array(1) {
  [0]=>
  object(stdClass)#49 (6) {
    ["_index"]=>
    string(7) "article"
    ["_type"]=>
    string(4) "data"
    ["_id"]=>
    string(7) "3517462"
    ["_score"]=>
    NULL
    ["_source"]=>
    object(stdClass)#50 (9) {
      ["thumb_url"]=>
      string(113) "https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/750x500/photo/2022/10/09/eksekusi-ala-pemuja-iblis_-pixab-20221009065835.jpg"
      ["author"]=>
      array(1) {
        [0]=>
        object(stdClass)#51 (7) {
          ["twitter"]=>
          string(0) ""
          ["profile"]=>
          string(0) ""
          ["facebook"]=>
          string(0) ""
          ["name"]=>
          string(13) "Intisari Plus"
          ["photo"]=>
          string(0) ""
          ["id"]=>
          int(9347)
          ["email"]=>
          string(22) "plusintisari@gmail.com"
        }
      }
      ["description"]=>
      string(142) "Gilligan menemukan sepatu mencuat di tempat yang tidak biasa untuk dijadikan kuburan. Ternyata mayat itu berhubungan dengan sekte pemuja iblis"
      ["section"]=>
      object(stdClass)#52 (8) {
        ["parent"]=>
        NULL
        ["name"]=>
        string(8) "Kriminal"
        ["show"]=>
        int(1)
        ["alias"]=>
        string(5) "crime"
        ["description"]=>
        string(0) ""
        ["id"]=>
        int(1369)
        ["keyword"]=>
        string(0) ""
        ["title"]=>
        string(24) "Intisari Plus - Kriminal"
      }
      ["photo_url"]=>
      string(113) "https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/945x630/photo/2022/10/09/eksekusi-ala-pemuja-iblis_-pixab-20221009065835.jpg"
      ["title"]=>
      string(25) "Eksekusi ala Pemuja Iblis"
      ["published_date"]=>
      string(19) "2022-10-09 19:01:31"
      ["content"]=>
      string(20386) "

Intisari Plus - Gilligan menemukan sepatu mencuat di tempat yang tidak biasa untuk dijadikan kuburan. Ternyata mayat itu berhubungan dengan sekte pemuja iblis.

-------------------

Kota Cork, di Irlandia, termasuk daerah terbuka yang gersang, liar, berbatu, terpencil, dan tanpa pepohonan. Angin ujung musim dingin menderu-deru.

Malam itu, tanggal 22 Desember 1979, suasana begitu mencekam. Angin merobek awan yang menutupi wajah bulan sabit, menjadi serpihan-serpihan kecil. Di bawah sinar bulan yang pucat, sesosok aneh dengan otot bergumpal-gumpal bagai monster prasejarah berjalan dengan kaki terseret.

Berpuluh meter di hadapannya, sosok-sosok tinggi bergaun hitam panjang terlihat membawa peralatan aneh. Mereka berdiri diam menunggu. Monster itu berhenti di hadapan mereka, di dalam kegelapan ia seolah membelah diri menjadi dua. Rupanya, monster itu seorang lelaki yang memanggul lelaki lain di punggungnya.

Laki-laki yang dibawanya terikat, mulutnya disumbat, lalu dibanting ke atas tanah berbatu.

Tubuh itu berdebum, lenguh kesakitan menyeruak dari sela-sela sumbat mulutnya. Si tukang angkut dan sosok-sosok berjubah itu kemudian terlibat dalam transaksi kecil. Sementara si pria mirip monster cepat berbalik dan bergegas pergi menuju ke arah Cork secepat kaki bisa membawanya. Di belakangnya, muncul suara-suara lengkingan panjang dan tajam meraung-raung, seolah pisau mencabik suara angin yang menderu. Mirip suara banshee, roh Irlandia pembawa berita kematian.

 

Misteri sepatu mencuat

Pada malam hari, badai berbelok ke arah selatan, menghantam Teluk Biscay, dan pada pukul 09.00 pagi berikutnya, cuaca kembali terang dan angin pun surut jadi sekadar angin sepoi kencang.

Waktu itu hari Minggu, Thomas Gilligan (42) berangkat dengan truknya dari Kota Cork untuk melakukan perjalanan panjang menuju Dublin. la bersiul-siul sambil menyetir. Namun, baru saja berbelok ke jalan nomor enam, belum sampai setengah mil, pandangannya tertumbuk pada sesuatu yang menyembul di atas tanah, sekitar enam puluh kaki dari jalan raya.

Gilligan menghentikan truk. la membatin, sambil dengan saksama memandangi sesuatu yang mencuri pandangannya. “Seperti sepatu keluar dari tanah.” la berjalan ke arah sepatu itu, memegang dan menariknya. Tanah segar di bawah sepatu terangkat sedikit. Gilligan berhenti menarik. Ada kaki di dalamnya

la segera memutar balik truk-nya, mengarah ke kantor polisi pusat Kota Cork. Seorang sersan menerima laporannya, dan merasa heran baru kali ini ada seorang dari 125.000 penduduk Cork yang dikubur di tepi jalan umum. Lalu sersan tersebut menekan tombol interkom, meminta agar sebuah mobil patroli datang ke kantor polisi, menjemput Gilligan agar ia bisa menunjukkan tempat kejadian perkara (TKP).

Setengah jam kemudian, mobil patroli tiba di TKP. Seorang laki-laki terkubur, dengan salah satu sepatunya mencuat ke permukaan tanah. Tampaknya, ini bukan penguburan biasa. Petugas patroli tidak mengusik jenazahnya, sampai pihak dari Departemen Investigasi Kriminal datang. Gilligan, yang nama dan alamatnya sudah dicatat oleh polisi, boleh pergi.

 

Wajahnya pecah 

Dua lagi mobil patrol datang. Petugas patroli, di bawah pengarahan sang Sersan, menandai sebuah areal sekitar 500 yard berbentuk persegi dengan kuburan berisi jenazah sebagai pusatnya.

Tak lama menjelang tengah hari, teknisi laboratorium datang, mengambil gambar. Setelah memeriksa tanah dan permukaan kuburan, disimpulkan satu-satunya petunjuk adalah banyaknya ceceran darah, mungkin dari korban, serta jejak kaki yang membingungkan. Tampaknya, menurut mereka, seseorang pernah menari atau melakukan kegiatan singkat di sekitar dan di atas kuburan tersebut.

Gambar-gambar dan cetakan tapak kaki dibuat, lalu tanahnya hati-hati diambil dari jenazah itu. Tidak sulit, karena jenazahnya dikubur kurang dari 6 inci di bawah permukaan tanah.

“Jika mereka mengubur 6 inci lebih dalam lagi, kita mungkin tidak akan menemukannya,” tandas Inspektur.

Dokter forensik berjongkok dan memeriksa jenazah. “Sepertinya ia dipukuli dengan pentungan, tetapi mulutnya tersumbat dan badannya terikat. Kejadiannya belum lama. Tubuhnya masih sekaku papan,” katanya.

Mayat itu pun dibawa ke kamar mayat. Wajahnya seperti sekumpulan daging pecah, bengkak, dan terbuka dengan serpihan tulang patah dan gigi yang mencuat. Barangkali tampak lebih mengenaskan sebelum darah yang menutupi wajahnya mengering dan menjadi topeng tipis berwarna cokelat gelap. Saku korban kosong sama sekali.

Hasil autopsi menunjukkan, korban berusia tiga puluhan dan berbadan sehat. la mengalami sejumlah pukulan, sebelum pukulan terakhir membunuhnya. Menurut dokter forensik, punggungnya dipukuli dan pantatnya dicambuki. Tengkorak kepalanya pecah dan seluruh wajahnya hancur, menimbulkan perdarahan hebat. Rangkaian iganya juga hancur, dan ujung serpihannya menembus beberapa organ vital. 

Betul-betul sebuah kematian yang mengerikan.

 

Perkawinan yang aneh

Hasil laboratorium terhadap tali dan sumbat, juga kurang optimistis. Begitupun batang-batang kayu pemukul. Tapi Inspektur tak putus asa. Akhirnya, sersan berhasil menemukan beberapa orang yang mengenali pakaian korban. Dia Eric Willmot (36), seorang pria penjual teko dan panci serta pengasah pisau yang sering mengunjungi pasar malam dan pasar-pasar untuk berjualan.

“Ia bukan gypsy,” lapor Sersan, “la tinggal di Cork, atau beberapa lama tinggal di sini. la pernah menikah, saya sudah menemukan mantan istrinya, yang akan kemari memeriksa jenazah.”

Inspektur mengernyitkan kening, “Kapan mereka berpisah? Mungkin ada hubungannya dengan pembunuhan ini.”

“Mereka bercerai tahun 1972. Katanya, Willmot tinggal bersama wanita lain sejak tahun 1973, saya sedang mencari tahu siapa istri terakhirnya.”

“Ada yang aneh dengan kasus ini. Motifnya tidak wajar. Ada saksi yang mengatakan pria ini tampan?”

Sersan menggeleng. Namun, sehari kemudian, ia kembali dengan informasi tentang wanita yang tinggal bersama Eric Willmot sejak akhir 1973. Namanya Phoebe Brady (43). Ia heran mendengar Willmot meninggal, sebab dikiranya Eric telah pergi melanglang buana ke Kanada. Pasalnya, selama berbulan-bulan Eric terus-menerus berbicara tentang imigrasi ke Kanada, pada setiap orang. Ia telah menabung uangnya dan mereka semua mengira ia sudah betul-betul pergi ke Kanada.

Inspektur merasa heran, karena perkawinan Willmot dan Brady tidak tercatat resmi di mana pun. Terlebih Sersan menambahkan, “Ny. Brady mengatakan, ia melakukan upacara perkawinannya sendiri.” 

“Melakukannya sendiri?” Inspektur makin heran, “Perkawinan yang aneh.”

 

Para pemuja setan

Phoebe Brady memimpin sejenis sekte, namanya “Pemuja Iblis”. Anggotanya sekitar 20 - 30 orang, mereka bersama-sama melakukan perjalanan ke seluruh negeri dalam karavan dan bus-bus tua. Phoebe juga mencari uang dengan meramal nasib. Walau bergaya hidup bagai gypsy, sebenarnya mereka orang Irlandia biasa, tapi bukan penganut Katolik yang baik.

Selain kelompok ini, ada pula “Kelompok Pemuja Setan”, dipimpin Maureen Donahue (29), wanita yang memiliki postur tubuh indah. Ia memiliki pengikut yang lebih besar, sebagian bahkan bekerja sebagai karyawan. Mereka lebih sering mandi dibandingkan dengan para Pemuja Iblis.

Ny. Phoebe Brady menyatakan pada polisi, suaminya Eric Willmot dibunuh oleh para “Pemuja Setan” untuk menyakiti hatinya. Lalu, ketika diinterogasi Sersan, Maureen Donahue hanya tersenyum, “Saya tak bakal mendekati para Pemuja Iblis, apalagi memukulinya sampai mati.”

Apakah Phoebe Brady menggunakan celah persaingan di antara kedua kelompok - atau lebih tepat dua pendeta tinggi wanita - ini, untuk memfitnah kompetitornya?

Phoebe adalah generasi kedua “Pemuja Iblis”, yang mengambil alih sekte ini setelah kematian ibunya pada tahun 1973. Meskipun terlahir dan dibesarkan di Dublin, tempat ibunya mendirikan sekte ini tiga tahun sebelum kelahirannya, Phoebe telah menghabiskan masa hidupnya dengan melakukan perjalanan ke seluruh penjuru negeri bersama para pengikutnya yang menampilkan semua atribut kaum gypsy.

Sumber pendapatan utama sekte ini mengandalkan pekerjaan meramal nasib, menjual barang-barang bekas dan rombengan serta menjajakan barang-barang rumah tangga di pasar malam dan pasar umum. Pemujaan iblis terbatas hanya pada ritual aneh dan tarian kecil di tanah terbuka yang gersang di bawah sinar bulan purnama. Diikuti dengan pesta seks, jika cuaca mengizinkan.

 

Sang maniak seks

Kehidupan cinta Ny. Brady rumit, dan diawali pada usia dini. Pada usia 16 tahun ia telah melahirkan seorang anak perempuan bernama Verren, yang sekarang menjadi Asisten Pendeta Tertinggi Wanita, serta pewaris kepemimpinan sekte ini.

Mulanya, ayah Verren menolak kawin. Namun para anggota sekte memukulinya sampai hampir mati. Akhirnya pria itu menyerah, lalu perkawinan pun jadi dilaksanakan oleh ibu Phoebe dalam kapasitasnya sebagai Pendeta Tertinggi Wanita.

Namun demikian, pengantin wanita tetap membawa nama gadisnya, mungkin ia tidak yakin perkawinan itu akan bertahan lama. Ia benar, pria itu melarikan diri begitu ada kesempatan.

Phoebe tak terguncang sama sekali. Ia sudah hamil karena pria lain.

Inilah pola yang ia jalani sampai akhir hayat. Yakni menjadi “Pemuja Iblis”, dan menjadi perempuan lalai KB (keluarga berencana). Phoebe jarang berhubungan dengan pria yang menarik hatinya tanpa menjadi hamil. Ia memasang jerat cinta dalam profesinya sebagai peramal nasib. Percintaan jelas terlihat dalam kartu-kartu atau bola kristal. Dekat, sangat dekat, cukup dekat untuk menyentuh - lalu diikuti dengan saling berpegang tangan, dan Phoebe pun siap hamil.

Sampai titik ini, kaum pria tak pernah melawan. Pada usia 43, Phoebe Brady sungguh memesona dengan lekuk tubuh dan rambut hitam panjang. Hampir seluruh pria yang berhubungan dengannya dibuat tak berdaya, tergulung gairah ombak asmara sang pemimpin sekte. Toh ada saja pria yang berusaha lari dari pelukannya. Meski pelarian itu tak berlangsung lama. Phoebe segera memanggil divisi kuat dalam sekte, lalu si calon pengantin pria diberi tawaran memilih pernikahan dengan cara sadar atau tidak sadarkan diri alias pingsan.

Pernikahan selalu dilakukan Phoebe sendiri, karena, dalam agamanya, dialah satu-satunya Pendeta Tertinggi Wanita dan satu-satunya orang yang memiliki otoritas untuk melaksanakannya. Pernikahan itu selalu diikuti dengan bulan madu, kedua pasangan menghabiskan sebagian besar waktu mereka di tempat tidur, keluar cuma untuk makan dengan Phoebe berwajah cerah segar sementara pasangannya pucat dan lututnya gemetar. 

Di kemudian hari, jika pengaruh sihir Phoebe telah sirna, sang suami biasanya berusaha kabur. Ada yang berhasil, ada yang tidak. Para anggota sekte yang setia membawanya kembali dengan tubuh babak belur, habis dipukuli.

 

Pria sekuat banteng 

Agaknya Eric Willmot mengalami nasib yang sama. la telah beberapa kali berusaha kabur, tapi selalu gagal. Enam bulan sebelumnya, ia dipukuli hingga lengannya patah dan tiga tulang iganya retak.

Malam tanggal 22 Desember, Willmot sempat minum bir di salah satu bar setempat sampai pukul 22.00. Ia meninggalkan bar sendirian dan tak seorang pun melihatnya setelah itu. Dari percakapan dengan beberapa pelanggan bar diketahui Eric Willmot berencana lari dari eksploitasi seks istri keduanya itu. Ia bilang mau pergi ke Kanada, dan telah menabung sedikit yang akan cukup jika ditambah uang penjualan cincin pernikahan pemberian Phoebe Brady.

Sampai di sini, polisi mendapat titik terang tentang motif yang masuk akal atas pembunuhan itu. Tapi bagaimana Willmot sampai berada di TKP dengan tangan terikat dan mulut tersumbat? Tak seorang pun pengikut “Pemuja Iblis” yang ada di tempat kejadian malam itu. 

Phoebe dan Verren juga tidak melakukannya. Willmot lelaki besar, berat, dan berotot. Tak mungkin kedua wanita itu, betapapun kuatnya mereka, bisa menandingi kekuatannya, mengikatnya dan menyumbat mulutnya lalu membawanya ke tempat terbuka ia dibunuh. Makin tidak mungkin jika Willmot menemani mereka secara sukarela. Pelakunya pasti orang lain. Tapi siapa?

Nah, ada seorang pria, Michael Harmsworth (35), berbadan kurus, botak di sebagian besar kepalanya, berkacamata, akuntan yang kurang profesional, dan pemalu. Pesakitan di bidang pencurian, perampokan, dan penganiayaan ringan, ini belakangan sering mabuk di bar sambil sesumbar dirinya penjahat berbahaya yang baru saja membunuh orang dan dibayar besar untuk melakukannya.

Tingkah lakunya itu menarik perhatian polisi. Inspektur memerintahkan agar ia ditangkap dan dibawa ke kantor polisi untuk diinterogasi. Jelas, ia menyangkal semua tuduhan. Ia mengaku belum pernah bertemu dengan Willmot, bahkan tak mengenal Phoebe Brady ataupun anak perempuannya. Sesumbarnya sebagai penjahat berbahaya, ia katakan pengaruh dari alkohol. Ia biasa minum tak terlalu banyak, tapi alkohol segera memengaruhi otaknya.

Polisi agak ragu, karena ia dipergoki begitu tenggelam dalam pengaruh alkohol, pertanda ia minum banyak. Namun, betapapun, tak ada bukti yang mengaitkannya dengan keluarga Brady. Inspektur menahannya di ruang tahanan, dan melakukan pemeriksaan fisik terhadapnya. Hasilnya mengejutkan, “Orang itu sekuat banteng,” gumam inspektur.

 

Jerat sang ratu

Karena tenaganya kuat sekali, dan belakangan ia punya uang banyak, ditambah ucapan sesumbarnya di kala mabuk, apalagi ia mengenal Maureen Donahue si ratu “Pemuja Setan”, maka polisi menuduh Michael Harmsworth sebagai pembunuh Eric Willmot.

Yang dituduh kontan kaget. “Tunggu dulu!” protes Michael, “Aku tidak membunuh orang itu. Ia masih hidup ketika aku meninggalkannya.”

Kegugupan campur rasa bersalah itu membuat polisi langsung mencecarnya. Sekali korek, membanjirlah pengakuan dari mulutnya. Suatu hari ia menemui Phoebe Brady untuk diramal. Wanita yang tak tertarik secara seksual pada pria ini, mendapat ilham untuk memanfaatkannya untuk hal lain. “Anda pernah di penjara lebih dari sekali ya? Sekarang Anda tak punya apa pun bahkan sedang krisis keuangan. Tapi, aku melihat Anda akan dapat banyak uang. Segera. Sebentar lagi,” suara seksi Phoebe mulai menjerat.

Melihat Harmsworth tertarik, Ny. Brady terus mencengkeram, “Ada seseorang amat jahat bernama Eric Willmot, yang berusaha menyakitiku dan anak perempuanku. Kuingin Anda membawanya kepadaku untuk diberi pelajaran. Upahnya £ 800, dibayar sebelum dan sesudahnya.”

Setelah mendapat informasi mengenai ciri dan kebiasaannya, serta kesepakatan kapan dan di mana harus dibawa, dengan mudah Eric ditemukan di bar, pada malam 22 Desember. Menjelang pukul 22.00, Willmot keluar bar lalu menuju ke gang. Harmsworth mengikuti Willmot dari belakang, lalu menghantamkan kepalan tinjunya keras-keras pada bagian belakang leher Eric. Kemudian ia mengangkat Eric yang jatuh pingsan, dan dipanggulnya seolah tak terjadi apa-apa menuju ke jalanan Cork. Siapa pun yang melihat pasti beranggapan ia orang baik yang membawa pulang teman yang mabuk.

Phoebe dan Verren telah menunggunya di tempat terbuka dengan pakaian jubah ritual mereka, bersenjatakan batangan-batangan besi. Harmsworth membanting Willmot ke tanah, yang telah ia ikat dan sumbat mulutnya tidak lama setelah keluar dari kota. la meminta £ 400 sisanya, lalu melarikan diri.

 

Eksekusi sekte

Phoebe dan Verren Brady langsung berang saat dihadapkan dengan pengakuan Harmsworth. “Itu bohong!” seru mereka hampir serentak. Tapi setelah diberi tahu bahwa bantahan mereka tak bisa membantu pembebasan mereka, akhirnya Phoebe dan Verren membenarkan pengakuan itu. Namun mereka menegaskan, Harmsworth tahu persis Willmot akan dieksekusi.

“Eksekusi itu benar-benar legal,” tandas Phoebe Brady. Willmot telah mencuri cincin berharga yang telah ia berikan saat pernikahan dan berencana melarikan diri ke luar negeri.

Katanya, Willmot telah diadili secara in absentia oleh pengadilan sektenya dan dihukum mati. Ia, sebagai Pendeta Tertinggi Wanita, dan anak perempuannya, Asisten Pendeta Tertinggi Wanita, hanya sekadar menjalankan tugas sesuai jabatan mereka. Jika mereka tidak mengeksekusi Willmot sesuai dengan doktrin agama mereka, pada saat titik balik matahari musim dingin, siapa lagi yang nanti akan melakukannya? Kedua wanita itu mengaku menyesal, tidak mengubur jenazah Willmot lebih dalam, karena tanahnya keras dan cuaca gelap gulita, sehingga kasus ini jadi urusan polisi. Sedangkan Michael Harmsworth menyatakan menyesal telah terlibat dalam urusan ini.

Toh penyesalan itu tidak memengaruhi hakim, dan pada tanggal 25 Juli 1980, ketiga terdakwa divonis hukuman penjara seumur hidup. 


Baca Juga: Deposito Berbunga Kematian

 

" ["url"]=> string(70) "https://plus.intisari.grid.id/read/553517462/eksekusi-ala-pemuja-iblis" } ["sort"]=> array(1) { [0]=> int(1665342091000) } } }