array(1) {
  [0]=>
  object(stdClass)#49 (6) {
    ["_index"]=>
    string(7) "article"
    ["_type"]=>
    string(4) "data"
    ["_id"]=>
    string(7) "3517157"
    ["_score"]=>
    NULL
    ["_source"]=>
    object(stdClass)#50 (9) {
      ["thumb_url"]=>
      string(113) "https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/750x500/photo/2022/10/09/sosialisasi-sang-pembunuh-keji_t-20221009072347.jpg"
      ["author"]=>
      array(1) {
        [0]=>
        object(stdClass)#51 (7) {
          ["twitter"]=>
          string(0) ""
          ["profile"]=>
          string(0) ""
          ["facebook"]=>
          string(0) ""
          ["name"]=>
          string(13) "Intisari Plus"
          ["photo"]=>
          string(0) ""
          ["id"]=>
          int(9347)
          ["email"]=>
          string(22) "plusintisari@gmail.com"
        }
      }
      ["description"]=>
      string(140) "Setelah menikah, Renae dilecehkan oleh seseorang. Seakan belum puas, pelaku terus memburu Renae selama bertahun-tahun untuk membalas dendam."
      ["section"]=>
      object(stdClass)#52 (8) {
        ["parent"]=>
        NULL
        ["name"]=>
        string(8) "Kriminal"
        ["show"]=>
        int(1)
        ["alias"]=>
        string(5) "crime"
        ["description"]=>
        string(0) ""
        ["id"]=>
        int(1369)
        ["keyword"]=>
        string(0) ""
        ["title"]=>
        string(24) "Intisari Plus - Kriminal"
      }
      ["photo_url"]=>
      string(113) "https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/945x630/photo/2022/10/09/sosialisasi-sang-pembunuh-keji_t-20221009072347.jpg"
      ["title"]=>
      string(30) "Sosialisasi sang Pembunuh Keji"
      ["published_date"]=>
      string(19) "2022-10-09 19:24:07"
      ["content"]=>
      string(22219) "

Intisari Plus - Setelah menikah dengan Jack, Renae dilecehkan oleh seseorang. Seakan belum puas, pelaku terus memburu Renae selama bertahun-tahun untuk membalas dendam.

-------------------

Renae Ahlers Wicklund tampak cantik dengan rambut gelap, mata besar, tulang pipi yang tinggi, dan bentuk tubuhnya yang bak model. Semasa SMA, Renae menjadi mayoret di Jamestown, Dakota Utara, sebelum pindah ke negara bagian California, lalu pindah lagi ke negara bagian Washington. Di sini, tepatnya di Kota Seattle, Renae yang bekerja sebagai penata kecantikan di sebuah salon bertemu Jack Wicklund, duda beranak dua berusia 14 tahun lebih tua.

Pertemuan itu berlanjut, karena keduanya saling jatuh cinta, dan memutuskan menikah pada tahun 1972. Waktu hamil anak pertama, mereka boyongan lagi ke Clearview, sebuah kota kecil di Snohomish County. Rumah mereka memiliki halaman yang sangat luas. Jarak ke tetangga terdekat - Barbara dan Don Hendrickson - hampir 0,5 km. Toh hubungan Renae dan keluarga Hendrickson sangat erat. Mereka sering saling bertandang, dan sekali bertandang bisa makan waktu berjam-jam.

Sampai-sampai, ketika Renae akan melahirkan, anak keluarga Hendrickson yang mengantarkannya ke rumah sakit karena saat itu Jack sedang tak ada di rumah. Jack memang jarang di rumah, sering pergi ke luar kota. Shannah, begitu nama si bayi cantik. Wajahnya sangat mirip dengan ibunya; matanya cokelat tajam dan rambutnya berwarna cokelat muda berkilauan.

 

Disergap pria tak dikenal

Rabu, 11 Desember 1974, cuaca di Clearview tak seperti cuaca di bulan Desember umumnya, yang kerap kali hujan. Hari itu cuacanya justru hangat dan cerah. Renae pun berniat membersihkan jendela kaca rumahnya. la mengajak Shannah yang telah berusia 1,5 tahun keluar rumah, mendudukkannya di halaman, dan kemudian menyanyikan lagu sambil mengelap kaca.

Sekitar pukul 13.30 secara tak sengaja Renae melihat seorang pria jangkung berjalan ke arah rumahnya. Tapi ketika pria itu menyadari keberadaannya diperhatikan si empunya rumah, ia langsung berbalik arah. Renae mengira pria itu tersasar. Ia lalu masuk ke rumah untuk mengambil cairan pembersih kaca, meninggalkan Shannah sendirian di luar. Namun beberapa saat kemudian, ia melihat laki-laki tadi berlari menuju ke rumahnya.

Renae mulai waspada. “Jangan-jangan dia mau menculik Shannah,” pikirnya sambil bergegas mengambil anaknya dan segera masuk ke dalam rumah. Sayang, sedikit terlambat. Lelaki tak dikenal itu berhasil mencegah Renae yang tengah menggendong Shannah masuk ke dalam rumah. Renae berusaha sekuat tenaga mendorong lelaki bertubuh besar itu, tapi usahanya sia-sia. Apalagi ia melihat si lelaki menggenggam pisau di tangannya.

Renae berusaha tenang dan pura-pura tak melihat pisau tersebut. Ia lalu bertanya, apa yang dapat ia lakukan. Sayangnya, upaya mengalihkan perhatian lelaki itu tidak berhasil. “Lepaskan seluruh pakaianmu sekarang atau kubunuh anakmu. Cepat!” hardik pria itu, sambil mendekatkan pisaunya ke arah Shannah.

Renae tak punya pilihan selain menurutinya. Ia menurunkan Shannah, lalu melepas sepatu botnya, celana korduroi ungunya, kemudian sweater hitamnya. Lalu, ia duduk di sebuah kursi sambil menunggu hal buruk selanjutnya.

Ternyata pria tersebut bukan mau memerkosanya, melainkan memaksanya melakukan seks oral. Renae tidak bisa berbuat apa-apa selain berupaya memuaskan kemauan lelaki tersebut. Setelah selesai dan terpuaskan, pria tadi tidak melukainya dan pergi begitu saja. Dengan perasaan mual, Renae segera berlari ke kamar mandi dan mencuci mulutnya. Kemudian ia mengajak Shannah pergi ke rumah keluarga Hendrickson dan melaporkan semua yang baru saja terjadi pada Barbara.

Mereka segera menelepon sheriff Snohomish County. Di hadapan sheriff, sekali lagi Renae menceritakan semua yang dialaminya. Ia mampu menceritakan dengan baik dan sanggup menggambarkan sosok laki-laki yang melakukan pelecehan seksual pada dirinya dan mencoba membunuh Shannah. Lelaki tersebut bertubuh tinggi dengan rambut merah berantakan, memakai baju merah hitam polos, dan celana jins biru. Menurut perkiraan Renae, lelaki tersebut berusia sekitar 20 tahun dan dari napasnya tercium aroma alkohol yang menusuk.

Berdasarkan keterangan yang diberikan, dugaan sheriff mengarah pada Charles Rodman Campbell. Charles memang sering membuat masalah semenjak ia cukup umur dan boleh meninggalkan rumah. Polisi Snohomish pun cukup mengenalnya karena beberapa kasus kriminal yang pernah dilakukannya.

Charles lahir pada 21 Oktober 1954 di Hawaii, sebelum orangtuanya pindah ke Snohomish. Permasalahan awal yang terjadi pada Charles bukanlah berasal dari dirinya. Dia memang selalu berbeda dalam banyak hal. Karena ia dari Hawaii, teman-teman sekolahnya sering mengolok-olok aksennya. la marah besar ketika saudari perempuannya yang pincang diganggu oleh beberapa anak yang tidak beradab. 

Orangtuanya yang tidak lagi sanggup untuk mendidik putranya, menyerahkan Charles kepada kakek-neneknya. Sayangnya, mereka pun tak sanggup mendidik Charles. Charles yang tak jelas sekolahnya kerap berkelahi dan beberapa kali berurusan dengan polisi, karena kasus pencurian mobil, narkoba, dan alkohol. Di usia 19 tahun ia menikah dengan seorang perempuan yang tiga tahun lebih tua. Tapi perkawinan itu bubar 10 bulan kemudian, dan sebulan sebelum bercerai, anaknya lahir.

 

Pakai nama samaran

Ketika polisi memperlihatkan file foto Charles, Renae dengan gemetar mengiyakannya. Namun, polisi mengalami kesulitan saat hendak menangkap Charles. Baru setahun kemudian, mereka berhasil meringkusnya. Charles sendiri beralibi, hari itu ia tidak berada di Clearview, melainkan di tempat kerjanya, di sebuah restoran pizza di Renton, Washington, yang berjarak sekitar 48 km dari tempat kejadian perkara.

Ia meyakinkan polisi bahwa jejaknya terekam di mesin absensi pada pukul 15.30, dan terus berada di dapur sepanjang jam kerja.

Dari informasi yang didapat, ada beberapa pasal tuduhan yang dilontarkan pada Charles. Akhir Desember 1974, polisi mencari-cari dia karena kasus penggunaan narkoba di Snohomish. Dia bekerja di Renton dengan nama samaran Dan Leslie Kile demi menghindari penangkapan. Pada 14 Desember 1974, saat dia tiba-tiba saja berhenti dari pekerjaannya, kepolisian Renton tengah mengusut masalah pencurian uang kas kasir sebesar AS $ 1.200.

Kembali ke kasus Renae. Ketika diinterogasi polisi, Charles tidak bisa mengatakan secara jelas apa yang ia lakukan pada hari Renae diserang. Versi Charles, ia biasa bermabuk-mabukan di pagi hari, mungkin juga pada hari itu. Masih menurut pengakuannya, ia tidak tahu letak Clearview dan merasa tak ada alasan bagi dirinya untuk pergi ke kota itu. Padahal, ia pernah tinggal di Snohomish selama 15 tahun, sebelum pindah ke rumah ibunya di Renton sebulan menjelang kasus pelecehan seksual itu terjadi.

Maret 1976, Renae diminta mengidentifikasi Charles. Setelah itu, Charles ditahan dengan tuduhan melakukan rencana pembunuhan dan sodomi. Renae menjadi salah satu perempuan yang berani membeberkan perbuatan tak senonoh Charles pada polisi. Ketika kasus ini diajukan ke pengadilan, Renae dipanggil untuk bersaksi. Pernyataan Renae diperkuat oleh seorang perempuan yang tinggal dekat rumah keluarga Wicklund yang dikunjungi Charles, termasuk pada hari peristiwa itu terjadi. Menurut wanita tadi, Charles sering membawa pisau dengan alasan, “Siapa tahu diperlukan sewaktu-waktu.”

Berdasarkan catatan-catatan itulah, para juri di pengadilan akhirnya memutuskan: Charles tidak layak berkeliaran di masyarakat dalam waktu yang lama. la pun dijatuhi hukuman penjara 30 tahun oleh Hakim Phillip Sheridan terkait kasus penyerangan terhadap Renae.

Sayangnya, meski berhasil memenjarakan Charles, kehidupan rumah tangga Renae justru hancur berantakan. Renae benar-benar trauma atas penyerangan seksual yang dialaminya. la bercerai dengan Jack dan menjadi orangtua tunggal bagi Shannah. Namun ia masih berhubungan baik dengan keluarga mantan suaminya. Demi memenuhi kebutuhan hidup, Renae kembali bekerja di salon sebagai penata kecantikan, sekaligus memegang pembukuan.

Tetangga mereka, Don dan Barbara tetap baik terhadap Renae dan Shannah. Mereka kerap membantu Renae melakukan pekerjaan yang tidak dapat dilakukan sendirian.

 

Masalah hanya datang tiga kali?

Celakanya, nasib buruk seperti belum mau menjauh dari keluarga Wicklund. Kali ini yang menjadi target kejahatan adalah Jack. Pada Desember 1977, ia ditemukan terbakar dalam keadaan terikat pada sebuah kursi, di rumahnya, di barat Seattle. Untungnya, ia berhasil diselamatkan. Yang Jack ingat, saat itu ada seorang laki-laki yang tak dikenal datang membawa bingkisan Natal. Tiba-tiba saja laki-laki tersebut menyerangnya, menyiramkan bensin ke tubuhnya dan kemudian menyulutkan api.

Sekeluar dari rumah sakit, Jack yang dalam proses penyembuhan luka bakar tinggal bersama orangtuanya. Sampai suatu hari di bulan April 1978, Jack yang merasa suntuk di rumah pergi dengan mengendarai mobil. Tak seorang pun tahu ke mana ia pergi.

Tak lama kemudian mereka mendapat berita, Jack meninggal akibat kecelakaan di Hansville, Washington. Mobilnya menabrak pohon yang berada di pinggir jalan. Jack tewas seketika. Tak ada saksi mata yang melihat peristiwa tersebut. Polisi menduga Jack terlalu silau oleh cahaya yang terang dari arah berlawanan sehingga tidak menyadari adanya tikungan tajam yang membahayakan dirinya. Kepolisian Seattle tidak dapat melacak siapa yang bertanggung jawab atas kematian Jack.

Ketika mendengar berita duka tersebut, Renae merasa khawatir akan keselamatan dirinya dan Shannah. Ia mengingat kembali kasus yang pernah menimpa dirinya beberapa tahun silam. Tetapi, ia meyakinkan dirinya sendiri bahwa bencana tersebut tidak akan terjadi lagi. Bukankah kata orang, “Masalah hanya datang tiga kali?” Jika hal itu benar, pelecehan seksual, pembakaran, dan kecelakaan Jack sudah melengkapi mitos tersebut.

Lagi pula, menurut perhitungan Renae, Charles si biang kerok baru akan dilepaskan saat berusia 65 tahun. Pada saat itu Renae mungkin sudah pindah ke Dakota Utara dan Shannah yang sudah berusia 30 tahun entah sudah berkelana ke mana.

 

Ditakuti sesama penghuni sel

Sekitar delapan tahun berlalu, akhirnya Renae menemukan sedikit ketenangan. Bayangan buruk masa lalu, kini hanya sesekali saja melintas di benaknya. Renae yang tetap tinggal di rumahnya yang lama juga punya teman setia, seekor anjing Afghan yang selalu menggonggong bila ada orang tak dikenal masuk ke halaman rumah. Kunci rumah pun semakin diperkuat. Ia bahkan tak pernah lupa mengingatkan Shannah agar jangan pernah pergi dengan orang asing.

Pada saat bersamaan, sekitar 40 km dari tempat tinggal mereka, Charles mendekam di penjara. Dia terkenal dengan bogemnya yang kuat; kerap mengintimidasi rekan satu selnya, sehingga sangat ditakuti oleh tahanan yang lemah. Charles juga mendapat pengawasan ketat dari para sipir, karena diduga menjual narkoba di dalam penjara.

Sampai akhirnya, pada suatu hari yang bersalju, Januari 1982, Don tetangga Renae yang baik itu, menemukan jejak kaki di dekat jendelanya. Renae juga mengatakan hal yang sama pada Barbara bahwa ia menemukan jejak kaki di dekat jendela rumahnya. Ibu Renae, Hilda Ahlers, yang datang pada Natal bahkan mengalami kejadian yang aneh. “Suatu hari anjing Afghan itu menggonggong dengan keras. Mungkin ia melihat sesuatu yang menakutkan di luar sana tetapi aku tidak berani melihat keluar.”

Satu hal lagi yang ia ingat, “Ketika itu aku melihat Renae sedang melihat keluar jendela memandangi jalan dengan raut wajah yang aneh. Aku bertanya, ‘Apa yang kau lihat di luar sana?’ dan Renae hanya menjawab, ‘Tidak ada apa-apa!’ Wajahnya tidak tampak seperti ketakutan.”

Selama ini Renae memang tak pernah menceritakan pada ibunya tentang peristiwa mengerikan yang pernah menimpa dirinya. Tak lama setelah percakapan Renae dan ibunya, Afghan si penjaga rumah terpaksa dilepas, setelah menggigit seorang anak. Kini tak ada lagi teman yang setia menjaga Renae dan keluarga kecilnya.

Renae tidak mengetahui, Charles mendapat izin keluar dari penjara pada akhir pekan di bulan Januari, setelah enam tahun mendekam di sel. la diizinkan keluar agar bisa melakukan sosialisasi. Charles memilih bekerja di sebuah perusahaan pertamanan, tak jauh dari Clearview, hanya sekitar 16 km jaraknya.

 

Hanya terdengar suara kran

Tanggal 11 April 1982, Renae tidak dapat menghadiri misa Paskah karena sedang menderita radang tenggorok, sehingga perlu beristirahat penuh selama beberapa hari. Tetangganya yang baik, Barbara, setiap hari datang membawakan makanan lunak seperti yang dianjurkan dokter.

Rabu, 14 April 1982, pukul 16.20, seperti biasa, Barbara menjenguk Renae dan berjanji akan segera kembali. Sebelum berangkat ia meminjam arloji Don. Katanya, untuk mengukur denyut nadi Renae. Sore itu, Don juga bertemu Shannah yang baru pulang sekolah. Tapi, hingga hampir pukul 18.00 Barbara masih belum kembali.

Memang, baik Renae, Shannah, maupun pasangan suami-istri Hendrickson sering saling bertandang dan menghabiskan waktu sampai berjam-jam. Tapi sore itu Don punya perasaan tidak enak, sehingga memutuskan untuk menjemput Barbara di rumah Renae. Seperti biasanya, Don masuk melalui pintu kaca di dapur rumah Renae. Dia heran, kok tak biasanya pintu kaca itu dibiarkan terbuka.

“Aneh!” pikirnya sambil mendorong pintu kaca itu dan masuk ke dalam rumah.

Rumah ini sunyi. Sunyi sekali. Don terus masuk ke dalam rumah. Yang terdengar hanya suara air kran. Padahal biasanya suara Renae, Shannah, dan Barbara begitu riuhnya seakan ada enam orang di dalam rumah. Ia lalu melihat sebuah kursi yang terjungkir. Tak biasanya Renae membiarkan kursi seperti itu. Akhirnya, ia memanggil nama ketiga orang tersebut tetapi tidak ada jawaban.

Tak lama kemudian ia mendapati mereka semua dalam keadaan yang mengenaskan. Mula-mula ia menemukan istrinya, Barbara, tergeletak di ruang tamu dengan luka tusukan di leher. Darahnya membasahi karpet dan rambut peraknya. Ketika mendekat, ia yakin Barbara telah meninggal. 

Sedangkan mayat Renae dan Shannah tergeletak di kamar Renae, dengan kondisi yang tidak kalah mengenaskan. Tubuh Renae penuh luka dan ada luka tusukan di lehernya.

Don langsung menelepon polisi, yang segera datang dan menghabiskan waktu berjam-jam untuk memeriksa TKP, kalau-kalau bisa menemukan jejak si pembunuh. Mereka juga menanyai satu per satu tetangga Renae, apakah mendengar atau melihat sesuatu yang mencurigakan. Tapi, semuanya menggelengkan kepala. Mereka semua bersimpati pada Renae, yang diduga, selama delapan tahun ini hidup dalam ketakutan: takut si penjahat menuntaskan dendam.

Pun ketika Don ditanyai polisi, siapa orang yang paling dicurigai, dia tegas menjawab: “Orang yang pernah melakukan pelecehan seksual pada Renae.”

Dari posisi mayat, polisi memperkirakan Barbara lari mencari bantuan ketika melihat Renae dan Shannah menjadi korban kejahatan. Tapi, malang baginya, si penjahat berhasil mengejar dan membunuhnya.

 

Kompensasi buat keluarga korban

Dari catatan polisi diketahui, enam minggu sebelum pembunuhan sadis tersebut, Charles diberi kesempatan bersosialisasi di Everett, dua blok dari Gedung Pengadilan Snohomish County. Sepanjang hari ia bebas bekerja di luar, hanya pada malam hari ia harus kembali ke sel. Tak seorang pun menyadari bahaya tersebut. Masyarakat mengibaratkan ini sebagai melepas serigala ke kandang ayam tanpa memberi tahu pemiliknya.

Pada malam terjadinya pembunuhan, 19 April 1982, Charles pulang ke Panti Rehabilitasi Monroe dengan dipengaruhi alkohol. Kandungan alkohol dalam darahnya 29, hampir tiga kali lipat batas yang diperbolehkan di Washington. Tes juga menunjukkan adanya morfin, kodein (obat pengurang rasa sakit), pil kina, metadon, dan kokain dalam darahnya. Polisi pun tak ragu mendudukkan Charles sebagai tersangka pembunuhan tingkat satu.

Berita terbunuhnya Renae, Shannah, dan Barbara cepat menyebar, dan menyulut kemarahan publik. Mengapa orang yang begitu berbahaya bisa dilepaskan begitu saja tanpa adanya pengawasan ketat polisi?

Pada 1 Mei 1982 Charles diwajibkan mengikuti tes kejiwaan untuk membuktikan apakah ia mengalami gangguan jiwa. Karena dianggap sebagai narapidana berbahaya, ia menjalani tes tersebut di sel khusus. Pengacara Charles mengeklaim bahwa Charles bisa bertindak seburuk itu karena pengaruh alkohol dan narkoba sehingga tidak sadar apa yang ia lakukan.

Sampai tiba-tiba Kepolisian Snohomish mendapat informasi ada seorang perempuan yang menjadi konsultan narkoba dan alkohol diberhentikan gara-gara terlibat “cinta lokasi” dengan narapidana yang ditanganinya. Narapidana itu adalah Charles. Charles rupanya memiliki kharisma yang begitu besar bagi konsultan tersebut.

Kabar lain datang dari mantan istrinya. Menurut laporan sang mantan, pada Natal 1981 Charles mendatanginya dan memerkosanya. Sayangnya, ketika ia melaporkan hal tersebut pada polisi, kasus ini dianggap kurang kuat untuk dimajukan ke pengadilan.

Kini polisi benar-benar memusatkan perhatiannya pada kasus Charles. Mereka menemukan bahwa laporan sikap baik Charles selama di penjara yang dibuat oleh petugas rutan, sehingga ia mendapatkan pembebasan bersyarat dan boleh bersosialisasi, ternyata keliru besar. Ketika diselidiki lebih saksama, ternyata rutan tersebut telah membuat begitu banyak laporan yang salah, menyebabkan ratusan napi dilepas ke masyarakat tanpa evaluasi yang memadai. Salah satunya Charles.

Dari pengusutan lebih lanjut diketahui, selama di penjara Charles justru banyak melakukan hal negatif. Dia merusak tirai jendela, meracik pruno (minuman beralkohol, campuran ragi dan sayur/buah-buahan yang mereka dapatkan selama di sel), dan menolak penggeledahan petugas sipir terhadap dirinya. Ia juga terlibat penjualan narkoba ke sesama napi.

Jadi, sebenarnya Charles tak berhak diterjunkan ke masyarakat, apalagi diizinkan berada di daerah yang tak jauh dari TKP di Clearview, tempat ia melakukan pelecehan seksual. Pemerintah akhirnya mengakui pihak rutan telah melakukan kesalahan besar sehingga menyebabkan terbunuhnya tiga wanita tak berdosa.

Selama penyidikan, Charles memilih diam. Ia hanya minta agar dipindahkan ke negara bagian lain, dengan alasan tekanan pers terhadap dirinya begitu besar. Tapi permintaan ini ditolak. Tanggal 26 November 1982, juri pengadilan memutuskan hukuman mati terhadap Charles atas pembunuhan yang dilakukannya. Ketika pengacaranya berniat minta banding, Charles menolaknya. Charles pun dimasukkan ke penjara Washington State, di Walla. Sel tahanannya diberi kaca antipeluru.

Pada 27 Mei 1994, Charles Rodman Campbell menjalani hukuman gantung. Sebagai kompensasi atas kesalahan pihak rutan membiarkan Charles berkeliaran, orangtua Renae dan Don Hendrickson mendapatkan kompensasi sebesar AS $ 2,3 juta (Rp 21,6 miliar). (Ann Rule)


Baca Juga: Gelang Emas Berinisial H

 

" ["url"]=> string(75) "https://plus.intisari.grid.id/read/553517157/sosialisasi-sang-pembunuh-keji" } ["sort"]=> array(1) { [0]=> int(1665343447000) } } }