array(2) {
  [0]=>
  object(stdClass)#53 (6) {
    ["_index"]=>
    string(7) "article"
    ["_type"]=>
    string(4) "data"
    ["_id"]=>
    string(7) "3760920"
    ["_score"]=>
    NULL
    ["_source"]=>
    object(stdClass)#54 (9) {
      ["thumb_url"]=>
      string(113) "https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/750x500/photo/2023/05/26/yang-salah-polisi-atau-ahli-nuju-20230526102744.jpg"
      ["author"]=>
      array(1) {
        [0]=>
        object(stdClass)#55 (7) {
          ["twitter"]=>
          string(0) ""
          ["profile"]=>
          string(0) ""
          ["facebook"]=>
          string(0) ""
          ["name"]=>
          string(5) "Ade S"
          ["photo"]=>
          string(54) "http://asset-a.grid.id/photo/2019/01/16/2423765631.png"
          ["id"]=>
          int(8011)
          ["email"]=>
          string(22) "ade.intisari@gmail.com"
        }
      }
      ["description"]=>
      string(150) "Seorang guru sekolah dasar memiliki kemampuan untuk melakukan hipnosis. Oleh polisi, ia kerap diminta untuk membantu proses pencarian bukti kejahatan."
      ["section"]=>
      object(stdClass)#56 (8) {
        ["parent"]=>
        NULL
        ["name"]=>
        string(8) "Kriminal"
        ["show"]=>
        int(1)
        ["alias"]=>
        string(5) "crime"
        ["description"]=>
        string(0) ""
        ["id"]=>
        int(1369)
        ["keyword"]=>
        string(0) ""
        ["title"]=>
        string(24) "Intisari Plus - Kriminal"
      }
      ["photo_url"]=>
      string(113) "https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/945x630/photo/2023/05/26/yang-salah-polisi-atau-ahli-nuju-20230526102744.jpg"
      ["title"]=>
      string(34) "Yang Salah Polisi atau Ahli Nujum?"
      ["published_date"]=>
      string(19) "2023-05-26 10:27:56"
      ["content"]=>
      string(41319) "

Intisari Plus - Seorang guru sekolah dasar memiliki kemampuan untuk melakukan hipnosis. Oleh polisi, ia kerap diminta untuk membantu proses pencarian bukti-bukti kejahatan untuk dibawa ke pengadilan.

---------------

Pada tanggal 15 Februari 1921, di Bernburg menikah seorang buruh bernama Heese dengan tunangannya bernama Minna. Mereka tinggal di sebuah rumah kecil di Badergasse 5. Perkawinan hanya berlangsung 11 hari.

Pada tanggal 26 Februari, Nyonya Heese ditemukan mati tercekik di dalam kamar tidur suami istri itu. Langsung saja si suami disangka menjadi pelaku kejahatan. la ditahan, dimasukkan ke penjara Bernburg, 2 hari kemudian diinterogasi hakim dan dikeluarkan surat penahanan atas dirinya.

Awalnya Heese tidak mengaku salah. Istrinya pada malam hari tanggal 25 Februari, tiba-tiba kejang namun segera mereda. la masih berbicara dengan istrinya sampai jam 3 pagi dan kemudian tertidur. Kira-kira jam 5 pagi, ia terbangun. Istrinya dalam keadaan tidak sadar, ataupun sudah mati, terbaring di bawah tempat tidur dengan kepala di dalam seember air. Ia kemudian mengoleskan alkohol pada istrinya untuk menyadarkannya kembali, akan tetapi tidak berhasil. Ia lalu memanggil dokter yang menyatakan istrinya mati. Dokter tidak mengatakan apa-apa tentang penyebab kematian.

Masih pada hari yang sama, tetangga Heese, buruh KL, diinterogasi polisi. Kata si KL, ia pulang sekitar jam 12 tengah malam. Menurutnya, dari rumah Heese terdengar raungan dan suara-suara yang aneh. Tadinya ia ingin mengetok, tetapi tidak jadi. Maka ia pun pergi tidur.

Pada tanggal 28 Februari, dokter memberi keterangan tentang pemeriksaan mayat. Pada leher sebelah kiri ditemukan goresan yang panjangnya 5,5 cm. Sebuah goresan lain ditemukan di dada. Panjangnya 15 cm. Pada bahu sebelah kanan terdapat sebuah cedera berwarna abu-abu, kulit atas terkelupas dan panjangnya 3 cm. Menurut keterangan, mungkin si perempuan berada dengan kepala di dalam ember. Ia seperti dimasukkan ke situ dengan paksa.

Si pekerja P, yang berkawan dengan keluarga Heese, hari itu juga menghadap hakim dan mengatakan bahwa keluarga Heese sesudah menikah, berdiam 10 hari di rumah seorang bibi sang istri. Itu karena rumah mereka belum bisa ditempati. Pada waktu itu Nyonya Heese tidak mau mengadakan hubungan intim dengan suaminya. Ia menangis terus. Tuan Heese menyatakan kepada temannya bahwa istrinya tidak mengizinkan ia mendekat. Demikian pula dalam pertunangan selama ¾ tahun. Kalau terus menerus demikian, maka ia hanya akan memberi istrinya sejumlah uang belanja dan dengan sisa uangnya ia akan pergi ke rumah pelacur. Heese juga menyatakan bahwa jika ia sudah marah, kesabarannya hilang.

Autopsi tidak menghasilkan sebab-sebab kematian yang jelas. Goresan-goresan di leher, dada, dan bahu menurut keterangan dapat disebabkan karena wanita itu berjam-jam berada dengan kepala di dalam ember.

Bagaimana wanita ini sampai masuk ke dalam ember? Tertuduh diam. Polisi tidak tahu apa yang hendak diperbuat. Akhirnya sesudah seminggu, mereka ingat akan seorang guru bernama Drost. Ia sudah pernah sekali bekerja untuk polisi dan kejaksaan, yakni ¾ tahun yang lalu, waktu harus mencari keterangan tentang sebuah pencurian. Waktu itu Drost berhasil mencari si pelaku yang kemudian ditahan dan dihukum oleh pengadilan di Bernburg.

Kini kejaksaan dan polisi bermufakat untuk melibatkan Drost, yang selalu menyatakan ia yakin kejahatan besar dapat diterangkan dengan hipnosis.

Sebenarnya Drost sendiri ingin mengetahui apakah mediumnya si pekerja Blenke yang sudah sering mengadakan percobaan dengannya, dapat juga mengungkapkan kejahatan-kejahatan besar.

Dengan disaksikan Komisaris Hildebrandt dan Komisaris Roessel, dilakukan percobaan. Blenke seorang lelaki yang masih muda, kuat akan tetapi bertabiat lemah. Matanya yang hitam agak berkedip-kedip. Segera sesudah percobaan dimulai ia menerangkan bahwa ia bekerja “tidak baik” kali ini. Drost membawanya ke dalam keadaan hipnosis dalam beberapa menit saja. Ia seakan seperti sedang tertidur.

“Coba ungkapkan kejadian yang rumit mengenai kematian seorang wanita muda!” begitu Drost berkata.

Blenke segera berdiri, terhuyung-huyung ke pintu, dibantu oleh Drost dan kedua petugas polisi. Langsung ia pergi ke rumah keluarga Heese, yang terletak dekat dari itu. Di rumah itu ia merebahkan diri di sebuah kursi. Di kamar duduk masih tergantung jaket si Heese yang saat itu sudah ditahan.

“Apa yang dapat anda katakan tentang baju ini?” begitu Drost bertanya kepada medium. Dengan tidak ragu-ragu Blenke menjawab, “Orang yang mempunyai jaket ini orang baik. Akan tetapi jika ia sudah terserang nafsu, ia dapat mengerjakan apa saja.”

Drost memberikan sebuah gaun milik wanita yang meninggal. Apa yang dapat dikatakan medium?

Kini medium pergi ke kamar sebelah ke tempat tidur kedua suami istri. 

“Di manakah kedua suami istri pada malam itu?”

“Di sini di tempat tidur.”

“Apa yang terjadi di sini?” 

“Si lelaki dikuasai nafsu dan menginginkan banyak hal dari istrinya.” 

“Apakah istrinya tidak mau melayaninya?” 

“Ya, ia menyatakan bahwa ia tidak mau tahu lagi tentang sang suami. Sebab meskipun baru 10 hari menikah, si suami sudah menggauli wanita-wanita lain.”

“Kemudian apa yang terjadi?” 

“Terjadi pertengkaran. Akhirnya si lelaki mencekik leher istri, sehingga si istri tidak dapat berteriak sedikit pun. Lalu ia melemparkannya dari tempat tidur dan tidak mengacuhkannya lagi.”

Kekuatan si medium agaknya melemah. Drost yang hampir berhasil, mencoba sekali lagi untuk menempatkan si medium dalam hipnosis. Blenke meneruskan bicaranya. 

“Lalu si suami sendirian di tempat tidur.”

“Ia tertidur?” 

“Ia tidak tidur dan tidak terjaga. Sesudah setengah jam, ia berdiri dan menemukan istrinya tergeletak mati di depan tempat tidur.”

“Karena dicekik sang suami?” 

“Bukan, cekikan hanya membuat ia tidak sadarkan diri. Akan tetapi pada waktu dilemparkan dari tempat tidur, ia terjatuh dengan kerongkongan ke sebuah tempat yang ada di dekat tempat tidur, hingga ia kurang mendapat udara.” 

“Apa yang kemudian terjadi?”

“Sang suami kemudian memasukkan kepala istri ke dalam tempat itu dan dipegangnya.”

“Waktu si lelaki mengetahui bahwa istrinya meninggal ia bingung dan ia mengotori semuanya dengan tinja. Kemudian ia mencoba untuk menghilangkan jejak pencekikan, dengan menggosok bekas-bekas cedera di leher dan dada dengan sebuah lap basah.”

“Tempat apakah itu yang ada di depan tempat tidur dan di mana wanita itu terjatuh?” 

Si medium tidak tahu. Tetapi tiba-tiba Blenke pergi ke dapur mengambil sebuah ember dan menerangkan, “Ember ini yang ada di depan tempat tidur.”

Drost menyuruh Blenke bangun. Sang medium seperti biasa, ia tidak mengetahui apa yang telah terjadi. Blenke heran dan bertanya bagaimana ia sampai di rumah yang tidak dikenalnya ini. 

Komisaris Hildebrandt puas. la menulis protokol dan hari berikutnya pergi ke penjara, menemui Heese yang sudah ditahan. la menceritakan bagaimana semuanya terjadi, tanpa mengatakan dari mana ia mengetahui semua itu. 

Heese terkejut. Ia terus bertanya, “Dari mana Anda mengetahui semua itu?” 

Petugas menjawab, “Ya, Polisi mengetahui semuanya! Kini akuilah bahwa kejadiannya memang demikian.” 

Dengan terbata-bata keluarlah dari mulut si tertuduh, “Ya, memang begitulah kejadiannya.” 

2 hari sesudah pengakuan itu, waktu ia ditanyai lebih Ianjut oleh hakim, Heese menerangkan, “Kejadiannya memang demikian seperti yang diceritakan pada saya. Akan tetapi saya tidak melakukannya dengan penuh kesadaran, tetapi dalam keadaan tersihir.”

Ketepatan medium menujum sangat mengagumkan. Heese tidak mengetahui bahwa ia terjebak karena seorang penujum. Protokol tidak diperlihatkan kepadanya. Akan tetapi Heese mengaku telah berbuat demikian, tepat seperti yang dikatakan si medium. 

Pada mulanya Heese tidak mengaku bahwa ia mendorong kepala istrinya ke ember. Tetapi waktu dikatakan bahwa ia sendirilah yang memasukkan kepala istrinya ke dalam ember, bukan karena istrinya terjatuh di atasnya, ia akhirnya mengaku. Berapa lama ia memegang kepala istrinya di dalam ember, ia tidak bisa menceritakan lagi. Pada sidang pengadilan utama di Dessau, pengakuan di bagian ini tidak diulangi Heese, mungkin karena saran pembela. Tetapi ia mengaku melempar istrinya dari tempat tidur.

Heese diadili oleh hakim-hakim yang lunak. Pada tanggal 10 Juni 1921 ia dihukum 4 tahun penjara karena telah menganiaya dengan akibat kematian. Hak-hak sebagai seorang warga negara dicabut selama 5 tahun. Anehnya tertuduh dan jaksa tidak mau naik banding. Keputusan dijalankan.

Perkara Heese menimbulkan keheranan di seluruh Jerman. Wartawan Sling dari Vossischen Zeitung memberi judul: “Si Medium yang Detektif” pada pemberitaannya.

Drost menjadi terkenal, jauh sampai keluar perbatasan Bernburg dan Anhalt. Sejak saat itu ia kewalahan melayani permintaan agar menerangkan kejadian-kejadian kejahatan lewat para mediumnya. Bahwa para mediumnya mampu menujum dan juga kemampuan hipnosis Drost, dibeberkan di depan umum. Dr. Hellwig pada waktu itu menyatakan bahwa Drost seorang penipu.

Sebelumnya hipnosis ditertawakan ataupun tidak digunakan oleh para polisi, bahkan dilarang dilakukan di depan umum. Kemudian polisi dan kejaksaan datang ke Drost di Bernburg, untuk meminta bantuan mengungkapkan kejahatan kriminal yang besar-besar.

Malah koran Anhalter Generalanzeiger menulis “Agaknya bagi para penjahat kini zaman sudah memburuk. Sampai kini hipnosis memberikan hasil yang baik pada orang-orang atau saksi yang ikut tersangkut suatu kejahatan. Akan tetapi kejahatan yang berhasil diungkapkan dengan bantuan seorang lain (artinya seseorang yang tidak bersangkut paut dengan perkara) sebagai medium sampai kini belum ada. Keberhasilan Drost juga akan dicoba di tempat lain. Dengan demikian anjing polisi mendapat saingan besar.”

Perkara Danziger

Drost tidak bisa mengeluh kurang pekerjaan di samping pekerjaannya sebagai guru. Kini dibantu seorang medium saja tidak cukup. la memerlukan beberapa medium karena percobaan sangat melelahkan para medium. Sehingga medium hanya dapat bekerja sesudah beberapa waktu tertentu. Kini ia terutama menggunakan seorang gadis muda yang sederhana yang tampaknya seperti medium yang cakap. Ia adalah Marie Neumann.

Sejak perkara Heese, Drost melakukan banyak pekerjaan namun ia tidak pernah meminta honor. Ia hanya menerima hadiah-hadiah kecil-kecilan. Biasanya berbentuk makanan dan ini pun sesudah dilakukan percobaan. Ia hanya meminta sedikit uang untuk para mediumnya.

Pada tanggal 11 November 1922, datanglah Dr. Danziger kepada polisi di Ballenstedt untuk melaporkan pencurian yang terjadi malam sebelumnya di rumahnya. Pemeriksaan tadinya tidak memberikan hasil yang memuaskan. Pada tanggal 30 November, Drost atas permintaan polisi dengan medium utamanya Marie Neumann pergi ke Ballenstedt.

Sebelum memulai pemanggilan arwah, Drost beserta mediumnya melihat-lihat tempat masuk. Dari sana, pelaku bisa masuk ke dalam rumah dokter. Ia juga minta diperlihatkan kamar di mana terjadi pencurian.

Kemudian Drost memulai kerjanya. Dalam beberapa menit saja medium telah tidur.

Secara singkat, inilah yang diceritakan medium yang sedang tidur, yang dicatat oleh Polisi Soelter dan diberikan sebagai protokol pada atasannya:

“Si lelaki, yang hitam besar, berdiri di situ. Mencari uang. la mencari buku yang memungkinkannya untuk mengambil uang dari bank. Tetapi ia tidak menemukan apa-apa. Ia mencari jam, pinset, pensil, dan gunting. Dengan gunting ia membuka lemari, lalu mengambil pisau dan garpu. 

“Si hitam besar berusia 30 tahun. Yang seorang lagi bertopi warna terang, sepatu kerjanya sudah tua, kotor, jasnya berwarna gelap, dan celana bergaris. Mereka menginginkan lemak babi, sosis, dan daging. Yang seorang ingin masuk lewat jendela, mengambil kursi, tangga, dan melapisi tangga agar jangan terpeleset. 

“Ia mempunyai lampu. Ia masuk kamar duduk, ingin membuka lemari, tetapi ada buku. Ia mencari gelas kecil. Ia menyangka benda itu dari bahan perak bukan platina, padahal sebenarnya ia ingin platina. Jadi ia agak jengkel. Karena itu ia memecahkan sebuah tabung. Ia pergi ke sebuah lemari dan mengambil sebotol bisa dan morfin. Itu digunakan untuk membuat seorang lelaki dan seorang wanita tidak sadar. Tetapi si lelaki mempunyai revolver dan menembak. 

“Si lelaki tadi mencari martil dan gergaji. Ia ingin makan sosis, sosis hati. Si lelaki mencari perak di dalam lemari dan ingin membukanya. Lemari terkunci dan ia ingin menggergaji. Gergajinya tidak bisa dipakai. Ia memutuskan untuk mendongkrak tapi tidak menemukan bagian yang baik. Hanya ada piring dan gelas dalam lemari. Ia mengambil gelas dari perak. Ia ingin membawa jam, jam itu dari Amerika. Jamnya terlampau besar. Ia mengambil tas hijau, ia pergi ke dapur, mengambil pisau dan garpu dengan inisial. 

“Yang seorang lagi makan kue. Mereka makan tujuh butir telur, apel, dan mencari botol berisi anggur merah. Yang kedua berdiri dekat telepon dan berjaga-jaga. Ia tidak ikut ke dalam gudang bawah. Barang-barang itu tidak ada di sini lagi, di Hamborn atau Muenster. Si lelaki pergi terus ke Muenster, ke Belanda.”

Sesudah 1,5 jam, medium mulai mengucapkan perkataan-perkataan yang tidak begitu terang, sehingga percobaan dihentikan.

Apa yang dikatakan medium kemudian diakui garis besarnya oleh si pelaku yang lalu tertangkap. 

“Buku yang dimaksudkan medium ternyata buku cek Dr. Danziger, yang tadinya tidak disangka hilang. Kini sesudah percobaan dengan medium, ia memang melihat bahwa buku ceknya dicuri. Namun si pelaku tidak dapat berbuat apa-apa dengannya, karena cek tersebut tidak ditandatangani. 

Medium menyatakan bahwa barang-barang yang dicuri dibawa ke Muenster atau ke Hamboern. Memang si pelaku, seorang residivis ditangkap di Essen, mungkin dalam perjalanan ke Belanda. Ia menyatakan bahwa ia telah menjual barang curian di Braunschweig sebelum pergi ke arah Westfalen dan Belanda. Sampai-sampai jumlah telur benar seperti yang dikatakan oleh medium!

Apakah yang dikatakan medium itu benar-benar menyebabkan tertangkapnya si pelaku, belum diketahui. Polisi tidak mau mengungkapkannya. Yang mengherankan ialah bahwa medium telah melukiskan kejadian dengan benar dan diakui pula oleh si pelaku. Hanya itu yang relevan dari ramalan. Dari seorang yang mampu melakukan hipnosis dan mediumnya, tidak dapat diharapkan nama dan alamat penjahat yang sedang dalam pelarian. 

Bagi Drost, perkara Danziger itu suatu sukses besar yang menambah kemasyhurannya dan mengecilkan kebencian lawannya. Lawan-lawan sekelompok ahli hukum dan dokter-dokter yang tidak percaya pada telepati dan nujum. Tetapi ia juga mempunyai pengikut di antara ahli hukum dan dokter. Jumlahnya boleh dikatakan sama banyaknya dengan lawan, yang menunggu waktu untuk menjatuhkannya.

Perkara Raetzel 

Keberhasilan Drost yang menakjubkan itu sebenarnya juga membahayakan. Medium bisa saja salah. Ia dapat menujum, akan tetapi ia juga bisa salah “melihat”. Dalam hal itu mungkin saja seseorang yang tidak bersalah dikatakan bersalah oleh medium. Mungkin juga terjadi bahwa polisi, kejaksaan, dan pengadilan menerima “keterangan” berdasarkan “telepati kriminal” ini. Kemudian menghukum si pelaku tersangka.

Batas-batas berbahaya telepati kriminal ini harus disadari. Sama saja seperti setiap penemuan baru itu dapat digunakan untuk hal yang baik dan yang jelek, maka pengetahuan itu dapat digunakan untuk kebaikan dan keburukan.

Drost juga yakin bahwa medium bisa salah. Tetapi ia juga percaya dengan sepenuh hati akan kemungkinan-kemungkinan yang diberikan telepati.

Kemudian terjadilah suatu perkara yang pada mulanya seperti membuktikan keberhasilan Drost dan mediumnya. Tetapi akhirnya terbukti sebagai suatu kesalahan yang berbuntut panjang.

Pada tanggal 7 Januari 1924, penagih rekening uang Lutzemann datang ke tempat pemburu Raetzel di Aschersleben. Keduanya kolektor prangko dan anggota perkumpulan kolektor prangko. Raetzel memperlihatkan sebuah album penuh prangko Baden yang tua dan berharga. Kira-kira 2 jam sesudah Lutzemann pergi, Raetzel menyadari bahwa album itu hilang. la menyangka Lutzemann yang mengambilnya.

Sebelum melapor ke polisi, ia meminta Drost dan mediumnya Marie Neumann datang. Pada tanggal 15 Januari diadakan percobaan di kantor Raetzel. Pertama Drost dengan disaksikan oleh medium, bertanya apakah ini ruangan tempat album itu dicuri. Sesudah Raetzel mengiyakan, Drost melakukan hipnosis pada medium. 

Sesudah itu ia bertanya, “Apakah Anda melihat album yang dicuri?” 

“Ya, saya melihatnya. Dalam buku banyak gambar kecil-kecil aneka warna.” 

“Dari mana buku itu diambil? Apakah Anda melihat pelakunya?” 

“Buku diambil dari meja itu. Si pelaku mengambilnya dari belakang, dimasukkan ke dalam saku jasnya.” 

“Bagaimana rupa si pelaku?” 

“Umurnya kira-kira 30 tahun, tidak melakukan pekerjaan berat. Ia hanya berjalan-jalan saja.” 

“Apakah ada ciri-ciri istimewa pada si pelaku?” 

Sesudah agak lama medium menjawab, “Ya, lengan yang lemah.” Jawaban-jawaban itu tepat sekali menggambarkan penagih rekening Lutzemann. Ia itu selalu berjalan ke sana kemari menagih uang untuk perusahaannya. Dan memang lengannya yang satu cedera waktu perang.

Drost melanjutkan bertanya, “Di manakah kini album yang dicuri itu?” 

“Dijahit pada lapisan mantel si pelaku.”

Pada hari berikutnya, di rumah Lutzemann, dilakukan pemeriksaan rumah sesudah Raetzel melapor kepada polisi. Pemeriksaan tidak membawa hasil. Si tersangka yang kini sudah ditahan sementara, tidak mengaku meskipun diinterogasi selama 5 jam oleh polisi.

Dapat dimengerti bahwa Raetzel bingung. Di satu pihak ia sendiri menyangka bahwa Lutzemann itu si pelaku, yang juga dilukiskan dengan tepat oleh medium. Tetapi di sisi lain, ia tidak mau begitu saja menuduh seorang kenalan baik. Ia sekali lagi minta pertolongan Drost dan memintanya agar menanyai medium sekali lagi, di mana kini album itu berada. Mungkin dalam hal itu medium salah atau Lutzemann sudah memindahkan letak album.

Sebelum Drost dapat memenuhi permintaan Raetzel, album itu dikembalikan si pengambil. 

Raetzel menemukannya pada waktu ia pulang suatu Minggu malam. Album diletakkan di lantai gang. Sepertinya diselipkan di bawah pintu. 

Hal itu tidak banyak membantu Lutzemann. Meskipun ia dibebaskan, perkara diteruskan. Yang lebih memberatkan Lutzemann daripada keterangan medium adalah seorang lelaki bernama Kersten. Ia ini menerangkan bahwa pada tanggal 7 Januari, pada waktu pencurian, ia datang ke kantor Raetzel untuk membicarakan sesuatu. Lutzemann juga berada di situ. Sesudah beberapa waktu Raetzel harus pergi ke tokonya. Saksi Kersten ini mengatakan bahwa ia melihat Lutzemann dengan tangan kirinya memasukkan sebuah buku kecil ke dalam saku jasnya sebelah kanan. Karena buku kecil itu setengah terbuka, ia melihat dengan jelas, bahwa di dalamnya ada prangko-prangko.

Waktu Lutzemann dihadapkan pada Kersten, ia tidak mengaku bahwa ia mengambil album prangko. Ia menerangkan bahwa Kersten berdiri kurang lebih 1,5 meter darinya dan ia tidak memasukkan apa-apa ke sakunya. Ia hanya meletakkan contoh-contoh prangko di mapnya. Sesudah Raetzel kembali lagi dari toko ke kamar duduk, ia masih menanyakan beberapa hal tentang prangko yang ada di dalam album yang dimaksud, yang tentunya tidak akan dilakukan jika ia telah mencurinya.

Pada tanggal 24 Januari, Lutzemann didenda 100 mark. Lutzemann tidak menerima. Beberapa minggu kemudian dilakukan sidang di depan Pengadilan Aschersleben. Lutzemann masih saja tidak mengaku mencuri. Raetzel menyatakan bahwa ia kehilangan album itu kira-kira 2-3 jam sesudah Lutzemann pergi. 

Ia mengaku bahwa di kantornya dan di tokonya selalu saja ada orang-orang yang keluar masuk, juga pada hari-hari kejadian. Akan tetapi selain Lutzemann, di antara orang yang keluar masuk itu tidak ada yang pengumpul prangko. Saksi Kersten tetap menuduh saat dimintai keterangan. Ia melihat dengan nyata bahwa Lutzemann memasukkan album berisi prangko itu ke dalam saku jas. 

Berdasarkan tuduhan-tuduhan tersebut, Lutzemann dianggap bersalah. Tentu saja pengadilan tidak mau mengakui pernyataan medium dengan resmi. Sampai di mana percobaan dengan medium yang juga dikabarkan oleh media massa itu memengaruhi keputusan, tidak diterangkan lebih lanjut.

Dalam sebuah surat kepada kejaksaan, Lutzemann protes keras. Ia tidak bersalah. Karena ditahan dan diadakan pemeriksaan di rumahnya, kehormatannya di masyarakat rusak. Ia naik banding. Akan tetapi pengadilan tidak menerimanya dan pada tanggal 9 April 1924, keputusan tetap dijalankan. Dalam keputusan disebutkan bahwa pengadilan yakin jika Lutzeman telah tergoda oleh “nafsu pengumpul”. Juga karena kesempatan yang baik untuk mengambil buku berisi prangko itu. 

5 minggu sesudah keputusan dijalankan, maka si penagih rekening dipecat oleh jawatan kereta api di mana ia bekerja.

Bahwa keputusan pengadilan mengenai Lutzemann itu keputusan yang salah, tidak pernah dikatakan atau dibuktikan lagi. Pencuri sebetulnya tidak diketahui. Akan tetapi sebenarnya bukti-bukti yang dijadikan dasar keputusan oleh pengadilan tidak mencukupi. Jadi paling banter, Lutzemann harus dibebaskan dari tuduhan karena kekurangan bukti.

Daya upaya pembelanya, yang dalam hal ini mendapat bantuan sepenuhnya dari Dr. Hellwig, baru berhasil 2 tahun kemudian. Saat itu perkara dibuka kembali. Pada tanggal 2 Juli 1926 sidang dibuka oleh pengadilan di Halberstadt. Sekali ini Lutzemann dibebaskan. la mendapat pekerjaannya yang lama pada jawatan kereta api dan dianggap sudah direhabilitasi sepenuhnya, meskipun si pencuri sebetulnya tidak pernah ditemukan.

Para ahli hukum dan dokter melibatkan diri dalam perkara Lutzemann, bukan semata-mata untuk membela si penagih rekening saja. Para ahli dan media massa, terutama lawan Drost yang lama yaitu Dr. Hellwig. Mereka menganggap perkara Raetzel sebagai salah satu bukti Drost dan pekerjaannya yaitu memakai telepati dalam mengungkapkan kejahatan-kejahatan. 

Jadi tidak hanya karena si Lutzemann, akan tetapi sebagai serangan terhadap Drost, maka perkara Raetzel dibesar-besarkan. Kejaksaan yang bekerja sama dengan Dr. Hellwig dalam perkara ini ingin membuktikan bahwa Drost bermaksud menipu dengan cara-cara amatir.

Di dalam surat tuduhan terhadap Drost tanggal 24 November 1924 dikatakan bahwa keterangan medium dalam perkara Raetzel bukanlah suatu bukti kemampuan menujum. Justru kemungkinan besar keterangan-keterangan itu membingungkan sehingga Lutzemann yang tidak bersalah dijatuhi hukuman.

Katanya Drost sebelum melakukan percobaan telah diberi keterangan yang mendetail dari pihak Nyonya Raetzel. Jika keterangan medium benar, maka itu hanya disebabkan karena Drost mampu membaca pikiran orang lain. Raetzel pada waktu percobaan itu juga hadir dan mengetahui jalan peristiwa pada waktu itu. la hanya tidak mengetahui siapa yang mengambil album.

Pada waktu sidang utama, semua saksi yang diinginkan Dr. Hellwig datang; suami istri Raetzel, Kersten, dan Lutzemann. Yang sangat menarik perhatian adalah pemeriksaan terhadap Lutzemann, yang dalam perkara melawan Drost ini bukan menjadi tertuduh, akan tetapi saksi yang disumpah. 

Menurut pendapat Dr. Hellwig, Lutzemann orang yang sopan dan tidak ada seorang pun di dalam ruangan sidang yang tidak yakin bahwa Lutzemann diadili dengan salah. Pada waktu sidang berjalan, sebenarnya Lutzemann masih dihukum dan ia menganggap pemecatnya merupakan malapetaka. Peranannya sebagai saksi terhadap Drost ini banyak membantu dalam mendapatkan persidangan ulang bagi perkaranya, meskipun ini baru terjadi 2 tahun sesudahnya.

Kini masih tinggal pertanyaan: apakah telepati itu dan apakah kemampuan menujum?

Kata sementara orang, para okultis kadang-kadang mampu mendapatkan pengetahuan ataupun keterangan lewat jalan lain, di luar daya tangkap kelima indra yang sudah kita kenal. Jalan-jalan atau cara-cara ini sering dinamakan “di atas sadar”. Apakah orang percaya pada hal itu atau tidak merupakan persoalan lain.

Yang dikatakan telepati adalah jika lewat keadaan “di atas sadar” diteruskan suatu pengetahuan yang diketahui juga oleh orang lain, menujum adalah mampu mendapatkan keterangan dengan jalan “di atas sadar” yang tidak diketahui orang-orang lain.

Pada waktu Drost mengadakan percobaan, biasanya kedua hal itu terjadi bersamaan. Sering para medium hanya memberi tahu fakta-fakta yang diketahui seseorang yang berada di dalam ruangan, misalnya diketahui Drost sendiri ataupun orang yang meminta bantuan. Dalam hal itu terjadi telepati, jadi yang dipikirkan seseorang yang hadir diberikan pada medium, dengan aliran yang tidak terlihat. Sang medium hanya mengatakan apa yang dipikirkan oleh yang lain. Tetapi seringkali medium mengatakan hal-hal yang tidak dapat diketahui oleh seorang pun yang hadir di situ. Misalnya ciri-ciri si pelaku yang belum dikenal, jalan pelariannya, di mana ia menyembunyikan barang curian dan sebagainya. Dalam hal ini telah terjadi penujuman.

Apakah pendapat para cendekiawan terhadap telepati dan penujuman?

Kebanyakan cendekiawan mengakui telepati. Semua kita sudah pernah mengalami “pemindahan” pemikiran dari orang lain pada diri kita. Penujuman atau kemampuan melihat lebih jauh tidak diakui oleh ilmiah resmi. Para cendekiawan terkenal seperti Dessoir, Moll, Baerwaldt, Hellwig, berpendapat bahwa tidak ada satu kasus penujuman pun yang dapat dibuktikan benar 100 persen. Sedangkan seorang cendekiawan yang terkenal sebagai Schrenk-Notzing, yang bertahun-tahun percaya pada penujuman dan bekerja dengan para medium, menurut ilmiah resmi ditipu oleh para penipu. Maka itu para cendekiawan yang menganggap penujuman itu sebagai suatu penipuan, melakukan perlawanan terhadap Drost dan para mediumnya.

Apakah kita masing-masing percaya pada penujuman atau tidak, harus dijawab oleh kita masing-masing. Perkara Drost hanya dapat membuktikan bahwa Drost bukanlah seorang penipu. Ini semua hanyalah soal kepercayaan dan bukan soal pengetahuan.

Apakah Marie Neumann itu benar-benar dapat menujum, hanya penting dalam perkara Drost, si guru di Bernburg. Kebanyakan mereka yang tersangkut perkara-perkara ini sudah meninggal. Akan tetapi teka-teki jiwa manusia itu tetap saja ada. Inti sari kedalaman jiwa seseorang tidak atau belum dijelaskan.

Siapakah Drost?

Pada tanggal 22 Maret 1924, guru sekolah dasar di Bernburg, bernama August Drost ditahan. la adalah seorang guru yang pendiam, tidak pernah membuat kesalahan hukum dan seorang katolik yang taat. Di samping pekerjaannya sebagai guru, Drost mempelajari okultisme, hipnosis, telepati, dan menujum sejak kecil.

Kini Kejaksaan Bernburg menuduh guru Drost melakukan penipuan kriminal lewat telepati. Ia tidak mau melarikan diri ataupun membalikkan kenyataan. Yang dipakai sebagai tuduhan terhadap guru Drost adalah penuduhan penipuan dari beberapa kalangan, yang telah memintanya untuk membantu dengan pertolongan para mediumnya. Maka atas dasar itulah kejaksaan melakukan pemeriksaan dan penahanan.

Bagaimana bisa terjadi, seorang warga kota pendiam serta hidup tenang dapat masuk dalam keruwetan peradilan. Sangat mudah! Ia mempunyai musuh-musuh yang kuat. Musuh-musuhnya itu ingin membasmi okultisme sampai ke akar-akarnya dengan menyingkirkan si guru, sehingga orang tidak akan menaruh kepercayaan lagi padanya.

Perkara Heese, Danziger, dan Raetzel adalah contoh-contoh yang khas sebagai percobaan Drost dalam hal penujuman.

Banyak perkara lagi, yang pada waktu persidangan dibicarakan sebagai bukti melawan Drost adalah perkara-perkara rutin yang dikumpulkan oleh polisi dan kejaksaan. Misalnya ada seorang perempuan yang kehilangan kunci dapurnya, seorang penyanyi kor di gereja dicuri mantelnya, dan seorang lagi ada kecurian pakaian waktu dijemur di rumah. Akan tetapi bukan itu saja, beberapa perkara pembunuhan atau membunuh dengan tak disengaja, perkara membakar, berusaha dipecahkan Drost dengan cara menujum. Itu dilakukan atas permintaan para petugas, tetapi biasanya tidak ada hasil yang memuaskan.

Baru sekali itu negara, melalui jawatan kejaksaannya, telah menyeret hal yang peka seperti hipnosis ke muka umum. Kejaksaan juga menuduh seseorang yang karena hakim yang adil kemudian tidak berhasil dihukum. Namun orang yang dimintai bantuan akhirnya menjadi tertuduh.

Keputusan Pengadilan Bernburg, salah satu jawatan yang objektif dan dapat di percaya dalam perkara Drost, mengatakan bahwa si tertuduh sudah bertahun-tahun telah menyembuhkan orang-orang sakit dengan jalan magnetis hipnotis. Drost, seorang yang terhormat di Bernburg dan sekitarnya, juga memberi kuliah-kuliah eksperimental tentang hipnotisme. Semua itu dilakukan tanpa meminta bayaran. Ia hanya ingin menyembuhkan orang-orang yang menderita dengan kekuatan batin dan kekuatan magnetisme yang ia miliki.

Bahwa Drost itu seorang yang mampu melakukan hipnosis dengan baik, dikatakan juga oleh ahli Profesor Heyse di dalam sidang. Drost adalah seorang autodidak, seorang yang belajar sendiri. Ini ia akui. Sejak remaja ia membaca buku tentang hipnosis, telepati, dan penujuman. Saat itu ia merasa kekuatan yang ada di dalamnya dan percaya betul akan adanya hal-hal yang lebih dari normal. 

Akan tetapi Drost tidak hanya menyembuhkan orang-orang sakit saja, ia percaya bahwa ia dapat memecahkan persoalan-persoalan yang bersangkutan dengan hukum. 4 tahun sebelum persidangan dan ditahan atas tuduhan menipu, ia melakukan percobaan pertama di bidang ini.

Apakah yang dikerjakan Drost pada perkara ini dan perkara-perkara lainnya? Ia tampil atas permintaan dengan medium. Mula-mula dengan si pekerja Blenke, kemudian Marie Neumann yang sempurna sekali digunakan sebagai medium. Keduanya adalah orang-orang yang primitif, hampir tidak bisa menulis bahasa Jerman yang baik dan tampaknya dapat dipermainkan oleh Drost menurut kemauannya yang keras.

Sebelum ia menidurkan medium, Drost selalu memberi tahu tentang tempat dan waktu (dilakukannya pembunuhan, pencurian, atau pembakaran). Ia kemudian bertanya, jika mereka dalam keadaan “dapat melihat apa yang terjadi”, bagaimana kejadiannya membawa kabur barang, tentang nama, dan rupa si pelaku. Kemudian dengan cara pandangan dan isyarat, ia membuat medium berada dalam keadaan tidak sadar. Sejak tahun 1920 hingga penahanannya bulan April 1924, Drost melakukan beberapa percobaan penujuman dengan berbagai medium-medium, terutama dengan Marie Neumann.

Sebagaimana dikatakan dalam keputusan pembebasan, maka Drost telah melakukan pekerjaannya atau kegiatannya dalam rangka ilmiah. Ia juga melakukannya dengan kepercayaan bahwa medium yang dipakainya benar-benar pula dapat menujum. 

Dalam perkara Drost terutama diperbincangkan dua hal. Apakah Drost itu memang benar-benar percaya akan kemampuan medium-mediumnya, meskipun ia mengetahui bahwa mereka itu kadang-kadang salah atau tidak tepat menujum? Ataukah ia kemudian sesudah beberapa kesalahan yang dikerjakan oleh para medium, tidak percaya lagi akan kemampuan mereka? Kedua, apakah Drost telah menerima uang atau barang-barang dari para klien, meskipun ia mengetahui bahwa para mediumnya tidak mampu menujum?

Tuduhan didasarkan pada kedua hal tadi dan juga dipakai oleh ahli yang terang-terang melawan Drost, yakni Dr. Hellwig. Andai kata dalam proses terbukti apa yang dituduh itu benar, yakni bahwa memang para medium yang dipakai sama sekali tidak bisa menujum sehingga keterangan mereka tidak berguna. Selanjutnya jika Drost mengetahui hal itu tapi mengatakan pada klien jika mereka mampu menujum dan ia menerima pembayaran, maka tuduhan dapat dapat dibuktikan dan Drost bisa dihukum.

Tetapi kedua hal tidak terbuktikan di dalam proses. Drost, menurut keterangan pengadilan, ialah seorang yang mudah percaya pada sesamanya. Ia juga tidak pernah meminta sesuatu pada kliennya. Oleh karena itu, ia dibebaskan tuduhan.

Hal lekas percaya pada sesama ini sangat penting bagi kelanjutan proses. Andai kata Drost memang seseorang yang lekas percaya, maka ia dapat juga menerima uang dari para klien, tanpa disangka ia itu seorang penipu. Dan jika ia orang yang tidak segera percaya perkataan orang, maka ia dapat dihukum, mesti ia hanya menerima hadiah kecil-kecilan saja.

Yang sudah terbukti ialah bahwa Drost setiap kali sebelum melakukan percobaan menyatakan bahwa percobaan itu dapat berhasil ataupun gagal, ia sendiri tidak mengetahui. Maka tuduhan telah memakai pernyataan hati-hati si tertuduh ini sebagai bukti bahwa Drost sendiri tidak percaya akan kemampuan para mediumnya.

Tetapi di dalam keputusan pengadilan dikatakan dengan nyata bahwa si tertuduh mengetahui dan menyadari bahwa suatu keberhasilan medial itu adalah diluar kemampuan sang medium dan yang memerintahkan hipnosis. 

Jaksa berpendapat jika sebenarnya Drost sesudah tidak berhasil beberapa kali dengan para mediumnya, seharusnya kehilangan kepercayaan terhadap para mediumnya. Dan dari titik tolak inilah dimulai penipuannya. Tetapi pengadilan malah mengatakan bahwa Drost tidak ditakutkan oleh ketidakberhasilan yang berkali-kali, sebab karena keberhasilan yang kemudian ada, kepercayaannya pada kemampuan para medium justru makin diperkuat.

Juga para ahli yang paling ketat pun berpendapat bahwa para medium, terutama Marie Neumann dan Blenke, mempunyai kemampuan menujum yang kuat. Pengadilan mengakui itu dan tidak menganggap Drost itu penipu. Oleh karena itu, ia dibebaskan tuduhan tetapi diberi peringatan. 

Para hakim di Bernburg yakin bahwa sidang telah membantu masyarakat luas yang menyerahkan diri pada si tertuduh dan para mediumnya, untuk mengungkapkan kejahatan.

Masyarakat luas? Ah ya! Tetapi sebenarnya polisilah yang telah meminta pertolongan pada Drost untuk menerangkan suatu kejadian kriminal. Dan bukanlah sebenarnya polisi itu merupakan wewenang kejaksaan? Polisi adalah jawatan yang membantunya, lengan yang mengerjakan apa yang diperintahkan?

Keputusan terdiri dari dua kalimat. Tertuduh dibebaskan dari segala tuduhan. Segala biaya perkara ditanggung kas negara. Tetapi ia sudah dipecat dari sekolahnya sejak ditahan dan di kota kecil di mana dia tinggal ia tetap tak disukai.

(AFP)

Baca Juga: Pembunuhan Waktu Dini Hari

 

" ["url"]=> string(78) "https://plus.intisari.grid.id/read/553760920/yang-salah-polisi-atau-ahli-nujum" } ["sort"]=> array(1) { [0]=> int(1685096876000) } } [1]=> object(stdClass)#57 (6) { ["_index"]=> string(7) "article" ["_type"]=> string(4) "data" ["_id"]=> string(7) "3399952" ["_score"]=> NULL ["_source"]=> object(stdClass)#58 (9) { ["thumb_url"]=> string(113) "https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/750x500/photo/2022/08/03/benarkah-hipnosis-itu-ada_cotton-20220803055051.jpg" ["author"]=> array(1) { [0]=> object(stdClass)#59 (7) { ["twitter"]=> string(0) "" ["profile"]=> string(0) "" ["facebook"]=> string(0) "" ["name"]=> string(13) "Intisari Plus" ["photo"]=> string(0) "" ["id"]=> int(9347) ["email"]=> string(22) "plusintisari@gmail.com" } } ["description"]=> string(147) "Hipnosis itu dunia yang menarik banyak perhatian. Di satu sisi hipnosis memiliki pengikut yang loyal, di sisi lain juga punya pengritik yang keras." ["section"]=> object(stdClass)#60 (7) { ["parent"]=> NULL ["name"]=> string(7) "Misteri" ["description"]=> string(0) "" ["alias"]=> string(7) "mystery" ["id"]=> int(1368) ["keyword"]=> string(0) "" ["title"]=> string(23) "Intisari Plus - Misteri" } ["photo_url"]=> string(113) "https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/945x630/photo/2022/08/03/benarkah-hipnosis-itu-ada_cotton-20220803055051.jpg" ["title"]=> string(26) "Benarkah Hipnosis Itu Ada?" ["published_date"]=> string(19) "2022-08-03 17:51:04" ["content"]=> string(7143) "

Intisari Plus - Seperti halnya astrologi, hipnosis itu dunia yang menarik banyak perhatian. Di satu sisi hipnosis memiliki pengikut yang loyal, di sisi lain juga punya pengritik yang keras. Sebagian orang percaya bahwa hipnosis itu ilmu kuno, tapi para pengritik tidak sependapat. Bagi mereka hipnosis hanyalah sekadar sesuatu yang memalukan. Lantas apa itu hipnosis? Bagaimana para dokter melakukan operasi tanpa memberi pemati rasa pada pasien? Apakah itu karena hipnosis? Apa sesungguhnya hipotesis yang melahirkan banyak kontroversi itu?

-------------------------------

Seorang penderita depresi mengunjungi seorang ahli hipnoterapi. Dokter itu mendengarkan keluh-kesah si  pasien dengan penuh perhatian. Sambil mendengarkan, dokter itu terus-menerus menatap mata si pasien. Setelah menceritakan kehidupannya secara detail, pasien itu masuk ke alam lain. la menjadi boneka di lingkungannya. la tidak lagi didera rasa sakit dan kepedihan akibat depresi. Akan tetapi keadaan itu tidak berlangsung lama, sebab dokter ahli hipnoterapi itu membawanya kembali masuk ke dunia nyata.

Pasien itu pulang ke rumah, tapi tidak lama. Bolak-balik berkunjung ke dokter lantas menjadi hal yang rutin dalam kehidupannya.

Popularitas hipnosis mencapai puncaknya pada abad XX. Di akhir 1920-an berbagai operasi dilakukan tanpa pemberian pemati rasa pada pasien. Seorang dokter Prancis, A. A. Liebeault, mencoba menerapkan hipnoterapi pada para pasiennya. Eksperimennya berhasil sehingga hipnoterapi lantas dimasukkan sebagai bagian dari perawatan rutin rumah sakit.

Akan tetapi, mereka yang skeptis tidak percaya bahwa ada ilmu semacam hipnoterapi. Menurut mereka, hipnoterapi itu tidak lain sesuatu yang berkaitan dengan histeria (kegembiraan tak terkendali—Red.). Para dokter pun lantas menjauhi hipnosis.

Akan tetapi pada pertengahan abad XX hipnosis kembali menarik perhatian besar. la menjadi bahan studi yang serius. Berbagai buku ditulis dan acara teve dibuat. Hipnosis yang semula berada di wilayah abu-abu kemudian masuk ke wilayah yang lebih terang. Dua buah buku yang punya pengaruh besar, yaitu More Lives Than One yang ditulis oleh Jeffrey Iverson, seorang produser BBC, dan Encounters With The Past karya Peter Moss.

Eksperimen paling terkenal dilakukan oleh mendiang Arnall Bloxham. Ia melakukan regresi (membawa kondisi pikiran ke masa lalu) terhadap Jane Evans, seorang ibu rumah tangga, di Cardiff. Ketika regresi berlangsung, Jane Evans menjadi Rebecca, seorang wanita di abad XII, di Jevess. Di bawah pengaruh hipnosis, ia mengisahkan kehidupannya secara rinci. Ia bahkan memberikan gambaran tentang ruang bawah tanah sebuah gereja dan pembantaian terhadap orang Yahudi. Gambaran yang disampaikannya itu ternyata seratus persen akurat.

Hipnotisme bukan hanya diujicobakan pada manusia, melainkan juga pada binatang. Contoh klasik tentang hal ini yaitu hipnosis yang diujicobakan pada seekor ayam. Paruh ayam itu dipaksa mengikuti sebuah garis yang digoreskan dengan kapur tulis. Selama masih di bawah pengaruh hipnosis, ayam itu merasa paruhnya tidak bisa lepas dari garis itu. Para pengkritik pun sampai heran melihat besarnya pengaruh kekuatan hipnosis.

Pihak kepolisian juga mengambil manfaat dari hipnosis. Deskripsi atau gambaran yang diberikan oleh orang yang berada di bawah pengaruh hipnosis begitu akurat sehingga polisi memanfaatkan metode ini dalam upaya memburu pelaku tindak kejahatan. Ada kasus tentang seorang gadis Israel yang telah diperkosa secara biadab, tapi sayang gadis itu lupa siapa pelakunya. Namun, ketika dihipnosis, gadis itu memberikan gambaran yang nyata sekali tentang si pelaku. Berdasarkan gambaran yang dibuat oleh si korban di bawah pengaruh hipnosis, polisi berhasil menangkap pelaku perkosaan dan menghukumnya.

Beberapa puluh tahun lalu, hipnosis juga dimanfaatkan oleh para atlet seperti Bob Willis (peboling), Roslaine Few (juara loncat tinggi di awal tahun 1970-an), dan Arthur Ashe (bintang tenis). Mereka memetik manfaat hipnosis untuk membuat mereka dapat menampilkan kemampuan terbaik mereka dalam setiap pertandingan.

Meski demikian, masih banyak peneliti maupun ilmuwan yang tidak sependapat dengan konsep hipnosis. Menurut mereka, hipnosis itu tidak ada. Karena para pendukung hipnosis itu sendiri tidak memahami bagaimana mekanisme "mantera" hipnosis itu bekerja, pertanyaan mereka yang tidak percaya pada hipnosis tetap tak terjawab.

Memang benar bahwa operasi tanpa pemati rasa yang dilakukan di bawah pengaruh hipnosis tidak menimbulkan rasa sakit pada pasien. Begitu juga dengan berbagai misteri pembunuhan maupun perkosaan dapat dibongkar berkat peranan hipnosis. Para pasien juga disembuhkan dari trauma dan penderitaan mereka yang tak terperi. 

Bagaimana fakta-fakta seperti itu bisa terjadi, tak seorang pun tahu. Kabut misteri masih menyelimuti eksperimen terhadap hipnosis.

 

Kasus Aneh Hipnotisme

Tahun 1976, sejumlah orang di Prancis mengeluh menderita insomnia (gangguan susah tidur). Mereka lalu mengunjungi Jacquy Nuguet, seorang ahli hipnoterapi. Nuguet melakukan keajaiban di bawah pengawasan medis. Seluruh pasiennya ia bawa masuk ke dalam kondisi tidur. Mereka tidur terus-menerus selama 10 hari dan hanya bangun sejenak untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari serta minum jus jeruk. Percobaan itu berhasil. Semua pasien sembuh dari insomnia. Namun, para pakar kedokteran tidak dapat menjelaskan eksperimen ini.

Akhirnya, kita hanya dapat berucap, "Kenyataan yang tidak bisa diperdebatkan yaitu bahwa ada kondisi pikiran (mind) yang dapat disebabkan oleh bermacam-macam teknik atau cara di mana sejumlah orang menikmati kemampuan dan kecakapan yang luar biasa." ... "Sejumlah orang juga menjadi sangat mudah dipengaruhi oleh orang lain—meruntuhkan pertahanan diri yang seharusnya justru dibangun ...."

(Nukilan buku Intisari Seri Kisah Misteri 24 Misteri Aneh di Dunia Oleh Geeta Lal Sah) 

 

" ["url"]=> string(70) "https://plus.intisari.grid.id/read/553399952/benarkah-hipnosis-itu-ada" } ["sort"]=> array(1) { [0]=> int(1659549064000) } } }