array(4) {
  [0]=>
  object(stdClass)#61 (6) {
    ["_index"]=>
    string(7) "article"
    ["_type"]=>
    string(4) "data"
    ["_id"]=>
    string(7) "3760974"
    ["_score"]=>
    NULL
    ["_source"]=>
    object(stdClass)#62 (9) {
      ["thumb_url"]=>
      string(113) "https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/750x500/photo/2023/05/11/perampokan-kereta-api-cepat-rock-20230511110111.jpg"
      ["author"]=>
      array(1) {
        [0]=>
        object(stdClass)#63 (7) {
          ["twitter"]=>
          string(0) ""
          ["profile"]=>
          string(0) ""
          ["facebook"]=>
          string(0) ""
          ["name"]=>
          string(5) "Ade S"
          ["photo"]=>
          string(54) "http://asset-a.grid.id/photo/2019/01/16/2423765631.png"
          ["id"]=>
          int(8011)
          ["email"]=>
          string(22) "ade.intisari@gmail.com"
        }
      }
      ["description"]=>
      string(143) "Pesuruh kereta ditemukan tewas mengenaskan di dalam gerbong yang membawa 20.000 dolar. Tiga orang detektif pun ditugaskan untuk mencari pelaku."
      ["section"]=>
      object(stdClass)#64 (8) {
        ["parent"]=>
        NULL
        ["name"]=>
        string(8) "Kriminal"
        ["show"]=>
        int(1)
        ["alias"]=>
        string(5) "crime"
        ["description"]=>
        string(0) ""
        ["id"]=>
        int(1369)
        ["keyword"]=>
        string(0) ""
        ["title"]=>
        string(24) "Intisari Plus - Kriminal"
      }
      ["photo_url"]=>
      string(113) "https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/945x630/photo/2023/05/11/perampokan-kereta-api-cepat-rock-20230511110111.jpg"
      ["title"]=>
      string(39) "Perampokan Kereta Api Cepat Rock Island"
      ["published_date"]=>
      string(19) "2023-05-11 11:01:20"
      ["content"]=>
      string(37257) "

Intisari Plus - Seorang pesuruh kereta ditemukan tewas mengenaskan di dalam gerbong yang membawa 20.000 dolar. Tiga orang detektif pun ditugaskan untuk mencari pelaku yang mudah berkelit itu.

---------------

Pada tanggal tanggal 12 Maret 1886, kereta api cepat Rock Island meninggalkan Chicago pada jam 10 lewat 45 menit. Kereta itu membawa 20.000 dolar dalam bentuk lembaran 50 dan 100 dolar yang dipegang oleh Kelog-Nichols. Ia adalah seorang pesuruh yang sudah bertahun-tahun bekerja pada United States Express Company. Uang tersebut adalah kiriman sebuah bank di Chicago dan akan diberikan pada bank pusatnya di Davenport, Iowa. 

Selain gerbong penumpang, kereta api itu juga menarik dua gerbong barang dari jawatan pos. Yang satu untuk membawa paket pos, tepat di belakang lokomotif. Sedangkan gerbong kedua untuk bagasi penumpang, di belakangnya lagi. Kedua gerbong ini mempunyai dua pintu yang selalu menarik perhatian para perampok. Nichols si pesuruh berada di gerbong pertama. Waktu kereta api berhenti di Joliet, sebuah kota yang terletak kira-kira 60 kilometer di sebelah barat Chicago, ia sedang memilih-milih paket. Akan tetapi pada pemberhentian sesudahnya di kota Morris, penjaga rem Harry Schwartz, pucat dan kebingungan. Ia keluar dari gerbong pertama dan berteriak, “Nichols mati!”

Mereka menemukan tubuh Nichols yang sudah tidak bernyawa di lantai gerbong. Kepalanya pecah karena tertimpa barang berat dan bahu kanan menunjukkan cedera penembakan. Tampaknya ia baru dikalahkan sesudah perlawanan sengit. Wajahnya masih menunjukkan air muka yang penuh tekad, tangannya dikepalkan. Tangan serta jari-jari dirusak dan dicakar dengan cara yang mencolok. Di bawah kuku terdapat rambut serta beberapa bagian kulit manusia. 

Tembakan telah dilakukan dengan senjata kaliber 32. Tetapi cedera itu tidak mengundang maut. Mungkin maut baru datang waktu ia diberi pukulan-pukulan yang bengis, yang dilakukan si pembunuh pada kepala korban sesudah menembak. 

Semua yang mengenal Nichols heran melihat perlawanan yang mungkin terjadi, sebab Nichols bukanlah seorang yang kuat. Tingginya tidak sampai 1,70 meter dan paling beratnya hanya 65 kg. Kawan-kawannya pun mengetahui bahwa ia bukanlah seorang pemberani.

Segera gerbong paket dilepaskan dari kereta api dan ditinggalkan di kota Morris, bersama dengan semua pegawai kereta api. Pemeriksaan pertama yang dilakukan sambil lalu. Setelah itu tidak boleh lagi ada orang masuk ke dalam gerbong di mana Nichols ditemukan terbunuh. Oleh karena itu, orang belum mengetahui pasti berapa banyak yang dirampok.

Bahwa dilakukan perampokan itu sudah jelas. Pintu lemari uang terbuka dan kertas-kertas serta uang kertas berserakan di lantai.

Telegram penting segera dikirim ke Chicago, dan sesudah beberapa jam, tibalah beberapa orang detektif di Morris. Jalan-jalan dan jalan kereta api diperiksa ke semua jurusan. Beratus-ratus orang diperintahkan mencari, sebab berita pembunuhan segera tersebar di sekitarnya. 

Tidak ada tempat sekecil apa pun yang lupa diperiksa. Meskipun salju menutupi daerah sekelilingnya, tidak dapat ditemukan jejak-jejak kaki yang mencurigakan. Waktu para pencari kembali beberapa jam kemudian, mereka hanya menemukan satu hal. Di sebuah tempat sepi dekat Minorka, ditemukan topeng. Topeng ini terbuat dari bahan hitam dan mempunyai tali-tali putih pada setiap sisi. Tali di sisi yang satu hilang tersobek. Sepertinya disebabkan karena perkelahian.

Sementara itu Detektif Kepala Pinkerton memeriksa gerbong paket dengan sangat teliti. Penemuan pertama adalah sebuah pemukul dari besi, yang ada bekas darah dan rambut yang menempel pada pemukul. Pemukul ini, yang mungkin dipakai sebagai alat membunuh, biasa digantung di belakang tungku api. Diambil kesimpulan bahwa hanya pegawai kereta apilah yang mungkin melakukan kejahatan. Pasalnya, hanya mereka yang bisa mengembalikannya pada tempat biasa, secara mekanis dan menurut kebiasaan. Seorang pelaku yang bukan pegawai kereta api, yang tidak biasa dengan keadaan kelilingnya, akan membiarkan besi tergeletak di lantai. Atau ia bahkan akan membuangnya.

Waktu Pinkerton memeriksa lemari besi, ia menemukan bahwa uang 20.000 dolar telah hilang. Kertas-kertas lain dibuang-buang dan ditinggalkan. Di antaranya ada setumpukan wesel yang tidak terpakai yang dibuka pelaku dengan tergesa-gesa dan dibuang di bawah meja. Semula Pinkerton tidak memperhatikan kertas-kertas yang dibuang. Kemudian ia baru ingat bahwa dari kertas-kertas wesel, ada sudut kertas yang hilang.

Pinkerton menginterogasi semua pegawai yang bertugas di kereta tersebut. Akan tetapi tidak ada keterangan yang berharga, kecuali dari seorang yang bernama Morel Watt. Ia menjadi pengawas atas gerbong yang kedua. 

“Sewaktu sedang menghitung surat-surat muatan dan surat tanda terima, saya dikejutkan oleh suara kaca pecah. Kaca ventilasi dirusakkan. Pada saat yang sama seorang lelaki gemuk pendek dan memakai topeng hitam berdiri di muka saya. Ia berteriak, ‘Jika kamu bergerak, maka orang yang ada di atasmu akan membunuhmu!’ Saya melihat ke atas dan melihat melalui kaca yang pecah bahwa ada tangan yang memegang revolver. Ditakut-takuti demikian, tentu saja saya tidak berani mencoba meminta pertolongan. Orang yang bertopeng menghilang, namun saya tetap dijaga oleh tangan yang memegang revolver. Ini terjadi sampai kereta berhenti di kota Morris. Saya ingat bahwa lelaki asing itu masuk ke dalam gerbong saya ketika melewati kota Minorka dan peluit lokomotif berbunyi.” 

Menurut keterangan ini, maka antara waktu kejadian dan menghilangnya si pembunuh, ada jarak waktu sekitar 30 menit. Itu dapat diperiksa pada jadwal kereta.

Pinkerton kembali ke Chicago dan mencari keterangan tentang pegawai yang bernama Watt. Masa lalu orang ini tidak ada celanya. la termasuk seorang pegawai yang dapat dipercaya dan cakap. la mempunyai tiga saudara lelaki, semuanya menjadi pegawai kereta api sudah sejak bertahun-tahun. Semuanya selalu bekerja memuaskan. Nama baik Watt dan tabiatnya yang jujur sangat membantunya. Akan tetapi lengan yang tampak di lubang ventilasi di atas gerbong meninggalkan keraguan. Sebab di salju yang ada gerbong itu tidak ada jejak kaki.

Akhirnya hanya Harry Schwartz saja satu-satunya orang yang ada di gerbong selama pembunuhan dan yang belum didengar kesaksiannya. Baru malam sesudahnya ia kembali dari Davenport. Pada pagi berikutnya ia memberi kesaksian pada Pinkerton. Schwartz seorang lelaki yang tinggi, tampan, kira-kira 27 tahun, bibirnya tipis, dan wajahnya tegas. Ia berpakaian bersih dan rapi. Ia tidak menanggalkan sarung tangan waktu berbicara. 

Pinkerton menerimanya dengan ramah. Sesudah mereka 1 jam merokok dan berbicara, ia meminta Schwartz agar duduk santai dan membuka sarung tangan. Penjaga rem melakukan apa yang diminta. Tangan-tangannya memperlihatkan cedera-cedera kecil yang sudah kering.

“Di manakah Anda mendapat cedera begitu, Tuan Schwartz,” tanya Pinkerton.

“Oh, itu terjadi waktu menaikkan barang-barang,” jawab Schwartz meyakinkan. Kemudian ia menceritakan sambil lalu, bahwa selama perjalanan dari Davenport ke Chicago, pengemudi lokomotif Danforth menemukan tas di kereta api. Seseorang telah meninggalkannya di kamar mandi.

Karena itu maka Pinkerton meminta Danforth datang. Dia menyatakan bahwa tas itu sudah lama ada di situ, tidak berharga, dan tidak berisi. Oleh karena itu ia dan Danforth membuang tas ke tumpukan abu. Satu-satunya barang yang ditemukan di dalamnya hanya secarik kertas. Hal ini menarik perhatiannya karena dicoret-coret dengan garis-garis merah. Secarik kertas ini disimpannya. Ia menunjukkannya pada Pinkerton.

Pinkerton berkesimpulan bahwa itu secarik kertas wesel. Lalu ia teringat akan setumpukan kertas wesel yang ditemukan di dalam gerbong-gerbong. Pasti bahwa seorang itu tidak mungkin menyobek dua lembar kertas dengan cara yang sama. Sobekan kertas itu hanya tepat pada helai yang sama. Percobaan ini dilakukan. Tidak dapat diragukan lagi, bahwa secarik wesel yang ditemukan Danforth adalah sobekan dari wesel yang ada di gerbong barang.

Tepi-tepinya tepat sekali dan garis-garis merahnya langsung melurus. Jadi tidak diragukan lagi bahwa seseorang telah membawa secarik sobekan itu dari kereta api yang satu ke kereta api lainnya. Dengan kata lain, seseorang yang tersangkut dengan kejahatan 24 jam kemudian pergi dengan lokomotif dari Davenport ke Chicago.

Segera Pinkerton memerintahkan agar tas dicari. Selain itu ia menyuruh memeriksa semua orang yang bepergian dengan kereta api yang dimaksud dari Davenport ke Chicago. Tas ditemukan di tumpukan abu, di tempat ia dibuang oleh masinis kereta api. 

Beberapa hari kemudian sejumlah penumpang kereta api sudah dapat ditentukan identitasnya, kecuali seorang lelaki. Ia naik kereta dengan kartu gratis. Masinis hanya samar-samar ingat wajah orang itu. Penumpang lainnya masih ingat akan wajah orang yang pergi dengan kartu gratis. Namun masinis  tidak berhasil ingat nama dan siapa si penumpang itu. Sesudah dipastikan jika penumpang lain tidak ada kaitannya dengan pembunuhan, maka petugas lebih teliti mencari orang yang menggunakan kartu gratis itu.

Perhatian masyarakat pada kejahatan itu sedemikian besarnya. Oleh karena itu, dilakukan tiga penyelidikan terpisah untuk mengungkapkan rahasia yang menyelubungi kejahatan ini. Sebuah pemeriksaan dilakukan oleh para pegawai Perusahaan Kereta Api Rock Island dengan detektif mereka. Yang kedua dilakukan sebuah harian besar di Chicago, Daily News. Sedangkan yang ketiga dilakukan oleh petugas-petugas Pinkerton untuk kepentingan Jawatan Pos Paket Amerika. 

Pinkerton tetap berpendapat bahwa yang melakukan kejahatan adalah pegawai-pegawai jawatan kereta api. Tentu saja jawatan tadi tidak senang menerima tuduhan demikian. Semuanya ini ditambah dengan sebuah kejadian, yang makin meragukan teori Pinkerton. Pimpinan jawatan kereta api mendapat sepucuk surat dari seorang tahanan di penjara di Michigan City, bernama Plunkett. Ia menyatakan dapat memberikan keterangan-keterangan penting untuk memecahkan persoalan perampokan.

St. John, direktur jawatan kereta api pergi sendiri ke penjara untuk mendengarkan keterangan Plunkett. Si tahanan menyatakan bahwa ia mengenal orang-orang yang telah melakukan perampokan dan membunuh Nichols. Ia pun bersedia menyebutkan nama-nama, asal pimpinan jawatan kereta api menggunakan pengaruhnya untuk membebaskan dia. Pimpinan menjanjikan hal itu, asal apa yang diceritakannya benar. 

Kemudian Plunkett menceritakan tentang sebuah rencana yang telah dibuat kira-kira setahun yang lalu. Saat itu ia masih “bekerja” dengan sekelompok pencopet di pekan raya. Ia bersama-sama dengan “Butch” McCoy, James Connor “palu kuning”, dan seorang lelaki lain bernama “Jeff”. Ketiganya merencanakan perampokan kereta api. Tempat dan caranya yang direncanakan sama persis dengan perampokan yang baru terjadi itu. 

Ceritanya kedengaran masuk akal dan direktur jawatan kereta api pun cenderung untuk percaya. Juga Melville E. Stone, pemilik Daily News, percaya akan cerita Plunkett. Karena itu para detektif jawatan kereta api yang bekerja sama dengan para detektif surat kabar, diperintahkan untuk meneliti jejak baru. Pertama-tama mereka mencoba untuk menemukan “Butch” McCoy, pemimpin kelompok. Butch adalah seorang pencopet dan pencuri yang beroperasi di seluruh Amerika.

Tadinya mereka bekerja sama dengan petugas-petugas polisi di berbagai kota, tetapi tidak berhasil. Akhirnya Stone memutuskan untuk berbuat seeuatu yang belum pernah dilakukan oleh seorang pemilik surat kabar. Ia mencari McCoy dan teman-teman secara pribadi. 

Ditemani oleh Frank Murray, salah seorang detektif yang paling baik di Chicago dan beberapa detektif lainnya, Stone pergi ke Galesburg. Di tempat itu, kelompok penjahat tadi katanya mempunyai markas besar. Namun mereka tidak menemukan orang-orang yang dicari. Tapi mereka mendengar bahwa “Thatch” Grady, penjahat ulung yang bersahabat dengan “Butch” McCoy, berada di Omaha. Mereka lalu melanjutkan perjalanan ke Omaha. Sesampainya di sana, mereka diberi tahu bahwa Grady pergi ke St. Louis.

Jadi Stone dan para detektif ke St. Louis. Di situ mereka tinggal beberapa hari dan rajin mengadakan penyelidikan. Mereka pertama meminta keterangan pada polisi setempat soal restoran biasa didatangi oleh para penjahat. Stone dan para detektif duduk-duduk lama di restoran-restoran tersebut. Mereka mempelajari tamu-tamu yang menjadi pelanggan restoran dan dengan cerdik mengalihkan percakapan mengenai orang yang dicari. 

Tidak benar bahwa para detektif sewaktu mengadakan penelitian, berpakaian lain daripada orang biasa. Selama 25 tahun berkarier, Frank Murray tidak pernah berbuat demikian. Malah para detektif bersikap dan mengikuti kebiasaan orang-orang yang mereka temui. Detektif mencoba meyakinkan bahwa mereka itu sama sekali tidak mempunyai maksud apa-apa. 

Segera sesudah Stone dan para pembantunya tidak dicurigai, mereka berhasil mendapatkan keterangan tentang McCoy dan teman-temannya. Tidak banyak tapi bisa berguna. Mengikuti berbagai jejak, para detektif pergi dari sebuah kota ke kota lain. Meski mendapatkan beragam informasi, mereka tidak berhasil menemukan orang yang dicari. 

Pencarian telah berlangsung selama 6 minggu tanpa hasil dan telah menghabiskan uang tidak sedikit. Mereka belum juga mendapat keterangan pasti di mana orang-orang yang dicari itu berada. Para detektif itu pun mulai putus asa.

Di New Orleans mereka mendapat kabar dari Pinkerton bahwa “Butch” McCoy telah kembali ke Galesbur. Itu adalah tempat di mana mereka mencarinya pertama kali. Tergesa-gesa mereka ke sana. McCoy ditemukan di sebuah tempat hiburan. 

Tiga detektif menangkapnya dengan revolver yang siap untuk ditembakkan. Si penjahat membuat percobaan untuk melarikan diri, tetapi tidak berhasil.

Jawatan kereta api dan Daily News percaya jika misteri perampokan dan pembunuhan itu bisa terungkap bila penjahatnya ditangkap. Namun McCoy dapat membuktikan bahwa ia baru meninggalkan New Orleans dalam perjalanan ke utara pada Sabtu malam sebelum pembunuhan. Ia semalam suntuk berada dalam kereta api Illinois. Sedangkan Connor “palu kuning” berada di penjara saat kejadian. Dan orang ketiga, Jeff, sudah meninggal. Dengan demikian, seluruh cerita Plunkett tidak terbukti.

Namun, orang yang memakai tiket gratis itu secara kebetulan ditemukan oleh Jack Mullins, seorang tukang rem kereta api ke Danforth. 

Penumpang yang sudah lama dicari itu adalah agen iklan yang bekerja untuk koran Melville E. Stone. Stone dengan senang hati akan memberikan 1.000 dolar, jika ia mengetahui apa yang diketahui pegawainya itu. Sebab lelaki ini melihat, bahwa masinis lokomotif membawa tas, tanpa mengerti apa isi atau tujuannya. Pinkerton tidak mau mengatakan padanya. Sebab sedikit kebocoran saja ke orang-orang Daily News tentu akan digembar-gemborkan oleh surat kabar. Dan dengan demikian akan menarik perhatian para pembunuh. Baru waktu Pinkerton melihat orang itu aman duduk kembali di kereta api, ia merasa lega. Beberapa bulan sesudah itu Stone diberi tahu, bahwa ia hampir saja bisa mengungkapkan sesuatu yang akan meningkatkan martabatnya sebagai seorang wartawan ulung di kota. Nama baiknya akan tersebar di seluruh negeri!

Apa yang diterangkan oleh pemilik tiket gratis menimbulkan anggapan bahwa tas dibawa ke dalam kereta api oleh seorang penumpang. Tetapi tas ada di kereta api. Bagaimana ia bisa sampai ke situ? Selama pemeriksaan, dua orang penumpang menyatakan bahwa mereka telah melihat Schwartz masuk ke dalam toilet selama perjalanan. Juga penjaga rem Mullins masuk ke situ sebanyak dua kali pada malam hari. Ia mengatakan, waktu ia masuk pertama kali tas tidak ada, akan tetapi waktu masuk kedua kalinya tas memang ada di situ. Saksi-saksi lain dalam gerbong yang sama menyatakan dengan tegas, bahwa orang yang masuk sebelum Mullins menemukan tas, adalah Schwartz. Dengan demikian, maka rantai demi rantai terikat dalam pembuktian. Pinkerton menyuruh menjemput penjaga rem Harry Schwartz.

la berbincang-bincang santai dengan penjaga rem dan kemudian menanyakan hal ihwal temannya Watt. Schwartz mengatakan bahwa Watt seorang lelaki yang baik. Ia hanya menceritakan yang bai-baik saja. Sejenak Pinkerton tampak ragu-ragu, tetapi kemudian ia bertanya:

“Apakah saya dapat mempercayai Anda, Schwartz?” 

“Tentu saja!”

“Ya, terus terang saja si Watt ini agak saya curigai. Coba saja pikir cerita tentang tangan memegang revolver yang katanya ia lihat di atas kepala. Saya tidak mau berlaku tidak bijaksana, tetapi ia harus diawasi. Kini saya berpikir, apakah Anda menghabiskan banyak waktu dengannya? Juga mengawasi apakah ia bergaul dengan orang-orang asing, atau mengeluarkan banyak uang. Semuanya yang Anda perhatikan, tolong beritahukan pada saya. Maukah Anda?”

Schwartz mau dengan syarat bahwa pimpinan jawatan kereta api memberinya cuti. Sebab ia selalu dinas dan dengan demikian tidak bisa sering menghabiskan waktu dengan Watt. Tetapi pada hari berikutnya, ia sudah melaporkan bahwa Watt telah berjumpa dengan seorang lelaki yang memakai topi besar dan rambut merahnya tidak disisir. Secara keseluruhan, orang itu tampak seperti penjahat yang mondar-mandir di perbatasan. Schwartz ikut mendengarkan percakapan Watt dengan orang asing ini di sebuah tempat hiburan di Cottage Grove Avenue. Ia mendengar bagaimana orang asing tadi menceritakan detail pembunuhan dan tampaknya sangat mengetahui kejadian tersebut. Tampaknya Schwartz telah menyimpulkan bahwa sekelompok penjahat dari Amerika Barat yang menjalankan pembunuhan itu. Lelaki yang ikut didengarkan percakapannya adalah anggota kelompok itu.

Pinkerton mendengarkan semua itu dengan perhatian besar. Akan tetapi tidak sebesar yang diharapkan Schwartz. Topi besar dan rambut merah dalam cerita Schwartz tidak disukai Pinkerton. Ahli kriminal yang berpengalaman segera mengetahui bahwa orang-orang semacam itu hanyalah ada di khayalan saksi. Selain itu, dua orangnya telah mengikuti penjaga rem itu ke mana saja. Mereka membuat laporan yang membuktikan bahwa pertemuan yang diceritakan Schwartz itu sama sekali tidak terjadi. Penjahat yang berambut merah itu tentunya hanya khayalan belaka. 

Meskipun demikian, Pinkerton menyatakan bahwa ia sangat puas dan menyarankan agar penjaga rem melanjutkan pengamatannya terhadap Watt dan si rambut merah. Schwartz terus memberi informasi yang tidak benar. Akhirnya ia masuk bekerja kembali, tanpa mengetahui akan kecurigaan terhadapnya.

Para detektif yang masih mengikuti Schwartz melaporkan bahwa ada hubungan erat antara Schwartz dan Watt. Seorang detektif yang lincah, Frank Jones, ditugaskan untuk mendapatkan kepercayaan kedua orang tadi. Jones mendapat “tugas” sebagai penjaga rem antara Des Moines dan Davenport. Diatur sedemikian rupa, sehingga jika ia datang dari barat dapat beristirahat pada hari-hari yang sama di Davenport dengan Schwartz dan Watt sesudah mereka datang dari timur. 

Jones memainkan perannya dengan sangat baik dan segera dipercayai keduanya. la makan di restoran yang sama dan tidur di kamar yang terletak di sebelah kamar tidur mereka. Akhirnya keduanya sangat menyukainya sehingga menyarankan agar Jones meminta dipindahkan untuk bertugas di jalur antara Davenport dan Chicago. Hal ini terjadi dan kemudian ketiganya selalu bersama-sama. Ya, malah Frank Jones makan dan tidur di tempat Harry Schwartz.

Pada waktu-waktu itu Schwartz menyatakan jika ia ingin berhenti kerja di jawatan kereta api dan pindah ke Kansas atau ke Amerika Barat. Maka diputuskan bahwa Jones menemani dia dan istrinya ke Amerika Barat yang jauh. 

Lalu Schwartz meminta cuti pada jawatan kereta api dengan keterangan bahwa ia ingin mengunjungi kerabatnya di Philadelphia. 

Pinkerton, yang diberitahukan oleh Jones, menggunakan pengaruhnya agar permintaan cuti itu dikabulkan. Waktu Schwartz pergi ke arah timur, ia tidak sendiri. Setiap gerakannya diamat-amati dan dilaporkan. Selama ia berada di New York, Philadelphia, dan beberapa kota di sebelah timur Amerika, ia di buntuti siang dan malam. 

Jika Pinkerton tidak mempunyai kantor-kantor di seluruh Amerika Serikat, tentu saja membuntuti seseorang ke mana-mana itu tidak mungkin. Misalnya saja Schwartz beberapa hari di kota Buffalo. Apa yang dikerjakannya di sana dilaporkan, sampai ia membeli karcis kereta api ke Philadelphia. Waktu ia masuk kereta api, maka “buntut” baru naik juga, mengambil tempat di gerbong yang sama. Ia makan pada waktu-waktu yang sama dengan Schwartz, apakah itu di gerbong restorasi ataupun di restoran di stasiun. Baru saja kereta api meninggalkan Buffalo, waktu seorang petugas Pinkerton telah mengirim telegram rahasia ke Philadelphia yang dituju Schwartz.

Telegram dengan kata-kata rahasia itu berbunyi: 

R.J. Linden 

44 Chestnut Street Philadelphia P.A. 

Sepatu menyerap Cokelat, orang berbeda warna turun delapan Toelpel, besarnya lima puluh, berbeda warna. Barang diteruskan atau Derby Rock kapal sangat cokelat. Yang merusakkan ini telah memakainya dan pita tinta debu dipusatkan hari Selasa digunakan untuk beras, topi, kertas. Rompi kuning, tinta datang harus ada perhiasan besok di stasiun. 

  1. Robertson

Dengan perantaraan telegram itu, para detektif selalu mengirimkan kabar-kabar mengenai penjahat-penjahat dari satu kota ke kota lain, mereka tidak khawatir jika kabar akan bocor.

Dalam hal Schwartz, hasil membuntuti itu menentukan. Oleh karena itu selalu dilepaskan tiga atau empat “buntut” untuk mengikutinya. Untungnya bekerja seperti ini adalah yang seorang dapat mengganti yang lain sehingga dapat menghindari kecurigaan. Seorang penjahat yang lihai, mungkin dapat lepas dari seorang pembuntut. Namun ia tidak lebih lihai dari beberapa pembuntut. Jika seorang pembuntut datang dengan yang dibuntuti di sebuah kota yang lain, maka ia akan mengetahui siapa yang akan menggantikannya. Pembuntut yang baru akan memberi tanda seperti yang sudah disepakati.

Baru saja Schwartz meninggalkan Chicago, ia mulai mengeluarkan uang yang jauh melebihi penghasilannya. Ia membeli setelan pakaian yang mahal-mahal, perhiasan, dan hadiah-hadiah untuk istrinya. Schwartz mulai mengumpulkan senjata-senjata api yang mahal dari berbagai jenis. Mereka yang membuntutinya menemukan bahwa ia membayar apa yang dibelinya dengan uang kertas 50 atau 100 dolar. Para detektif meneliti uang-uang kertas ini di tempat penjual-penjual yang menerimanya dan mencoba untuk mendapatkannya. Sebab uang yang dirampok memang terdiri dari uang kertas 50 dan 100.

Penelitian yang dilakukan para detektif di Philadelphia menyatakan bahwa Harry Schwartz anak seorang pedagang daging yang kaya. Ayahnya itu seorang yang terhormat di masyarakat. Tetapi anak lelakinya telah meninggalkan istri dan anak di Philadelphia untuk menikah lagi di Chicago. Ini merupakan alasan yang baik untuk menangkapnya. Tidak dikatakan bahwa ia masih juga dituduh melakukan kejahatan yang lebih berat. Istri dan anaknya dibawa dari Philadelphia ke Chicago, Schwartz ditangkap dan dituduh melakukan poligami.

Pinkerton mengunjungi Schwartz di penjara. Agar Schwartz tidak curiga, ia mengatakan bahwa ini terjadi bukan karena dia. Namun karena prasarana detektif-detektif Smith dan Murray yang diketahui Schwartz bekerja untuk jawatan kereta api dan Daily News. Pinkerton menceritakan bahwa ia masih saja percaya bahwa Watt-lah yang bersalah. Ia menjelaskan bahwa ia berjanji untuk mengerjakan apa yang mungkin, agar dapat membantu Schwartz. 

Schwartz tidak curiga dan menyatakan bahwa seorang pembela akan datang dari Philadelphia dan akan membelanya. Pengacara itu memang datang beberapa hari kemudian. la membayar uang jaminan 2.000 dolar dan Schwartz dikeluarkan dari tahanan. Akan tetapi tuduhan terhadapnya semakin kuat. Maka pihak berwajib menganggap perlu untuk tidak membebaskannya. Schwartz pun tinggal di penjara, ditahan atas tuduhan membunuh.

Apakah karena ia sudah lama mempunyai kesempatan untuk bersiap sedia ataukah seorang yang bermental kuat, tuduhan ini tidak mengguncangnya. Ia tidak tampak ia bingung.

Dengan tenang ia masuk kembali ke penjara. Ia hanya menginginkan pertemuan sesegera mungkin dengan istrinya.

Sebetulnya kini Pinkerton telah memiliki bukti yang cukup di tangan untuk menuduh Schwartz. Namun ia belum mempunyai bukti yang menyangkut Newton Watt, yang juga diduga ikut terlibat. 

Terus terang saja Pinkerton sudah dari semula sangat ramah terhadap istri Schwartz yang kedua. Karena itu, ia dapat mengharapkan bantuannya pada saat yang tepat. Dengan si nyonya, ia pergi ke Morris dan pada hari berikutnya kembali ke Chicago. Dengan demikian ia dapat mencegah wanita tersebut mendapat nasihat-nasihat dari pengacara suaminya yang melakukan perjalanan untuk mencegah Pinkerton bertemu Nyonya Schwartz. 

Sementara itu Nyonya Schwartz menganggap Pinkerton lebih sebagai seorang pelindung daripada seorang lawan. Pinkerton mencoba untuk mengorek keterangan yang memberatkan darinya. Ia menyatakan bahwa memang tuduhan terhadap suaminya itu cukup berat, tetapi tidak cukup untuk membuktikan kesalahannya dengan tepat. Ia bercerita tentang uang kertas yang dimiliki suaminya, kertas sobekan yang ada di dalam tas, bekas cakaran yang ada di tangan suaminya, dan juga dari berita-berita yang bohong. Semuanya ini, begitu kata Pinkerton, membuktikan bahwa Schwartz mempunyai hubungan dengan perampokan. Namun menurutnya, Watt-lah pelaku utama, sedangkan Schwartz hanya membantunya.

la membujuk Nyonya Schwartz, demi keselamatan suaminya, untuk memberi keterangan yang benar. Ia memintanya agar percaya bahwa keterangan benar itu akan dipergunakan uncuk kepentingan suaminya.

Nyonya Schwartz mendengarkan semua itu. la mencoba dengan berbagai cara untuk mengelak memberi jawaban atas pertanyaan utama. Akhirnya ia menyatakan bahwa suaminya, saat kembali dari Chicago dengan kereta api yang dikemudikan Danforth, menemukan sebuah bungkusan di bawah kursinya. Bungkusan itu yang berisi 5.000 dolar, sebagian dari uang rampokan. Uang ini telah diambilnya dan dipakainya untuk keperluan pribadi. Itulah semuanya yang dikerjakan Schwartz. Nyonya Schwartz tidak mengubah keterangan ini dan tidak mau mengaku yang lainnya.

Akhirnya Pinkerton berkesimpulan bahwa ia tidak dapat lagi mengorek sesuatu dari Nyonya Schwartz. Ia menemani wanita itu ke penjara di mana ia bisa berjumpa dengan suaminya. Perkataan-perkataan pertama yang dikatakannya pada Schwartz adalah, “Harry, saya telah menceritakan kepada Tuan Pinkerton apa yang sebenamya telah terjadi. Saya kira itu yang terbaik, sebab ia itu temanmu. Saya telah menceritakan bahwa kamu telah menemukan 5.000 dolar itu di bawah kursimu. Dan bahwa itulah semua yang telah kau kerjakan.”

Untuk pertama kali Schwartz kebingungan. Tetapi ia masih menahan diri dan hanya mengaku bahwa yang dikatakan istrinya ada yang benar. Namun ia tidak bersedia untuk mengungkapkan detailnya. Schwartz tampak kebingungan dan meminta agar dia diperbolehkan berbicara berdua dengan istrinya. 

Pinkerton sudah mengharapkan hal itu dan sudah berjaga-jaga. Ia sudah mengerti bahwa pernyataan istrinya yang tidak terduga mengguncangkan Schwartz. Maka Pinkerton berharap bahwa hal tadi menyebabkan Schwartz akan mengakui hal-hal yang sebenarnya. Oleh karena itu sangat penting bahwa percakapan ikut didengarkan oleh saksi-saksi yang dapat dipercaya. Untuk tujuan itu, ruangan memang sudah diatur sehingga semuanya dapat didengar oleh saksi-saksi, tanpa diketahui yang berkepentingan. 

Sherif setempat, seorang pengusaha yang terpandang, dan seorang bankir, sudah menunggu di tempat persembunyian masing-masing untuk mendengar apa yang akan terjadi. Segera sesudah pintu tertutup di belakang Pinkerton, dan suami istri itu berdua saja, Schwartz berkata,

“Apa yang telah kamu perbuat? Engkau telah mencekik Watt dan saya!”

“Ah, Harry, saya ‘kan harus menceritakan sesuatu. Ia telah mengetahui terlalu banyak. Kamu dapat mempercayainya.” 

“Sebenarnya lebih baik, kamu jangan mempercayai siapa pun.” 

Sementara itu Schwartz berjalan ke sana kemari dengan bingung sedangkan istrinya dengan sia-sia mencoba menenangkannya. Jika ia memegang suaminya dengan mesra, Schwartz menolaknya dengan kasar dan mengumpat keras-keras. 

Tiba-tiba terlontar dari mulutnya, “Apa yang telah kamu perbuat dengan rok itu?” 

“Rok yang mana?” tanya istrinya. 

“Rok yang sebagian kaubuat topeng!” 

“Oh, beres. Ada di gudang di bawah tumpukan kayu.” 

Mereka masih berbicara 1 jam lamanya, acap kali membicarakan tentang perampokan dan pembunuhan tersebut. Percakapan itu memberikan cukup bukti,untuk menentukan keterlibatan Schwartz dan Watt.

Sementara itu Watt telah ditangkap di Chicago, juga karena dituduh membunuh. Dalam beberapa pemeriksaan, Watt seakan-akan mau jatuh pingsan dan mengaku. Namun setiap kali sadar kembali, ia tidak mengakui hal-hal yang memberatkan. Meskipun demikian, bukti-bukti yang telah dikeluarkan Schwartz selama percakapan di penjara, bersama semua bukti yang lain, yang lambat laun sudah terkumpul, sudah cukup untuk menahan kedua lelaki itu.

Mereka dihukum penjara seumur hidup. Sebenarnya mereka tentu dihukum mati. Namun salah satu juri, yang bukan penganut hukuman mati, menyatakan keberatannya.

Kira-kira setahun sesudah perkara, Nyonya Schwartz meninggal. Sewaktu sekarat ia membuat pengakuan menyeluruh. Ia mengatakan bahwa khayalan suaminya itu dipengaruhi oleh berita-berita acara polisi dan cerita-cerita kriminal. Ia menyangka bahwa gampang saja untuk menakut-nakuti seorang lemah seperti Nichols dan melarikan diri dengan uang, tanpa mencederainya. Akan tetapi Nichols malah melawan bagaikan singa dan memaksa Schwartz untuk melakukan pembunuhan. Pasalnya, selama perlawanan itu Nichols berhasil menarik topeng yang dipakai Schwartz. Topeng itu dibuat istrinya dari rok tua. 

Watt menembakkan revolver pada korban, sedangkan Schwartz memukul dengan besi pembesar api. Kemudian Schwartz memberikan 5.000 dolar pada Watt dan sisanya diambil untuk dirinya. Uang itu dibawa di dalam tas sekolah tua yang khusus dibeli untuk tujuan ini. Sebagai tempat menyembunyikan uang, ia memilih suatu tempat yang istimewa, yang tadinya benar-benar tidak disangka oleh para detektif. Padahal sewaktu mengadakan pemeriksaan, mereka telah berkali memegang-megangnya. 

Schwartz telah mengosongkan patron-patron peluru yang dibelinya untuk senapannya dan di dalamnya dimasukkan uang kertas 50 atau 100 dolar. Kemudian peluru diisi kembali, sehingga patron-patron peluru yang terletak di laci lemari seperti biasa saja nampaknya.

Dengan demikian, 13.000 dolar tersimpan di dalam peluru-peluru untuk beberapa lama. Uang itu kemudian hilang. Soalnya waktu Harry Schwartz sedang di dalam tahanan, datanglah seorang pengacara terkenal dari Philadelphia menemui Nyonya Schwartz. Ia menyampaikan permintaan suaminya agar memberikan uang itu padanya. Nyonya Schwartz menyangka bahwa uang itu diperlukan untuk membayar perkara dan untuk pengacara-pengacara lain yang bekerja untuk pengacara terkenal tadi. Ia pun memberikan uangnya. Untuk selanjutnya, ia tidak pernah melihat uang itu kembali.

Inspektur Polisi Robertson masih sering menceritakan kemarahan wanita itu yang dalam sakratul maut menceritakan apa yang terjadi. Pengakuan itu cukup memberatkan seorang lelaki, seorang yang membela kebenaran, dan yang termasuk golongan terpandang. Wanita tersebut sakit keras, suhu tubuhnya tinggi, dan ia mengetahui bahwa ajalnya dekat. Meskipun demikian, mukanya merah karena marah dan matanya penuh rasa benci waktu ia menerangkan bahwa tidak sedolar pun telah dikembalikan kepadanya ataupun dipakai untuk membayar biaya perkara.

Begitu pula jawatan kereta api atau bank yang merupakan pemilik uang, tidak pernah mendapat satu sen juga.

(Cleveland Moffet)

Baca Juga: Pembunuhan Waktu Dini Hari

 

" ["url"]=> string(84) "https://plus.intisari.grid.id/read/553760974/perampokan-kereta-api-cepat-rock-island" } ["sort"]=> array(1) { [0]=> int(1683802880000) } } [1]=> object(stdClass)#65 (6) { ["_index"]=> string(7) "article" ["_type"]=> string(4) "data" ["_id"]=> string(7) "3257522" ["_score"]=> NULL ["_source"]=> object(stdClass)#66 (9) { ["thumb_url"]=> string(97) "https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/750x500/photo/2022/04/28/kisah-ketujuhjpg-20220428065926.jpg" ["author"]=> array(1) { [0]=> object(stdClass)#67 (7) { ["twitter"]=> string(0) "" ["profile"]=> string(0) "" ["facebook"]=> string(0) "" ["name"]=> string(13) "Intisari Plus" ["photo"]=> string(0) "" ["id"]=> int(9347) ["email"]=> string(22) "plusintisari@gmail.com" } } ["description"]=> string(142) "Dalam suatu perjalanan kereta api, ada 3 orang yang namanya sama satu sama lain. Jenis kelamin dan jam lahir bayi diramalkan oleh pelat nomor." ["section"]=> object(stdClass)#68 (7) { ["parent"]=> NULL ["name"]=> string(7) "Misteri" ["description"]=> string(0) "" ["alias"]=> string(7) "mystery" ["id"]=> int(1368) ["keyword"]=> string(0) "" ["title"]=> string(23) "Intisari Plus - Misteri" } ["photo_url"]=> string(97) "https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/945x630/photo/2022/04/28/kisah-ketujuhjpg-20220428065926.jpg" ["title"]=> string(28) "Bayi Jatuh dan Pembobol Bank" ["published_date"]=> string(19) "2022-04-29 10:09:46" ["content"]=> string(6813) "

Intisari Plus - Seorang penjudi misterius dijuluki pembobol bank karena selalu menang. Dalam suatu perjalanan kereta api, ada 3 orang yang namanya sama satu sama lain. Jenis kelamin dan jam lahir bayi diramalkan oleh pelat nomor. 

---------------------------------------

Pembobol Bank

CHARLES Wells pernah menjadi sangat terkenal sampai dibuatkan lagu yang dinyanyikan di tempat-tempat hiburan: The Man Who Broke the Bank at Monte Carlo (Pembobol Bank di Monte Carlo). 

Wells membobol bank tiga kali.Ia bukan penjudi terkenal, ia tidak mempergunakan "sistem", ia tidak menarik sedikitpun (bahkan orang Inggris ini gendut),dan setelah kemenangan-kemenangannya yang telak, ia tidak pernah terlihat lagi di kasino Monte Carlo. 

Dua kemenangannya yang pertama terjadi tahun 1891. la membobol "bank" yang disediakan untuk setiap meja sebanyak 100.000 frank. Kemenangan itu diperoleh dengan menaruh uang taruhan yang jumlahnya sama pada hitam dan merah dan memenangkan hampir semua taruhan. 

Pada kesempatan ketiga, ia meletakkan taruhan pembukaannya pada nomor 5 dengan perbandingan 35 : 1, dan ia menang. Ia memasang lagi uang taruhannya yang semula pada nomor yang sama dan menang lagi. 

Kata orang, ia melakukannya lima kali, dan setiap kali nomor lima ia muncul lagi sebagai pemenang, sehingga bank bobol lagi dan Charles Wells pergi diam-diam membawa uang kemenangannya. Kata orang yang pernah bertemu dengannya, penampilannya agak menyeramkan

 

Tiga Nama

TlGA orang Inggris menumpang kereta api di Peru pada suatu hari di tahun 1920-an. Ternyata mereka cuma bertiga saja dalam gerbong yang mereka tumpangi. Mereka saling memperkenalkan diri. Ketahuanlah bahwa nama keluarga orang pertama adalah Bingham. Nama keluarga orang kedua Powell, dan nama orang ketiga Bingham Powell.

 

Bayi Jatuh

JOSEPH Figlock sedang menyusuri sebuah jalan di Detroit pada tahun 1930-an, ketika seorang bayi jatuh menimpanya dari sebuah jendela tinggi. Setahun kemudian, bayi yang sama jatuh lagi menimpanya dari jendela yang sama. Figlock dan bayi itu sama-sama selamat.

 

Badai Mengamuk

PADA bulan Oktober 1991, saat badai mengamuk, Jennifer Roberts (23) menyelimuti dirinya erat-erat dalam sebuah tenda sambil membaca buku Stephen King, The Dead Zone, Lalu ia disambar petir. 

Petir masuk ke tubuh Jennifer lewat gelang arlojinya dan menimbulkan garis luka bakar sampai ke ibu jarinya. Kata para dokter, satu hal yang menyelamatkan nyawanya adalah karena ia berbaring di kasur karet dan bahwa ia sudah melepaskan BH-nya. 

BH-nya itu memakai kawat penyangga. Karena kawat itu terasa menusuk- nusuk, Jennifer menyingkirkan BH-nya sepuluh menit sebelum petir menyambarnya. Seandainya ia masih mengenakannya, petir akan menyebabkan energi mengalir ke kawat itu dan akan memberi dua sentakan pada jantungnya. 

Petir membakar buku, meninggalkan lubang yang menembus ke 290 halaman novel itu. Sampul muka buku itu dihiasi ilustrasi kepala manusia yang memancarkan kilatan-kilatan petir!

 

Catatan Kelahiran

JEANETTE Ellis dari Cobbs Creek, Virginia, sedang hamil. Suatu pagi di bulan Februari 1992 ia menyadari bahwa anak keduanya tiba-tiba sudah akan lahir. Ia naik ke bangku belakang Ford Taurus station wagon dan suaminya, Tad, yang mengemudikan kendaraan itu menuju ke rumah sakit. Namun bayi mereka lahir sebelum mereka tiba di rumah sakit. Jeanette melahirkan bayi laki-laki pukul 06.40 di bangku belakang mobil mereka. Nomor pelat kendaraan itu: BOY 640.

 

Ikatan yang Erat

ERIC W. Smith adalah seorang ahli metalurgi yang bekerja di English Steel Company dan tinggal di Ecclesall, di pinggiran Kota Sheffield. Di belakang rumahnya terdapat hutan tempat orang-orang biasa menunggang kuda. Pada musim semi dan musim panas, Smith biasa berjalan-jalan di sana, menikmati kedamaian dan suasana hening sambil mengumpulkan kotoran kuda untuk memupuk tanaman tomatnya. Untuk keperluan ini, ia membawa pengki kecil dan sebuah kantong belanja yang sudah tua. 

Suatu hari pada akhir tahun 1950-an, saat ia berjalan tenang-tenang di jalan setapak di hutan itu sambil kadang-kadang berhenti untuk menyendok pupuk buat tanaman tomatnya, ia melihat seseorang berjalan perlahan-lahan di jalan setapak mendekati dia. Pria itu juga kadang-kadang berhenti untuk membungkuk dan menyekop. Jelas ada orang lain yang sama-sama menghargai pupuk kotoran kuda, pikir Smith. 

Di pertengahan jalan antara mereka, terdapat sebuah bangku. Mereka tiba di tempat itu berbarengan lalu sama-sama duduk. Kebetulan sekali pria tidak dikenal itu pun membawa kantong kedap air, sama seperti milik Smith. Ia juga membawa pengki kecil. Keduanya ternyata pergi ke hutan untuk mengumpulkan pupuk untuk tanaman tomat mereka.

Ikatan kini terbentuk. Smith merogoh saku untuk mengeluarkan pipa dan kaleng tembakaunya. Orang tidak dikenal itu pun mengeluarkan pipa. Smith menawarkan tembakaunya. "Tidak, terima kasih," katanya, "saya biasa memakai merek kesenangan saya." Eh, ternyata sama seperti tembakau Smith. Saat itu, kedua pria ini merasa bahwa sesuatu yang luar biasa terjadi pada mereka.

"Nama saya Smith," kata Smith. 

"Nama saya juga," kata pria tidak dikenal itu.

 "Eric Smith," kata Smith pertama.

 "Saya juga," kata Smith kedua. 

"Eric W. Smith." 

"Ya." 

"W-nya kependekan dari Wales," kata Smith nomor 1. 

"Ah," kata Smith nomor 2, "di sini kita beda. Saya Walter."

" ["url"]=> string(73) "https://plus.intisari.grid.id/read/553257522/bayi-jatuh-dan-pembobol-bank" } ["sort"]=> array(1) { [0]=> int(1651226986000) } } [2]=> object(stdClass)#69 (6) { ["_index"]=> string(7) "article" ["_type"]=> string(4) "data" ["_id"]=> string(7) "3257458" ["_score"]=> NULL ["_source"]=> object(stdClass)#70 (9) { ["thumb_url"]=> string(105) "https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/750x500/photo/2022/04/28/kisah-04_celyn-kang-ejpg-20220428065725.jpg" ["author"]=> array(1) { [0]=> object(stdClass)#71 (7) { ["twitter"]=> string(0) "" ["profile"]=> string(0) "" ["facebook"]=> string(0) "" ["name"]=> string(13) "Intisari Plus" ["photo"]=> string(0) "" ["id"]=> int(9347) ["email"]=> string(22) "plusintisari@gmail.com" } } ["description"]=> string(119) "Seorang penjudi yang tewas secara kebetulan mewarisi uang kepada putranya. Gagal melarikan diri gara-gara salah bahasa." ["section"]=> object(stdClass)#72 (7) { ["parent"]=> NULL ["name"]=> string(7) "Misteri" ["description"]=> string(0) "" ["alias"]=> string(7) "mystery" ["id"]=> int(1368) ["keyword"]=> string(0) "" ["title"]=> string(23) "Intisari Plus - Misteri" } ["photo_url"]=> string(105) "https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/945x630/photo/2022/04/28/kisah-04_celyn-kang-ejpg-20220428065725.jpg" ["title"]=> string(35) "Pulpen Emas dan Kereta Api Terkutuk" ["published_date"]=> string(19) "2022-04-29 10:06:46" ["content"]=> string(10757) "

Intisari Plus - Seorang penjudi yang tewas secara kebetulan mewarisi uang kepada putranya. Gagal melarikan diri gara-gara salah bahasa. Lincoln dan Kennedy, dua presiden Amerika yang saling berbagi. 

---------------------------------------

Angka yang Tidak Terlupakan

DONALD Baird tidak pernah melupakan kebetulan yang aneh ini, meskipun sudah terjadi lebih dari 50 tahun yang lalu. la bergabung dengan RAF sebagai awak pesawat dan ditempatkan di Winnipeg, Kanada untuk menjalani latihan. 

Tidak lama setelah tiba di tempat itu, ia mengunjungi kelab tempat pertemuan anggota RAF dan penduduk setempat. Seorang perempuan muda yang berdansa dengannya malam itu, mengundang Baird untuk makan malam di rumah orang tuanya pada hari libur berikutnya. Perempuan muda itu memberi nomor teleponnya: 403706. 

Sesaat Baird mengira gadis itu bercanda. Soalnya, nomor Baird di angkatan udara adalah 403706. Namun, perempuan muda itu tidak sedang bergurau. Selama tiga bulan setelah pertemuan itu Baird menelepon nomornya sendiri. 

Kebetulan-kebetulan masih berlanjut. Nama perempuan muda itu Jan Crawford dan ia mempunyai saudara perempuan bernama Eleanor. Nama pacar Baird yang ditinggalkannya di tempat asalnya adalah June Crawford, yang memiliki saudara perempuan bernama Eleanor juga. Kebetulan terakhir: kelab tempat pertemuan para anggota RAF di Winnipeg terletak di Donald Street.

 

Orang Pertama yang Lewat

TAHUN 1858, Robert Fallon dari Northumberland, Inggris, dituduh curang dalam permainan poker di warung minuman keras Bella Union di San Francisco dan ia ditembak mati. Karena uang yang dimenangkannya, yang jumlahnya 600 dolar, dianggap sial, pemain-pemain lain memanggil orang pertama yang lewat untuk menggantikan orang yang tewas. Mereka yakin bakal bisa memenangkan kembali uang yang 600 dolar itu. 

Saat polisi tiba, pemain baru itu sudah menggandakan uang yang 600 dolar menjadi 2.200 dolar. Ketika polisi meminta uang yang 600 dolar untuk diberikan kepada ahli waris terdekat dari orang yang tewas itu, ternyata pemuda asing itu bisa membuktikan bahwa ia putra Fallon, yang tidak pernah bertemu ayahnya selama 7 tahun terakhir

 

Yankee Kecolongan

DALAM Perang Saudara antara negara-negara bagian utara lawan sebelas negara bagian selatan yang melepaskan diri dari perserikatan di AS, sekelompok Yankee (tentara utara) yang tertawan, diangkut dengan kereta api ke kamp tawanan di Salisbury, North Carolina. 

Salah seorang pengawal mereka adalah seorang pemuda bernama Beverley Tucker. la bertugas menjaga sejumlah tawanan yang sepanjang jalan berbisik-bisik dalam bahasa asing. Ternyata mereka berbahasa daerah tempat asal mereka, yaitu sebuah canton (wilayah) di Swis. Mereka merencanakan kabur. 

Di sebuah stasiun di perjalanan, para Yankee itu tampaknya akan berhasil melarikan diri. Namun, tahu-tahu mereka mendapatkan dirinya dikepung bayonet para pengawal. 

Ternyata mereka sial karena mendapat pengawal Bev Tucker - kemungkinan besar satu-satunya orang di seluruh Confederate Army (tentara pihak selatan) - yang paham bahasa mereka. Tucker pernah bersekolah di canton tempat asal mereka

 

Kereta Api Terkutuk

TANGGAL 24 Agustus 1983, kereta api Amtrak Silver Meteor berangkat sesuai dengan rutenya dari Miami ke New York. Pukul 19.40 di Savannah, kereta itu menabrak sampai tewas seorang wanita yang sedang memancing di jembatan. 

Pukul 21.30, cuma 27 km dari sana, kereta itu menabrak lagi dan menghancurkan sebuah truk yang diparkir dekat rel di Ridgeland. Para awak kereta begitu terguncang oleh kecelakaan-kecelakaan itu sehingga pimpinan mereka memutuskan untuk mengganti para awak. 

Pukul 01.10 keesokan paginya, kereta itu menabrak trailer penarik traktor di persimpangan jalan di Rowland dan dua gerbong menumpang anjlok, sehingga 21 penumpang perlu dikirim ke rumah sakit, termasuk masinis. 

Sekali lagi pimpinan Amtrak mengganti awak kereta dan kereta pun melanjutkan perjalanan. Pukul 02.57 di Kenly, kereta menyeruduk sebuah mobil yang mengabaikan lampu isyarat di perempatan jalan lain.

Dewan Keamanan Transpor Nasional turun tangan. Mereka tidak mempunyai alasan untuk meragukan mutu mesin atau kemampuan para awak. Jadi, mereka menyatakan Amtrak 117 sebagai "kereta nakal" dan membatalkan sisa perjalanan.

 

Lincoln dan Kennedy 

DUA kematian yang paling tragis dan dramatis dalam sejarah Amerika adalah pembunuhan atas Presiden Abraham Lincoln dan John Fitzgerald Kennedy. Keduanya memiliki persamaan yang sangat mencengangkan seperti berikut ini: 

  1. Lincoln terpilih sebagai presiden tahun I860. Tepat seratus tahun kemudian, pada tahun I960, Kennedy terpilih sebagai presiden. 
  2. Keduanya melibatkan diri dengan sungguh-sungguh dalam bidang hak-hak sipil untuk orang-orang berkulit hitam. 
  3. Keduanya dibunuh pada hari Jumat, dengan dihadiri istri mereka. 
  4. Istri mereka masing-masing kematian seorang putra saat tinggal di Gedung Putih. 
  5. Keduanya tewas oleh peluru yang menembus kepala dari belakang. 
  6. Lincoln tewas di Ford's Theater. Kennedy menemui ajalnya saat menumpang sebuah mobil atap terbuka merk Lincoln yang dibuat oleh Ford Motor Company. 
  7. Keduanya digantikan oleh wakil presiden bernama Johnson yang merupakan tokoh Partai Demokrat dari Selatan dan mantan senator. 
  8. Andrew Johnson lahir tahun 1808. Lyndon Johnson lahir tahun 1908, tepat seratus tahun kemudian. 
  9. Nama depan sekretaris pribadi Lincoln adalah John. Nama belakang sekretaris pribadi Kennedy adalah Lincoln. 
  10. John Wilkes Booth lahir tahun 1839 (menurut beberapa sumber). Lee Harvey Oswald lahir tahun 1939, seratus tahun kemudian. 
  11. Kedua pembunuh adalah orang-orang Selatan yang memiliki pandangan ekstremis. 
  12. Kedua pembunuh dibunuh sebelum sempat dibawa ke pengadilan. 
  13. Booth menembak Lincoln di sebuah teater dan melarikan diri ke sebuah lumbung. Oswald menembak Kennedy dari sebuah gudang dan melarikan diri ke teater. 
  14. LINCOLN dan KENNEDY masing-masing terdiri 33 atas tujuh huruf. 
  15. ANDREW JOHNSON dan LYNDON JOHNSON masing-masing terdiri atas 13 huruf. 
  16. JOHNWILKES BOOTH dan LEE HARVEY OSWALD masing-masing terdiri atas 15 huruf. 

Selain itu, dalam proposal pertama yang diumumkan ke masyarakat bahwa Lincoln menjadi calon Partai Republik untuk memperebutkan jabatan presiden (dalam surat ke Cincinnati Gazette, 6 November 1858), disahkan pula seseorang bernama John Kennedy untuk jabatan wakil presiden (John P. Kennedy, mantan menteri angkatan laut.)

 

Pulpen Emas

PATRICIA Weston adalah wakil kepala sekolah menengah atas di Kota Bunburry, Australia Barat, tahun 1977. la meminta seorang temannya, Barry Smith yang berasal dari Perth, ibu kota negara bagian itu, untuk mendampinginya ke pesta dansa sekolah. 

Sebelum berdansa, mereka pergi makan malam dulu ke sebuah restoran setempat. Kemudian, ketika Barry melepaskan jas yang dipakainya ketika makan malam, ia baru menyadari kalau pulpen emasnya hilang. 

Keesokan paginya, mereka kembali ke ruang dansa untuk mencari pulpen Barry. Ketika tidak ditemukan, mereka mencari di restoran. Pemilik restoran dengan senang hati mengembalikan pulpen Schaeffer emas yang mudah dikenali karena tulisan 'B. Smith' tertera di situ. 

Malam itu, ketika Barry membenahi tasnya untuk pulang ke Perth, ia menemukan pulpennya di tas. Dengan agak takjub, ia merogoh kantung jasnya, tempat ia menaruh pulpen tadi pagi. Ternyata ada pulpen lain. Sekarang ia mempunyai dua pulpen, yang kedua-duanya bertuliskan 'B. Smith'! 

Barry meninggalkan pulpen yang 'dikembalikan' pada Patricia. Siapa tahu ada yang kehilangan dan menanyakan. Namun tidak pernah ada orang yang menanyakannya. 

Kasus yang mirip terjadi tahun 1953 pada Boone Aiken yang kehilangan pulpennya di Florence, South Carolina. Seperti pulpen Barry Smith, pulpen itu pun berukirkan namanya. 

Tiga tahun kemudian, Boone dan istrinya berada di New York. Ketika Ny. Aiken meninggalkan hotel mereka, ia melihat sebatang pulpen tergeletak di jalan. Pulpen itu tampaknya tidak asing baginya. Ternyata pulpen suaminya, yang namanya terukir dengan jelas.

 

 

" ["url"]=> string(80) "https://plus.intisari.grid.id/read/553257458/pulpen-emas-dan-kereta-api-terkutuk" } ["sort"]=> array(1) { [0]=> int(1651226806000) } } [3]=> object(stdClass)#73 (6) { ["_index"]=> string(7) "article" ["_type"]=> string(4) "data" ["_id"]=> string(7) "3133699" ["_score"]=> NULL ["_source"]=> object(stdClass)#74 (9) { ["thumb_url"]=> string(113) "https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/750x500/photo/2022/02/08/cinta-segi-tiga-di-gerbong-keret-20220208043416.jpg" ["author"]=> array(1) { [0]=> object(stdClass)#75 (7) { ["twitter"]=> string(0) "" ["profile"]=> string(0) "" ["facebook"]=> string(0) "" ["name"]=> string(20) "Freeman Wills Crofts" ["photo"]=> string(0) "" ["id"]=> int(9384) ["email"]=> string(20) "intiplus-27@mail.com" } } ["description"]=> string(137) "Pembunuhan tragis dalam kereta api ekspres yang sempat tak terselesaikan, akhirnya terungkap atas pengakuan dari pelakunya di ujung maut." ["section"]=> object(stdClass)#76 (7) { ["parent"]=> NULL ["name"]=> string(8) "Kriminal" ["description"]=> string(0) "" ["alias"]=> string(5) "crime" ["id"]=> int(1369) ["keyword"]=> string(0) "" ["title"]=> string(24) "Intisari Plus - Kriminal" } ["photo_url"]=> string(113) "https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/945x630/photo/2022/02/08/cinta-segi-tiga-di-gerbong-keret-20220208043416.jpg" ["title"]=> string(33) "Cinta Segi Tiga di Gerbong Kereta" ["published_date"]=> string(19) "2022-02-08 19:28:07" ["content"]=> string(42481) "

Intisari Plus - Kamis di awal November, pukul 22.30, sebuah kereta api berangkat dari Euston ke Edinburgh, Glasgow, ke daerah utara. Lokomotifnya menarik delapan buah gerbong tidur (gerbong yang menyediakan tempat tidur). dua gerbong kelas satu, dua gerbong kelas tiga, dan dua gerbong barang. Separuh dari gerbong-gerbong ini menuju Glasgow, sedangkan sisanya ke Edinburgh. 

Gerbong barang bertujuan ke Glasgow terletak paling belakang. Di situlah pengawal Jones bertugas. Di depannya gerbong kelas tiga, lalu disusul sebuah gerbong kelas satu; keduanya bertujuan Glasgow. 

Letak gerbong kelas satu diapit oleh gerbong tidur di mukanya dan gerbong kelas tiga di belakang. Ada WC di kedua ujungnya. Di dalam gerbong ini ada enam kompartemen. 

Dua kompartemen paling belakang untuk penumpang yang merokok. Tiga berikutnya untuk penumpang tidak merokok, sedangkan kompartemen terdepan khusus untuk penum pang wanita.   

Waktu KA ini berangkat dari Euston, malam begitu gelap. Pukul  06.00 keesokan harinya, hujan turun amat lebat. 

KA berjalan sesuai jadwal dengan berhenti di Rugby, Crewe, dan Preston. Pada saat meninggalkan Preston, pengawal Jones berjalan ke KA bagian depan karena ada yang ingin dibicarakannya dengan kondektur bagian Edinburgh. 

la masuk melewati lorong gerbong kelas tiga. Di ujung lorong ini, di sebelah ruang penghubung dengan gerbong kelas satu di depannya, ia melihat sepasang suami-istri dengan bayi sedang menangis. Si istri sibuk menenangkan bayinya. Ketika disapa, mereka berkata bahwa anak mereka sakit. Supaya tidak mengganggu penumpang lain, mereka keluar dari kompartemen. 

Setelah menyatakan sedikit simpati, Jones membuka kunci kedua pintu ruang penghubung untuk masuk ke gerbong kelas satu. Lorong di kelas satu kosong. 

Waktu melewatinya, Jones melihat semua tirai kompartemen telah diturunkan, kecuali di kompartemen khusus wanita. Di dalam kompartemen ini dilihatnya ada tiga wanita, dua di antaranya sedang membaca. Lampu mereka masih sepenuhnya dinyalakan. 

Kedua pintu di ruang penghubung berikutnya juga terkunci. Ia membukanya, lewat, dan menutupnya kembali. Di ruang pelayan, dalam gerbong tidur, dua pelayan sedang bercakap-cakap. 

Setelah urusan dengan kondektur selesai, Jones berjalan kembali ke gerbongnya. Dilihatnya semua masih seperti pada waktu ia lewat tadi. Pintu-pintu di kedua ujung gerbong kelas satu pun masih tetap terkunci. 

Sejam sebelum sampai di Carlisle, saat melewati padang ilalang Dataran Tinggi Westmorland, jalan KA tiba-tiba menjadi lambat dan akhirnya berhenti. Jones yang sedang meneliti nota-nota pengiriman paket di ujung gerbong barang, mengira itu cuma pemeriksaan sinyal. 

Tapi mengapa dilakukan di daerah padang semacam itu? pikir Jones. Karena curiga, ia meninggalkan pekerjaannya, menyingkap penutup jendela di sebelah kiri untuk melihat ke luar. 

 

Lubang peluru di kepala

Ternyata KA sedang berada di sebuah terowongan bukit. Sampai jarak tertentu tepian rel tampak samar-samar diterangi lampu di lorong gerbong kelas satu dan tiga. Saat itulah tampak ada yang ganjil di gerbong kelas satu. 

Di jendela paling belakang tampak orangorang panik. Jones segera berlari melewati gerbong kelas tiga menuju gerbong itu. Di sana ia dihadapkan pada fakta-fakta aneh dan membingungkan.

Lorong masih tetap kosong, tetapi tirai tengah dari kompartemen paling belakang telah diangkat. Lewat kaca, Jones melihat di dalamnya ada empat orang pria. Dua di antaranya sedang membungkuk ke luar jendela, sedangkan yang lainnya sedang berusaha membuka pintu yang menuju lorong. 

Jones memegang handelnya untuk menolong membukakan pintu, tetapi kedua orang itu malah menunjuk-nunjuk ke kompartemen berikutnya.

Tirai tengah kompartemen ini pun telah diangkat, tetapi pintunya terkunci. Waktu ia mengintip ke dalam, tampak sebuah tragedi di depan matanya. Seorang wanita dengan wajah ketakutan berusaha membuka pintu. 

Sementara itu ia terus-menerus menengok ke belakang, seolah-olah ada penampakan yang mengerikan di sana. Jones melompat untuk membuka pintu sambil mengikuti pandangan wanita itu. Ia terkesiap.

Di sudut kanan yang menghadap ke lokomotif, teronggok tubuh seorang wanita, sekitar 30 tahun, terbaring lemas tak bertenaga. Kepalanya terkulai ke belakang, ke atas bantal, dan tangannya tergantung tak berdaya di pinggiran tempat duduknya. 

Detail-detail ini tak begitu diperhatikannya, karena mata Jones segera tertuju pada keningnya. Ada sebuah lubang kecil di atas alis kirinya. Dari situ mengalir darah, membasahi mantelnya dan menggenangi tempat duduk. Jelaslah, ia sudah mati. Di hadapannya, seorang pria juga sudah tak bernyawa.

Tampaknya semula laki-laki ini duduk di sudut, kemudian terjerembap ke depan, sehingga dadanya tersandar di lutut si wanita dan kepalanya terjuntai ke bawah. Penampilannya tidak karuan, mantel jasnya abuabu, rambutnya hitam. Dari bawah kepalanya menetes darah ke lantai.

Jones menarik pintu sekuat tenaga, tetapi pintu itu tidak bergeming sedikit pun dari posisinya yang sedikit terbuka sekitar 2,5 cm. Sambil terus berusaha menenangkan wanita yang sudah mendekati histeris itu, Jones berbalik ke kompartemen terbelakang, dengan maksud berusaha masuk lewat situ. Ternyata pintunya juga tak mau dibuka.  

Pada saat itu tampak kedua pria lain telah berhasil membuka pintu satunya dan keluar dari gerbong, kemudian turun ke rel. Khawatir akan keselamatan mereka, kalau-kalau ada KA lain dari arah berlawanan, ia berlari menuju gerbong tidur, karena ia yakin di sana pasti ada pintu yang dapat dibuka. 

Dari sana ia meloncat turun pula untuk memperingatkan mereka. Sambil turun disuruhnya seorang pelayan mengikutinya, sedangkan pelayan lain harus tetap tinggal di tempatnya untuk mencegah orangorang menuju ke tempat kejadian. Berempat dengan kedua pria tadi, ia dan pelayan membuka pintu luar kompartemen nahas itu.  

Mula-mula mereka berusaha mengeluarkan wanita yang masih selamat. Setelah menyuruh pelayan untuk mencari dokter, Jones memanjat ke atas. Si wanita dilarangnya untuk memperhatikan apa yang sedang dikerjakannya. Tubuh si pria kembali didudukkannya di tempat duduk di sudut.

Wajah pria mati itu tercukur bersih, tetapi bentuk mukanya agak kasar. Hidungnya besar, demikian pula rahangnya. Di lehernya, tepat di bawah telinga kanan, terdapat sebuah lubang peluru. 

Diangkatnya pula kaki pria itu, juga kaki wanitanya, ke tempat duduk. Wajah si wanita ditutupinya dengan saputangan, kemudian karpet digulungnya, sehingga genangan darah tidak nampak. 

Saat itu seorang dokter dari gerbong kelas tiga sudah tiba. Hanya dengan pemeriksaan singkat dokter menyatakan kedua orang itu telah meninggal. Kemudian pintu luar kompartemen itu dikunci, tirai-tirainya diturunkan. Para penumpang yang sudah turun dari KA dipersilakan kembali ke tempat duduknya masingmasing.

Sementara itu petugas pemadam kebakaran sudah datang untuk melihat apa yang terjadi. Selain itu ia juga melaporkan bahwa masinis tak dapat melepaskan remnya kembali. Setelah diselidiki, ternyata disk di ujung gerbong kelas satu telah berputar. Artinya, ada orang yang telah menarik rem darurat di kompartemen, sehingga KA berhenti. 

Rem di kompartemen paling belakang nampaknya juga ditarik orang. Itu berarti salah seorang dari keempat pria itulah yang menariknya. Disk dikembalikan ke posisi normalnya, penumpang duduk, KA melaju lagi, setelah terhenti kira-kira 15 menit.  

Sebelum sampai di Carlisle, Jones mencatat nama dan alamat semua penumpang di gerbong kelas satu dan tiga berikut nomor karcisnya. Semua gerbong tak terkecuali gerbong barang diperiksa dengan teliti untuk melihat apakah ada yang bersembunyi di bawah tempat duduk, WC, di balik bagasi, atau di sekitar tempat-tempat itu. 

Begitu sampai di Carlisle, perkara pembunuhan ini segera dilimpahkan kepada polisi. Gerbong kelas satu segera disegel dan para penumpangnya ditanyai. Teori sementara, si pembunuh telah turun pada saat KA itu berhenti, lalu melarikan diri ke pedesaan, mencapai jalan raya, dan menghilang.

Keesokan harinya, sekelompok detektif memeriksa kawasan tempat KA berhenti. Tetapi tak ada jejak ditemukan. Begitu pun tanda-tanda lain. Stasiun-stasiun di sekitarnya pun tak luput dari penyelidikan. Sejauh yang dapat dicapai dengan berjalan kaki, hanya ada dua buah stasiun. 

Di kedua stasiun tersebut tak pernah terlihat orang asing. Apalagi sesudah lewatnya KA ekspres ini, tak ada satu pun kereta api melewati kedua stasiun itu. Seandainya si pembunuh turun dari KA, tak mungkin ia berhasil melarikan diri lewat jalur KA.

 

Kesaksian Penumpang

Korban naas itu ternyata pasangan Tuan dan Ny. Horation Llewelyn dari Gordon Villa, Broad Road, Halifax. Llewelyn adalah pegawai sebuah pabrik besar pemurnian besi. Usianya 35 tahun, lingkungan sosialnya baik dan ia kaya. Ia dianggap cukup baik hati, meskipun kadang-kadang terlalu bernafsu. 

Ia tidak mempunyai musuh. Perusahaannya dapat membuktikan bahwa ia mempunyai perjanjian bisnis di London pada hari Kamis dan di Carlisle hari Jumat, sehingga perjalanannya itu amat cocok dengan rencananya. 

Istrinya adalah wanita cantik berusia sekitar 27 tahun, anak seorang pedagang di daerah dekat perusahaan Llewelyn, Yorkshire. Pernikahan mereka baru berumur sebulan lebih sedikit, bahkan seminggu sebelumnya mereka baru saja pulang dari berbulan madu. Tak dapat dipastikan apakah Ny. Llewelyn mempunyai alasan khusus, sehingga harus menemani suaminya. 

Peluru yang digunakan membunuh suami-istri ini berasal dari senjata yang sama, revolver berlaras kecil dengan desain modern. Tetapi karena revolver semacam itu ada ribuan, penemuan itu tak banyak berarti. 

Blair-Booth, gadis yang duduk dalam satu kompartemen, menyatakan naik dari Euston dan duduk di dekat lorong. Beberapa menit sebelum KA berangkat suami-istri tersebut datang, lalu duduk saling berhadapan di sudut sebelah luar. 

Selama perjalanan tak ada penumpang lain masuk. Satu-satunya kunjungan adalah datangnya kondektur begitu KA meninggalkan Euston. Pintu ke lorong pun tidak dibuka. 

Llewelyn sangat memperhatikan istrinya. Mereka berdua masih bercakap-cakap ketika KA berangkat. Setelah berbasa-basi sebentar dengan Blair-Booth, Llewelyn menarik tirai, menutupi lampu dengan pelindungnya, sehingga tidak menyilaukan. 

Beberapa kali Booth terjaga dari tidurnya, tetapi setiap kali ia tidak melihat sesuatu yang aneh di dalam kompartemen sampai ia terjaga oleh suara ledakan keras dan dekat. 

Ia terlompat berdiri, sementara itu dari dekat lututnya ia melihat kilatan api, lalu terdengar ledakan kedua. Dengan gemetar ditariknya pelindung lampu dan terlihat ada asap mengepul dari arah pintu lorong yang telah terbuka kira-kira 2,5 cm. 

Bau mesin tercium. Begitu berbalik, dilihatnya Llewelyn tersungkur ke lutut istrinya. Kemudian terlihat olehnya lubang di kening Ny. Llewelyn. Karena ketakutan ia segera mengangkat tirai pintu lorong yang menutupi pegangan pintu. Ia berusaha ke luar untuk mencari bantuan, tetapi pintu tak dapat digerakkan. Ia semakin panik, sadar bahwa ia terkunci dalam ruangan yang berisi dua mayat. 

Dalam kengeriannya, ditariknya rem darurat, tetapi KA tampaknya tidak menunjukkan gejala berhenti, sehingga ia meneruskan usaha membuka pintu. Baru setelah berjam-jam berlalu, Jones muncul dan membebaskan dia. Waktu ditanya, Blair mengatakan tidak melihat seorang pun di lorong pada saat ia mengangkat tirai. 

Sementara keempat penumpang pria di kompartemen terakhir, ternyata satu rombongan yang menuju Glasgow dari London. Setelah berangkat, mereka main kartu. Kirakira tengah malam tirai mereka turunkan, menurunkan pelindung lampu dan berusaha tidur. 

Seorang dari mereka ingin mencuci tangan di WC setelah makan buah-buahan. Orang ini tidak melihat apa pun di lorong. 

Tidak lama setelah itu mereka mendengar suara tembakan dua kali. Mula-mula mereka mengira itu sinyal lokomotif, tetapi begitu sadar kompartemen mereka terlalu jauh dari lokomotif untuk bisa mendengar suara semacam itu, mereka segera mengangkat pelindung lampu, mengangkat tirai pintu lorong, dan berusaha ke luar, tetapi tidak dapat. 

Di lorong tak tampak seorang pun. Karena yakin ada sesuatu yang serius telah terjadi, mereka menarik rem darurat sambil menurunkan jendela luar, lalu melambai-lambaikan tangan untuk menarik perhatian orang yang kebetulan melihat. 

Remnya tertarik dengan mudah, sepertinya kendur. Jadi tarikan pertama dilakukan oleh Blair, rem telah terpasang, sehingga tarikan kedua hanyalah mentransfer penyetopan. 

Ketika KA berhenti, kedua kompartemen di depan kompartemen Blair kosong, tetapi di kompartemen kedua ada dua laki-laki, di kompartemen pertama tiga wanita. Mereka semua juga mendengar suara tembakan, tetapi hanya sayup-sayup, karena tertelan suara KA. Tapi karena tirai di kompartemen kedua tidak dibuka sama sekali, kedua lelaki itu tak dapat memberikan keterangan apa pun. 

Ketiga wanita di kompartemen pertama, seorang ibu dengan kedua putrinya. Mereka naik dari Preston. Karena akan turun di Carlisle, mereka tidak ingin tidur. Jadi tirai tetap dibiarkan terbuka dan lampu tidak ditutupi pelindung. 

Dua di antara mereka membaca, sedangkan yang satu duduk di sebelah lorong. Wanita kedua ini sangat yakin tak seorang pun melewati lorong selama mereka di KA, kecuali Jones yang tampak terburu-buru membuat mereka ingin tahu, sehingga mereka ke luar ke lorong dan tetap tinggal di lorong sampai KA berangkat lagi. Selama itu mereka bertiga tidak melihat orang lain melewati lorong. 

Ketika pintu-pintu lorong yang macet diteliti, ternyata pintu-pintu itu diganjal sepotong kayu kecil, yang tampak sekali telah dipersiapkan khusus untuk itu. Waktu tiket-tiket yang telah terjual dengan yang dipegang oleh penumpang dibandingkan ternyata ada ketidakcocokan. 

Ada satu tiket, yang dibeli di Euston dengan tujuan Glasgow, belum terkumpulkan kembali oleh kondektur. Kemungkinannya, penumpang bersangkutan sama sekali tidak jadi pergi, atau ia turun di stasiun lain di perjalanan. 

Kondektur yang telah mengecek tiket begitu KA meninggalkan London mengatakan, ada dua orang pria yang tadinya menempati kompar temen di depan kompartemen nahas itu. 

Salah seorang memegang tiket ke Glasgow, sedangkan yang lain untuk sebuah stasiun kecil, tetapi ia tak ingat stasiun apa dan ia pun takdapat menggambarkan kedua orang itu, seandainya memang ada. 

Ternyata ia tak salah. Polisi berhasil melacak salah seorang, yaitu Dr. Hill, yang turun di Crewe. Ia bercerita, waktu naik KA ternyata sudah ada seorang pria di kompartemennya. Usianya kira-kira 35 tahun, berambut pirang, bermata biru, berkumis lebat, dan pakaiannya gelap serta berpotongan baik. Orang itu tidak membawa bagasi, hanya mantel jas hujan dan buku novel. 

Mereka bercakap-cakap dan ketika orang itu tahu. Dr. Hill tinggal di Crewe, ia berkata akan turun juga di situ dan bertanya hotel mana yang baik. Kemudian orang itu menjelaskan bahwa sebenarnya ia berniat ke Glasgow dan sudah membeli tiket yang bertujuan ke sana, tetapi ia ingin menengok seorang teman di Chester keesokan harinya. 

Ia bertanya kepada dokter itu apakah tiket itu masih berlaku keesokan harinya, ataukah ia akan memperoleh uang kembalian bila ternyata tiket itu sudah tidak berlaku lagi. 

Ketika sampai di Crewe kedua orang ini turun. Si dokter menawarkan diri untuk mengantarkan orang itu ke "Crewe Arms", tetapi ia me nolak sambil mengucapkan terima kasih, karena ia masih harus mengurus bagasinya dahulu. Dr. Hill melihatnya berjalan menuju gerbong barang. 

Petugas di Crewe tidak ada yang ingat telah melihat orang semacam itu di gerbong barang atau yang menanyakan bagasi. Karena ini semua baru ditanyakan setelah beberapa hari lewat, orang tak dapat yakin. Hotel-hotel di Crewe maupun Chester pun menyatakan tidak pernah menerima tamu dengan tampang seperti orang asing itu.

 

Misteri tak terungkap

Begitulah fakta-fakta yang dapat digali. Mula-mula  orang yakin misteri pembunuhan di KA ini akan segera terungkap, tetapi hari demi hari berlalu tanpa adanya informasi baru sampai perhatian publik pun memudar. 

Sempat pula terjadi kontroversi. Ada yang berpendapat bahwa ini pastilah kasus bunuh diri. Tuan Llewelyn menembak istrinya, lalu dirinya atau istrinya yang melakukan penembakan. Tetapi selain revolvernya tak ada, di kedua tubuh tak ditemukan tanda hangus oleh mesin. 

Ada lagi yang berpendapat Blair-lah pembunuhnya. Namun tak adanya motif, wataknya, pernyataan-pernyataannya yang benar, dan tidak ditemukannya revolver menggugurkan dugaan itu. Dapat saja ia membuangnya lewat jendela, tetapi posisi kedua tubuh tidak memungkinkannya melakukan hal itu. Apalagi pakaiannya sama sekali tak bernoda darah. 

Yang jelas fakta utama yang menolak dugaan ini adalah kenyataan bahwa pintu ke lorong diganjal dari luar. Tentunya tak mungkin Nn. Blair mengganjal pintunya, lalu masuk ke kompartemennya lagi. 

Kenyataan bahwa pintu itu terbuka 2,5 cm, lebih menguatkan lagi bahwa sela itu dimaksudkan untuk menyisipkan laras revolver. Selain itu, seandainya tembakan dilakukan dari posisi duduk Blair, lubang yang terjadi di tubuh-tubuh korban akan berbeda letaknya. 

Setiap orang yang diketahui berada di sekitar tempat kejadian telah dipanggil dan dimintai keterangan, tetapi satu per satu harus dibebaskan dari kecurigaan. Akhirnya, seolah-olah hampir terbukti bahwa mustahil telah terjadi pembunuhan. 

Misteri yang begitu terselubung rapat itu tercermin dari pembicaraan antara kepala Scotland Yard dan inspektur yang menangani kasus ini. 

"Benar-benar soal yang sulit," ujar kepala dinas kepolisian Scotland Yard, "Tetapi mari kita ulangi lagi. Pasti ada kekeliruan." 

"Pak! Saya sudah mengulangi perhitungan sampai saya bingung sendiri dan selalu tiba pada kesimpulan yang sama." 

"Kita coba sekali lagi. Pembunuhan itu pastilah dilakukan oleh orang yang masih berada di KA pada saat penyelidikan dilakukan, atau sudah meninggalkan KA sebelumnya. Kedua kemungkinan ini akan kita tinjau kembali satu per satu. Sekarang tentang penyelidikannya. Apakah cukup efisien?" 

"Sangat efisien, Pak. Saya sendiri yang melaksanakannya dibantu Jones dan para pelayan di KA. Tak ada seorang pun terlewatkan." 

"Bagus. Sekarang kemungkinan pertama. Di gerbong ada enam kompartemen. Bagaimana dengan keempat pria dan Nn. Blair, apakah Anda benar-benar yakin bahwa mereka tidak bersalah?" 

"Ya, Pak. Alasannya, ada pengganjalan pintu." 

"Dua kompartemen berikutnya kosong, kemudian ada dua pria di kompartemen beri kutnya. Bagaimana dengan mereka?" 

"Anda sendiri tahu, siapa mereka. Sir Gordon M'Clean, insinyur terkenal, dan Tuan Silas Hemphill, profesor di Universitas Aberdeen. Keduanya tak mungkin." 

"Namun Anda 'kan tahu, tak ada yang tidak mungkin dalam kasus-kasus seperti ini." 

"Memang, Pak, karena itu saya sudah menyelidiki mereka dengan teliti dan hasilnya hanyalah memperkuat pendapat saya tadi." "Sekarang bagaimana dengan ketiga wanita itu?" 

"Sama saja. Watak ketiganya tidak memungkinkan tumbuhnya kecurigaan. Ketiganya bukan tipe pembohong. Tak ada dasar sedikit pun untuk tumbuhnya kecurigaan." 

"Jadi semua orang yang ada di KA waktu berhenti tidak dapat dicurigai?" 

"Ya. Penyelidikan kami betul-betul positif, tak mungkin ada kekeliruan." 

"Jadi pembunuhnya sudah meninggalkan gerbong?" 

"Mestinya. Tapi justru di sinilah masalahnya." 

Pak kepala berhenti sebentar untuk mengambil cerutu dan menyalakannya. Lalu ia meneruskan,"Yang jelas si pembunuh pasti tidak keluar dengan menembus atap, lantai, atau bagian KA lain. 

Jadi mestinya ia keluar lewat jalan biasa, yaitu pintu. Nah, ada dua pintu di ujung-ujung gerbong dan enam buah di tiap sisi gerbong. Maka ia pasti keluar dari salah satu dari empat belas pintu ini. Setuju, Inspektur?"

 "Tentu, Pak." "Baik. Misalkan lewat pintupintu di ujung. Apakah pintu-pintu di ruang penghubung terkunci?" 

"Ya, di kedua ujung gerbong. Tetapi kunci gerbong biasa dapat dipakai untuk membukanya dan si pembunuh mungkin memilikinya." 

"Baik. Sekarang apa saja alasan kita sehingga tiba pada kesimpulan ia tak mungkin lari ke gerbong tidur?" 

"Sebelum KA berhenti, Bintley, salah seorang dari ketiga wanita itu sedang melihat ke lorong dan kedua pelayan gerbong tidur ada di dekat ujung gerbong mereka. 

Setelah KA berhenti, ketiga wanita keluar di lorong dan salah seorang pelayan di ruang penghubung gerbong tidur. Semua orang ini bersumpah tak melihat siapa pun kecuali Jones, di saat antara Preston dan penyelidikan." 

"Bagaimana dengan para pelayan ini? Apakah dapat dipercaya?" 

"Wilcox sudah bekerja selama 17 tahun dan Jeffries 6 tahun. Keduanya berwatak sangat baik. Tentu saja keduanya juga termasuk dicurigai, tetapi ketika saya melakukan penyelidikan seperti biasanya, tak ada satu bukti pun memberatkan mereka." 

"Jadi agaknya si pembunuh tidak melarikan diri lewat gerbong tidur." 

"Saya yakin. Tak mungkin kedua kelompok ini, ketiga wanita dan kedua pelayan, bersama-sama menipu polisi. Mereka ditanyai secara terpisah." 

"Bagaimana dengan gerbong kelas tiga?" 

"Di ujung gerbong kelas tiga, ada Tuan dan Ny. Smith dengan anak mereka yang sakit. Mereka berada di lorong dekat ruang penghubung. Tak seorang pun bisa lewat tanpa sepengetahuan mereka. Anak mereka sudah saya suruh periksa dan ternyata memang sungguh sakit. 

Waktu mereka mengatakan bahwa tak ada seorang pun kecuali Jones yang lewat, saya mengeceknya dengan menanyai semua penumpang di kelas tiga. Yang saya peroleh ada dua hal. Pertama, tak seorang pun yang hadir saat diselidiki itu tidak naik dari Preston. 

Kedua, kecuali keluarga Smith tak ada seorang pun keluar dari kompartemennya selama perjalanan dari Preston sampai perhentian darurat itu. Maka terbukti tak ada orang yang meninggalkan kelas satu ke kelas tiga setelah tragedi berlangsung."

"Jadi jelas, pembunuhnya keluar lewat salah satu dari kedua belas pintu yang ada di sisi-sisi gerbong. Mari kita lihat pintu di kompartemen dulu. Kompartemen pertama, kedua, kelima dan keenam berpenghuni. Jadi tak mungkin ia lewat salah satu dari kompartemen ketiga atau keempat?" 

Inspektur menggelengkan kepala. "Tidak, Pak," jawabnya. "Tidak mungkin. Ingatkah Anda bahwa dua orang dari keempat pria itu sedang melihat ke luar sejak beberapa detik setelah pembunuhan terjadi sampai KA berhenti?” 

“Tak mungkin si pembunuh dapat keluar dari pintu, lalu menuruni tangganya tanpa terlihat oleh mereka. Jones pun melihat ke sisi ini dan tidak melihat apa-apa. Setelah KA berhenti, kedua orang ini, bersama yang lain, turun dari KA dan semua setuju bahwa tak ada pintu yang terbuka waktu itu." 

"Sekarang tinggal pintu-pintu di samping lorong. Karena Jones datang sangat cepat, tentunya si pembunuh telah keluar pada saat KA sedang dalam kecepatan cukup tinggi. la mestinya sedang bergantung di luar, sementara Jones sedang sibuk membuka pintu-pintu sorong kompartemen.” 

“Waktu KA berhenti, semua perhatian tertuju pada sisi kompartemen, sehingga dengan mudah ia turun dan melarikan diri. Bagaimana pendapat Anda tentang teori itu, Inspektur?" 

"Kami juga telah menelusuri kemungkinan itu. Mulamula teori itu disanggah dengan anggapan bahwa tirai-tirai di kompartemen Blair dan keempat pria itu terlalu cepat dibuka, sehingga tak ada waktu untuk menyembunyikan diri di sisi gerbong sebelah sana.” 

“Namun, ini tidak betul. Kira-kira tersedia waktu 15 detik bagi si pembunuh untuk menurunkan jendela, membuka pintu, keluar, menaikkan jendela lagi, menutup pintu kembali dan mendekam di anak tangga, sehingga tidak terlihat. Juga saya memperkirakan ada waktu sekitar 30 detik sebelum Jones melihat ke arah itu dari gerbong barang.” 

“Tetapi ada hal lain yang membuktikan bahwa itu tak mungkin terjadi. Waktu KA berhenti dan Jones berlari melewati gerbong kelas tiga, Tuan Smith ingin tahu apa yang terjadi. Namun, pintu ruang penghubung diempaskan begitu saja oleh Jones, sehingga langsung terkunci kembali.” 

“Maka ia menurunkan jendela lorong yang paling ujung, melihat ke depan dan ia menyatakan dengan yakin, tidak melihat seorang pun mendekam di salah satu anak tangga di kelas satu." 

"Mungkinkah si pembunuh keluar pada saat Jones berlari melewati kelas tiga?" 

"Tak mungkin, karena tiraitirai ke lorong sudah lebih dahulu diangkat sebelum Jones melihat ke luar." 

Inspektur kepala mengerutkan dahi."Benar-benar membingungkan," gumamnya. Beberapa saat mereka terdiam, kemudian ia berkata lagi. 

"Mungkin segera setelah melakukan penembakan, si pembunuh bersembunyi di WC. Kemudian pada saat terjadi keributan, ia diam-diam turun ke bawah lewat salah satu pintu lorong?" 

"Tidak, Pak. Kami juga sudah memperhitungkan kemungkinan itu. Jika ia bersembunyi di WC, ia tak dapat keluar lagi. Jika ia menuju kelas tiga, keluarga Smith melihatnya dan lorong kelas satu terus sedang diperhatikan sejak Jones tiba sampai penyelidikan dimulai.” 

“Kami juga telah menyelidiki bahwa ketiga wanita itu segera keluar ke lorong setelah Jones melewati kompartemen mereka dan dua dari keempat pria pun sedang memperhatikan ke lorong lewat pintu sampai ketiga wanita itu keluar." 

Lagi-lagi keduanya terdiam. Pak kepala mengisap cerutunya sambil terus berpikir. "Anda bilang, pemeriksa mayat mempunyai teori pula?" 

"Ya, Pak. Katanya, mungkin segera setelah menembak, si pembunuh keluar melalui salah satu pintu lorong - mungkin yang terakhir - dari sana memanjat ke bagian luar gerbong yang tak terlihat dari jendela, shockbreaker di antara gerbong, atau tangga sebelah bawah, lalu menjatuhkan diri ke tanah pada saat KA berhenti.” 

“Setelah dicoba ternyata teori ini tidak mungkin. Atap KA terlalu curam dan tidak ada pegangan di atas pintu-pintu. Shock-bieakei tak dapat diraih begitu saja, sebab jaraknya 2 m lebih dari pintu, padahal tak ada sesuatu yang bisa dijadikan pegangan.” 

“Sedangkan tangga sebelah bawah, karena konstruksinya, tidak mungkin dijadikan tempat persembunyian sementara. Terlalu berbahaya." 

"Jadi kesimpulan yang Anda peroleh selama ini nihil?" 

"Saya tahu, Pak. Saya sangat menyesalinya, tetapi itulah masalah yang sudah saya hadapi sejak awal." 

"Pikirkan kembali, saya juga akan memikirkannya. Temui saya lagi besok."

 

Pengakuan di ujung ajal

Ternyata percakapan Antara inspektur dan kepalanya itu memang menjadi kesimpulan akhirnya. Sementara terus berjalan tanpa ditemukannya fakta baru. Beberapa tahun kemudian orang semakin tidak memperhatikan persoalan ini, sampai akhirnya kasus ini pun dimasukkan dalam deretan kasus kriminal yang tak terpecahkan di New Scotland Yard. 

Begitulah, hanya karena kebetulan, saya, seorang dokter tak dikenal, tiba-tiba dihadapkan pada pengalaman unik yang akhirnya menjadi kunci pembuka selubung misteri pembunuhan di kereta ekspres di atas. 

Saya sendiri tidak mempunyai hubungan langsung dengan peristiwa tersebut. Semua detail yang baru saya ceritakan, saya peroleh dari laporan resmi waktu itu. Saya boleh melihatnya karena informasi yang saya bawakan kepada polisi. Kejadiannya adalah sbb: 

Suatu sore, ketika saya sedang beristirahat sambil merokok, datang panggilan darurat dari losmen di desa kecil tempat praktik saya. Seorang pengendara sepeda motor baru saja bertabrakan dengan sebuah mobil di persimpangan jalan. 

Orang yang luka parah ini tak dapat ditolong lagi. Hidupnya hanya tinggal beberapa jam saja. Sesuai dengan kebiasaan saya jika menghadapi kasus semacam itu, saya berterus terang sambil menanyakan apa permintaan terakhir sebelum meninggal. la menatap langsung ke mata saya dan menjawab. 

"Dokter, saya ingin membuat pernyataan. Jika sudah saya katakan maukah Anda diam sampai saya meninggal, lalu baru mengatakannya kepada yang berwenang dan kepada umum?" 

"Tentu," jawab saya. 

"Saya takkan bertele-tele, karena saya merasa waktu tinggal sedikit. Anda ingat beberapa tahun lalu Tuan Horation Llewellyn dan istrinya dibunuh di sebuah KA North Western kira-kira 50 mil dari Carlisle?" 

Samar-samar saya ingat peristiwa itu. 

"Oh, yang oleh koran-koran disebut Misteri Kereta Api Ekspres?" tanya saya. 

"Betul. Polisi tak berhasil memecahkan misteri itu, maupun menangkap pembunuhnya. Sayalah pembunuh itu." 

Saya ngeri mendengar suaranya yang begitu dingin dan cara bicaranya yang begitu tenang. Namun, saya sadar bahwa orang ini sedang berjuang melawan maut untuk mengucapkan pengakuannya, sehingga menjadi tugas sayalah untuk berusaha mendengarkan dan mencatatnya selagi masih ada waktu. 

"Apa pun yang Anda katakan, akan saya catat dengan teliti dan jika tiba saatnya, akan saya beritahukan kepada polisi." 

"Terima kasih. Nama saya Hubert Black, sepuluh tahun terakhir saya tinggal di Bradford. Di sanalah saya berkenalan dengan seorang gadis yang menurut saya paling cantik dan hebat di dunia, Gladys Wentworth. 

Waktu itu saya miskin, tetapi ia kaya. Sebetulnya saya agak malu untuk mendekatinya, tetapi ia memberi hati kepada saya, sampai akhirnya saya berhasil melamarnya." 

"Suatu hari Gladys saya kenalkan dengan Llewelyn, sahabat lama saya. Ternyata kemudian saya tahu bahwa Llewelyn telah melanjutkan perkenalan itu." 

"Seminggu setelah lamaran saya diterima, ada pesta dansa besar di Halifax. Saya berjanji akan datang dengan Gladys di sana, tapi pada saat-saat terakhir datang telegram yang mengabarkan bahwa ibu saya sakit berat dan saya harus pergi menengoknya. Setelah kejadian itu ... Dokter, beri saya sedikit minum. Saya makin lemas." 

Saya mengambil brendi dan memberinya beberapa teguk. "Ternyata," katanya meneruskan sambil banyak menarik napas dan berhenti, "baru saya tahu bahwa sebenarnya Llewelyn telah lama terpikat oleh Gladys. 

Selama beberapa waktu, setiap saya masuk kantor, diam-diam mereka pacaran. Gladys ternyata menangkap apa yang diinginkannya dan saya pun dicampakkan. Bagus sekali, bukan?" 

Saya tidak menjawab dan orang itu meneruskan. 

"Saya marah bukan main. Ingin rasanya saya memenggal kepala Llewelyn. Tak dapat saya lukiskan bagaimana galaunya perasaan saya waktu itu. Setiap saat saya mengikuti ke mana pun mereka pergi sampai ada kesempatam membunuh.” 

“Di atas KA,mereka saya tembak. Mula-mula Gladys, kemudian ketika Llewelyn terbangun dan melompat berdiri saya tembak pula dia." la berhenti. 

"Ceritakan detailnya," kata saya. 

Dengan suara lebih lemah ia meneruskan. 

"Rencana pembunuhan di KA telah saya persiapkan sebelumnya. Saya mengikuti mereka terus sejak mereka berbulan madu. Waktu itu semua kondisi mendukung. Di Euston saya berdiri di belakang Llewelyn waktu mendengar ia memesan tempat untuk ke Carlisle. Maka saya memesan tempat untuk ke Glasgow.” 

“Saya naik ke kompartemen di sebelah mereka. Ada seorang laki-laki cerewet di sana dan saya berusaha menyusun alibi dengan berpura-pura akan turun di Crewe. Memang saya turun, tetapi naik lagi dan menempati kompartemen yang sama, tetapi dengan tirai selalu tertutup. Saya menunggu sampai kami tiba di daerah yang penduduknya sedikit, sehingga saya akan mudah menyelamatkan diri.” 

“Ketika waktunya tiba, saya mengganjal pintu-pintu itu, lalu menembak kedua orang tersebut. Saya tinggalkan KA, menjauhi rel, melewati pedesaan sampai tiba di jalan raya. Siang hari saya bersembunyi, malam hari saya berjalan sampai malam berikutnya tiba di Carlisle." 

Ia berhenti kecapekan, sementara maut semakin menghampirinya. "Hanya satu kata, bagaimana Anda keluar dari KA?" tanya saya. Ia pun tersenyum hampa. "Minum lagi," bisiknya; dan ketika sudah saya berikan lagi sedikit brendi, ia meneruskan dengan lemah dan terhenti-henti. 

"Itu sudah saya persiapkan. Jika saya dapat keluar dan berdiam di shockbreaker pada saat KA masih berjalan dan sebelum kegegeran terjadi, saya pasti selamat. Dari jendela orang tak dapat melihat saya. Pada saat KA berhenti, saya turun dan melarikan diri.” 

“Saya membawa tali sutera berwarna coklat halus sepanjang kira-kira 5 m dan tambang tipis dari sutera dengan panjang sama. Ketika turun di Crewe, saya bergeser ke sudut gerbong dan berdiri dekat-dekat seolah-olah sedang akan menyalakan rokok.” 

“Dengan sembunyi-sembunyi saya selipkan ujung tali ke lubang handel di atas shockbreaker. Lalu saya berjalan ke pintu terdekat sambil mengulur tali dengan menggenggam kedua ujungnya. Lalu saya berpura-pura membuka pintu padahal saya sedang menyelipkan tali ke handel pengaman dan menyimpulkan kedua ujung tali itu.” 

“Jadi berhasillah saya membuat ikatan tali yang menghubungkan sudut tempat shockbreaker dengan pintu. Warna tali itu sama dengan warna gerbong, sehingga hampir tak kentara. Kemudian saya kembali ke tempat duduk lagi."

"Ketika saat untuk melakukannya tiba, saya mengganjal pintu-pintu. Kemudian saya buka jendela keluar, menarik ujung ikatan tadi ke dalam, lalu mengikatkan ujung tambang padanya.” 

“Kemudian salah satu sisi ikatan itu saya tarik, sehingga tambang pun tertarik ke handel shockbreaker, melewatinya dan kembali lagi ke jendela. Karena terbuat dari sutera, tambang ini licin dan tidak membekas waktu menggeser handel shockbreaker. Kemudian satu ujung tambang saya selipkan ke handel pengaman di pintu.” 

“Setelah menariknya sampai kencang, saya menyimpulkan semuanya. Maka saya telah membuat sebuah ikatan tambang yang terbentang kencang dari pintu menuju sudut tempat shockbreaker." 

"Pintu saya buka, lalu saya naikkan jendelanya. Kemudian pintu saya tutup, tetapi terlebih dulu saya ganjal dengan kayu. Karena angin dan kayu itu, pintu tidak menutup rapat." 

"Lalu saya menembak mereka. Begitu melihat keduanya roboh, saya keluar. Kayu saya tendang, pintu saya tutup rapat. Kemudian berpegangan pada ikatan tambang tadi saya berjalan menelusuri bidang injakan kaki ke tempat shockbreaker. Kemudian tali dan tambang saya potong, saya tarik dan masukkan ke kantung. Maka tak ada jejak yang tertinggal." 

"Ketika KA berhenti, saya turun diam-diam ke tanah. Semua orang sedang turun ke sebelah sana, maka dengan mudah saya dapat menghilang di kegelapan malam, lalu memanjat tepian rel dan melarikan diri." 

Nyatalah orang itu telah mengerahkan segenap tenaganya untuk menyelesaikan kisahnya, karena begitu selesai berbicara, matanya menutup. Dalam beberapa menit kemudian ia pun jatuh ke kondisi koma, lalu meninggal. (Freeman Wills Crofls)

" ["url"]=> string(78) "https://plus.intisari.grid.id/read/553133699/cinta-segi-tiga-di-gerbong-kereta" } ["sort"]=> array(1) { [0]=> int(1644348487000) } } }