, rekan kerja Noelleen di Gen-Probe. “Dia perempuan luar biasa. Tidak adil bila dia tidak memperoleh keadilan.” 

Bertahun-tahun Sidney, Kacian, dan sejumlah kerabat serta kolega Noelleen menyimpan tanda tanya besar tentang siapa sebenarnya pembunuh sang wanita cendekia itu. “Berbagai pikiran berkecamuk dalam benakku. Sempat terlintas mungkin Roger yang membunuh Noelleen. Bukankah 90% pembunuhan di lingkungan keluarga dilakukan oleh orang terdekat?” sebut Sidney.

Apalagi sebagai pengumpul materi, Noelleen bisa disebut sangat berhasil. “Tapi polisi yakin, pembunuh putriku adalah orang yang telah lama mengincar nyawanya. Niat orang jahat itu cuma satu, membunuh. Walaupun begitu, pikiran-pikiran dan teori-teori tentang siapa sebenarnya pembunuh Noelleen tetap menggangguku. Aku nyaris putus asa, karena tak tahu mana yang harus dipercaya.”

“Menuduh Roger sebagai pembunuh Noelleen sungguh sebuah ide gila. Roger sendiri akhirnya menikah kembali dan memiliki dua anak. Belakangan aku tahu selama beberapa tahun Roger sempat putus asa berat. Mungkin jauh lebih berat dari aku. Syukurlah akhirnya dia bisa membangun hidupnya kembali. Aku menganggap Roger sebagai korban lain dari kejahatan yang dilakukan pembunuh Noelleen.”

 

Tertunda 15 tahun

Hebatnya ketika sebagian besar penegak hukum, kerabat, dan teman sejawat Noelleen mulai putus asa, “Noelleen” sendiri ternyata tak pernah menyerah. Lima belas tahun kemudian, lewat detektif muda nan enerjik (perempuan pula), Laura Heilig, arwah Noelleen bak bangkit kembali menerangi kiprah para polisi. Saat sadar bahwa Noelleen tengah merintis penelitian tentang DNA di saat menjelang kematiannya, emosi Heilig tergerak. la menekuni arsip dan barang bukti kasus pembunuhan Noelleen.

“Wanita ini betul-betul luar biasa. Sebagai peneliti DNA, dia percaya tak ada kejahatan abadi di muka Bumi. Dia juga tahu, Strappa penjahat licik yang sulit ditangkap. Itu sebabnya, dengan sadar dia melakukan perlawanan agar tersedia cukup barang bukti untuk menggiring Strappa ke penjara. Dan yang paling penting, dia yakin suatu saat penelitian yang pernah dirintisnya akan membuahkan hasil. Meski untuk itu, butuh waktu belasan tahun. Hhughh,” Heilig melenguh sekeras lembu.

Tak lama kemudian, dia meraih gagang telepon dan menghubungi Sidney Greenwood. 

“Apa kabar, Pak Greenwood?” sapa Heilig. 

“Kabar baik. Ada kabar apa detektif? Maaf kalau saya lupa nama Anda. Maklum, selama 15 tahun banyak sekali polisi yang menelepon ke sini.” 

“Saya Heilig, Pak.” 

Ooooh, detektif Heilig. Ada apa rupanya?”

“Saya berharap berita ini bisa sedikit melegakan hati Anda. Setelah membaca arsip-arsip Nyonya Noelleen yang selama bertahun-tahun tersimpan rapi di ruang bawah tanah, saya jadi merasa sangat mengenal putri Anda. Saya sangat mengaguminya. Dia telah merintis banyak penelitian tentang DNA. Dan saya rasa, di situlah letak petunjuknya. Putri Anda dengan cemerlang mengajari saya cara menangkap pembunuh keji yang telah merenggut nyawanya. Saya sebenarnya enggan bilang ini, tapi jujur saja, arwahnya seperti menginspirasi saya, Pak.”

“He-he-he. Nak, kadang saya pun merasakan dia belum benar-benar pergi meninggalkan kita.” 

“Pak Sidney, saya yakin dengan sedikit pendekatan ilmiah, sampel organik yang dulu diambil dari jari dan kuku putri Anda bisa menjadi petunjuk penting.” 

“Lewat proses pemisahan DNA?” 

“Anda tahu juga?” 

“Dulu Noelleen suka bercerita. Dia sangat mencintai DNA-nya.” 

“Dan berkat proyeknya dulu, kini kita bisa melangkah lebih maju.”

Heilig menunggu reaksi lebih lanjut dari Sidney. Namun, tak terdengar suara apa pun di seberang sana. Kakek yang tinggal di rumah besar milik Nolleen itu tampaknya tengah jatuh dalam lamunan. Tanpa sadar, Heilig pun jadi ikut melamun. Polisi yang masih duduk di sekolah menengah ketika Noelleen terbunuh itu, seperti kebanyakan polisi generasi terkini San Diego, meyakini banyak kasus bisa dipecahkan dengan pendekatan science

Barangkali itu sebabnya dia mengkhususkan diri pada kasus-kasus lawas yang dulu tak sempat terpecahkan. Misteri kematian Noelleen menjadi kasus lawas pertama di San Diego yang arsipnya dibuka kembali. Setelah beberapa pekan bekerja keras, polisi berhasil menelurkan profil atau skema DNA utuh, seraya menampilkan 15 tanda kesamaan dengan sampel DNA dari darah Julio Strappa.

Heilig tersenyum lebar. “Mari kita jemput pembunuh yang hilang itu di apartemennya. Noelleen telah menunggu 15 tahun untuk mendapat keadilan yang pernah kita janjikan. Kali ini, arwahnya akan menyaksikan sendiri, Strappa tak bisa lagi mengelak dari ancaman hukuman mati. Keadilan memang cuma soal waktu!” (Rahartati Bambang Haryo)

 

Baca Juga: Penyamaran Demi Scream

 

" ["url"]=> string(70) "https://plus.intisari.grid.id/read/553567433/masa-lalu-terekam-di-kuku" } ["sort"]=> array(1) { [0]=> int(1668184074000) } } [1]=> object(stdClass)#65 (6) { ["_index"]=> string(7) "article" ["_type"]=> string(4) "data" ["_id"]=> string(7) "3517498" ["_score"]=> NULL ["_source"]=> object(stdClass)#66 (9) { ["thumb_url"]=> string(113) "https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/750x500/photo/2022/10/09/rambut-palsu-buka-kartu_maria-lu-20221009074625.jpg" ["author"]=> array(1) { [0]=> object(stdClass)#67 (7) { ["twitter"]=> string(0) "" ["profile"]=> string(0) "" ["facebook"]=> string(0) "" ["name"]=> string(13) "Intisari Plus" ["photo"]=> string(0) "" ["id"]=> int(9347) ["email"]=> string(22) "plusintisari@gmail.com" } } ["description"]=> string(120) "Sherri tidak kembali setelah berbelanja ke toko diskon, hingga diduga diculik. Kasusnya dilaporkan sebagai orang hilang." ["section"]=> object(stdClass)#68 (8) { ["parent"]=> NULL ["name"]=> string(8) "Kriminal" ["show"]=> int(1) ["alias"]=> string(5) "crime" ["description"]=> string(0) "" ["id"]=> int(1369) ["keyword"]=> string(0) "" ["title"]=> string(24) "Intisari Plus - Kriminal" } ["photo_url"]=> string(113) "https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/945x630/photo/2022/10/09/rambut-palsu-buka-kartu_maria-lu-20221009074625.jpg" ["title"]=> string(23) "Rambut Palsu Buka Kartu" ["published_date"]=> string(19) "2022-10-09 19:49:43" ["content"]=> string(26236) "

Intisari Plus - Sherri tidak kembali setelah berbelanja ke toko diskon, hingga diduga diculik. Kasusnya dilaporkan sebagai orang hilang.

-------------------

Bagi Sherri Dally (35) hari itu berjalan seperti biasa. Setelah memutuskan untuk belanja sebelum kembali ke aktivitas hariannya, ia meninggalkan rumah di Channel Drive di Ventura, California. Pukul 09.30 ia mengarahkan mobil van Dodge putihnya ke toko diskon Target di East Main Street. Namun, ketika menjelang sore di hari Senin, 6 Mei 1996, Sherri belum juga kembali ke rumah atau menelepon. Kakak iparnya sangat khawatir. Ia segera mengendarai mobilnya dan pergi mencari Sherri.

Sherri ibu dua orang anak yang penuh tanggung jawab. Ia tidak pernah lama meninggalkan bisnis yang dijalankannya dari rumah, dan tak pernah lupa menjemput kedua putranya pulang dari sekolah.

Kakak iparnya menelusuri jalan-jalan di Ventura, berhenti sebentar di setiap tempat yang dia perkirakan ada Sherri. Akhirnya, ia menuju ke Toko Target, toko yang ia ketahui sebagai tempat Sherri kadang berbelanja. Sherri tidak ada, tetapi mobil vannya terlihat di sana. Mobilnya tidak terkunci dan sekantong belanjaan terletak di bangku depan. Yang lebih mengkhawatirkan, serenceng kunci mobil dan kunci rumah tergeletak di lantai dekat dompet dan SIM-nya. Si kakak ipar menyusuri mal itu, tetapi tidak ada tanda-tanda Sherri ada di sana. Sherri lenyap!

 

Rambut pirang di mobil 

Dengan perasaan semakin cemas, sang kakak ipar pulang lalu menelepon suami Sherri yang mengelola pasar swalayan di Oxnard. Dengan perasaan waswas Michael Dally menelepon pihak berwajib pada tengah malam, melaporkan hilangnya istri yang telah 14 tahun dinikahinya. la menjelaskan, istrinya tidak kembali dari berbelanja, tetapi ia memperoleh jawaban, seseorang baru bisa dilaporkan hilang setelah melewati waktu 72 jam. Meski demikian, atas desakan Dally, polisi yang menerima telepon itu mencatat ciri-ciri Sherri.

Michael juga menelepon teman-teman dan kerabat istrinya, tetapi tak seorang pun yang melihatnya. Setiap orang tahu, pasangan ini memiliki masalah dalam perkawinannya. Mereka menduga Sherri bunuh diri. Ketika kemungkinan itu dikesampingkan mengingat Sherri dekat sekali dengan kedua anaknya, mereka khawatir jangan-jangan Sherri diculik. 

Malam itu di keluarga Dally tidak ada yang tidur. Michael mendapat bantuan dari beberapa orang teman dan sanak keluarga untuk menelusuri jalan-jalan. Ketika lewat beberapa hari tanpa ada tanda-tanda keberadaan Sherri, Michael dan mereka yang membantunya menyiapkan poster Sherri yang dilengkapi dengan ciri-cirinya. Lebih dari 3.000 poster disebar di daerah itu.

Anehnya, tanggal 14 Mei, delapan hari setelah Sherri hilang, Dally mengajukan permohonan cerai ke Pengadilan Tinggi Ventura dan meminta hak asuh penuh atas kedua anaknya. Tampaknya, ia mencurigai istrinya kabur. la khawatir dengan kesehatan pikiran Sherri, mungkin ia bisa menculik kedua anak itu dan Dally tidak bisa bertemu dengan mereka lagi.

Lebih aneh lagi, Dally menelepon toko barang bekas untuk amal guna menyumbangkan pakaian-pakaian Sherri. Teman-teman yang mengunjungi rumahnya mengamati ada banyak foto Michael dan kedua putranya, tetapi tidak ada satu pun foto istrinya yang langsing dan berambut pirang itu. Seorang kemenakan perempuan juga menemukan sobekan foto-foto Sherri di antara abu tempat sampah.

Media melaporkan lenyapnya Sherri dan hal itu mendorong munculnya seorang lelaki. Kepada polisi laki-laki itu menyatakan, ketika sedang menikmati sarapannya di atas truk di luar Toko Target pada 6 Mei, ia melihat sesuatu yang tampak seperti penculikan di tempat parkir. 

Katanya lagi, ada dua orang wanita berambut pirang yang terlibat. Wanita yang berpakaian warna cokelat menelikung pergelangan tangan wanita lainnya lalu mendorongnya masuk ke bangku belakang mobil Nissan Altima berwarna biru kehijauan. Ketika mobil itu pergi, ia memperhatikan bahwa itu mobil sewaan.

Dari foto-foto yang diperlihatkan, ia menduga wanita yang ditelikung itu Sherri. “Sherri tidak melawan, dan wanita yang seorang lagi menelikung Sherri seperti biasa dilakukan polisi. Saya pikir, ia ditangkap karena mencuri di toko.”

Penyelidik menelusuri jejak Nissan Altima itu sampai ke sebuah tempat persewaan mobil di Oxnard, lalu menyitanya. Dari rekaman kamera pengaman, terlihat seorang wanita yang tampak mengenakan wig pirang menyewa mobil itu. Beberapa helai rambut pirang ditemukan di bagian depan dan belakang tempat duduk. Tetapi rambut pirang yang ditemukan di bagian depan mobil bukanlah rambut asli. Rambut-rambut itu berasal dari wig atau rambut palsu.

Ceceran darah melumuri tempat duduk bagian belakang, atap, dan interior samping pintu belakang, dan seseorang tampaknya tidak berhasil membersihkan darah itu dari lantai mobil memakai bahan pelarut.

 

Tikaman di dada 

Catatan di tempat persewaan mobil menunjukkan, Nissan itu disewa oleh Diana J. Haun, karyawan di gerai makanan di pasar swalayan yang dikelola oleh Michael Dally. Rupanya, love affair antara Diana dan Michael sudah lama menjadi bahan gosip bagi rekan-rekan mereka. Sherri Dally bukan tidak tahu situasi itu.

Tanggal 18 Mei para detektif menyelidiki flat Diana Haun di Port Hueneme dan rumah Michael Dally di Ventura. Saat dibawa ke kantor polisi, keduanya ditanyai secara terpisah. Diana mengaku, ia dan bosnya merupakan pasangan kekasih, tetapi Michael menyangkal.

Menganggap dirinya tak terlibat atas hilangnya Sherri, Diana Haun menyatakan, pada 6 Mei pagi ia sedang mandi sinar matahari di sebuah pantai. Karena tak ada saksi dan barang bukti, polisi membebaskannya.

Penyelidikan lain atas Sherri dilakukan oleh lebih dari 100 orang teman dan tetangganya pada 25 Mei. Namun, mereka tak menemukan apa-apa. Penyelidikan lebih jauh tanggal 1 Juni berhasil menemukan tengkorak, tulang belakang, dan tulang-tulang bagian lain dari seorang wanita yang tergeletak di dasar jurang Canada Larga Road antara Ventura dan Ojai.

Mayat itu jelas telah rusak dicabik-cabik oleh serigala dan binatang-binatang lain yang diketahui sering berkeliaran di daerah itu. Menurut laporan, mayat itu ditarik ke tempat itu setelah membusuk.

Dokter yang menyelidiki menyatakan, mayat itu mayat Sherri Dally, dan patolog Ronald O’Halloran menjelaskan, korban meninggal akibat pukulan benda tumpul di kepalanya, dan sekurang-kurangnya ada 15 luka tikaman di dadanya.

Menurut para patolog, tanda-tanda di tulang leher dan bagian bawah tengkorak menunjukkan kalau kepala Sherri dipenggal oleh si penyerang, mungkin menggunakan kapak.

 

Dari motel ke motel

Keesokan harinya polisi mencari informasi ke toko penjual wig di Oxnard Discount Wig dan Beauty Supplies. Ketika foto Diana Hunt diperlihatkan, seorang pelayan toko mengenalinya sebagai pelanggan yang datang ke toko itu pada 4 Mei untuk membeli sebuah wig berwarna pirang.

“Katanya, ia ingin mengecoh seseorang,” asisten itu mengingat-ingat. Setelah mencoba memakainya, orang itu berbalik ke arah si pelayan dan bertanya apakah ia terlihat “berwibawa”.

Saat orang itu membayar, si pelayan melihat foto Michael Dally dan kedua anaknya di dalam dompetnya, yang pernah dilihatnya di televisi. 

Tanggal 10 Juni polisi merekonstruksi penculikan itu di tempat parkir Toko Target. Saat itu mereka didatangi seorang wanita. Kepada polisi wanita itu menyatakan, pada 6 Mei, ketika sedang berjalan masuk ke toko, ia melihat Nissan berwarna hijau kebiruan, dan tampaknya menggunakan nomor polisi yang sudah dimodifikasi. Pengemudinya memakai rambut palsu berwarna pirang dengan rias wajah yang medok. Menurut saksi mata, penampilan aneh wanita itu mendorongnya bertanya kepada seorang petugas keamanan apakah toko itu habis dirampok.

Sekarang lebih dari 30 orang polisi dikerahkan dalam penyelidikan pembunuhan terbesar yang pernah ditangani departemen kepolisian Ventura. Pada 18 Juni para detektif menyelidiki kembali rumah kedua orang yang dicurigai itu. Dari apartemen Diana Haun mereka membawa sebuah mesin tik, untuk melihat apakah mesin itu digunakan untuk mengetik sepucuk surat tak dikenal yang diterima oleh sebuah surat kabar lokal. Surat kabar itu mengeklaim bahwa kematian Sherri Dally adalah pekerjaan kaum nasionalis Inggris yang mencoba untuk mempermalukan polisi lokal.

Pada 1 Agustus Diana Haun ditangkap, dan 15 hari kemudian ia dituduh melakukan pembunuhan dan penculikan. Michael Dally ditangkap pada 15 November, juga atas tuduhan melakukan pembunuhan dan penculikan. Tuduhan tambahan adalah membunuh demi memperoleh keuntungan finansial dan berbohong. Itu artinya, mereka bisa dikenai hukuman mati. Mereka akan diadili secara terpisah.

Akte kelahiran menunjukkan Diana Haun dilahirkan tahun 1961. Ia putri seorang veteran Pearl Harbor yang beristrikan wanita Jepang. Diana seorang pelajar yang menonjol, tetapi di sekolah lanjutan ia mengalami luka berat ketika papan ring basket terlepas dan menimpa kepalanya. Selama tiga hari dalam keadaan koma dan menderita perdarahan otak, ia menerima AS $ 1.077 sebulan dari asuransi sampai memperoleh tunjangan sosial.

Meski demikian ia bisa melanjutkan sekolahnya dengan baik, tetapi saat meninggalkan bangku sekolah, ia memperoleh serangkaian pekerjaan yang membosankan sebelum menjadi seorang pekerja bagian malam di gerai makanan di pasar swalayan, tempat ia jatuh cinta pada Michael Dally pada Desember 1993.

Selama jeda minum kopi, Michael Dally mengeluhkan pada Diana bahwa perkawinannya sudah di ujung tanduk. Kepada para detektif Diana menyatakan, Michael Dally mengungkapkan ia tidak lagi mencintai istrinya. Sejak itulah mereka mulai melakukan affair dari motel ke motel dalam waktu tujuh bulan. Diana mengirimkan surat-surat cinta kepada Dally, berjanji menyerahkan tubuhnya kepada pria itu kapan pun Michael menginginkannya. Kemudian Dally pindah ke rumah Diana, tetapi lima bulan kemudian ia kembali ke rumahnya. Alasannya, ia tidak ingin meninggalkan kedua putranya bersama sang ibu yang tidak stabil.

 

Playboy ulung

Para penyidik mengetahui bahwa pada rekan-rekannya Diana Haun mengaku diguna-gunai. Salah seorang rekannya itu bilang, “Ia menyatakan kepada saya bahwa ia berencana mengorbankan seorang. Saya tidak paham apa yang dikatakannya dan hanya mengangguk. Tampaknya yang dimaksudnya, ia akan mengorbankan orang yang tak disukainya untuk merayakan hari ulang tahun seorang teman baiknya, karena itu merupakan bukti cinta yang besar. Saya pikir Diana agak sedikit gila.”

Para karyawan lain di pasar swalayan itu menyatakan kepada detektif bahwa Michael Dally bukan saja menipu istrinya karena ia bersama Diana, tetapi juga kepada wanita peliharaannya karena ia masih berkencan dengan wanita-wanita lain, termasuk seorang pelacur. Bagaimana mereka bisa tahu? Ternyata Michael pernah menyombongkan diri tentang hal itu.

Ventura Country Superior Court terasa sepi pada 30 Juni, ketika Diana Haun dibawa masuk dalam keadaan terborgol. Ia duduk di kursi terdakwa dengan mengenakan jaket warna beige, baju hitam, dan sepatu bertumit rendah.

Jaksa penuntut umum Michael Frawley kepada hakim menyatakan, Dally telah menguangkan polis asuransi istrinya sebesar AS $ 50.000, dan berdiskusi dengan seorang wanita peliharaannya yang dikenalnya sebelum ia bertemu dengan Diana. Ia mengaku telah mendorong istrinya dari sebuah karang terjal, melindasnya dengan mobil - suatu cara untuk menghilangkan istrinya.

Selanjutnya, jaksa penuntut umum menyatakan, hakim ingin mendengarkan pernyataan bahwa Michael Dally merupakan satu-satunya pria yang dicintai Sherri. Mereka mendengar bagaimana Sherri berusaha menyelamatkan perkawinannya meskipun selama bertahun-tahun suaminya berlaku tidak setia. Menurut hakim, Diana Haun sangat ingin menggantikan posisi Sherri, sampai ia membawa foto Dally dan kedua putranya di dalam dompetnya. Sherri sendiri sudah dihilangkan dari foto itu.

“Saya akan mengatakan pada Anda sedikit soal Diana Haun,” Michael Frawley melanjutkan. “Anda harus tahu, Michael dan Diana menggunakan kode nama untuk Sherri. Dalam surat-suratnya mereka memanggil Sherri dengan kode ‘Alex’.”

Michael bilang, Diana ingin menjadi model, sudah mengikuti berbagai kursus akting, sudah ikut membintangi beberapa film, dan menggunakan keahliannya itu untuk menculik Sherri. Ia juga tertarik pada ilmu hitam, dan telah merencanakan untuk mengorbankan seseorang sebagai “suguhan” pada hari ulang tahun seorang teman prianya. Ulang tahun Michael Dally jatuh pada 21 Mei, hanya dua minggu setelah istrinya dinyatakan lenyap.

Menurut Frawley, Diana benar-benar sangat terobsesi memiliki Dally. Jaksa penuntut juga menyatakan, banyak ditemukan bukti-bukti fisik. Ada bon pembelian kapak yang digunakan untuk memenggal kepala Sherri; ada darah di mobil sewaan Diana yang telah diperiksa lewat tes DNA dan merupakan darah Sherri; ada bekas cakaran dan memar di wajah dan lengan Diana yang kelihatan saat ia masuk kerja pada 7 Mei, yang merupakan bukti petunjuk perjuangan Sherri yang merasa putus asa untuk mempertahankan hidupnya. Ada pula cek yang menunjukkan Diana telah membeli borgol, lencana sekuriti, baju berwarna cokelat, dan sebuah wig pirang hanya beberapa hari sebelum pembunuhan itu terjadi.

Frawley kemudian menggunakan boneka manekin untuk menunjukkan kepada hakim seperti apa tampang Diana saat menyamar.

Menurutnya, pada hari Senin yang fatal itu Diana menunggu di dalam mobil Nissan sewaan sampai Sherri selesai berbelanja. Dengan berpura-pura sebagai petugas keamanan, ia menipu Sherri dengan memborgolnya sebelum dibawa ke kantor polisi. Alih-alih dibawa ke kantor polisi, Sherri malah dibawa ke Canada Larga Road, di mana Diana menghentikan mobilnya, memukul dan menikam Sherri yang berada dalam keadaan tidak berdaya karena diborgol.

Meskipun demikian, pembela Neil Quinn menggambarkan Diana Haun sebagai korban penipuan cinta. Diana tidak bersalah. la bukan orang yang kejam yang ditipu oleh Michael Dally dan diseret masuk ke dalam rencana untuk membunuh istrinya. “la dibutakan oleh cinta Michael Dally,” kata Quinn kepada hakim. “Ia tertipu oleh rencana Michael. la mengambil keputusan yang salah, ia terjerat pada pria itu ....”

 

Mantan cewek buka kartu

Borgol dan Iain-lain yang dibelinya, hak membela diri, diberikan juga pada Diana. Dalam usaha untuk menyanggah, Quinn melepaskan kacamata hitam yang dikenakan pada boneka manekin yang diberi baju mirip penyamaran Diana. Lalu ia mengenakan kacamata itu. “Diana tidak pernah mengenakan kacamata hitam, kecuali saat ia berada di pantai,” katanya.

Saat mengakhiri pernyataan pembukaannya, pembela meminta hakim untuk membebaskan Diana karena ia tidak pernah tahu dirinya dijadikan bagian dari rencana pembunuhan. Pembela mengeklaim Diana bukanlah seorang pembunuh. Menurut dia, pria yang menggunakan kartu kredit Diana di pompa bensin, terlibat dengan Michael Dally dalam konsiprasi pembunuhan ini.

Pihak penuntut kemudian memanggil saksi mereka yang pertama, mantan cewek Michael Dally. Wanita bertubuh kecil dan berambut cokelat itu mengatakan bagaimana ia bertemu dengan Michael ketika bekerja di sebuah pasar swalayan di Santa Barbara. Hubungan seksual mereka lakukan di flat wanita itu di Goleta. Kadang-kadang Dally menelepon istrinya untuk mengatakan bahwa ia terlalu lelah untuk pulang ke Ventura dan tidur bersama seorang rekan.

Menurut wanita itu, tanda-tanda kelakukan buruk Dally muncul saat Sherri mengandung. Dally tidak senang dan uring-uringan. Kemudian ia bilang ingin membunuh Sherri. “Ia ingin melenyapkan istrinya,” kata saksi itu. “Berkali-kali ia menyatakan hendak menikam istrinya dengan pisau. Tidak hanya menikam, tetapi juga untuk memutar-mutar pisau itu sehingga menimbulkan rasa sakit.”

Kata wanita itu, ia ketakutan melihat Dally setelah terjadi pertengkaran. Beberapa waktu yang lalu Dally menyatakan kepadanya kalau ia pernah mencoba membujuk Sherri untuk pergi ke karang di Big Sur. Menurut Dally, di sana ia bisa mendorong istrinya sehingga terlihat seperti sebuah kecelakaan.

Selama Dally hidup bersama Diana, menurut pengadilan, Sherri berjuang dengan susah payah untuk menyelamatkan perkawinannya dan mengalami depresi yang berat. Seorang rekan memberi kesaksian, “Sherri merasa telah melakukan segala hal yang bisa dia lakukan untuk menjadi seorang istri dan ibu yang baik. la tidak bisa mengerti mengapa itu tidak juga cukup.” 

Sementara suaminya tinggal bersama Diana, Sherri mengambil pakaian suaminya untuk dibawa pulang, dan mengembalikannya setelah dicuci dan disetrika. la juga membawa mobil Michael, mencucinya, dan mengembalikannya ke apartemen Diana.

“Astaga, mengapa kau melakukan hal itu?” tanya rekan itu kepada Sherri. 

“Karena aku sangat mencintainya,” jawabnya.

Menurut saksi, Dally tidak pernah tidak sarapan. “Jika ia berangkat kerja pukul 02.00, Sherri bangun dan memasak untuknya. Jika ia ingin makan pukul 04.00, Sherri sudah bangun pukul 03.00. Ia selalu merasa dirinya tidak berharga di mata suaminya.” 

Dalam suatu pertengkaran dengan Diana, Sherri menyatakan akan menebus Michael dengan mayatnya.

 

Dibuang ke jurang

Seorang detektif menyatakan kepada pengadilan bahwa dari rekaman telepon Diana diketahui, pada 6 Mei ia menelepon Dally beberapa kali dan seorang penatu dry clean. Pemilik penatu itu mengaku, Diana menelepon dan memintanya agar darah di kain pelapis jok mobil dihilangkan. Menurut jaksa penuntut, sebagai gantinya Diana memutuskan menggunakan cairan pembersih.

Pengadilan juga kemudian mendengar keterangan dari seorang pelacur yang menyatakan dirinya dan beberapa pelacur lainnya sering melayani Dally. Saat ada dalam tahanan karena narkoba, ia mengatakan pada Diana kalau Michael sering jadi pelanggannya.

Pelacur itu mengatakan pula, saat ia dan Dally memakai kokain dan melakukan hubungan seksual di musim panas tahun 1996, Dally mengatakan kepadanya kalau istrinya sudah meninggal.

“Dally tidak kelihatan sedih. Saya ingat karena saya memandang wajahnya dan tidak tersirat kesedihan sedikit pun.”

Seorang saksi pria lain menyatakan kepada hakim bahwa pada pukul 14.30, tanggal 6 Mei, ia melihat seorang wanita berambut pirang mengendarai mobil berwarna biru kehijauan di sepanjang Canada Larga Road, tidak jauh dari jurang tempat jenazah Sherri ditemukan sebulan kemudian.

Dalam pembelaan akhirnya, jaksa penuntut Lela Henke-Dobroth mengingatkan kembali kejadian mengerikan di jurang di Canada Larga Road. Diana menangkap Sherri di areal parkir di samping jurang. Tempar parkir mobil kosong dan tak seorang pun ditemukan di situ. Setelah mengambil pisau dari belakang mobil, Diana membuka pintu belakang. Sherri duduk tak berdaya, karena pergelangan tangannya diborgol ke belakang. 

Secara membabi buta Diana menikam Sherri di dada beberapa kali. Sherri tersungkur ke depan dan jatuh dari mobil. Diana kembali dan mengambil sebatang kapak. Setelah memenggal kepala korbannya, ia membuang jenazah korbannya ke jurang agar dimangsa binatang buas.

Pengadilan yang berlangsung selama enam minggu itu berakhir pada 26 September 1997. Setelah mempertimbangkan selama hampir lima jam, akhirnya hakim menghukum Diana Haun yang berusia 36 tahun itu karena melakukan pembunuhan tingkat satu, melakukan penculikan, berkomplot untuk melakukan pembunuhan, dan membunuh untuk memperoleh keuntungan finansial. 

Hakim Frederick A. Jones kemudian memerintahkan agar Diana dihukum mati atau seumur hidup tanpa pembebasan bersyarat. Jaksa penuntut akan berusaha membujuk Diana untuk memberikan kesaksian menghadapi Dally dengan cara memberikan pengurangan berupa penghilangan hukuman mati.

“Saya pikir sangat manusiawi untuk menyelamatkan hidupnya sendiri, meskipun di antara Diana dan Dally terjalin ikatan cinta yang sangat kuat,” kata seorang pengacara yang mengikuti pengadilan ini sampai akhir.

Diana Haun menjalani eksekusi dengan pengecualian. Hakim memutuskan ia dijadikan pion oleh Dally dalam rencana pembunuhan itu. Hakim menolak permohonan pengurangan waktu menjalani hukuman penjara sebagai ganti tukaran atas pengakuannya terhadap Dally, dan ia dipenjara seumur hidup tanpa pembebasan bersyarat.

Seorang wartawan bertanya kepada Michael Dally apakah ia mencintai Diana. “Cinta?” jawabnya. “Ya, Anda bisa mengatakan seperti itu.”

Pada persidangan berikutnya Dally menyangkal berencana membunuh istrinya. la tidak menyangka Diana Haun akan menikam Sherri sampai mati dan menyembunyikan jenazahnya. Pengacaranya berargumentasi, Diana melakukan hal itu sendiri karena obsesi terhadap kekasihnya.

 

Diselamatkan oleh anak 

Tanggal 6 April Michael Dally dianggap bersalah karena pembunuhan tingkat satu, melakukan penculikan, berkonspirasi, dan berbohong. Hakim mengumumkan akan menjatuhi hukuman mati terhadap Dally. Setelah pertimbangan mendalam selama tiga hari, pada hari Jumat, 24 April 1998, para juri mengumumkan bahwa mereka mengalami jalan buntu dengan perbandingan 7:5 untuk hukuman mati. 

Menurut pandangan para penuntut, mereka takkan lagi mendesak dengan hukuman mati. Sebagai gantinya mereka memutuskan hukuman seumur hidup tanpa kesempatan bebas bersyarat. Mendengar hal ini Dally yang berusia 37 tahun saat itu hanya tersenyum dan memeluk pengacaranya.

Itu artinya, nyawanya sudah diselamatkan oleh kedua orang putranya, yang berusia 8 dan 10 tahun. Para anggota juri yang telah melakukan voting untuk menjatuhkan hukuman penjara seumur hidup menyatakan, mereka tidak sanggup menjatuhkan hukuman mati karena potensi dampak bagi kedua putranya.

Meskipun begitu, menurut seorang teman Sherri yang menunjukkan simpatinya pada kedua anaknya, “Memang sulit untuk mengetahui kalau pacar ayahnyalah yang membunuh ibu mereka.”


Baca Juga: Kado Ultah

 

" ["url"]=> string(68) "https://plus.intisari.grid.id/read/553517498/rambut-palsu-buka-kartu" } ["sort"]=> array(1) { [0]=> int(1665344983000) } } [2]=> object(stdClass)#69 (6) { ["_index"]=> string(7) "article" ["_type"]=> string(4) "data" ["_id"]=> string(7) "3309774" ["_score"]=> NULL ["_source"]=> object(stdClass)#70 (9) { ["thumb_url"]=> string(106) "https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/750x500/photo/2022/06/03/menuju-lembah-kematianjpg-20220603064606.jpg" ["author"]=> array(1) { [0]=> object(stdClass)#71 (7) { ["twitter"]=> string(0) "" ["profile"]=> string(0) "" ["facebook"]=> string(0) "" ["name"]=> string(13) "Intisari Plus" ["photo"]=> string(0) "" ["id"]=> int(9347) ["email"]=> string(22) "plusintisari@gmail.com" } } ["description"]=> string(141) "Penemuan emas di California, membuat heboh dunia. Orang-orang yang hendak mengadu nasib, bergegas menuju ke Barat dengan segala tantangannya." ["section"]=> object(stdClass)#72 (7) { ["parent"]=> NULL ["name"]=> string(7) "Histori" ["description"]=> string(0) "" ["alias"]=> string(7) "history" ["id"]=> int(1367) ["keyword"]=> string(0) "" ["title"]=> string(23) "Intisari Plus - Histori" } ["photo_url"]=> string(106) "https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/945x630/photo/2022/06/03/menuju-lembah-kematianjpg-20220603064606.jpg" ["title"]=> string(22) "Menuju Lembah Kematian" ["published_date"]=> string(19) "2022-06-03 18:47:46" ["content"]=> string(22104) "

Intisari Plus - Penemuan emas di California, membuat heboh dunia. Orang-orang yang hendak mengadu nasib, bergegas menuju ke Barat dengan segala tantangannya. Sayangnya tidak semua berhasil dan kaya.

-------------------------

Sesuatu berpendar dalam air sungai. Kecil, mirip batu. Akan tetapi, ini bukan batu biasa. James Marshall berjongkok dan memungutnya. Ia mengamatinya dengan saksama, membaliknya di telapak tangan.

"Kelihatan seperti ..," ia bergumam dengan napasnya, jantungnya berdebar. "Mungkinkah? Tentu tidak. Mungkinkah benar-benar emas?"

la mencari-cari di air sungai sekitarnya. Tak lama, ia menemukan batu lain. Dengan menahan kegembiraannya, ia mengantungi bebatuan aneh untuk diperlihatkan pada bosnya nanti. Saat itu, 24 Januari 1848—hari yang paling menentukan dalam sejarah California.

Marshall dan pegawainya, John Sutter, menguji "batu" itu dan mendapati bahwa mereka benar-benar menemukan emas. Mereka berusaha menutup mulut. Sutter tinggal di California untuk menggarap ladang, bukan menggali emas. 

Ia tidak ingin dikerubuti para pemburu harta. Akan tetapi, hal itu tidak baik. Entah bagaimana, tahun berikutnya, kata itu mengalir—emas! Emas! Ada emas untuk dicari di sungai Amerika. 

Tahun 1849, "Gold Rush" (perburuan emas) dimulai. Orang dari seluruh penjuru Amerika mulai menuju ke barat ke California, mengadu peruntungan mereka. Namun, menuju ke sana merupakan masalah. Sebagian orang mempertaruhkan perjalanan laut yang mengerikan yang membawa mereka ke ujung Amerika Selatan hingga pantai barat. 

Beribu-ribu orang lainnya mengemasi wagon kereta kuda mereka dan menuju ke barat dengan berjalan kaki, meski mengambil risiko mengarungi gurun pasir dan pegunungan yang tandus. Selain itu, perjalanan berlangsung bulanan dan penderitaan sepanjang perjalanan itu mengerikan.

Pada musim panas 1849, terdapat sebuah jalur yang kokoh melalui Rocky Mountains menuju ladang emas, yang kemudian dikenal sebagai Oregon Trail. Bentang alam akhir jalur itu paling sulit—pegunungan Sierra Nevada membentuk barier raksasa, bahkan lebih besar dari padang luas gurun pasir. Bersamaan dengan datangnya salju musim dingin, pegunungan ini sulit ditempuh. 

Meskipun musim dingin akan datang, luapan manusia yang menyeberangi Rockies berlanjut. Banyak yang berhenti di kota kaum Mormon, Salt Lake City, di Utah, yang terdapat banyak padang rumput untuk ternak mereka. Kaum Mormon menyarankan untuk tidak mengambil rute gunung saat musim dingin. Pada musim dingin sebelumnya banyak orang terperangkap. Mereka berpikir harus berbuat apa, dan sebagian menetap untuk menunggu musim semi.

Akan tetapi, ada pilihan lain. Ada rute lain menuju selatan menyusuri Sierra Nevada. Rute itu lebih panjang dari Oregon Trail, tapi lebih mudah, tanpa pegunungan besar yang harus diseberangi. Seorang Mormon bernama Kapten Hunt menawarkan diri, ia berkata bahwa ia mampu memimpin perjalanan dengan bayaran $10 per wagon kereta berkuda. "Aku akan membawa kalian ke California dalam sembilan minggu," ia meyakinkan.

Sekitar 150 orang menerima tawarannya. Serombongan terdiri dari sekelompok 36 anak muda dari Galesburg, Illinois, yang menyebut diri mereka Jayhawkers. Ada juga banyak keluarga dengan wanita dan anak-anak—beberapa di antaranya keluarga Bennett, Arcane, Brier, dan Wade. 

Ada individu-individu yang bergabung lepas atau berjalan sendiri. Dua pria dalam kelompok ini akan memainkan peran amat penting dalam beberapa minggu kemudian. Mereka adalah William Lewis Manly dan John Rogers.

Wagon kereta berkuda bergerak menuju selatan. Setiap orang merasa senang. Cuaca indah dan mereka berpindah lagi menuju kehidupan baru yang menggairahkan. Namun, setelah sekitar sepuluh hari, Kapten Hunt mulai mengalami kesulitan. Akhirnya, tampaklah bahwa ia tidak mengenal jalan itu dengan sangat baik, dan lahan menjadi semakin kering. Tak lama lagi, sulit untuk mendapatkan air.

Rasa tak puas mulai muncul. Ada cerita tentang rute lain yang langsung menuju barat. Sebagian orang ingat rute itu ketika melihatnya di peta, di Salt Lake City. Mereka berkesimpulan bahwa Kapten Hunt tidak mengetahui yang ia bicarakan. Mengapa tidak meninggalkannya dan memotong jalan lewat barat? Jayhawkers paling bergairah dengan gagasan ini, dan berangsur-angsur yang lain pun setuju dengan mereka.

Sewaktu mereka mencapai tempat yang dianggap sebagai permulaan "jalan pintas", Kapten Hunt kehilangan kendalinya atas rombongan. Jayhawkers memiliki terlalu banyak pengikut. Sekitar seratus wagon kereta berkuda mengikuti mereka meninggalkan Kapten Hunt dengan hanya tujuh wagon.

"Menurutku rute itu tidak aman," Kapten Hunt memberitahu. Bagaimanapun juga ia berharap mereka baik-baik saja. "Selamat jalan dan semoga berhasil," ia berteriak sambil melambaikan tangan ke arah mereka.

Masih penuh semangat, kelompok yang berpisah itu menuju barat. Akan tetapi, setelah tiga hari, tampaknya tidak ada jalur yang mudah untuk wagon mereka. Keadaan ini menakutkan banyak orang. 

Mereka kehabisan makanan dan jalan pintas macam apa yang berakhir dengan kematian setelah tiga hari? Setelah berdiskusi, lebih dari 70 wagon kembali untuk mencari Kapten Hunt. Jayhawkers dan kelompok orang yang berkeluyuran tetap tinggal dan bertekad untuk maju sedikit demi sedikit ke arah barat.

Kelompok yang tersisa tak lama mengalami masalah yang serius. Tanah semakin gersang dan gersang dan padang rumput juga semakin sedikit. Kini mereka sudah mencapai gurun pasir dan setiap orang merasa kehausan. 

Sewaktu lembu-lembu semakin melemah, mereka tak mampu menarik wagon kereta yang berat, dan rombongan mulai membuang barang-barang mereka agar kereta lebih ringan. Perkakas, buku-buku, perabotan—barang-barang tidak lagi berarti. Yang penting mereka dapat menyeberangi gurun pasir.

Sekarang, mereka benar-benar tersesat. Mereka tidak tahu berapa jauh lagi jarak ke California. Gurun pasir tampak membentang tanpa ujung—lahan yang menakutkan, tertutup garam putih dan alkali yang muncul dari tanah. Ternak mulai terkulai kelelahan satu per satu. 

Ketika hewan ternak roboh. orang-orang membunuh dan memakannya, karena mereka kehabisan bahan makanan. Keadaan tampak mencemaskan. Kelompok itu mulai terpecah menjadi beberapa bagian. Jayhawkers—yang terdiri dari pria muda dan kuat—meneruskan perjalanan, meninggalkan keluarga di belakang. 

Keluarga Bennett dan Arcane bersatu, bergabung dengan yang lain, sehingga rombongan itu menjadi 20 orang. William Lewis Manly dan John Rogers tinggal bersama mereka, membantu melakukan pengintaian dan membawakan air sebanyak yang mereka temukan.

Setelah berhari-hari melakukan perjalanan yang menghauskan, Jayhawkers mengembara ke sebuah lembah sunyi yang dalam. Tak ada tetumbuhan di sana—lembah itu gersang, hanya ditutupi garam yang membuat air terasa pahit dan berbau untuk diminum. 

Berangsur-angsur kelompok lain berkumpul di sana dan menjelajahi sekitarnya untuk mencari jalan keluar. Rombongan Bennett-Arcane berhenti di sebuah mata air yang airnya dapat diminum. Saat itu mendekati hari Natal—tapi Natal yang mereka hadapi buruk dan tidak menggembirakan. Tampaknya tak ada jalan keluar dari jurang ngarai gurun pasir itu. Tembok tajam gunung itu menjulang ke barat.

Jayhawkers membuat keputusan. Mereka bermaksud membuang kereta yang berat dan mengemasi segala sesuatu sebisa mereka ke beberapa lembu, dan mereka berusaha mencari jalan melalui pegunungan. 

Beberapa orang mengikuti mereka, termasuk keluarga Brier. Nyonya Brier harus meninggalkan peralatan makan perak terbaiknya, karena kenyataan menghadang di hadapan. Mereka harus membuang segalanya atau mati.

Akan tetapi, tak semua orang mau mengambil risiko ini. Kelompok Bennett-Arcane memutuskan tak ada harapan untuk melanjutkan perjalanan tanpa mengetahui yang akan terjadi. Baik Bennett dan Arcane memiliki anak kecil dalam keluarga, dan Nyonya Arcane sedang mengandung lima bulan. 

Bagaimana bila mereka terperangkap pegunungan tanpa ada air? Mereka malahan memutuskan tinggal dekat mata air, sementara yang dua orang meneruskan perjalanan untuk mencari jalan dan kembali dengan membawa perbekalan. Dua pria yang dipilih adalah William Lewis Manly dan John Rogers.

"Kami akan menunggu sampai 18 hari," kata Bennett. "Jika kalian sama sekali tidak kembali, kami menganggap kalian tewas di pegunungan, atau suku Indian telah membunuh kalian."

Seekor lembu mati lagi, kedua pria itu pun berbekal sedikit daging kering untuk perjalanan. Setiap orang menyumbangkan uang untuk mereka, seluruhnya terkumpul $60, sebagai bekal. Selanjutnya, rombongan berkumpul mengucapkan selamat jalan. Dalam hati mereka, banyak yang ragu dua pria itu akan pernah kembali. Suasana berat, dan para wanita berdiri menangis.

"Tuhan melindungimu," para pria bergumam. "Semoga kalian berhasil."

Manly dan Rogers menjabat tangan setiap orang dengan taklim. Kemudian mereka berbalik dan menyusuri ngarai.

Ketika mereka telah pergi, suasana sunyi menggantung di perkemahan. Setiap orang sadar, mereka akan menghadapi kematian di lembah itu. Untuk sementara mereka memiliki sedikit persediaan daging. Akan tetapi, lebih dari itu, cadangan makanan mereka sangat sedikit. Mereka menyisihkan terigu untuk memberi makan anak-anak.

Waktu berjalan merangkak. Anak-anak terus-menerus menangis karena kelaparan dan sedih. Tak ada yang dapat mereka perbuat. Lembah tersebut merupakan salah satu tempat paling suram di bumi—cuma batu cadas dan garam. Sebuah tempat yang mengerikan untuk mati.

Sementara itu, Manly dan Rogers maju terus menuju pegunungan. Bila tiba di tanah yang lebih tinggi, mereka berusaha memperhitungkan berapa jauh jarak yang akan mereka tempuh. Yang mereka temukan sangat menyedihkan. Bukan cuma satu barisan gunung untuk dilalui, tapi tiga dengan lembah-lembah gurun yang gersang dan panjang di antaranya. 

"Kita tak akan pernah mampu kembali dalam 18 hari." kata Manly dingin.

Sewaktu berjalan dengan susah-payah, mereka menemukan sesuatu terbaring dalam jurang, tertutup tidak teratur oleh ranting-ranting pohon sage. "Apa itu?" teriak Rogers. Mereka merangkak mendekat.

"Tubuh orang," kata Manly.

Badan manusia tergeletak di tempat ia akhirnya roboh. Manly dan Rogers mengenali orang itu. Namanya Tuan Fish. la anggota kelompok kecil yang mengikuti Jayhawkers. Pegunungan yang gersang terlalu berat baginya, dan di situlah ia tergeletak ditinggalkan di bebatuan cadas.

Hati mereka masygul, Manly dan Rogers melanjutkan perjalanan. Perjalanan itu berbahaya dan sukar, bahkan bagi orang kuat seperti mereka. Mereka meneguk air terakhir, tapi tak lama mulut mereka terasa sangat kering sehingga tak bisa menelan daging sapi. Pada suatu hari, mereka cukup beruntung menemukan sebongkah es. 

Mereka mencairkannya, menegak air dengan dahaga, dan makan sebagian bekal daging mereka. Merasa segar, mereka memaksa melanjutkan—tapi mereka sadar harus segera mencari air lagi atau bernasib seperti Tuan Fish yang malang itu.

Pada saat berjalan, Manly tiba-tiba berhenti. "Rogers! Lihat," kata Manly menunjuk.

Rogers menatap. "Asap," ia berseru. Bubungan tipis asap berasal dari lembah di dekatnya. "Itu artinya orang ... dan air. 

Kedua pria itu bertukar pandang. Api unggun itu mungkin milik suku asli Amerika, yang mungkin akan membunuh mereka. Bisakah mereka mengambil risiko menyelidikinya? Rasa dahaga membuat mereka mengambil risiko. Bahkan bila itu berarti pertikaian, tak ada salahnya melihat.

Mereka gembira menemukan kelompok Jayhawkers yang menyambut mereka dengan hangat. Duduk mengelilingi api unggun, kedua pria yang lelah itu mendengarkan apa yang dikerjakan setiap orang. Sebagian orang meninggalkan ternak mereka dan berjalan terus. Keluarga Brier berjuang di belakang. Akan tetapi, pria yang lain meninggal.

"Namanya Isham," kata kelompok Jayhawkers. "Ia tak dapat terus. Ketika kami berhenti untuk berkemah, kami kembali dan memberinya air. Akan tetapi, ia terlalu letih, dan tak lama kemudian meninggal."

Manly dan Rogers sangat bersyukur atas sambutan itu, dan atas seluruh informasi. Mereka mengucapkan terima kasih kepada kelompok Jayhawkers dan kembali melanjutkan perjalanan. Waktu berlalu, dan rombongan keluarga khawatir dengan yang terjadi atas diri mereka.

Kembali ke perkemahan, hari-hari yang berlalu semakin menyedihkan. Rombongan itu ketakutan diserang suku asli Amerika, dan banyak yang tidak benar-benar percaya bahwa Rogers dan Manly akan kembali lagi. "Tak ada orang kecuali si bodoh yang kembali ke tempat ini untuk menyelamatkan kami," kata mereka.

Beberapa orang segera memutuskan untuk memanfaatkan kesempatan mereka sendiri. "Setiap orang untuk dirinya sendiri," ujar mereka. "Kami memakan hewan ternak kami, tapi tak lama tak akan ada lagi makanan tersisa. Rasanya gila duduk duduk menunggu."

Keluarga Bennett dan Arcane melihat kepergian mereka, merasa sendirian. Bagi orang-orang itu tidak masalah, mereka tidak punya anak kecil untuk dirawat; bahkan bila mereka cuma benar, sedikit yang dapat dilakukan keluarga. Terlalu besar risiko membawa anak-anak mengarungi pegunungan. Mereka harus menunggu. 

"Anda pergi juga?" mereka menanyakan seorang tua bernama Kapten Culverwell. Ia ragu, wajahnya tampak sukar. la tidak suka meninggalkan keluarga sendirian, tanpa mempertahankan mereka. 

Akan tetapi, ada sesuatu dalam kata-kata itu-benar-benar setiap orang bagi dirinya sendiri. Tidak ada alasan meninggal di gurun pasir. Ia menunggu selama beberapa hari, berusaha mengambil keputusan. Kemudian ia pun mengucapkan selamat tinggal dan berjalan sendiri.

Delapan belas hari datang dan pergi, dan tetap tidak ada tanda-tanda penyelamat. Keluarga itu semakin tertekan dengan berlalunya hari."Mereka tersesat," Nyonya Bennett berujar dengan sedih. "Aku yakin itu. Mereka seharusnya sekarang kembali."

Namun, Manly dan Rogers tidak tersesat. Setelah hampir dua minggu berjalan, mereka mencapai sebuah ranca luas, dan kemudian sebuah pemukiman utuh. Akhirnya: California! Tergesa-gesa mereka membeli perbekalan dengan uang yang diberikan pada mereka, tiga kuda, dan seekor keledai untuk mengangkut semuanya. Kemudian mereka berangkat sekali lagi kembali melewati gurun pasir.

Sekarang, lebih mudah, mereka tahu jalan, tapi kuda-kuda dan keledai itu menghadapi masalah baru. Bagaimana mereka dapat melalui jalan tembus gunung yang berbahaya, yang hanya ditempuh dengan berjuang sendiri.

Mereka mencapai sebuah ngarai yang amat sulit dan kuda-kuda itu berhenti. Kuda-kuda itu tak mau jalan terus. Sebuah jurang muncul di depan mereka dan tidak ada jalan lain di sekeliling. Merasa benar-benar putus asa, Manly dan Rogers sadar mereka harus melepas kuda-kuda itu. Mereka mengeluarkan tas dari punggung kuda dan melepasnya. "Mereka akan mati di sini," kata Manly dengan pahit. "Tak ada makanan atau air bagi mereka."

Setelah kehilangan kuda, mereka bertekad untuk menyelamatkan keledai. Keledai itu membuktikan dirinya kuat dan berani, meskipun hanya bermata satu. Mereka mendorong, mengingsut, dan berteriak hingga akhirnya sang keledai melompat ke atas ke bubungan cadas yang berbahaya. Lompatan lain lagi, dan hal yang terburuk berlalu. Kedua pria itu hampir menangis lega.

Akan tetapi, pemandangan menyedihkan menanti di depan mereka. Rogers yang berjalan lebih dulu, tiba-tiba berhenti dan tertegun.

"Apa itu?" teriak Manly.

"Kapten Culverwell," sahut Rogers. "Ia sudah mati." 

Kedua pria itu menatap orang tua itu. Ia tergeletak dengan tempat air yang sudah kosong di sampingnya. Gurun pasir itu memakan korban lagi.

Hampir satu bulan sejak Manly dan Rogers berangkat ketika mereka akhirnya kembali ke perkemahan kecil. Keluarga Bennett dan Arcane sedemikian terharu dan lega melihat mereka sehingga hampir tak dapat berkata-kata. 

Mereka berdiri diam, air mata mengaliri wajah mereka. Kemudian, Nyonya Bennett lari menuju Manly dan tersungkur di kakinya, mengalungkan lututnya dengan lengannya. "Kami tidak mengira kau akan kembali," katanya dengan suara bergetar 

Namun, setelah mengatasi ketidakpercayaan mereka, perkemahan itu kembali hidup dengan gairah dan obrolan. Manly memperingatkan mereka bahwa jalan di depan mereka tidaklah mudah. 

California lebih jauh dari perkiraan mereka. Keluarga itu mendengarkan, kemudian melakukan persiapan dengan berani. Selama ini mereka telah bertahan—kini mereka tidak mau dikalahkan.

Kelompok itu berangkat dengan delapan ekor lembu dan keledai kecil yang setia. Setelah beberapa hari, mereka memanjat ke Pegunungan Panamint dan hanya memandang ke bawah lembah tandus tempat mereka hampir mati. Lembah itu membentang di belakang mereka, sepi, dan kosong. Tuan Bennett menggelengkan kepalanya dan pergi.

"Selamat tinggal, Death Valley," ujarnya. Lembah itu dikenal dengan nama itu sejak lama.

 

Kemudian

Seperti kebanyakan, 25.000 orang yang menuju barat dalam Perburuan Emas tahun 1849 itu, hanya sedikit yang selamat dari Death Valley saat mengadu keberuntungan di ladang emas. Bahkan banyak yang tidak bekerja di pertambangan, tapi luapan manusia menciptakan sebuah masyarakat baru, dan tempat bisnis pun tumbuh. John Rogers bekerja sebagai tukang kayu dan juru mesin; William Lewis Manly melakukan banyak pekerjaan, termasuk kadang-kadang bekerja di pertambangan. 

Ia berhubungan dengan banyak temannya yang selamat, yang selalu menganggapnya sebagai pahlawan, dan dia menulis sebuah buku tentang pengalaman mereka, judulnya: Death Valley in '49. 

Nyonya Arcane melahirkan empat bulan setelah meninggalkan gurun pasir dan menamakan bayinya Julia. Sayangnya, Julia meninggal 19 hari kemudian. 

Kapten Hunt berhasil membawa kelompok kereta utama ke California. Kebanyakan anggota kelompok Jayhawkers juga selamat, dan melanjutkan hidup dengan mendulang emas. Sebagian berhasil untuk sementara waktu, tapi pekerjaan itu amat berat dan hasilnya tidak sebesar harapan mereka. Kebanyakan mereka menyerah dan kembali menjadi pedagang atau menjadi petani. Sebagian bahkan meninggalkan California dan kembali ke rumah.

Nyonya Brier adalah salah satu dari sedikit orang yang menemukan kembali barang yang dibuangnya di Death Valley. Sewaktu emas di California mulai sirna, cerita tentang emas dan perak di gurun pasir mulai menyebar. 

Para pencari emas mulai berburu dan sebagian dari mereka berangkat ke Death Valley. Di sanalah, peralatan makan perak Nyonya Brier ditemukan, tak tersentuh; dan para pencari emas itu mengembalikan padanya.



" ["url"]=> string(67) "https://plus.intisari.grid.id/read/553309774/menuju-lembah-kematian" } ["sort"]=> array(1) { [0]=> int(1654282066000) } } [3]=> object(stdClass)#73 (6) { ["_index"]=> string(7) "article" ["_type"]=> string(4) "data" ["_id"]=> string(7) "3309337" ["_score"]=> NULL ["_source"]=> object(stdClass)#74 (9) { ["thumb_url"]=> string(113) "https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/750x500/photo/2022/06/03/pintu-ruang-besi-bank-itu-macet_-20220603060917.jpg" ["author"]=> array(1) { [0]=> object(stdClass)#75 (7) { ["twitter"]=> string(0) "" ["profile"]=> string(0) "" ["facebook"]=> string(0) "" ["name"]=> string(13) "Intisari Plus" ["photo"]=> string(0) "" ["id"]=> int(9347) ["email"]=> string(22) "plusintisari@gmail.com" } } ["description"]=> string(145) "Sebuah bank telah dirampok. FBI yang bertugas melacak jejak mencermati saban renik yang bisa digali namun kasus makin berkembang tak bisa diduga." ["section"]=> object(stdClass)#76 (7) { ["parent"]=> NULL ["name"]=> string(8) "Kriminal" ["description"]=> string(0) "" ["alias"]=> string(5) "crime" ["id"]=> int(1369) ["keyword"]=> string(0) "" ["title"]=> string(24) "Intisari Plus - Kriminal" } ["photo_url"]=> string(113) "https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/945x630/photo/2022/06/03/pintu-ruang-besi-bank-itu-macet_-20220603060917.jpg" ["title"]=> string(31) "Pintu Ruang Besi Bank Itu Macet" ["published_date"]=> string(19) "2022-06-03 18:10:54" ["content"]=> string(22665) "

Intisari Plus - Sebuah bank di Kalifornia telah dirampok. FBI yang bertugas melacak jejak mencermati saban renik yang bisa digali. Rangkai demi rangkai petunjuk itu kemudian membuat kasus makin berkembang tak bisa diduga.

-------------------------

Laguna Niguel Bank adalah cabang dari United California Bank. Letaknya di Orange County, dekat Los Angeles di Kalifornia. Orange County merupakan tempat kediaman orang-orang kaya dan bank itu juga kaya. Laguna Niguel terdapat di sudut sebuah pusat pertokoan di 6 Monarch Bay. 

Pintu depannya jauh dari jalan umum, sedangkan di bagian belakangnya ada jalan tempat truk barang bongkar muatan untuk toko-toko di bangunan yang sama.

Jauh di bawah jalan tempat truk itu tampaklah jalan bebas hambatan yang menyusuri pantai.

Pagi sampai sore Monarch Bay Shopping Plaza itu selalu ramai. Kira-kira 175 m dari bank itu ada sebuah restoran merangkap bar yang buka sampai malam, sehingga kendaraan yang lewat pusat pertokoan itu baru sepi kalau tengah malam sudah menjelang.

 

Pintu ruang besi macet

Hari Senin, 27 Maret 1972 pagi, para karyawan bank datang untuk bekerja seperti biasa. Sesaat sebelum bank buka, seorang karyawan memutar cakra angka kombinasi untuk membuka pintu ruang besi. Ternyata pintu itu bergeming. la mencoba lagi. Pintu tetap tidak membuka. Setelah tiga kali, ia melapor. Rekan-rekannya ikut mencoba. Semua sia-sia saja.

Manajer bank segera menelepon bank lain untuk menalangi dulu dana yang perlu mereka keluarkan. United California Bank Pusat diberi tahu dan seorang ahli kunci didatangkan.

Ahli kunci itu mencoba dengan segenap kemampuannya, tanpa hasil. Akhirnya, menjelang tengah hari ia menyerah. Pihak bank akhirnya memutuskan untuk masuk dengan menjebol atap ruang besi saja. Mereka tidak mau menjebol pintu, sebab para nasabah yang kebetulan datang ke kantor akan melihat adanya ketidakberesan pada pintu yang penting itu. 

Sang pandai besi pun naik ke atap dan merangkak di para-para untuk mengecek keadaan. Sebelum tiba di atas ruang besi ia sudah merasa was-was, karena didapatinya bongkahan-bongkahan beton, karung-karung yang rusak dan potongan-potongan logam. Tahu-tahu di hadapannya menganga lubang buatan manusia. 

Dari lubang itu ia mengintip ke dalam. Dilihatnya laci-laci tempat menyimpan barang berharga yang sudah kosong di antara puing-puing bekas atap yang jebol.

Cepat-cepat ia merangkak turun lagi untuk melaporkan temuannya. Saat itu sudah pukul 15.45. Polisi dan FBI segera dihubungi. Setelah memeriksa karung-karung yang rusak, agen-agen FBI menemukan sumbat dinamit yang dipakai membuat lubang di atap ruang besi itu. 

Ditemukan pula sebuah kipas angin untuk mengisap udara potongan-potongan bor yang patah dan tangga. Tangga itu ternyata curian dari Gereja Baptis, yang letaknya tidak jauh dari sana. 

Regu penyidik dengan cermat dan hati-hati memilih, mengakurkan, dan menginventarisasi benda yang acak-acakan di dalam ruang besi. Isinya dimasukkan ke dalam drum-drum.

Empat hari setelah perampokan bank itu diketahui beberapa kupon dari surat obligasi yang dicuri dari bank itu diuangkan di sebuah bank di New Orleans. Jejak berakhir sampai di situ saja. 

Kemudian pihak berwajib menanyai para pelanggan, karyawan, pengantar barang, dan orang-orang lain yang sering pergi ke pusat pertokoan itu. Apakah mereka mendengar atau melihat sesuatu yang tidak biasa pada akhir minggu?

Para pelanggan bar ada yang ingat bahwa mereka mendengar sesuatu, tetapi saat itu mereka tidak menaruh perhatian. Para penyewa kotak tempat menyimpan barang berharga di ruang besi itu pun ditanyai. 

Sebagian dari mereka ingat dengan pasti apa saja yang mereka simpan di kotak yang mereka sewa. Namun ada juga yang tidak ingat, bahkan menolak menjawab. Pejabat-pejabat keamanan menduga mereka takut kekayaan mereka yang sebenarnya diketahui oleh kantor pajak.

Ada seorang wanita yang mempunyai kebiasaan mencatat nomor-nomor seri dari sebagian uangnya, umpamanya saja uang yang didapat dalam suatu liburan yang penuh kenang-kenangan. la mengusulkan agar pihak berwajib mengutip nomor-nomor uangnya yang hilang itu. Siapa tahu ada gunanya.

 

Dibantu komputer

Tanggal 4 Mei, enam minggu setelah perampokan itu, sebuah bank di Lordstown, Ohio, yang jaraknya lebih dari 3.000 km dari Orange County, dirampok. Cara yang dipakai perampok sama seperti di Laguna Niguel. Bank yang kena rampok itu namanya Second National Bank of Warren, cabang Lordstown. Kerugian yang diderita ditaksir AS $ 430.000.

FBI menyangka ini pasti dilakukan oleh komplotan yang sama dengan yang merampok di Laguna Niguel. Di sini pun perampok tidak meninggalkan sidik jari maupun benda-benda lain yang bisa dijadikan kunci ke arah mereka. Sejak peristiwa Laguna Niguel, FBI sudah menyusun daftar orang yang dicurigai.

 Daftar itu meliputi nama-nama penjahat yang berasal dari daerah Chicago, Kansas City, can Cleveland. Kini semua perusahaan penerbangan besar diminta memanfaatkan komputer mereka untuk memberi tahu kalau nama-nama dalam daftar itu ada yang sama dengan nama penumpang pesawat mereka ke Los Angeles beberapa minggu sebelum perampokan.

Komputer dari United Airlines (yang merupakan perusahaan penerbangan utama yang melayani jalur antara Cleveland dan Pantai Barat) segera memberi tahu. Pada mereka bukan hanya ada satu nama yang cocok dengan daftar dari FBI, tetapi empat nama. 

Keempat-empatnya naik di Cleveland, tanggal 15 Maret, menuju Los Angeles. Mereka adalah A. Dinsio (seorang perampok bank ulung), C. Mulligan, P. Christopher, dan H. Barber. United Airlines menambahkan bahwa tanggal 23 Maret seorang bernama J. Dinsio terbang dari Cleveland menuju Los Angeles. 

Kemudian di Los Angeles International Airport, seorang agen FBI mendapat keterangan dari seorang pengemudi taksi. Katanya, pengemudi  itu pernah mengangkut beberapa pria sekaligus dari bandara ke sebuah alamat di South Gates tidak lama setelah pesawat United Airlines flight #73 mendarat tanggal 15 Maret. 

Dari foto yang diperlihatkan kepadanya, sopir taksi itu mengenali Amil Dinsio dan Charles Mulligan sebagai dua di antara penumpang yang diangkutnya. Alamat yang disebutkannya di South Gates itu ternyata rumah adik perempuan Amil Dinsio. Wanita itu tinggal bersama suaminya dan anak mereka, Ronald Barber.

Agen FBI tidak mau menanyai keluarga itu dulu. Mereka malah menanyai motel-motel sekitar tempat itu untuk menemukan di mana pria-pria yang dicurigai itu menginap pada saat berada di Kalifornia.

Pemilik Jubilee Motor Inn, Jack Cherniss, menyatakan pernah menerima tamu bernama Tuan dan Ny. A. Dinsio dari Poland, Ohio, dan Tuan Charles Mulligan dari Poland, Ohio pula. Namun menurut catatannya, mereka bukan menginap tanggal 15 Maret dan seterusnya, tetapi pertengahan Februari sampai awal Maret 1972. 

Dari catatan motel diketahui Dinsio menelepon dari kamarnya ke sebuah nomor di Tustin, Kalifornia. Nomor itu ternyata milik seseorang bernama Earl Dawson, bekas penduduk Youngstown, Ohio.

 

Sidik jari di piring kotor

Awal Juni seorang agen FBI yang mencari-cari keterangan pada Bond Realty Company mengenai rumah-rumah yang disewakan ternyata mendapat keterangan bahwa Ronald Lee Barber membayar kontan ongkos sewa sebuah apartemen dekat Lapangan Golf El Niguel, yang bisa mulai ditempati tanggal 6 Maret dan berakhir sewanya awal Juni. 

Letak apartemen itu tidak sampai 2 km dari Laguna Niguel Bank. Agen itu meminta surat izin menggeledah, lalu apartemen itu diperiksa dengan teliti.

 Semua sidik jari sudah dihapus. Rupanya bekas penghuni lupa memijat tombol mesin pencuci piring. Piring kotor masih bertumpuk di tempat itu dan di piring-piring itu polisi menemukan sidik jari lima orang.

Lima orang itu ialah Amil Dinsio, James Dinsio (saudaranya), Charles Mulligan (ipar Amil), Phillip Christopher, dan Harry Barber (keponakan Dinsio dan saudara Ronald). 

Tanggal 31 Mei, Ronald Barber dan ibunya mendapat panggilan tertulis untuk menghadap juri agung federal di Pengadilan Los Angeles.

Sehari kemudian agen FBI mendatangi rumah Earl Dawson di Tustin. Dawson adalah orang yang ditelepon oleh Amil Dinsio dari kamarnya ketika Dinsio menginap di Jubilee Motor Inn. Dawson tidak ada di rumah. Kata para tetangga, mungkin sedang ada di bar. 

Sebelum tengah hari Dawson sudah bisa ditemui di sebuah rumah minum. Agen FBI tidak tahu, Dawson ini anggota komplotan atau bukan. Jadi, dengan hati-hati ia diminta pulang ke ramahnya untuk berbicara dengan agen FBI.

Ketika ditanyai perihal Charles Mulligan dan perampokan di Laguna Niguel, Dawson jadi gemetar. Ia kenal Mulligan. Temannya itu beberapa kali berkunjung ke rumahnya pada bulan Februari dan Maret. Mulligan juga meninggalkan sebuah Oldsmobile di garasi Dawson. Namun, ia tidak tahu-menahu urusan perampokan bank.

Oldsmobile? FBI menanyai lebih jauh dan Dawson menceritakan apa yang diketahuinya. Bulan Februari ia kedatangan Charles Mulligan, seorang teman yang dulu dikenalnya sejak dua puluh tahun yang lalu di Youngstown. Mereka bersekolah bersama-sama dan masuk AU bersama-sama pula. 

Setelah empat tahun di AU, Dawson pindah ke AL, sedangkan Chuck (panggilan bagi Charles Mulligan) mencari jalan sendiri. Dawson tidak tahu Mulligan keluar-masuk penjara dan kemudian menjadi tukang cukur.

Tanggal 20 Februari Mulligan menelepon Dawson yang tinggal di Tustin, Kalifornia. Kedua orang yang sudah lama tidak bertemu itu mengobrol. Dawson menceritakan kariernya di AL, pernikahannya, dan bahwa ia pensiun pada tahun 1971. 

Mereka berjanji akan bertemu sejam kemudian di Lynwood Motel. Di situ kedua orang itu minum-minum di bar, lalu kembali ke rumah Dawson. Dawson mengantar temannya ke Jubilee dan mereka minum lagi di bar sampai lewat tengah malam, lalu Dawson pulang. Selama tiga minggu berikutnya mereka masih sering bertemu.

Tanggal 9 atau 10 Maret, Mulligan keluar dari Jubilee. Ia menitipkan Oldsmobile-nya pada Dawson selama tiga minggu. Dawson menyuruh mobil itu diparkir di tepi jalan, tetapi Mulligan memaksa agar mobil itu disimpan di garasi. Dawson akhirnya setuju. Menurut Mulligan, ia akan kembali ke Ohio.

Dawson menyatakan ia sama sekali tidak tahu-menahu dengan perampokan bank yang dilakukan oleh temannya itu. Untuk membuktikannya ia mau membantu FBI. Telepon berdering. Ternyata Charles Mulligan menelepon Dawson. 

Ia sedang berada di Chicago. Katanya, ia akan tiba beberapa jam lagi untuk mengambil Oldsmobile yang dititipkannya. Suaranya gugup. Mungkin ia ketakutan, karena mengetahui Ronald Barber dipanggil ke pengadilan.

Mulligan berkata kepada Dawson, kemungkinan ia diikuti, tetapi akan berusaha mengecoh orang-orang yang membuntutinya. Selama percakapan itu agen FBI dipersilakan oleh Dawson untuk ikut mendengarkan.

"Di mana kita akan bertemu?" tanya Mulligan. Akhirnya dipilih sebuah bar di dekat rumah Dawson, Walnut Room.

Bubuk cabai untuk mengenyahkan anjing

Setelah percakapan selesai, agen FBI mulai percaya Dawson memang tidak ikut merampok. Agen itu cepat-cepat menelepon ke kantornya untuk minta izin menggeledah Oldsmobile di garasi Dawson. Surat perintah penggeledahan ditandatangani pukul 20.00, dan sekelompok agen khusus segera membuka mobil.

 Di balik karpet yang menutupi lantai mobil, ternyata ada tempat berisi peralatan maling, radio dua arah, senapan, alat pengatur oksigen, sarung tangan kerja berwarna coklat, dan juga bubuk cabai untuk membuat anjing pelacak segan mengendus-endus. Ditemukan juga tiga uang emas yang masih terbungkus dalam plastik pelindungnya.

Benda-benda yang ditemukan daftarnya sampai 4 halaman ketik. Amil Dinsio yang hati-hati itu rupanya lupa menyeka batu baterai dalam lampu senter yang ditaruh di mobil itu. Di situ dengan jelas tertera satu set sidik jarinya.

Pada saat sejumlah detektif menggeledah mobil itu, sejumlah detektif lain dan wakil sheriff pergi ke Walnut Room. Mereka duduk-duduk santai di tempat yang strategis di rumah minum itu. Dawson duduk di bar.

Sesaat sebelum pukul 23.00 Mulligan masuk. Ia duduk di sebelah Dawson dan bertanya apakah tempat itu aman atau mencurigakan.

Mereka bercakap-cakap, lalu Mulligan menanyakan kalau-kalau ada danau di dekat tempat itu. Ia ingin membuang sejumlah peralatan. Mula-mula Dawson berlagak pilon, tetapi kemudian ia mendapat kesempatan untuk bertanya.

"Chuck, memang kau ikut menggondol AS $ 2 juta dari Laguna Niguel itu?"

"Ah, kau 'kan tahu, bukan AS $ 2 juta, tapi AS $ 5 juta."

"Kau kemanakan benda sebanyak itu?"

"Ya, kalau dijadikan duit 'kan cuma jadi 13–18% dari nilai sebenarnya."

"Berapa orang yang ikut?"

"Enam tambah dua."

Lewat tengah malam, Dawson mengajak Mulligan menginap di rumahnya. Baru saja melangkah ke luar dari tempat itu, Mulligan diciduk.

Celakanya, penangkapannya bocor dan ramai disiarkan koran-koran, sehingga Harry Barber

sempat kabur, dan baru tertangkap 8 tahun kemudian. Rekan-rekannya tidak seberuntung itu. Ronald Barber cuma sempat bersembunyi sampai tanggal 15 Januari 1973. FBI menemukannya di sebuah apartemen di Rochester, New York.

Philip Christopher, Amil Dinsio, dan James Dinsio mengira tidak cukup bukti untuk menghukum mereka. Jadi, mereka tinggal di rumah. Mereka tidak tahu sidik jari mereka ditemukan di piring bekas makan di apartemen sewaan.

 

Anak kecil menemukan gepokan uang

Tanggal 20 Juni 1972, agen-agen FBI mendekati apartemen Christopher dengan hati-hati. Mereka khawatir maling kawakan itu menembak. Seorang wanita muda (wanita yang hidup bersama Christopher), menyatakan Christopher tidak ada di rumah.

la sedang mengantar anaknya ke sekolah. Namun, para agen tidak percaya. Apartemen itu digeledah. Christopher dijumpai di kamarnya, cuma memakai celana piyama.

Di lemari pakaiannya dijumpai kantung plastik seperti yang dipakai di Laguna Niguel. Di dalamnya ada beberapa gepok uang dolar AS yang masih dilipat pita kertas. Beberapa bahkan memakai stempel kasir Second National Bank cabang Lordstown, Warren. 

Jumlah uang yang ditemukan di situ AS $ 32.420. Beberapa uang lima dolaran yang tidak termasuk dalam gepokan ternyata sama nomor serinya dengan uang yang dicatat oleh wanita nasabah Laguna Niguel.

Christopher disuruh memakai celana, lalu diangkut ke kantor polisi.

Lima hari kemudian, tanggal 26 Juni, seorang anak laki-laki yang sedang menggali tanah ternyata menemukan sebuah kotak plastik di seberang tempat kediaman Amil Dinsio di Boardman, Ohio. Di dalamnya ada uang sebanyak AS $ 98.600. 

Keesokan harinya Amil Dinsio diciduk di rumahnya. Di sakunya ada uang AS $ 537. Rumahnya digeledah. Di situ ditemukan mata uang perak yang dicuri dari Laguna Niguel dan uang lembaran 20 dolar, yang secara positif dikenali berasal dari bank itu.

Beberapa bulan kemudian di Boardman, agen FBI menemukan kupon berisi surat-surat berharga senilai AS $ 2,6 juta. Sebelumnya seorang pekerja bangunan menemukan surat-surat berharga senilai hampir AS $ 1 juta di tanah kosong dekat Laguna Niguel. Jadi, hasil rampokan yang berhasil ditemukan lagi hampir AS $ 4 juta.

James Dinsio, saudara Amil, tertangkap bulan Februari 1973. Mereka baru diadili pada bulan September, karena banyaknya informasi yang harus disortir dan dikatalogkan.

 

Minta foto sebuah kamar hotel

Sebelum diadili, di penjara Los Angeles County, Dinsio bersahabat dengan seorang maling lain yang sedang menjalani hukuman setahun penjara, Richard Arthur Gabriel. Amil Dinsio "mengajari" pelbagai cara perampokan bank yang pernah dilakukannya. 

la juga mengaku merampok Laguna Niguel. Diceritakannya bagaimana caranya ia membungkamkan bel, melumpuhkan alarm ruang besi, dan meledakkan ruang besi supaya ada lubang untuk masuk.

Secara mendetail dijelaskannya bagaimana mereka mempergunakan radio untuk memonitor kegiatan polisi dan menyembunyikan peralatan mereka di mobil Mulligan.

Sebagai imbalan ia minta tolong. Gabriel disuruh membujuk pemilik sebuah apartemen atau motel yang mau menuliskan dalam buku catatannya bahwa Amil Dinsio terdaftar sebagai penginap di apartemen atau motel itu pada saat perampokan terjadi. 

Selain itu Gabriel diminta mencarikan seorang wanita yang mau bersumpah bahwa ia berada bersama Dinsio pada saat itu. Sebagai upah, Dinsio akan memberi Gabriel surat-surat berharga senilai AS $ 20.000 yang bisa diuangkan.

Karena merasa tugas itu besar risikonya (atau mungkin juga ia ingin mengambil hati pihak yang berwenang agar dibebaskan), Gabriel tidak melaksanakan pesanan-pesanan Dinsio. Sebaliknya, lewat perantara ia minta bertemu dengan seorang agen FBI. 

FBI ingin mendengar informasi dari Gabriel, tetapi mereka bisa diserang pembela Dinsio kelak. Jadi, mereka mengatur agar kemungkinan itu jangan sampai terjadi. Mereka meminta Gabriel jangan mengajukan pertanyaan apa-apa pada Dinsio, tetapi bersikap sebagai penerima informasi saja.

Tanggal 14 Agustus Richard Gabriel dilepaskan dari penjara dan tidak lama kemudian Amil Dinsio dibebaskan dengan jaminan AS $ 250.000. Jaminan itu diberikan oleh keluarganya yang mempergunakan realestat pribadi sebagai tanggungan.

Gabriel meyakinkan Amil Dinsio bahwa ia sanggup melaksanakan keinginan kawannya itu untuk membuat alibi. Ia memberi Amil suatu nomor telepon. Amil diminta menelepon orang itu yang dikatakan berada di Frontier Hotel, Las Vegas. Dalam pembicaraan telepon orang itu menyanggupi membuat alibi untuk Amil. 

Setelah berunding mengenai jumlah imbalan, Amil minta foto kamar yang dimaksudkan dari luar dan dalam, ia juga ingin tahu siapa saja para penghibur di hotel itu pada saat ia dikatakan menginap di sana. Ia juga tidak lupa menanyakan rupa tirai di kamar mandi. Kalau ditanyai pengadilan kelak, ia akan bisa menjawabnya.

Amil Dinsio tidak tahu ia ditipu. Orang yang diteleponnya itu agen FBI dan pembicaraan mereka direkam.

Gabriel sementara itu tetap berhubungan dengan Amil. Ia mendengar Amil bermaksud membunuh Earl Dawson supaya tidak bisa memberi kesaksian. Gabriel memberitahu hal itu kepada FBI. Penjagaan dilakukan terhadap Dawson dan istrinya. Ternyata tidak terjadi apa-apa.

Dalam persidangan Earl Dawson diserang gencar oleh pembela. Namun, ketika Richard Gabriel diajukan, pembela mati langkah. Tanggal 20 November 1972 Amil Dinsio, Charles Mulligan, dan Philip Christopher masing-masing dijatuhi hukuman penjara 20 tahun.

James Dinsio dan Ronald Barber diadili secara terpisah, masing-masing menerima hukuman 5 dan 10 tahun penjara. Harry Barber setelah menjadi buronan selama 8 tahun, akhirnya ditangkap di Brookville, Pennsylvania, tanggal 12 Mei 1980.

(Robert R. Rosberg)

" ["url"]=> string(76) "https://plus.intisari.grid.id/read/553309337/pintu-ruang-besi-bank-itu-macet" } ["sort"]=> array(1) { [0]=> int(1654279854000) } } }