array(1) {
  [0]=>
  object(stdClass)#49 (6) {
    ["_index"]=>
    string(7) "article"
    ["_type"]=>
    string(4) "data"
    ["_id"]=>
    string(7) "3257657"
    ["_score"]=>
    NULL
    ["_source"]=>
    object(stdClass)#50 (9) {
      ["thumb_url"]=>
      string(113) "https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/750x500/photo/2022/04/28/kisah-keempat-belas-eduardo-olsz-20220428070657.jpg"
      ["author"]=>
      array(1) {
        [0]=>
        object(stdClass)#51 (7) {
          ["twitter"]=>
          string(0) ""
          ["profile"]=>
          string(0) ""
          ["facebook"]=>
          string(0) ""
          ["name"]=>
          string(13) "Intisari Plus"
          ["photo"]=>
          string(0) ""
          ["id"]=>
          int(9347)
          ["email"]=>
          string(22) "plusintisari@gmail.com"
        }
      }
      ["description"]=>
      string(122) "Peristiwa penculikan ternyata sudah diramalkan oleh sebuah novel. Jika diceritakan riwayatnya, sebuah pistol akan meletus."
      ["section"]=>
      object(stdClass)#52 (7) {
        ["parent"]=>
        NULL
        ["name"]=>
        string(7) "Misteri"
        ["description"]=>
        string(0) ""
        ["alias"]=>
        string(7) "mystery"
        ["id"]=>
        int(1368)
        ["keyword"]=>
        string(0) ""
        ["title"]=>
        string(23) "Intisari Plus - Misteri"
      }
      ["photo_url"]=>
      string(113) "https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/945x630/photo/2022/04/28/kisah-keempat-belas-eduardo-olsz-20220428070657.jpg"
      ["title"]=>
      string(61) "Mati Bareng dengan Loncengnya dan Pistol yang Masih Penasaran"
      ["published_date"]=>
      string(19) "2022-04-29 10:12:31"
      ["content"]=>
      string(8093) "

Intisari Plus - Peristiwa penculikan ternyata sudah diramalkan oleh sebuah novel. Jika diceritakan riwayatnya, sebuah pistol akan meletus. Sebuah peluru yang baru menewaskan orang bertahun-tahun kemudian.

--------------------------------------

Mati Bareng dengan Loncengnya

SEBUAH lonceng penuh hiasan milik Raja Louis XIV dari Prancis, mati bertepatan dengan saat kematian sang raja, pukul 07.45, 1 September 1715 dan sejak itu tidak pernah bisa dihidupkan lagi.

 

Penculikan Politik

ADA sebuah buku yang menceritakan penculikan dan "cuci otak" terhadap Patty Hearst, putri seorang hartawan Amerika, sebelum penculikan itu terjadi. Novel itu, Black Abductor (Penculik Hitam) ditulis oleh James Rusk dan diterbitkan tahun 1973. Peristiwa-peristiwa yang diceritakannya begitu mirip dengan penculikan terhadap Patty Hearst yang terjadi 1974 sampai sangat mencengangkan. 

Baik peristiwa penculikan tahun 1974 itu, maupun novel rekaan Rusk sama-sama mempunyai tokoh-tokoh berikut: Seorang mahasiswi bernama Patricia, putri seorang hartawan dan tokoh sayap kanan terkemuka, diculik dekat kampus universitasnya saat sedang bersama dengan pacarnya yang dipukuli sampai luka parah. Mula-mula, pacarnya menjadi orang yang dicurigai dalam kasus ini. 

Para penculik yang dipimpin oleh seorang pemuda hitam yang berang, adalah anggota sebuah kelompok teroris revolusioner. Mula-mula, gadis tawanan itu tidak mau bekerja sama, tetapi kemudian ia menganut ideologi mereka dan ikut dengan kelompok itu. Muncullah istilah "penculikan politik pertama di Amerika". 

Para penculik mengirimkan foto-foto polaroid wanita muda itu bersama dengan pesan-pesan untuk ayahnya. Para penculik rekaan meramalkan - seperti terjadi dalam penculikan yang sebenarnya - bahwa akhirnya mereka dikepung polisi, dilempari gas air mata, dan tewas. 

Empat minggu setelah penculikan Hearst, FBI mengunjungi Rusk, pengarang novel itu. Mereka mencurigai dia terlibat dalam rencana dan penculikan, atau penculik mendapat ide dari bukunya. Mereka sulit menerima bahwa peristiwa itu cuma kebetulan.

 

Kepingan Penny Tahun 1942

BARBARA Mercier, yang genap berumur 50 tahun akhir 1991, diberi sekeping uang penny buatan tahun 1942 oleh saudara laki-lakinya untuk memperingati peristiwa itu. Ia meletakkannya di atas video keluarga mereka. 

Keesokan harinya, Ny. Mercier membawa cucunya yang masih kecil, Cassie, ke dokter. Di ruang tunggu, ia melihat anak itu mempermainkan sekeping uang penny tahun 1942. Ia memarahi Cassie karena mengambil uang itu dari atas video. Cassie bersikeras tidak mengambilnya. Katanya, ia menemukan uang penny itu di ruang tunggu. 

Ketika mereka pulang ke rumah, uang penny yang satu lagi masih bertengger di atas video.

 

Pistol yang Masih Penasaran

KJSAH berikut ini dituturkan oleh Sir Harold Nicolson dalam eseinya Coincidences (Kebetulan-kebetulan). 

Mei 1866, Pangeran Bismarck, ketika sedang berkendaraan di Unter den Linden, didekati oleh seorang mahasiswa bernama Cohen Blind, yang mencabut revolver dan menembak empat kali dari jarak dekat. Dua peluru luput, yang sebuah menancap di bahu Bismarck dan sebuah lagi menembus paru-paru. 

Sang Kanselir Raja bukanlah orang yang mempan diganggu hal kecil seperti itu. Enam hari kemudian ia sudah muncul di muka umum dengan tubuh tegak dan dominan, berkendaraan di Unter den Linden. Hen (Tuan) Blind sudah ditangkap dan revolvernya disita. Senjata itu dihadiahkan kepada Bismarck sebagai kenang-kenangan peristiwa itu.

Tahun 1886, ayah teman saya, Leopold, menginap di rumah Bismarck , yang masih terhitung kerabatnya karena pertalian pernikahan. Ada beberapa wanita menginap di rumah itu. Setelah makan siang, Putri Bismarck mengajak kaum wanita berkeliling melihat-lihat ruangan, sambil menunjukkan kepada mereka benda-benda bersejarah di dalamnya. 

Bismarck sendiri dan para tamu pria tinggal di ruang tempat merokok sambil mengisap cerutu Hamburg. Suara para wanita di ruang kerja Kanselir bisa terdengar. "Dan ini," kata suatu suara, "adalah pistol yang digunakan Blind tahun 1866." Terdengar gumaman orang-orang yang tertarik, diikuti oleh satu letusan. Bismarck melompat dari kursinya dan menghambur ke ruang sebelah. 

Para wanita sedang saling pandang dengan wajah keheranan, sementara udara berbau mesiu. Pistol itu masih berasap, tergeletak di lantai. Kemarahan Kanselir meledak, padahal ia jarang sampai begitu. "Siapa yang begitu goblok menyentuh revolver itu?" tanyanya. Sungguh suatu mukjizat tidak ada orang yang tewas. Tidak seorang pun boleh menyentuh senjata itu lagi. 

Tahun 1906, teman saya Leopold, juga menginap di tempat para sepupunya di Friedrichsruh. Pada siang yang hujan itu, beberapa orang muda datang untuk makan siang. la menunjukkan kepada mereka kamar kerja Kanselir. la mengambil pistol itu dari meja tulis. "Inilah," katanya, "pistol yang dipakai Blind menembak Bismarck tahun 1866. 

Dua puluh tahun kemudian, ketika ayah saya menginap di sini, ada sejumlah wanita datang dan salah seorang dari mereka memegang pistol ini dan dengan gobloknya menekan picu seperti ini ...." Terjadilah kilatan cahaya dan letusan. 

Mereka melompat ke pinggir dan saling pandang dengan wajah pucat. Tangan salah seorang gadis terserempet. Leopold sendiri berdarah jarinya dan tangannya terbakar serta hitam oleh mesiu. Peluru keenam dan terakhir dalam revolver Herr Blind, bersarang di otot lengan atas Leopold.

 

Berkat Alasan yang Berbeda-beda

MAJALAH Life mengisahkan perihal 15 orang yang terlambat menghadiri latihan paduan suara yang seharusnya dimulai pukul 19.15 di Beatrice, Nebraska, tanggal 1 Maret 1950. Masing-masing mempunyai alasan sendiri. Ada yang mesin mobilnya tidak bisa dihidupkan, ada yang mendengarkan dulu acara radio sampai selesai, ada yang belum selesai menyetrika, ada yang keenakan mengobrol, dsb. 

Gereja tempat mereka mestinya berkumpul musnah oleh ledakan pukul 19.25. Peristiwa mereka kebetulan terlambat diperkirakan merupakan satu di antara sejuta kemungkinan. Para anggota paduan suara tidak menghubungkan keterlambatan itu pada kemungkinan, tetapi pada sebab yang lebih nyata

 

Peluru yang Menewaskan

TAHUN 1883, Henry Ziegland dari Honey Grove, Texas, memutuskan hubungan dengan kekasihnya, yang kemudian bunuh diri. Saudara laki-laki kekasihnya mencoba membalas dendam dengan menembak Ziegland, tetapi pelurunya cuma menyerempet wajah Ziegland lalu bersarang di sebuah pohon. Penembak itu, yang mengira sudah membunuh Ziegland, kemudian bunuh diri. 

Tahun 1913, Ziegland menebang pohon yang ada pelurunya itu. Pekerjaan itu ternyata sulit, sehingga ia mempergunakan dinamit. Ledakan melayangkan peluru tua dalam pohon itu ke kepala Ziegland dan menewaskannya.



 

 

" ["url"]=> string(106) "https://plus.intisari.grid.id/read/553257657/mati-bareng-dengan-loncengnya-dan-pistol-yang-masih-penasaran" } ["sort"]=> array(1) { [0]=> int(1651227151000) } } }