array(1) {
  [0]=>
  object(stdClass)#49 (6) {
    ["_index"]=>
    string(7) "article"
    ["_type"]=>
    string(4) "data"
    ["_id"]=>
    string(7) "3256240"
    ["_score"]=>
    NULL
    ["_source"]=>
    object(stdClass)#50 (9) {
      ["thumb_url"]=>
      string(113) "https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/750x500/photo/2022/04/26/02-01-pak-pos-hilang-tak-berbeka-20220426051932.jpg"
      ["author"]=>
      array(1) {
        [0]=>
        object(stdClass)#51 (7) {
          ["twitter"]=>
          string(0) ""
          ["profile"]=>
          string(0) ""
          ["facebook"]=>
          string(0) ""
          ["name"]=>
          string(13) "Intisari Plus"
          ["photo"]=>
          string(0) ""
          ["id"]=>
          int(9347)
          ["email"]=>
          string(22) "plusintisari@gmail.com"
        }
      }
      ["description"]=>
      string(123) "Seorang pengantar pos dinyatakan hilang, begitu juga saat kepala pos menggantinya dengan pegawai baru, ia pun turut hilang."
      ["section"]=>
      object(stdClass)#52 (7) {
        ["parent"]=>
        NULL
        ["name"]=>
        string(8) "Kriminal"
        ["description"]=>
        string(0) ""
        ["alias"]=>
        string(5) "crime"
        ["id"]=>
        int(1369)
        ["keyword"]=>
        string(0) ""
        ["title"]=>
        string(24) "Intisari Plus - Kriminal"
      }
      ["photo_url"]=>
      string(113) "https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/945x630/photo/2022/04/26/02-01-pak-pos-hilang-tak-berbeka-20220426051932.jpg"
      ["title"]=>
      string(27) "Pak Pos Hilang Tak Berbekas"
      ["published_date"]=>
      string(19) "2022-04-26 17:20:25"
      ["content"]=>
      string(20400) "

Intisari Plus - Seorang pengantar pos dinyatakan hilang, begitu juga saat kepala pos menggantinya dengan pegawai baru, ia pun turut hilang, sebelum akhirnya ditemukan dalam karton besar di tempat sampah berupa potongan-potongan mutilasi.

-----------------------

Hari Jumat, bulan Januari 1974, Roman Rauch yang berumur 54 tahun lenyap seperti ditelan bumi. la karyawan pos di Kota Gras, Austria. Kerjanya mengantar-antarkan uang.

Di Austria memang ada dua macam tukang pos. Ada yang cuma mengantarkan surat, ada pula yang cuma mengantarkan uang: uang pensiun, uang hasil menang lotre, uang kiriman dari saudara, dan macam-macam lagi. Jadi, petugas kantor pos seperti Rauch membawa banyak uang di tasnya. la mendatangi daerah paling miskin sampai yang paling kaya. Roman Rauch sudah lama sekali menjadi pengantar uang. Selama itu ia tidak pernah dirampok.

Ia senang dengan pekerjaannya. "Aku selalu diterima dengan wajah berseri-seri," katanya kepada istri dan teman-temannya. "Semua orang senang kalau pengantar uang datang."

Pukul 11.30 mestinya Rauch sudah kembali ke kantor pos. Ketika ia belum muncul juga lewat tengah hari, atasannya was-was dan melapor kepada polisi. Soalnya, atasannya takut karyawannya itu dirampok atau siapa tahu khilaf dan melarikan diri karena tergoda uang yang dibawanya.

 

Seperti disihir

Inspektur Arnold Kirschner dan asistennya, Sersan Detektif Joachim Bukovsky, sedang makan siang di warung dekat kantor polisi. Begitu seorang bawahannya menyampaikan laporan, kedua orang itu segera bangkit meninggalkan makanannya tanpa membayar. Pemilik restoran sudah biasa mengalami hal seperti itu. la tahu mereka buru-buru. Besok pasti mereka membayar utang mereka.

Kepala kantor pos sudah menunggu. la menyiapkan rute yang harus ditempuh oleh Rauch pagi itu. Orang-orang harus menerima kiriman uang hari itu pun sudah ia teleponi. Cuma ada enam orang yang tidak bisa dihubungi, sebab mereka tidak memiliki pesawat telepon. Keenam-enamnya pensiunan.

"Rauch terakhir diketahui muncul mengantarkan uang ke rumah Johann Fiedler kira-kira pukul 10.00," kata kepala kantor pos. Mestinya ia sudah tiba ke rumah Ny. Catherine Grobius sekitar pukul 10.45. Namun menurut Ny. Grobius yang saya tanyai lewat telepon, Rauch tidak muncul. Di antara rumah Fiedler dan Grobius terdapat rumah enam pensiunan yang tidak memiliki telepon.

"Berapa banyak Rauch membawa uang," tanya Inspektur.

"Setelah meninggalkan Fiedler, uangnya mestinya tersisa senilai 1.642 dolar 12 sen," jawab kepala kantor pos itu. "Entah berapa yang sempat ia antarkan kemudian."

Inspektur meminta bawahannya memanggil enam anak buah dari kantor polisi untuk mengecek tempat terakhir yang dikunjungi Rauch dan tempat pertama agar daerah sekitar dua tempat itu diperiksa dengan cermat.

Sersan detektif yang kurus, berwajah serius, dan berambut pirang itu segera keluar menelepon ke markas besar dan mobil polisi. Sejam kemudian ia melapor kepada Inspektur.

"Daerah itu penuh toko," katanya. "Rauch membayar 102 dolar kepada Simon Landauer di Jl. Buelow kira-kira pukul 10.12. Mestinya ia tiba di rumah Leon Preis kira-kira pukul 10.20 untuk mengantar uang 106 dolar 34 sen, tetapi ia tidak muncul. Jadi, ia hilang di antara dua tempat itu. Kalau ia mengambil jalan terdekat, mestinya ia melewati Jl. Schoenau yang berupa deretan toko. Tidak ada sebuah gang pun untuk melenyapkan diri."

"Mungkinkah Landauer atau Preis agak ... serakah?" tanya Inspektur.

"Serakah sih bisa saja, Pak. Tetapi rasanya mereka tidak bakal mampu meringkus Rauch. Landauer umurnya 84 dan Preis 76 serta hampir buta. Mencapai pintu rumah saja mereka harus bersusah payah."

"Aneh. Bagaimana mungkin seorang pengantar pos berseragam bisa tiba-tiba menghilang di tengah jalan ramai yang dipagari toko seperti Jl. Schoenau? Apakah ada orang yang melihatnya lewat di jalan itu?"

Bawahannya menggelengkan kepala.

"Kita juga tidak bakal memperhatikannya, Pak. Soalnya, seorang tukang pos sudah dianggap sebagai bagian dari jalan, seperti halnya tiang listrik atau tempat sampah. Paling-paling yang menyadari kehadirannya cuma orang yang kenal secara pribadi dengannya."

"Ia sering mengantarkan uang ke jalan itu?"

"Jarang. Tempat bisnis itu biasanya melakukan transaksi lewat bank. Menurut kepala kantor pos, pengantaran uang terakhir oleh petugas pos ke jalan itu terjadi enam bulan yang lalu."

"Kalau begitu cari terus. Mana mungkin tukang pos segemuk itu bisa lenyap begitu saja. Ia mesti berada di sekitar tempat itu, hidup ataupun mati."

Polisi ternyata tidak sanggup menemukan Rauch, walaupun tempat itu seperti disisiri. Setiap rumah didatangi, diperiksa sampai ke para-paranya.

 

Pak Inspektur tercengang

Terpaksalah kepala kantor pos mempekerjakan karyawan baru untuk melayani rute tersebut. Mereka memilih seorang pemuda berumur 20 tahun yang belum lama bekerja di sana. Namanya Gerhart Rosenberg.

Sementara itu Sersan Detektif Bukovsky tetap penasaran.

"Mustahil ia masih ada di sana. Kami memeriksa setiap rumah, bahkan lemari-lemari pun kami buka. Mungkin saja ia kabur membawa sisa uang yang mesti ia antarkan. Lumayan kan uang 1.500 dolar. Pada saat kita susah-susah mencarinya, siapa tahu ia sedang enak-enakan ditemani gadis-gadis cantik Pantai Riviera."

"Mana mungkin dengan uang hanya 1.500 dolar. Di bank tabungan ia memiliki 5.000 dolar dan uang itu tetap utuh. Kalau ia mau berbuat yang bukan-bukan ‘kan uang itu enaknya ia bawa sekalian," jawabnya.

Inspektur Detektif Kirschner yakin Rauch masih tetap berada di sekitar tempat ia menghilang. Ia menduga Rauch sudah tewas, dibunuh orang yang menginginkan uang yang dibawanya.

"Namun, Pak, kita memeriksa tempat itu dengan cermat tiga jam setelah ia mendatangi Landauer. Mana mungkin pembunuhnya keburu menyingkirkan mayatnya begitu cepat? Atau mungkin pembunuhnya sopir truk atau pengantar barang yang membawa pikup tertutup. Si pembunuh mengajaknya menumpang, lalu membunuhnya dan membawa mayatnya ke tempat lain."

"Ini berarti Rauch kenal baik dengannya dan percaya kepadanya. Soalnya, ia 'kan tukang pos yang berpengalaman. Mustahil ia mau diajak menumpang oleh orang asing pada saat membawa uang dinas."

Polisi pun meneliti sanak keluarga Rauch, teman-teman dekatnya, juga rekan-rekan sekerjanya. Rauch meninggalkan seorang istri dan dua anak yang sudah dewasa. Anak-anak itu tidak tinggal bersamanya.

Bulan Januari berlalu, disusul Februari dan kemudian Maret. Polisi masih juga tidak berputus asa. Tahu-tahu tanggal 1 April Gerhart Rosenberg, pemuda yang menggantikan Rauch, lenyap pula! Saat itu ia membawa 7.600 dolar.

Inspektur Detektif Kirschner benar-benar tercengang, sebab cara Rosenberg menghilang sama betul dengan pendahulunya. Ia terakhir mengantarkan uang ke rumah Landauer, tetapi tidak pernah muncul di rumah Preis.

 

Para pensiunan protes

Polisi tahu mereka harus bertindak dengan cepat dan tepat. Pasti ada orang yang merampok dan membunuh pengantar uang. Kalau dua kali pengantar uang hilang tak berbekas, berarti mereka akan mengundang lebih banyak orang melakukan kejahatan serupa. Padahal berapa juta orang yang tergantung hidupnya dari uang antaran si tukang pos di negara itu?

Sersan Detektif Bukovsky diperintahkan oleh atasannya untuk meneliti para pengendara truk dan kendaraan yang memakai bak tertutup dan sebagainya. Diperkirakan pelaku kejahatan adalah orang yang kenal baik pada Rauch maupun Rosenberg.

Ternyata Rauch dan Rosenberg tidak saling mengenal dan lingkungan pergaulan mereka berbeda. Rekan-rekan sekerja yang mengenal kedua orang itu semua sedang bertugas pada saat Rauch maupun Rosenberg lenyap.

"Kalau begitu teori kita tidak benar. Mungkin yang mesti kita selidiki bukan pengendara truk dan sebagainya ataupun orang-orang yang mengenal mereka berdua. Coba kita pusatkan perhatian pada orang-orang yang tinggal di Jl. Schoenau dan sekitarnya."

"Yang kenal pada Rauch dan Rosenberg, ya orang-orang yang biasa menerima kiriman uang lewat kantor pos," kata Bukovsky. "Mereka itu pensiunan dan beberapa pedagang di jalan itu Rauch dan Rosenberg lenyap setelah mengantarkan uang Landauer dan belum sampai ke rumah Preis. Hampir dipastikan ia lewat Jl. Schoenau. Berarti ia juga lewat di depan Jl. Chlodwitz 144. Kami sudah melewati jalan itu ratusan kali, memeriksa setiap bangunan di sana, baik pada hari mereka menghilang maupun sesudahnya. Kenyataannya, bayangan mereka pun tidak kami temukan."

"Siapa pun orang yang menyembunyikan Rauch dan Rosenberg, jelas ia orang yang cermat, sampai kita tidak bisa menemukan jejak keduanya. Betapapun kita harus tetap melakukan penyelidikan. Kantor pos menolak mengantarkan uang ke rute tersebut, tetapi para pensiunan protes. Mereka menolak datang mengambil sendiri ke kantor pos, sebab kata mereka, mencapai pintu rumah saja kadang-kadang mereka harus merangkak, mana bisa mereka pergi jauh-jauh. Akibatnya, kantor pos minta bantuan polisi mendampingi pengantar uang di rute itu. Namun bagaimana kalau si penjahat ganti memilih rute lain? Nanti semua pengantar pos di negara ini harus didampingi polisi."

 

Dipincuk wanita

Akhirnya, Inspektur Detektif memerintahkan bawahannya memeriksa orang-orang yang lewat antara rumah Simon Landauer dan rumah Leon Preis pada hari Rauch dan Rosenberg lenyap, antara pukul 10.00 - 11.00.

"Sudah dilakukan, Pak. Sampai lima kali. Tidak ada bukti-bukti mereka melakukannya."

"Sekarang catat siapa saja penghuni rumah-rumah antara kedua orang itu. Minta orang-orang menyelidiki apakah di antara mereka ada yang membeli barang-barang mahal atau tiba-tiba membayar utang yang mendesak. Catat secara terpisah rumah-rumah yang pada saat itu tidak ada penghuni prianya. Aku yakin Rauch dan Rosenberg dibunuh dan mereka bukan dibunuh di jalan, melainkan di dalam rumah. Siapa tahu ada wanita yang berhasil memancing mereka untuk singgah."

Terpaksa Sersan Detektif mengikuti permintaan atasannya. la biasa bekerja dengan baik, walaupun sebetulnya ia tidak merasa penyelidikan itu ada gunanya.

Ia menyerahkan daftar beberapa wanita yang pada tanggal 4 Januari dan tanggal 1 April itu sendirian saja di rumah.

"Pak, tapi mereka bukan jenis wanita yang bisa memancing pria,” katanya. "Walaupun dua di antaranya pasti mampu mencekik dua orang pengantar pos, tidak seorang pun di antara mereka tiba-tiba tampak lebih longgar keuangannya dibandingkan dengan sebelum Rauch lenyap."

"Kau sudah menyelidiki para pedagang?"

"Ada sembilan toko. Toko penjual bahan pangan Schmitt, toko daging Hold, Kafe Sinar Matahari, toko buku bekas Ziegler, toko penjual alat-alat tulis, koran, dan majalah Beisel, kantor realestat Hahn, toko roti Foerster, toko cita Huber, dan Kafe Huber. Semuanya toko kecil-kecil milik pribadi, kecuali Kafe Sinar Matahari yang merupakan salah satu dari rangkaian kafe di negara itu.

Tahun itu tidak ada yang bisnisnya lebih maju dari biasa. Bahkan Hold, Ziegler, dan Huber mengalami kesulitan uang. Ziegler dan Huber dikejar utang.

"Si Hold bagaimana? Mana mungkin ia kesulitan uang, kalau kita lihat harga daging sedang baik sekarang?"

"Tampaknya ia besar pasak daripada tiang. Ia baru mewarisi toko ayahnya dua tahun yang lalu dan kini tinggal di apartemen bagus di Jl. Schiller dengan pacarnya, Christa Pfeifer (20). Gadis itu suka barang mewah. Utangnya ada juga. Ia masih menunggak pajak dan mempunyai tunggakan di pejagalan."

"Apartemennya dia beli sebelum atau sesudah Rauch dan Rosenberg hilang?" tanya Inspektur.

"Sebelumnya, kira-kira 1,5 tahun yang lalu, tidak lama setelah mendapat warisan."

"Sudah kau selidiki tokonya?"

"Sudah. Tidak ada pintu keluar dari belakang tokonya. Para saksi mata menyatakan ia tidak pernah keluar dari tokonya tanggal 4 Januari dan 1 April pagi. Ia 'kan sendirian di toko. Kalau tokonya ditinggal, mesti ditutup. Kenyataannya hari-hari itu buka sepanjang hari."

"Kau periksa tokonya pada saat Rauch dan Rosenberg lenyap?"

Periksa dong, Pak. Masa tidak. Tokonya kecil saja. Di belakang toko cuma ada ruangan kecil untuk duduk-duduk. Ia tak mempunyai pintu belakang ataupun jendela. Ruang bawah tanah pun tidak ada. Ada roti isi sosis yang ia jual kepada anak-anak sekolah. Rasanya lumayan juga, saya mencobanya satu."

"Kalau ia tidak meninggalkan toko, tidak memiliki tempat untuk menyembunyikan mayat, berarti ia tidak bisa membunuh tukang pos. Kecuali kalau korbannya cepat-cepat ia potong-potong untuk dijual sebagai steak atau daging panggang," kata Inspektur. "Lagi pula untuk apa seorang tukang pos masuk ke toko daging? Masuk ke kafe sih bisa saja."

"Jadi bagaimana sekarang, Pak?"

"Ya, teruskan penyelidikan kita."

 

Kotak karton di tempat sampah

Tiga hari berlalu, Sersan Detektif tidak mendapat hasil apa-apa. Pada hari ketiga, secara tidak sengaja ada orang menemukan sebuah kotak karton besar di tempat sampah yang biasanya dikumpulkan oleh dinas kebersihan. Isinya potongan tubuh manusia! Polisi cepat dipanggil. Menurut ahli forensik, potongan-potongan mayat itu adalah Roman Rauch.

Karena mayat Rauch ditemukan di tempat pembuangan sampah, lantas polisi memeriksa tempat penumpukan sampah yang lain, yaitu di tempat yang dulunya tempat penggalian batu. Di sana ditemukan sebuah kotak karton lain, yang isinya mayat Rosenberg.

Dokter ahli forensik merasa bersyukur karena udara dingin membantu mengawetkan mayat. Keadaannya tidak terlalu busuk. Dari hasil autopsi diketahui kedua tukang pos itu tewas dikapak bagian belakang kepalanya. Diketahui sesaat sebelum meninggal keduanya melahap roti sosis. Inspektur Detektif Kirschner menyeringai.

"Mayat ini bukan dipotong-potong oleh amatir," kata dokter.

"Uh, apakah yang memotong-motong seorang dokter?" tanya Inspektur dengan harap-harap cemas.

"Bukan," jawab dokter itu. Potongannya bukan potongan seorang dokter, tetapi seperti potongan seorang tukang daging.

"Hold!" seru Inspektur dan bawahannya berbarengan.

Mengapa Sersan Detektif Bukovsky tidak berhasil menemukan Rauch maupun Rosenberg, ketika ia memeriksa toko daging Hold tidak lama setelah kedua tukang pos itu lenyap?

"Ah, saya memang kurang teliti!" kata Bukovsky. Ia ingat pada saat ia datang ke tempat si tukang daging, Hold yang berumur 26 tahun itu berdiri di belakang meja tempat melayani pembeli, karena ketika itu ada orang membeli steak dan sebagainya. Daging itu ia ambil dari lemari pendingin di kolong meja tempat ia melayani pembeli. Rupanya mayat korbannya ia tutupi dengan tumpukan daging.

Namun, bagaimana membuktikan bahwa Karl Hold yang membunuh kedua tukang pos itu?

 

Gara-gara tampan

Nasib baik mereka alami ketika seorang karyawati perusahaan realestat yang letaknya di seberang toko Hold mau menyatakan di bawah sumpah bahwa ia melihat Gerhart Rosenberg memasuki toko Hold tanggal 1 April pagi itu, tetapi tidak pernah keluar lagi. Mengapa Gertrud Falschegger ingat? Gadis itu terkesan pada ketampanan Rosenberg dan setiap kali menunggu pemuda itu lewat.

Sersan Detektif Bukovsky mendatangi pula binatu-binatu. Di sebuah binatu ia mendapat keterangan bahwa pada tanggal 5 Januari dan tanggal 2 April, Hold mengirimkan karpet ruang duduknya yang kecil di belakang toko untuk dibersihkan dengan dry-cleaning. Petugas di toko binatu tidak ingat lagi apa yang dibersihkan dari karpet pada tanggal 5 Januari, tetapi mereka ingat bahwa karpet yang dikirimkan kepada mereka tanggal 2 April dinodai oleh darah. Namun, karena Hold itu tukang daging, mereka menganggapnya lumrah saja karpetnya kena noda darah.

Keterangan lain diperoleh dari seorang pelanggan Hold. Tanggal 2 April toko daging Hold tutup sebentar lewat tengah hari. Mungkinkah detik itu ia sibuk memotong-motong tubuh korbannya untuk dimasukkan ke kotak karton? Ia tidak perlu sengaja tutup toko sehari setelah Rauch dibunuh, sebab hari itu hari Minggu dan semua toko tutup.

Akhirnya, mereka menahan Karl Hold. Sesudah diinterogasi beberapa jam, ia mengaku. "Saya perlu uang," katanya.

Ternyata Rauch mempunyai kebiasaan membeli roti sosis setiap hari. Tanggal 4 Januari itu ia disuguhi kopi oleh Hold di kamar duduknya yang kecil di belakang toko. Saat ia sedang makan roti sosis kepalanya dipukul dengan kapak. Rauch tewas seketika. Jenazahnya ditaruh dalam lemari pendingin, ditutupi dengan potongan-potongan daging.

Sayangnya, Rauch tidak membawa banyak uang. Jadi, ia mengulangi perbuatan nekatnya sekali lagi terhadap Rosenberg.

Karl Hold dinyatakan bersalah melakukan dua pembunuhan yang direncanakan lebih dahulu, namun ia luput dari hukuman mati. Tanggal 23 Agustus 1974 ia dijatuhi hukuman seumur hidup. Kalau sudah menjalani dua belas tahun penjara, ia berhak untuk menikmati kehidupan di luar penjara.

(John Dunning)

 

" ["url"]=> string(72) "https://plus.intisari.grid.id/read/553256240/pak-pos-hilang-tak-berbekas" } ["sort"]=> array(1) { [0]=> int(1650993625000) } } }