array(2) {
  [0]=>
  object(stdClass)#53 (6) {
    ["_index"]=>
    string(7) "article"
    ["_type"]=>
    string(4) "data"
    ["_id"]=>
    string(7) "3448365"
    ["_score"]=>
    NULL
    ["_source"]=>
    object(stdClass)#54 (9) {
      ["thumb_url"]=>
      string(113) "https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/750x500/photo/2022/08/31/pembunuhan-yang-memecah-kongsi_s-20220831011259.jpg"
      ["author"]=>
      array(1) {
        [0]=>
        object(stdClass)#55 (7) {
          ["twitter"]=>
          string(0) ""
          ["profile"]=>
          string(0) ""
          ["facebook"]=>
          string(0) ""
          ["name"]=>
          string(13) "Intisari Plus"
          ["photo"]=>
          string(0) ""
          ["id"]=>
          int(9347)
          ["email"]=>
          string(22) "plusintisari@gmail.com"
        }
      }
      ["description"]=>
      string(139) "Robert dan istrinya harus hidup nomaden dengan sebuah rumah mobil. Sang ibu rutin memberi kabar kepada putrinya hingga suatu saat terputus."
      ["section"]=>
      object(stdClass)#56 (7) {
        ["parent"]=>
        NULL
        ["name"]=>
        string(8) "Kriminal"
        ["description"]=>
        string(0) ""
        ["alias"]=>
        string(5) "crime"
        ["id"]=>
        int(1369)
        ["keyword"]=>
        string(0) ""
        ["title"]=>
        string(24) "Intisari Plus - Kriminal"
      }
      ["photo_url"]=>
      string(113) "https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/945x630/photo/2022/08/31/pembunuhan-yang-memecah-kongsi_s-20220831011259.jpg"
      ["title"]=>
      string(32) "Pembunuhan yang Memecah 'Kongsi'"
      ["published_date"]=>
      string(19) "2022-08-31 13:13:29"
      ["content"]=>
      string(24360) "

Intisari Plus - Robert dan istrinya harus hidup nomaden dengan sebuah rumah mobil. Sang ibu rutin memberi kabar kepada putrinya hingga suatu saat terputus. Sayangnya Robert selalu bungkam akan nasib istrinya itu.

-------------------

Awalnya, perputaran kehidupan seperti memihak pasutri Robert Kirkup dan Janet Kirkup. Robert bekerja sebagai eksekutif senior di sebuah perusahaan swasta, memungkinkannya membeli sebuah rumah bagus dan memboyong keluarganya ke sebuah kawasan berkelas di California, Amerika Serikat. Sementara dari rahim Janet, lahir tiga anak perempuan yang cantik-cantik.

Janet, meski dikenal para tetangga sebagai perempuan yang agak materialistis, sangat dekat dengan anak-anaknya. Terutama anak kedua, Sherry, dan si bungsu Susan. Sedangkan anak pertama mereka, Shana, kelihatannya lebih dekat dengan sang ayah, Robert, yang karena tuntutan pekerjaan lebih sering bepergian ke luar kota ketimbang menghabiskan waktu di rumah. Mungkin karena Shana - saat pindah ke California berusia 10 tahun lebih tua dari Susan - lebih dewasa dan lebih bisa memahami kesibukan ayahnya.

Sedangkan Sherry (dua tahun lebih muda dari Shana) dan Susan yang saat itu masih balita lebih banyak bermanja-manja dan mencurahkan waktu dengan sang ibu. “Ada satu hal yang ngangeni, membuat saya selalu teringat pada Ibu. Masakan dan kue bikinan Ibu enak banget. Kadang saya begitu merindukan masakan dan kue-kue itu,” terawang Susan, beberapa tahun kemudian. Toh tiga anak perempuan yang manis-manis itu - baik yang kesayangan Ayah maupun kesayangan Ibu - (kini semuanya sudah dewasa dan bukan anak-anak lagi, tentu saja) masih mengingat dengan baik rumah besar yang pernah mereka tinggali. Termasuk kolam renang di halaman belakang rumah dan kuda poni lucu milik Susan.

Sayang, seperti Bumi yang terus berputar, roda kehidupan pun tak pernah diam. Beberapa tahun kemudian, roda itu mengarah ke bawah, menggilas kenangan indah Shana, Sherry, dan Susan. Menggantinya dengan kenangan pahit yang membuat ketiga gadis itu - meski berstatus saudara kandung - bak tiga pribadi yang tak pernah saling kenal, bahkan bermusuhan.

 

Orang ketiga

Malapetaka itu terjadi pada tahun 1989, ketika perusahaan tempat Robert bekerja terancam pailit. Sebelum betul-betul dipecat lantaran perusahaan tak mampu membayar gaji para karyawan, Robert memutuskan untuk mengundurkan diri. Bersama beberapa temannya, Robert kemudian mencoba peruntungan dengan memulai bisnis baru, sebagai pemilik bar. Namun lagi-lagi ketidakberuntungan mendera Robert. Bisnis barnya tak berjalan mulus. Hanya dua tahun sejak dibuka, pada 1991 bar milik Robert menyusul bangkrut.

Yang lebih mengenaskan, bukan hanya uang pesangon dan tabungan Robert yang tertelan di saloon itu. Tapi dia harus menanggung risiko lain yang lebih mengenaskan: ketidakmampuan membayar pinjaman dari bank. Rumah besar yang menjadi jaminan pun terpaksa direlakan sebagai alat pembayaran. Hutang lunas, namun Robert dan Janet tak lagi punya rumah. Dalam kondisi kepepet itu, Robert dan Janet akhirnya memutuskan membeli rumah mobil dan untuk sementara waktu, tinggal di jalanan.

Dalam masa-masa berat yang penuh gonjang-ganjing itu, Robert dan Janet pun mesti “kehilangan” Sherry, yang kabur dari rumah, lantaran tak tahan terus-menerus menyaksikan pertengkaran bapak-ibunya. Belakangan, Sherry diketahui menikah dan melahirkan seorang bayi mungil. Shana si sulung yang bekerja sebagai terapis di sebuah klinik sudah lebih dulu meninggalkan rumah bersama suaminya. Saat Janet dan Robert meninggalkan rumah, Shana sudah memiliki satu momongan.

Sedangkan si bungsu Susan yang baru berusia 16 tahun, sempat bolak-balik. Awalnya dia memutuskan tinggal bersama Shana. Namun tinggal bersama kakak yang baru punya momongan dan sedang membangun kehidupannya sendiri bukan perkara gampang. la lalu bergabung dengan Robert dan Janet di rumah mobil. Tapi tinggal di rumah mobil, buat remaja belasan tahun seperti Susan, ternyata jauh lebih tidak menyenangkan. Akhirnya, ia memutuskan kembali ke rumah Shana.

Life goes on. “Rumah berjalan” Robert dan Janet terus berkelana dari satu wilayah di sebuah kota, ke wilayah lain di kota yang berbeda. Suatu kali mereka terlihat di Illinois, tempat keluarga besar Janet. Kali lain, mereka mangkal di Michigan, kota tempat bermukimnya keluarga besar Robert. Shana, Sherry, dan terutama Susan, mengikuti terus perkembangan kedua orangtua lewat telepon dan surat yang dikirimkan Janet. Di surat-surat itulah, sebagian besar dikirim ke Sherry dan Susan, Janet bercerita tentang banyak hal, tentang keseharian di “rumah berjalan”, maupun hubungannya dengan Robert. Kadang ia juga menanyakan kabar cucu-cucunya.

Namun, tradisi berkomunikasi secara rutin itu mulai mengalami gangguan sekitar pertengahan 1992, hanya beberapa bulan setelah Susan memutuskan tinggal di rumah Shana. Telepon dari Janet tak pernah lagi berdering, suratnya pun tak lagi datang. “Setiap kali saya mencoba menghubungi Ibu, Ayah selalu punya banyak alasan. Kadang dia bilang Ibu sedang tidur. Kadang Ibu sedang mengajak anjingnya jalan-jalan. Pokoknya, susah banget hendak bicara dengan Ibu. Enggak tahu juga, apakah pesan untuk ibu yang selalu saya titip ke Ayah benar-benar disampaikan, karena Ibu benar-benar seperti ditelan Bumi,” cerita Susan.

Bahkan di hari Natal 1992, kabar tentang Janet tetap jadi misteri. Keluarga besar Kirkup tak merayakan Natal bersama. Titik terang baru muncul pada Januari 1993, ketika datang sepucuk surat dari Robert, yang menjelaskan, Ibu mereka - Shana, Sherry, dan Susan - tak lagi tinggal di rumah mobil. Robert sekaligus menjawab pertanyaan, mengapa selama ini dia seolah menyembunyikan keberadaan Janet. Di dalam suratnya, Robert menyebut, Janet kabur bersama pria lain yang tampaknya lebih “berada” - seorang pemilik rumah mobil juga, tapi mobilnya lebih besar.

 

Perang saudara

Seperti pedang, surat Robert itu langsung memecah-belah “perkongsian” Shana, Sherry, dan Susan. Shana yang sejak kecil memang lebih dekat dengan ayahnya, percaya Janet benar-benar kabur dengan laki-laki lain. “Ibu begitu materialistis. Karena Ayah tidak bisa memenuhi kebutuhannya lagi, Ibu pergi. Sederhana saja dan masuk akal. Jadi, terus terang, saya menganggapnya sebagai hal yang wajar,” cetus Shana.

Di mata Shana, ayahnya hanyalah korban ketidaksabaran ibunya, yang dilukiskannya sebagai “pemberang”. “Buat saya, Ibu lebih menakutkan daripada Ayah. Ayah tidak pernah memukul, bahkan tidak pernah memarahi saya. Tapi ibu melakukan itu. Suatu kali, dia pernah memukul dan mendorongku dengan keras. Dia kerap menyakiti aku. Sejak dulu, Ibu juga ingin semua kebutuhannya dipenuhi oleh ayah. Aku benci menyaksikan itu. Ibu memegang uang sangat berlebihan, minta dibelikan mobil mewah, dan banyak lagi.”

“Oh ya, ada suatu masa ketika Ibu mengetahui Ayah berselingkuh. Ibu marah besar dan berkata ia akan membalas perbuatan Ayah. Benar saja, aku melihat dengan mata kepala sendiri, Ibu berselingkuh di rumah.”

Bagaimana dengan Susan? Saat mendengar kabar tentang “kaburnya” Janet, Susan malah bersyukur. “Setidaknya, kini ia terlepas dari siksaan hidup bersama Ayah,” bilangnya. Namun Susan sendiri tidak yakin Janet benar-benar kabur dengan lelaki lain. Beda dengan Shana yang pasrah saja, Susan bertekad sekuat tenaga mencari jejak sang ibu. “Kalau ia memang pergi dengan pria lain, berarti ia masih hidup. Jejaknya pasti bisa dilacak,” imbuh Susan. Itu sebabnya, Susan lalu berinisiatif melaporkan Janet sebagai “orang hilang” ke kantor polisi San Bernardino County. 

Bertolak belakang dengan Shana, Susan menganggap ayahnya sebagai sosok yang menakutkan. Masa kecil Susan mencatat Robert sebagai tokoh antagonis yang lebih sering berada di luar rumah ketimbang memperhatikan anak-anaknya. Sering melakukan kekerasan terhadap istri dan tak jarang pulang dalam keadaan mabuk. 

“Bagi saya, dia bukan sosok ayah, tapi orang jahat. Dia juga jagoan yang selalu sok kuasa. Lihat foto-foto kami yang kelihatan bahagia di masa kecil, semuanya semu dan penuh kebohongan. Robert betul-betul menakutkan. Sebaliknya, Ibu seperti bagian dari diriku. Sebelah hatiku berharap, ia sedang berbahagia di suatu tempat, mungkin di sebuah pantai di Hawaii, atau .... Entahlah.”

Ya, “perang saudara” ini memang unik. Ketiganya sama-sama berstatus anak kandung, dilahirkan dari rahim yang sama, dibesarkan oleh orangtua yang sama, tinggal di rumah yang sama selama bertahun-tahun, makan makanan yang sama, nonton teve di ruang keluarga yang sama, namun mempunyai kenangan terhadap masa kecil dan masa remaja yang sama sekali berlawanan. Shana tumbuh menjadi “anak Ayah”, sementara Sherry dan Susan berkembang menjadi “anak Ibu”.

 

Salah omong 

Meskipun bertahun-tahun berstatus “orang hilang”, tak mudah bagi polisi untuk menemukan jejak Janet. Sama tak mudahnya dengan menemukan siapa laki-laki yang telah menggoda Janet pindah ke lain hati. Tahun 1998, kasus Janet ditingkatkan dari sekadar kasus “orang hilang” dan diambil alih oleh Kepolisian Michigan. Opsir Mark Siegel yang diminta menangani, langsung berinisiatif mengontak Robert. Di mata Siegel, Robertlah orang yang paling mungkin membuat terang persoalan ini. Kesabaran Siegel benar-benar diuji, karena Robert hidup nomaden. Hari ini dia berada di Kota A, hari lain di Kota B.

Baru setahun kemudian Siegel berhasil menemukan Robert di Michigan. Jawaban standar “tidak tahu” keluar dari mulut Robert saat Siegel menanyakan tentang Janet dan lelaki yang membawanya pergi. Robert juga tak bisa menyebut ciri-ciri pria dimaksud. Dia hanya memberi clue, si pria memiliki rumah mobil yang lebih besar daripada rumah mobilnya. 

Namun ada yang menarik, ketika tiba-tiba saja. Robert nyeletuk, “Saya enggak tahu apa-apa soal kematian Janet!”. Kematian? Mungkinkah Robert menyangka, setelah enam tahun berlalu, polisi tahu Janet sudah meninggal?

Jika begitu, Robert sudah salah omong. Siegel sendiri sempat tercengang, karena polisi sebenarnya belum mendapatkan informasi yang akurat: apakah Janet masih hidup atau sudah meninggal. Penyelidikan, untuk sementara, hanya berusaha menemukan siapa lelaki yang membawa pergi Janet, lalu menemukan Janet di mana pun dia berada, untuk dipertemukan dengan anak-anaknya. Salah omong Robert membuat Siegel mengubah fokus penyelidikan. Kini ia meyakini, Janet sudah meninggal.

“Robert, tak satu pun orang yang bilang Janet sudah mati. Andalah satu-satunya orang yang pernah bilang begitu,” Siegel menegaskan.

Robert cuma bisa tertunduk. 

“Semua sudah berakhir. Anda jangan egois. Jelaskan semuanya kepada anak-anak. Mereka butuh kebenaran,” sambung Siegel.

Robert mendongakkan kepala, lalu berkata pelan, “Saya hanya akan menjawab pertanyaan Anda di depan pengacara. Tolong carikan saya pengacara.”

Sampai di sini, Siegel berhenti. Belum ada cukup bukti untuk menangkap Robert atau menjadikannya sebagai tersangka. Namun indikasi awal sudah cukup bagi Siegel untuk mendapatkan Surat Perintah Penggeledahan rumah mobil Robert.

Di rumah mobil Robert, Siegel menemukan kalender 1992 hingga 1996. Yang menarik, tentu saja kalender 1992, tahun Janet menghilang. Sepanjang tahun itu, seluruh perjalanan tercatat dengan rapi: posisi awal dan tempat tujuan rumah mobil. Kecuali dua hari “minim data”, yang ditengarai oleh Spiegel sebagai hari menghilangnya Janet. Di dua hari itu, 16 Agustus dan 17 Agustus 1992, hanya ada keterangan New York State Park. Polisi yang mencoba menyisir kawasan itu tak dapat menyimpulkan apa-apa, termasuk kemungkinan adanya kuburan Janet.

Dengan kata lain, tetap tak ada bukti Janet hilang karena pembunuhan, apalagi bukti Robert yang melakukan pembunuhan itu.

 

Sempat sekarat

Salinan berkas-berkas laporan Siegel itu, yang diserahkan kepada Susan, dan tersimpan di dalam kotak di lemari si bungsu itu, mengendap selama 10 tahun. Selama ini Susan menyimpannya, tanpa ada keinginan membaca seluruh berkas wawancara polisi dengan ayahnya dan hasil investigasi di lapangan. Karena jujur, ia masih ingin percaya ibunya pergi bersama lelaki lain yang jauh lebih baik daripada Robert, sehingga masih ada kemugkinan ditemukan dalam keadaan hidup. Namun bertahun-tahun setelah peristiwa itu berlalu, tahun 2008, Susan memberanikan diri menemukan “alternatif” sebab kepergian Janet.

Susan tetap bertekad “melanjutkan” hasil penyelidikan itu, dan mengarahkan energinya untuk menemukan bukti-bukti “pembunuhan” yang dilakukan Robert.

“Dia sudah gila. Apa yang dilakukannya benar-benar tak masuk akal. Ayah tidak mungkin membunuh Ibu. Susan salah besar, jika dia berpikir Ibu sudah mati, dan Ayah harus bertanggung jawab atas kematiannya,” tantang Shana. Kebetulan, saat itu, rumah mobil Robert tengah parkir di halaman belakang rumah Shana. “Apalagi sekarang, Ayah baru saja mengalami musibah, dan dia tega-teganya melakukan ini pada ayahnya sendiri?”

Shana berang sebab ia baru saja membawa Robert ke rumah sakit. Lelaki gaek itu nyaris meninggal saat berendam di bath-tub kamar mandi Shana. Tiba-tiba saja dia tak sadarkan diri dan nyaris tenggelam. Robert diduga terlalu banyak mengonsumsi alkohol dan mengisap rokok. Asap rokok dan bau minuman memang seakan-akan tak pernah lepas menghiasi ruang-ruang rumah mobil Robert.

Beruntung, saat itu nyawa Robert masih bisa diselamatkan. Shana menelepon Susan untuk memberitahu kondisi sang Ayah yang tengah sekarat. Namun Susan justru menelepon Kepolisian Las Vegas, untuk segera menginterogasi Robert sebelum ayahnya itu meninggal. 

Menginterogasi orang sekarat, itulah yang coba dilakukan beberapa detektif Las Vegas. Hasilnya? Ah, sama saja dengan interogasi saat Robert sehat walafiat. Tak pernah keluar pengakuan atau wasiat soal pembunuhan. Jangan-jangan, Susan memang salah, Robert tak bersalah. Untuk sementara, Shana bisa tersenyum dan membawa ayahnya kembali ke rumah setelah dirawat selama beberapa hari di rumah sakit.

Tak putus asa, Susan mendatangi Kantor Polisi San Bernardino yang pernah didatanginya 16 tahun lalu, saat masih remaja. la menyerahkan kotak berisi berkas wawancara opsir Siegel tahun 1998 dan hasil investigasi pribadi kepada Detektif Greg Myler. 

“Saya punya perasaan yang sama dengan Anda. Ini bisa menjadi kasus pembunuhan. Tapi untuk sampai ke sana, tak ada jalan lain, kita harus mendapat pengakuan,” jelas Myler. 

Susan mengangguk lemah. “Kapan Anda akan menanyai Robert? Sekarang dia ada di rumah Shana di California.” 

“Oke, 17 Juni kami akan ke sana.” 

Persisnya, 17 Juni 2008.

 

Manfaatkan Shana

Seperti diperkirakan sebelumnya, Shana berusaha mengadang perjalanan Myler ke rumah mobil Robert. Namun langkah Shana tertahan ketika Robert sendiri mempersilakan sang detektif masuk, yang datang ditemani rekannya, detektif Alexander. Suasana di dalam rumah mobil begitu “meriah”, karena ketiganya tak hanya bertukar kata-kata, tapi juga saling mengepulkan asap. Mereka merokok hampir nonstop selama interogasi yang berlangsung sepanjang enam jam itu. Bisa dibayangkan betapa pengapnya.

Di menit-menit awal, Myler mencoba menciptakan rasa aman terlebih dahulu dan menghindari pertanyaan-pertanyaan yang langsung menekan. la kembali menanyakan tentang lelaki yang membawa Janet pergi, soal perjalanan-perjalanan sepanjang 1992, hingga tempat-tempat favorit yang ingin Robert kunjungi. Setelah Robert terlihat nyaman, Myler mulai mengeluarkan jurus mematikan: “Anda pernah bilang, Janet dibunuh. Saya rasa memang betul Janet tidak hilang, tapi dibunuh. Dan Anda orang yang paling bertanggung jawab atas kematiannya.”

Jawaban Robert? Masih sama seperti sebelumnya: menolak. “Anda sudah tahu jawabannya. Saya tidak mungkin mengakui apa yang tidak saya lakukan.”

“Ayolah Robert. Kita semua tahu Anda yang membunuh Janet. Anda juga tahu, Anda yang membunuh istri Anda sendiri.”

“Saya tidak ingin mengatakan apa pun soal ini. Karena memang tidak ada yang mesti saya akui dan katakan. Saya sungguh-sungguh tidak tahu dan tidak terlibat.”

Dalam hati, Myler hampir mengaku kalah. Hati kecilnya juga sempat ragu, mengingat jawaban Robert yang meyakinkan, jangan-jangan dia memang tidak bersalah. Dia hampir saja memutuskan untuk pulang, ketika mendadak di otaknya muncul ide brilian. Myler akan berbicara dengan Shana, satu-satunya orang yang masih percaya Robert tidak bersalah. 

Robert juga sangat menyayangi Shana, sehingga jika permintaan untuk berkata jujur itu datang dari Shana, boleh jadi Robert akan menyerah. Problemnya, bagaimana cara meyakinkan Shana agar mau membujuk ayahnya berkata jujur, sementara Shana sendiri tak percaya ayahnya bersalah?

Detektif Greg Myler kembali mendapat ide brilian. Kata-kata dan bujukan memang manjur, tapi kadang kala, kata-kata tak cukup mewakili sesuatu. Myler butuh bantuan lebih dari sekadar kata-kata. la lalu mengambil kotak penyimpanan berkas milik Susan, yang berisi surat-surat dan pengakuan Sherry sebelum pergi meninggalkan rumah, surat-surat Janet yang dikirimkan kepada Sherry dan Susan, hasil wawancara Siegel dengan Robert, dan beragam hasil investigasi - baik yang dilakukan polisi maupun yang dilakukan Susan secara pribadi.

Shana menangis begitu membaca satu demi satu berkas di dalam kotak. Selama ini dia tidak pernah membaca berkas-berkas itu, karena memang tidak diizinkan oleh Sherry dan Susan. Shana dianggap terlalu pro Robert. Jika dibiarkan membaca berkas-berkas tadi, dikhawatirkan ia bakal membocorkan isinya ke Robert, dan mementahkan upaya menyeret Robert ke pengadilan. 

Myler minta Shana membujuk Robert untuk berkata yang sebenarnya soal Janet, dengan pantauan alat pendeteksi kebohongan. Isi “kotak pandora” yang baru saja Shana baca membuat putri sulung Robert itu punya pilihan. Membantu Myler mengungkap kebenaran atau menolak dan membiarkan kebenaran tak akan terungkap selamanya.

Ketika Shana mengangguk lemah, Myler merasa sangat lega. 

“Ayah, ambil tes ini untuk membuktikan bahwa Ayah memang tidak membunuh Ibu. Hanya ada aku di sini, yang selama ini peduli pada Ayah. Aku berjanji, apa pun yang terjadi, aku akan tetap mencintai Ayah,” Shana berujar lembut. 

“Ayah tahu, Shana .... “ 

Robert terdiam sejenak, sebelum melanjutkan.

“Aku juga bosan dan lelah dengan semua ini. Mungkin sekarang saat yang paling tepat untuk mengatakan semuanya kepada kamu.”

Sherry, Susan, dan belasan detektif harus menghabiskan waktu 16 tahun untuk memaksa kata-kata ini keluar dari kerongkongan Robert. Itu pun masih gagal. Tapi Shana hanya butuh 20 menit untuk membuat Robert benar-benar mengatakannya. Misteri yang selama 16 tahun hanya disimpannya dalam hati.

“Hari itu, dia memulai pertengkaran. Sebelumnya, kami memang sudah sering bertengkar. Hidup nomaden di rumah mobil sungguh tak mudah. Dia memukulku. Menepis kacamataku sampai jatuh dan pecah. Lalu dia berlari ke dapur meraih pisau. Kami sempat bergumul hingga ke lantai kamar tidur. Dia masih berusaha menusukku. Kamu tahu Shana, Ayah hanya mencoba membela diri. Entah apa yang membuatnya akhirnya tak berkutik. Mungkin aku mencekik lehernya, mungkin juga aku menusuknya. Lalu aku menguburkan mayatnya di suatu tempat di New York .... “

Sayang, polisi lagi-lagi tak berhasil memperkirakan letak kuburan Janet. Mayat Janet selamanya tak berhasil ditemukan. Rentang 16 tahun cukup untuk membuat Robert yang kini renta melupakan detail lokasi kuburan itu. Rentang 16 tahun juga memungkinkan pembangunan yang “menghilangkan” tanpa sengaja tanda-tanda kuburan Janet. Sebagai gantinya, Shana, Sherry, dan Susan sepakat membuat semacam “monumen” untuk ibu mereka, agar setiap saat mereka bisa datang berziarah dan mengenang kebaikan sang ibu.

Pada September 2008, Robert dihukum 5-15 tahun penjara. la mengaku dan dinyatakan bersalah melakukan pembunuhan Tingkat II, karena jenazah korban tak ditemukan dan ada unsur bela diri yang tak terbantahkan oleh saksi lain. Namun yang menggembirakan, keluarga besar Kirkup kini berpeluang melakukan reuni. Setelah belasan tahun cerai-berai, “kongsi” kakak-beradik Shana, Sherry, dan Susan bakal menguat lagi. “Mungkin butuh waktu, tapi itu pasti akan terjadi. Kami belajar banyak cara mendidik anak-anak dari kasus ini,” tegas Susan. (Icul)

 

" ["url"]=> string(75) "https://plus.intisari.grid.id/read/553448365/pembunuhan-yang-memecah-kongsi" } ["sort"]=> array(1) { [0]=> int(1661951609000) } } [1]=> object(stdClass)#57 (6) { ["_index"]=> string(7) "article" ["_type"]=> string(4) "data" ["_id"]=> string(7) "3305971" ["_score"]=> NULL ["_source"]=> object(stdClass)#58 (9) { ["thumb_url"]=> string(112) "https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/750x500/photo/2022/06/03/badut-pembunuh_robert-zunikoffj-20220603054341.jpg" ["author"]=> array(1) { [0]=> object(stdClass)#59 (7) { ["twitter"]=> string(0) "" ["profile"]=> string(0) "" ["facebook"]=> string(0) "" ["name"]=> string(13) "Intisari Plus" ["photo"]=> string(0) "" ["id"]=> int(9347) ["email"]=> string(22) "plusintisari@gmail.com" } } ["description"]=> string(144) "Mulai dari hilangnya Robert, anak berusia 15 tahun dan beberapa anak-anak lainnya, hanya ada tuduhan yang menguat bahwa seorang badut yang aneh." ["section"]=> object(stdClass)#60 (7) { ["parent"]=> NULL ["name"]=> string(8) "Kriminal" ["description"]=> string(0) "" ["alias"]=> string(5) "crime" ["id"]=> int(1369) ["keyword"]=> string(0) "" ["title"]=> string(24) "Intisari Plus - Kriminal" } ["photo_url"]=> string(112) "https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/945x630/photo/2022/06/03/badut-pembunuh_robert-zunikoffj-20220603054341.jpg" ["title"]=> string(14) "Badut Pembunuh" ["published_date"]=> string(19) "2022-06-03 17:44:14" ["content"]=> string(39548) "

Intisari Plus - Mulai dari hilangnya Robert, anak berusia 15 tahun dan beberapa anak-anak lainnya, hanya ada tuduhan yang menguat bahwa seorang badut yang aneh, bisa saja yang menculik dan membunuh mereka.

-------------------------

Hari Senin malam, 11 Desember 1978, markas besar polisi di Des Plaines, Illinois, AS, mendapat telepon dari seorang wanita. Suara wanita itu gemetar. Katanya, putranya yang berumur 15 tahun, Robert Piest, tiba-tiba menghilang. 

Polisi meminta wanita itu menceritakan keadaan secara lebih jelas. 

Kata wanita itu, ia tinggal dengan keluarganya di Craig Drive, Des Plaines. Hari ini ulang tahunnya yang ke-46. Sore itu akan ada pesta untuk merayakannya. Tapi putranya, Robert, baru akan hadir setelah pukul 21.00 karena ia sedang mendapat pekerjaan paruh waktu di sebuah drugstore (toko obat yang menjual juga barang-barang lain seperti koran, alat-alat tulis, minuman ringan) di Touhy Avenue. Ibunya bermaksud menunggu Robert sebelum memotong kue ulang tahun. 

Si ibu berkata kepada anaknya : bahwa ia akan menjemput si anak dengan mobil pukul 21.00. Sepuluh menit sebelum pukul 21.00 si ibu tiba di muka drugstore. Ketika sudah pukul 21.00 Robert mengambil mantelnya dan menghampiri ibunya.

 

Robert lenyap 

Di muka pintu drugstore, Robert tiba-tiba berhenti. "Tunggu sebentar, Mom," katanya. "Saya harus menemui orang untuk urusan pekerjaan bangunan. Pekerjaan ini akan menghasilkan AS $ 5 sejam. Saya pergi cuma beberapa menit saja." 

Ibunya mengangguk dan menunggu lagi di drugstore sambil memperhatikan anaknya pergi. la tahu AS $ 5 sejam kira-kira dua kali penghasilan anaknya sekarang di drugstore. Si ibu mengira anaknya paling-paling akan pergi 10 - 15 menit. Lima belas menit berlalu. Robert belum muncul. 

la menunggu 5 menit lagi. Akhirnya, ia keluar, menengok ke kanan-kiri. Anaknya tidak ada. Akhirnya, ia pergi ke tempat mobilnya diparkir dan pulang. Ternyata di rumah Robert tidak ada. Padahal ia bukan anak yang tidak bisa dipercaya mulutnya. Ia juga tidak menelepon untuk memberi tahu kenapa menghilang. 

Ibunya jadi khawatir dan menelepon polisi. Polisi minta nomor telepon drugstore. Polisi yang dilapori itu sambil menelepon, mengisi formulir orang hilang. Salinan-salinan laporan itu dikirim ke Kepala Polisi Leroy Alfano dan Kapten Joseph Kozenczak. Yang terakhir ini mempunyai putra berumur 15 tahun juga. Jadi, ia bisa ikut merasakan bagaimana perasaan orang yang kehilangan anak umur sekian. 

Keesokan harinya pagi-pagi Kapten Kozenczak sudan bangun. Hari itu Selasa, 12 Desember 1978. Ia mengecek laporan-laporan semalam yang menyatakan polisi sudah menyisiri daerah-daerah sekitar tempat itu tanpa berhasil menemukan Robert. 

Para polisi dikirim ke rumah keluarga Piest. Ayah-ibu Robert menggambarkan anaknya tahu aturan, ambisius, dan suka bekerja keras. Ia bisa berdiri sendiri dan bisa dipercaya. 

Karena ciri-cirinya ini maka Robert tidak pernah mengalami kesulitan mendapat pekerjaan pada musim panas atau pekerjaan paruh waktu pada masa sekolah tidak libur. Orang tua ini berpendapat, inilah sebabnya kontraktor yang ingin mempekerjakan Robert menawarkan upah AS $ 5 sejam, upah yang sangat tinggi untuk anak umur 15 tahun. 

Siapa kontraktor itu? Orang tua Robert tidak tahu nama dan alamatnya, tapi mengira kantornya pasti tidak jauh dari drugstore atau Touhy Avenue. Kalau tidak, maka Robert takkan berkata akan kembali dalam waktu beberapa menit saja.

 

Pekerjanya semua remaja pria 

Kapten Kozenczak minta nama dan alamat teman-teman Robert. Salah seorang di antaranya ternyata putra sang kapten sendiri. Mereka sama-sama murid Sekolah Maine Township. 

Pada saat itu anak-anak tentu sedang bersekolah. Jadi, Kozenczak tidak bisa menanyai mereka sekarang. Tapi tampaknya kecil kemungkinan Robert semalam menginap di rumah temannya. 

Ketika tiba di sekolah, Kapten mengetahui bahwa Robert tidak masuk. Menurut kepala sekolah, guru Robert tidak mendapat pemberitahuan dari siapa pun bahwa hari ini Robert tidak bisa masuk. Padahal biasanya kalau ia sakit atau beralangan, selalu ada pemberitahuan. 

Rapor Robert menunjukkan ia murid yang pandai. Ia juga aktif dalam atletik dan jujur. la juga dianggap luar biasa karena bisa menemukan waktu dan energi untuk ikut atletik dan bekerja paruh waktu selain mengerjakan pekerjaan rumah dan tetap mempertahankan prestasi tinggi di sekolah. 

Kepala sekolah berjanji akan menghubungi polisi kalau ia mengetahui sesuatu terjadi pada Robert. Kozenczak harus menunggu sampai istirahat makan siang untuk mendatangi teman-teman Robert. Jadi, ia pergi dulu ke drugstore. 

Petugas yang biasa berdinas bersama-sama Robert menerangkan bahwa ia melihat Robert terakhir malam kemarin, pukul 21.00, ketika Robert dijemput ibunya. Ia ingat wanita itu menunggu di dalam beberapa menit ketika Robert pergi dulu. Ketika wanita itu akhirnya pergi ke luar dari drugstore, ia menyangka akan menyusul Robert yang diduganya menunggu di muka pintu. 

Kozenczak mendapatkan drugstore itu luar biasa bersih dan sebagian rupanya baru diperbaharui. Tampaknya perombakan baru saja selesai dilakukan. Jadi, ia bertanya apakah belum lama ini interior drugstore itu baru dirombak? Ya, jawab seseorang. 

Sang Kapten bertanya apakah ada hal yang agak menarik perhatian dalam pekerjaan perombakan itu. Cuma satu, kata orang itu. Para pegawai kontraktor yang mengerjakan perombakan ini praktis anak-anak remaja semua atau pria-pria muda. 

Kontraktor itu mengontrol beberapa kali dan beberapa kali ia tampak bicara dengan Robert Piest. Orang itu tahu nama kontraktor tersebut: John Wayne Gacy Jr. 

"Apakah Anda tahu apa yang dipercakapkan sang kontraktor dengan Robert?" tanya Kozenczak kepada petugas drugstore itu. 

"Tampaknya kontraktor itu membujuk Robert agar meninggalkan drugstore untuk bekerja di tempatnya," jawabnya. Ia yakin bayaran yang ditawarkan kepada Robert jauh lebih tinggi daripada bayaran yang diterima Robert sekarang. 

"Apakah Robert terampil sekali dalam pekerjaan perombakan?" 

"Tidak tahu," jawab petugas drugstore itu. "Tetapi mungkin begitu," katanya. Sebab siapa yang mau membayar kalau tidak ahli? Kecuali ... kecuali .... Kozenczak bergidik ketika memikirkan alternatif ini. 

la terus mengobrol dengan petugas itu dan mendapat keterangan bahwa Gacy berkantor di rumahnya di Summerdale Avenue di Norwood Park Township.

 

Resi rol film memberi petunjuk 

Walaupun rumah Gacy bukan terletak di wilayah kekuasaan polisi Des Plaines, tapi drugstore yang dirombaknya itu terletak di daerah yang masih di bawah kekuasaan polisi Des Plaines. Jadi, Kozenczak menelepon Gacy, memintanya datang ke markas besar polisi Des Plaines untuk ditanyai. Gacy berjanji akan datang pagi-pagi keesokan harinya. 

Walaupun Kozenczak hampir yakin bahwa Gacy satu-satunya orang yang bisa menceritakan kepada polisi apa yang terjadi pada Robert, tetapi ia dan atasannya, Kepala Polisi Alfano tidak mau terlalu yakin. 

Mereka mengirim beberapa orang polisi untuk menanyai teman-teman Robert yang namanya diberi oleh orang tua anak itu.

 Berita bahwa Robert menghilang ternyata sudah bocor di sekolah. Jadi, teman-temannya tidak heran melihat kedatangan polisi. Namun, mereka tidak bisa memberi keterangan yang membantu polisi untuk mengetahui di mana Robert berada." 

Tapi banyak juga dari teman Robert yang tahu bahwa Robert akan bekerja pada Gacy. Kata Robert kepada mereka, ia harus menemui pemilik "PDM" sekali lagi sebelum menerima pekerjaan itu dan meninggalkan pekerjaannya di drugstore. Mungkin ia menemui orang itu pada malam ia menghilang. 

"PDM" kata mereka merupakan singkatan "Painting, Decorating and Maintenance" dan perusahaan itu kebanyakan mengerjakan perombakan serta pekerja-pekerjanya sebagian besar laki-laki remaja. Selain itu teman-teman Robert tidak tahu apa-apa lagi. 

Keesokan paginya, Rabu, 13 Desember, John Wayne Gacy yang gemuk dan berpakaian baik muncul di markas besar polisi Des Plaines. Pria berumur 36 tahun ini berambut gelap, berkumis, dan langkahnya tegap. la ditanyai panjang-lebar. la mengaku tidak tahu menahu perihal apa yang terjadi pada Robert Piest. 

Akhirnya, ia setuju untuk menerima polisi-polisi di rumahnya pukul 16.00 hari itu. Ia sedang menunggu ketika polisi datang. Polisi melihat-lihat rumah berwarna kuning bergaya ranch yang mempunyai 2 kamar tidur itu. Tetapi yang cukup menarik yang bisa mereka temukan ialah resi untuk sebuah rol film yang sedang diafdruk. Dengan izin Gacy, polisi mengambil resi itu. 

Dari rumah Gacy, polisi pergi ke rumah Piest. Resi itu ditunjukkan dan menurut keluarga Piest, nama pada resi ialah nama seorang gadis yang dikenal Robert. Robert menawarkan pada teman wanita itu untuk membawa film ke tempat pengafdrukan dan kelak akan mengambilnya lagi bersama foto-foto yang sudah jadi untuk diantarkan ke si gadis. Tetapi bagaimana resi itu bisa sampai di rumah Gacy? 

Para deputi sheriff dari Cook Country bersama polisi-polisi Des Plaines ditunjuk untuk menangani kasus ini. Mereka mengawasi rumah Gacy siang-malam.

 

Pernah dipenjarakan 

Sementara itu polisi Chicago diminta menolong. Laporan mengenai orang-orang yang hilang dalam beberapa bulan terakhir ini diperiksa. Terutama anak-anak remaja. Ternyata lebih dari separuh remaja yang dilaporkan hilang sudah kembali ke rumah masing-masing. Sebagian lagi ditemukan oleh polisi atau petugas hukum lain. Bagaimana nasib sisanya tidak diketahui. 

Polisi Chicago lantas mencari keterangan tentang Gacy. Ia dilahirkan di Chicago tanggal 17 Maret 1942. Ia dibesarkan di bagian utara kota dan setelah lulus sekolah menengah lantas masuk ke college untuk belajar ilmu dagang. 

Sesudah tamat ia pindah ke Springfield, ibu kota negara bagian Illinois. Di sini ia bekerja di toko sepatu. Tahun 1963 ia bertemu dengan seorang wanita yang menjadi istrinya setahun kemudian. 

Polisi menelusuri jejak ibu anak-anaknya ini. Wanita itu bersedia berbicara dengan polisi asal namanya tidak disebutkan. Gacy dengan istrinya ini mempunyai 2 anak. 

Kata istrinya, ia ayah yang baik dan salesman yang sangat mempesona. Tapi ia menambahkan bahwa Gacy orang yang selalu berusaha kelihatan lebih hebat daripada sebenarnya dan kadang-kadang melakukan hal yang kegila-gilaan. 

Tahun 1966 mertua Gacy menjadikan menantunya ini manajer restoran ayam goreng yang ia peroleh konsesinya. Untuk jabatan ini Gacy dan keluarganya pindah ke Waterloo, timur laut Iowa City, Iowa. 

Polisi menghubungi orang-orang di Waterloo yang pernah mengenal Gacy. Kata mereka, Gacy sangat disukai. la senang pergi ke pesta-pesta dan menjadi pusat perhatian. Tapi ia juga tekun mengurusi restoran-restoran milik ayah mertuanya. 

Tahun 1967, kantor polisi Blackhawk County di Waterloo mulai menerima laporan-laporan bahwa Gacy tidak sebaik penampilan luarnya. Sebuah laporan menyatakan ia sering mengundang pria-pria remaja yang dipekerjakan di restoran-restoran ayam gorengnya ke pesta-pesta yang ia adakan. Di sana mereka disuguhi wiski dan dianjurkan melakukan kegiatan seksual. 

Ini bukan cuma terjadi sekali, tetapi sudah berlangsung berbulan-bulan sebelumnya. Dari hasil pemeriksaan diketahui Gacy ini berwatak seperti Jekyll and Hyde. Seorang remaja memberi kesaksian di pengadilan bahwa Gacy memberinya wiski lalu ia disuruh mengikuti suatu permainan. Yang kalah harus melakukan adegan seksual. 

Remaja itu menolak sehingga Gacy memaksanya masuk ke kamar di bawah todongan pisau. Di sana tangan dan kakinya dirantai, lehernya dicekik. Ketika ia sudah lemas, cekikan dan rantai dilepaskan.

 

Narapidana teladan

  Kesaksian lain oleh remaja lain menyatakan Gacy melakukan sodomi. Tahun 1968 ia diadili karena sodomi dan dijatuhi hukuman 10 tahun di lembaga pemasyarakatan. 

Teman-temannya dan banyak orang di County itu merasa tercengang. 

"Kami tidak bisa mempercayainya," kata salah seorang rekan bisnisnya. 

"Gacy melakukan pelbagai kegiatan amal seperti mengirimkan berkeranjang-keranjang ayam goreng ke berbagai perkumpulan pria remaja, berbelanja pada hari Natal untuk anak-anak yang kekurangan, dan selalu bersedia menolong teman." 

Gacy sendiri bersikeras bahwa ia difitnah dan banyak orang yang percaya. 

"Ia narapidana teladan, pekerja yang giat, tapi harus diawasi karena selalu ingin jadi pemimpin," kata pengawasnya di lembaga pemasyarakatan. 

"Ia benar-benar orang bisnis," kata seorang pejabat lain. "Tampaknya ia manusia biasa, tidak aneh sama sekali. Saya kira yang benar-benar diinginkannya ialah disukai semua orang." 

Tahun 1960 istrinya menceraikan Gacy. Delapan belas bulan setelah masuk lembaga pemasyarakatan ia dilepaskan dengan syarat. Ditetapkan agar masa percobaannya dijalani di Chicago. 

Di Chicago, tanggal 12 Februari 1971 ia ditahan karena mengajak seorang laki-laki remaja yang sedang menunggu di bus di stasiun, ke apartemennya dan mencoba memaksa anak itu melakukan tindakan seksual. Tanggal penyidangan perkara sudah ditetapkan, tetapi perkara dibatalkan karena remaja itu tidak muncul. 

Gacy membeli rumah bata berwarna kuning di Norwood Park Township yang diperalati sekadarnya saja. Tidak lama kemudian, pada tahun 1972, masa percobaannya habis. Ia dilepas. Beberapa waktu setelah dilepas, ia bertemu dengan seorang wanita muda yang menarik dan merebut hati wanita itu dengan kemampuannya merayu. 

Wanita itu sebelumnya sudah pernah menikah dan punya 2 orang anak perempuan. Mereka menikah dan wanita bersama kedua anaknya itu pindah ke rumah Gacy dengan membawa perlengkapan rumah tangganya.

 

Polisi mulai mengancam 

Tahun 1975 Gacy membuka usaha sendiri, PDM Contractors. Tapi pada waktu yang hampir bersamaan, pernikahannya yang kedua ini retak. Mereka bercerai pada tanggal 2 Mei 1976. Gacy tetap berkantor di rumah kuningnya itu. 

Rupanya bisnisnya maju dan Gacy mempekerjakan belasan pria muda dan pria remaja. Polisi menemukan seorang pria yang mengaku pernah pergi ke rumah Gacy untuk mencari pekerjaan. 

Katanya, Gacy mengajaknya berhubungan seksual. Ketika ia mencoba meloloskan diri, Gacy sangat marah. Ia berteriak bahwa ia mempunyai senjata dan mudah saja untuk membunuh serta membuang mayatnya. 

"Sebenarnya, saya telah membunuh beberapa orang," katanya menirukan kata-kata Gacy. Pemuda itu mengatakan bahwa pada waktu itu ia tidak percaya. 

Tetapi seorang teman dan rekan sekerja Gacy yang baru berusia 46 tahun mengatakan bahwa itu mungkin benar. Beberapa minggu sebelumnya ia mengatakan polisi sedang mengawasinya. "Mereka mencoba untuk menuduh saya melakukan pembunuhan," kata Gacy. 

Sementara itu polisi Chicago meneruskan penyidikan tentang laporan orang-orang yang hilang, terutama yang menyangkut pemuda remaja. Beberapa orang tua atau kekasih yang telah melapor ke polisi bersedia memberikan foto-foto mereka. 

Tanggal 14 -18 Desember Gacy diawasi terus-menerus. Kenalan-kenalan dan rekan-rekan sekerjanya ditanyai, tetapi ini tidak menghasilkan apa-apa. 

Pada tanggal 19 Desember, pengacara Gacy mengajukan gugatan dan menuntut AS $ 750.000 " ganti rugi dari pemerintan Kota Des Plaines dan jawatan kepolisiannya. Mereka dituduh telah melakukan penyelidikan dan penangkapan yang tidak sah sehingga menjatuhkan nama baik Gacy. 

Pada hari yang sama, penyidik Des Plaines dengan menggunakan resi film dan keterangan yang didapat dari kenalannya, berhasil mengeluarkan surat perintah untuk menggeledah rumah Gacy dan tanah di sekitarnya. Bersama dengan penyidik Cook County, para petugas itu pergi ke rumah Gacy. la mempersilakan mereka masuk. 

Gacy dituduh menahan Robert Piest dengan paksa. Polisi mengancam akan membongkar lantai rumah jika Gacy tidak mengatakan di mana ia menyembunyikan pemuda itu. Gacy mungkir bahwa pemuda itu ada di dalam rumah atau di sekitarnya.

 

Korban mulai bermunculan 

Setelah diinterogasi terus, akhirnya ia mengaku pernah terpaksa membunuh seseorang, tetapi ia bersikeras bahwa waktu itu ia membela diri. 

Dengan menggunakan sekaleng cat semprot, Gacy menandai lantai di mana pemuda itu terkubur. Polisi tidak mempercayainya. Ada cara yang lebih mudah untuk mengetahui apakah ia berbohong atau tidak daripada membongkar lantai. 

Petugas-petugas pergi ke bagian belakang rumah, memeriksa lemari-lemari dinding, dan akhirnya mereka menemukan pintu kolong yang menuju ruangan yang rendah di bawah lantai. Sambil merangkak masuk, mereka menemukan tiga mayat laki-laki remaja dan beberapa bagian tubuh yang lain. 

Dr. Roberet J. Stein, petugas kesehatan Cook County, segera diberi tahu di rumahnya sebelum para petugas melakukan tindakan lebih lanjut di rumah Gacy. Meskipun hari sudah pukul 22.00, dr. Stein dengan seorang asisten segera datang. 

Sambil mengenakan "baju montir", anggota polisi menceritakan kepadanya tentang kecurigaan mereka terhadap Gacy. Kemudian ia ditunjukkan lemari dinding yang menuju ruang di bawah tanah. 

Ia masuk lewat pintu kolong itu dan jatuh di tanah yang lunak dan lembap dari ruang bawah tanah itu. Dr. Stein menyalakan senter dan dengan matanya yang terlatih ia segera mengenali tulang-tulang manusia. Mula-mula ada sisa kerangka dari dua lengan manusia. 

Dr. Stein naik kembali. Rumah disegel dan diikat dengan tali. Penjaga ditempatkan di sekeliling rumah dan bangunan-bangunan di sekitarnya. Kemudian Stein pulang. 

Dia kembali keesokan harinya dengan pakaian kerja yang bersih. Dia menyuruh membongkar lantai. Petugas kesehatan menemukan tiga mayat yang dipindahkan untuk dilakukan autopsi. 

"Beberapa mayat dikubur sedalam 2 m," kata dr. Stein. 

"Siapa yang bisa melakukan hal seperti itu?" tanya seseorang. 

"Penderita sizofrenia tentu saja," jawab dr. Stein. 

Bukan hanya mayat dan tulang-tulang yang ditemukan di ruang bawah tanah itu. Ada bermacam-macam perhiasan, pakaian, dan tali yang melilit leher ketiga mayat yang ditemukan hari itu. Semua itu ada gunanya untuk menentukan sebab kematian, mengenali korban, dan mungkin juga menghukum pembunuhnya.

 

Cerita Panjang lebar 

Pemeriksaan kesehatan juga dibantu oleh beberapa ahli gigi dan ia berharap kartu keterangan gigi yang dilampirkan pada laporan orang-orang yang hilang itu akan bisa membuktikan identitas korban. Pada saat itu ia tidak tahu beberapa mayat yang akan ditemukan. 

Hari itu, 22 Desember, Gacy ditanyai lama sekali. Penemuan mayat dan bagian-bagian tubuh lain pada malam sebelumnya membuat Gacy menyadari bahwa ia tak dapat memungkiri keterlibatannya dalam pembunuhan-pembunuhan itu. Ia mulai berbicara .... 

Sejak menjadi dewasa, John Wayne Gacy Jr. bercita-cita untuk menjadi tokoh dalam dunia bisnis, tetapi tingkah laku seksualnya yang aneh membuatnya tidak bisa mencapai ambisinya. 

Setelah polisi mengetahui tentang hukuman yang pernah dijatuhkan kepadanya karena melakukan sodomi di Iowa dan belakangan pembunuhan laki-laki remaja di daerah Chicago karena menolak ajakan untuk berhubungan seksual, mereka bertanya apakah ia seorang homoseksual. Dia mengakuinya terus terang, meskipun ia telah menikah dua kali dan menjadi ayah dari dua orang anak. 

Bicaranya mulai berani. Dia tahu bahwa ada beberapa jalan baginya untuk menghindari hukuman; dia bisa menyatakan diri gila sementara. Seorang pengacara yang baik akan membebaskan dia. Jadi, sebaiknya dia menceritakan itu semua. 

Ketika ditanyai oleh polisi, Gacy mengakui bahwa selama tiga tahun belakangan ini dia telah membunuh 32 pria remaja dan pria muda, setelah mereka dipaksa melakukan hubungan seksual yang tidak normal. Dari 32 korban itu, 27 dikubur di tanah miliknya, 1 di bawah lantai beton garasinya, dan 5 lainnya, termasuk Robert Piest, dibuang dengan cara-cara lain. Mayat Robert dibuang di Sungai Des Plaines, tidak jauh dari Joliet. 

Ketika ditanya lagi di mana yang lain disembunyikan, Gacy menggambarkan diagram dari tanah miliknya dengan rapi, lalu menandai tempat-tempat di mana ia telah menguburkan ke-27 mayat tersebut. Kebanyakan di ruang bawah tanah tadi, 1,25 m di bawah rumah. 

Ia memberikan nama dari keenam korban dan ia diperlihatkan 2 foto dari arsip orang-orang yang hilang. Ia tidak mengetahui nama mereka, meskipun mereka termasuk korbannya. Dia menandaskan bahwa mereka tidak termasuk nama enam korban yang telah disebut sebelumnya.

 

Disumpal dengan pakaian dalam 

Keesokan harinya, 23 Desember, polisi mulai memeriksa tanah miliknya. Kertas-kertas, dompet, dan barang-barang milik pribadi lainnya dari laki-laki yang hilang di daerah Chicago ditemukan. Ada yang di dalam rumah, di gudang, dan juga di gudang bawah tanah. 

Sementara itu dr. Stein dan para pembantunya mulai melakukan autopsi pada mayat-mayat yang telah ditemukan dan berusaha untuk mengenalinya. 

Dalam pemeriksaan korban Gacy itu dr. Stein dan para pembantunya menggunakan foto gigi, sinar X, dan peralatan lain untuk mengenali identitas dan menentukan sebab-sebab kematian. 

Penyidikan dihentikan pada tanggal 24 dan 25 Desember untuk libur Natal. Tetapi pagi-pagi tanggal 26 Desember polisi, petugas kesehatan, dan yang lainnya kembali bekerja. Para penyelam juga memeriksa Sungai Des Plaines beberapa kilometer sebelah selatan Joliet, di mana Gacy mengatakan telah membuang mayat Robert Piest. 

Menurut beberapa pemeriksa, banyak orang di Norwood Park menganggap Gacy orang yang menyenangkan. Ia senang menghibur anak-anak. Dia mempunyai 2 setel pakaian badut yang dirancang sendiri. Dia mengenakannya ke pesta anak-anak atau pesta amal. Kebanyakan orang yang mengenalnya suka padanya. 

Empat mayat lagi ditemukan di kolong bawah tanah. Seperti tiga yang ditemukan sebelumnya, pakaian dalam dan lap disumpalkan ke dalam mulut mereka. Ini menjadi ciri khas korban Gacy. Pada bulan November 1978, beberapa minggu sebelum Gacy dituduh melakukan pembunuhan, seorang remaja ditemukan di Sungai Des Plaines, dengan pakaian dalamnya disumpalkan ke mulutnya.

Sheriff penyidik mencoba untuk mengenali laki-laki yang dibuang ke sungai itu dan meminta foto gigi dari orang tuanya ketika ia dilaporkan hilang. Setelah ia diangkat dari sungai, foto itu dibandingkan dengan giginya dan memang cocok. Baru belakangan, setelah Gacy ditahan karena pembunuhaan Robert Piest, ia mengakui membunuh laki-laki tersebut. 

Pada hari Rabu, 27 Desember, dimulai penggalian dengan menggunakan diagram yang ditandai oleh Gacy, di mana ia telah mengubur 27 korbannya. Suatu tempat yang banyak mayatnya adalah ruang bawah tanah di bawah bangunan sebelah timur laut. 

Galian yang seperti parit di dalam ruang bawah tanah itu tampaknya telah dipersiapkan lebih dahulu. Ternyata dugaan itu benar ketika seorang laki-laki remaja mendekati seorang penyidik di tempat kejadian. Gacy telah mengupah dia untuk menggali parit sedalam 60 cm di ruangan bawah tanah itu, katanya. 

Kebanyakan dari mayat itu disiram dengan kapur supaya cepat rusak. Beberapa hanya tinggal sisa-sisa kerangka, beberapa yang lain tulang-tulangnya sudah terlepas dari kerangka. Kebanyakan tengkoraknya masih lengkap. Dr. Stein dan pembantunya mengatur kembali tulang-belulang itu menjadi kerangka. 

Pada hari itu, delapan mayat lagi ditemukan di bawah rumah Gacy.

 

John bekerja pada John 

Sementara itu pemeriksa kesehatan telah menyelesaikan beberapa autopsi dan mereka menemukan bahwa kebanyakan korban mati karena dicekik. Beberapa dengan tangan, beberapa lagi dengan mengikat leher erat-erat dengan tali. 

Kata seorang penyidik, "Kebanyakan tengkoraknya masih lengkap dan hanya satu yang mempunyai gigi yang baik. Yang lainnya semua memerlukan perawatan gigi, syukurlah." 

Alasannya, orang yang memerlukan perawatan gigi yang rumit akan mempunyai foto gigi yang mudah dibedakan dan itu akan membantu untuk mengenali mereka. 

Penyidik mengatakan bahwa tampaknya korban-korbannya yang pertama dikuburkan dalam beton, satu di lantai garasi dan dua dilapisi semen di lantai ruang bawah tanah. Untuk alasan-alasan tertentu, Gacy tidak lagi memakai semen dan memutuskan untuk menggali parit di dalam ruang bawah tanah. Parit-parit itu hanya beberapa kaki dalamnya. 

"Ketika paritnya penuh, ia menjadi bingung. Ia mulai membuang mayat ke sungai, padahal itu akan lebih mudah ketahuan." 

Gacy mengaku membuang lima dari korbannya ke Sungai Des Plaines, termasuk Robert Piest yang menghilang dan menjadi permulaan penyidikan besar-besaran ini. 

Hari Kamis, 28 Desember, empat mayat ditemukan lagi dalam ruang bawah tanah, dan atas petunjuk dr. Stein dipindahkan ke rumah mayat setempat. 

Dari hasil perbandingan foto gigi dapat dipastikan bahwa anak muda yang diangkat dari sungai pada bulan November ialah John Butkovich yang menghilang pada tanggal 31 Juli l975. John bekerja pada seseorang yang bernama John Wayne Gacy, tetapi ia berhenti sebulan sebelum menghilang. Gacy tidak membayar upahnya dan pada hari terakhir bulan Juli ia berkata kepada orang tuanya bahwa ia akan mengunjungi Gacy untuk mencoba meminta bayarannya. Ia tak pernah kembali. 

Kepada polisi ia dilaporkan hilang. Orang tuanya mencurigai Gacy karena dua hal. Sang ayah pemilik beberapa bangunan yang disewakan dan pernah meminta kepada beberapa kontraktor agar mengajukan tawaran untuk membangun. Gacy mengajukan tawaran, tetapi ia tidak mendapat pekerjaan itu. Kemudian John bekerja pada perusahaan kontraktornya. 

Orang tuanya tak pernah mengetahui mengapa John berhenti bekerja. Mereka juga tak pernah mengetahui apakah John berhasil mendapatkan upahnya. Ayahnya melapor, tetapi seorang polisi yang tidak dikenal namanya mengatakan bahwa mungkin John lari. Ia menceritakan tentang Gacy kepada polisi, tetapi tidak ada kabar beritanya. Ayahnya menelepon Gacy. 

"Saya bertanya apakah polisi telah menghubunginya. Ia selalu mengatakan tidak. Ia senang andaikata bisa menolong saya," katanya. Ibu anak itu sekarang duduk menangis di kursi ruang tamunya. 

"Semua orang seharusnya tahu tentang nasib anak-anaknya," katanya. "Setiap orang yang merasa mungkin anaknya ada di sana, haras mengetahuinya dengan pasti." 

"Di sana" yang dimaksudkan adalah rumah Gacy. Sejak penyidikan itu dimulai, mereka mengharapkan kabar buruk. 

"Lebih baik mendapat kepastian," kata ayahnya.

 

Sama sadisnya 

Sudah 22 mayat ditemukan selama ini. Menurut catatan polisi, ini jumlah korban terbesar yang dihubungkan dengan seorang pelaku. Sebelumnya ada seorang yang bernama Herman W. Mudgett yang lebih senang memakai nama H.H. Holmes. Dia mencapai gelar dokter di Michigan dan memiliki sebuah rumah di Gilmanton, New Hampshire, di mana satu dari paling sedikit empat istrinya menunggu dia. Tetapi ia lebih senang tinggal di Chicago. Di sana ia membangun sebuah bangunan berlantai tiga yang aneh, yang kemudian dikenal sebagai Istana Holmes. 

Pada tahun 1893, ada iklan yang mencari para wanita muda untuk pembantu rumah tangga dan pembantu laboratorium. Beberapa diterima dan mereka tak pernah terlihat lagi. Di laboratoriumnya di lantai tiga ada sebuah meja di mana tubuh-tubuh itu dibedah. Tulang-tulangnya diluncurkan ke ruang bawah tanah, ke dalam tong yang berisi asam sehingga larut. 

Orang yang mengaku dirinya dr. Holmes ini pertama kali mengalami kesulitan ketika ia mencoba untuk mengambil asuransi dari seorang pria yang dibunuhnya. Seorang detektif dari Pinkerton menguntit Holmes, istrinya, tiga anaknya dari tiga istri tak sah (masing-masing tidak tahu-menahu adanya istri yang lain) ke bagian kota di Amerika dan Kanada. 

Detektif akhirnya menangkap dr. Holmes dan dia diadili karena melakukan pembunuhan di Philadelphia. Ia dinyatakan bersalah dan dihukum gantung pada tahun 1896. Ada bermacam-macam tafsiran tentang jumlah korban yang telah dibantainya. Menurut yang berwajib, jumlah yang paling mendekati kebenaran adalah antara 15 dan 29. 

Pada tahun 1973, Elmer Hensley (17) membawa polisi Houston ke tiga kuburan di Texas di mana 17 laki-laki dan remaja dimakamkan. Hensley mengatakan kepada polisi bahwa ia telah membunuh Dean Corll (33) untuk membela diri. Dia dibebaskan, tetapi kemudian dituntut karena 27 pembunuhan padahal sebelumnya ia telah menuduh Corll sebagai dalangnya. Dia dijatuhi hukuman penjara 594 tahun. (Di AS orang memang bisa dijatuhi hukuman ratusan tahun, Red.) 

Belakangan Hensley naik banding. Pada tanggal 20 Desember 1978 pengadilan tinggi membatalkan hukuman dan memerintahkan untuk melakukan pengadilan ulang. Ini terjadi sehari sebelum mayat pertama yang berhubungan dengan Gacy ditemukan. Tetapi pengadilan ulang Hensley sekali lagi menjatuhkan hukuman karena 27 pembunuhan.

 

Robert Piest no. 33 

Penyelidikan di ruang bawah tanah di bawah rumah Gacy berjalan terus pada hari Jumat, 29 Desember. Para wartawan yang berada di sekeliling rumah mencatat sedikit dari sana-sini, tetapi terutama mereka menunggu berita dari pemeriksa kesehatan.

 "Bapak-bapak," kata dr. Stein kepada para wartawan ketika dia keluar malam itu, "saya membawa kabar buruk. Enam mayat lagi telah digali." 

Menurut dr. Stein ada petunjuk adanya kerangka lain di parit-parit sepanjang tembok selatan. Daerah ini belum diselidiki. Seperempat bagian dari ruang bawah tanah itu juga belum. 

Pemeriksa kesehatan itu juga menambahkan bahwa dua dari enam mayat yang diketemukan hari itu berada dalam satu parit, yang satu di atas yang lain, rupanya keduanya dikuburkan pada waktu yang sama. Dr. Stein mengatakan bahwa sebelumnya sudah pernah dijumpai kasus serupa, dua mayat ditumpuk dalam satu lubang. Pembunuhnya takut kehabisan tempat. 

Sementara penggalian berjalan terus, Dr. Lawrence Freedman, profesor psikiatri di Universitas Chicago mengatakan bahwa orang cenderung untuk mempunyai gambaran tertentu dari seorang pembunuh masal. Itu tidak benar. 

"Pembunuh seperti itu tidak selalu mempunyai tampang mengerikan," kata Dr. Freedman, yang mengkhususkan diri dalam bidang kekerasan. 

Gacy, misalnya digambarkan oleh para tetangganya sebagai seorang yang ramah, suka bekerja keras, dan seorang pengusaha yang terkenal suka menghibur anak-anak sambil berpakaian badut. "Seseorang yang melakukan kejahatan dengan kekerasan tidak selalu orang yang kelihatan berbahaya, dan tampak sebagai pembunuh," kata Dr. Freedman. 

"Di samping keadaan jiwa yang cenderung tidak seimbang, orang yang melakukan pembunuhan masal sering kali mengharapkan pujian orang. Itu sesuai dengan pribadi Gacy." 

Karena Gacy mengatakan kepada polisi bahwa ia membunuh 33 laki-laki-muda dan remaja, para penyidik berunding dengan pengacara Bernard Carey dan diputuskan bahwa pencarian mayat akan diteruskan sampai semuanya ditemukan, atau sampai yang lain tak dapat ditemukan. 

Pencarian berjalan terus. Baru pada hari Jumat, 16 Maret, ditemukan mayat yang ke-29, di kolong rumah Gacy yang masih berdiri. Beberapa kali hakim memerintahkan untuk merobohkannya, tetapi keputusan dibatalkan lagi oleh hakim yang lain. Hal ini berjalan terus sampai tanggal 3 April, ketika rumah itu tinggal sebesar "kulit kerang". Kemudian pada hari Selasa, 10 April, bagian terakhir dirobohkan. Dalam beberapa hari seluruh rumah itu lenyap. 

Penggalian di jalanan mobil rumah Gacy dan di bagian lain dari tanah miliknya itu tidak menghasilkan apa-apa. Tetapi pencarian akan diteruskan sampai satu mayat lagi - yang ke-33 - ditemukan. 

Sementara itu orang-orang yang memeriksa Sungai Des Plaines tetap bekerja mati-matian. Mereka sampai pada bagian Sungai Illinois, dekat Morris. 

Di sini mereka menemukan mayat no. 33. Dengan menggunakan sinar X dan foto gigi, tubuh itu dikenali sebagai Robert Piets, yang hilang pada tanggal 11 Desember. la ditakdirkan untuk menjadi awal pencarian mayat terbesar yang pernah dilakukan di daerah Chicago. 

Pada hari Sabtu, 14 April, keluarga Robert mengumumkan bahwa untuk mengenang Robert akan didirikan sebuah yayasan. Orang tua Robert, anggota keluarganya yang lain, pengacara keluarga, dan anggota polisi Des Plaines hadir saat pengumuman itu dibacakan. 

"Yayasan ini didirikan dengan maksud memberi bantuan kepada perorangan, organisasi, atau usaha yang dilakukan untuk mengurangi kejahatan terhadap anak-anak." Beberapa penduduk dan perusahaan setempat juga menjanjikan sumbangan. 

Setelah masuk rumah sakit penjara Cook County karena keluhan sakit dada John Wayne Gacy Jr. dipindahkan ke bangsal yang mempunyai penjagaan khusus di penjara setempat pada tanggal 1 Juli 1979. Ketika tulisan ini dibuat pada bulan Februari 1980, dia masih di sana menunggu tindakan hukum selanjutnya.

 (W.T. Brannon)

" ["url"]=> string(59) "https://plus.intisari.grid.id/read/553305971/badut-pembunuh" } ["sort"]=> array(1) { [0]=> int(1654278254000) } } }