array(1) {
  [0]=>
  object(stdClass)#49 (6) {
    ["_index"]=>
    string(7) "article"
    ["_type"]=>
    string(4) "data"
    ["_id"]=>
    string(7) "3350550"
    ["_score"]=>
    NULL
    ["_source"]=>
    object(stdClass)#50 (9) {
      ["thumb_url"]=>
      string(113) "https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/750x500/photo/2022/06/29/60-orang-mengaku-sebagai-pembunu-20220629072013.jpg"
      ["author"]=>
      array(1) {
        [0]=>
        object(stdClass)#51 (7) {
          ["twitter"]=>
          string(0) ""
          ["profile"]=>
          string(0) ""
          ["facebook"]=>
          string(0) ""
          ["name"]=>
          string(13) "Intisari Plus"
          ["photo"]=>
          string(0) ""
          ["id"]=>
          int(9347)
          ["email"]=>
          string(22) "plusintisari@gmail.com"
        }
      }
      ["description"]=>
      string(149) "Ethel (55) selalu datang tepat waktu dan tidak pernah membolos. Hingga suatu hari, suatu hari ia ditemukan tidak bernyawa dan tubuhnya penuh tikaman."
      ["section"]=>
      object(stdClass)#52 (7) {
        ["parent"]=>
        NULL
        ["name"]=>
        string(8) "Kriminal"
        ["description"]=>
        string(0) ""
        ["alias"]=>
        string(5) "crime"
        ["id"]=>
        int(1369)
        ["keyword"]=>
        string(0) ""
        ["title"]=>
        string(24) "Intisari Plus - Kriminal"
      }
      ["photo_url"]=>
      string(113) "https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/945x630/photo/2022/06/29/60-orang-mengaku-sebagai-pembunu-20220629072013.jpg"
      ["title"]=>
      string(36) "60 Orang Mengaku Sebagai Pembunuhnya"
      ["published_date"]=>
      string(19) "2022-06-29 19:20:34"
      ["content"]=>
      string(23796) "

Intisari Plus - Selama bertahun-tahun bekerja, Ethel (55) selalu datang tepat waktu dan tidak pernah membolos. Hingga suatu hari, ia belum menampakkan batang hidungnya hingga pukul 12.25. Ketika diperiksa di rumahnya, ia sudah tidak bernyawa dan tubuhnya penuh dengan tikaman.

------------------

Sidney Aronovitz, seorang pengacara di Miami, Florida, AS, melirik arlojinya. Sudah pukul 12.25. Sekretaris utamanya, Nona Ethel Ione Little yang berumur 55 tahun belum juga datang. la jadi khawatir, karena selama bertahun-tahun bekerja padanya, wanita bertubuh kecil itu tidak pernah membolos. Kalau terpaksa datang terlambat sedikit saja, ia tidak lupa untuk menelepon.

Aronovitz memanggil seorang sekretaris lain. 

"Coba telepon induk semang Ethel," perintahnya. "Minta ia menjenguk Ethel. Biasanya ia menelepon kalau akan datang terlambat."

Induk semang Nona Little, A.E. Banks, tinggal di 1220 NW 31s t Street, yaitu daerah tempat tinggal orang-orang golongan menengah, kebanyakan berkulit putih, daerah yang rumah-rumahnya sederhana tetapi rapi dan halaman rumputnya terpelihara.

Nona Little tinggal dalam sebuah rumah kecil, kira-kira 15 m di belakang rumah Banks. Banks sudah biasa dimintai tolong ke rumah Nona Little, untuk menyampaikan pesan melalui telepon. Selasa, 15 Desember 1959 ini, di muka rumah kecil yang disewa oleh Nona Little ia tertegun. Penyewa ini diketahuinya selalu bangun pagi. la mempunyai kebiasaan membaca koran sambil sarapan. Tetapi mengapa hari ini susu dan korannya masih ada di muka pintu?

Banks memijat bel pintu. Tidak ada jawaban. la mengetuk dan kemudian menggedor-gedor. Akhirnya, dengan kunci serep ia membuka pintu rumah itu.

Dari muka pintu ia bisa melihat langsung ke ruang duduk. Ruang ini teratur dan bersih, tetapi dekat pintu dapur dilihatnya bubuk kopi berceceran di lantai linoleum. Aneh juga orang seapik Nona Little membiarkan saja hal ini.

Di meja dapur dilihatnya barang-barang belanjaan untuk hari Natal yang sebagian terbungkus. Di sebelah barang-barang itu ada sebuah cangkir karton kecil, bekas es krim yang sudah kosong.

la ingat, kemarin sore, hari Senin, 14 Desember 1959, ketika sedang menonton TV sekitar pukul 20.30, ia mendengar Nona Little pulang.

Kini Banks memasuki ruang terakhir di rumah kecil itu, yaitu kamar tidur. Pintunya terbuka lebar. Tiba-tiba saja mata Banks melotot ngeri. Di ranjang bertiang empat terbujur tubuh telanjang Nona Little yang baik hati. Lengan dan kakinya terpentang lebar. Setiap pergelangan terikat tali yang tampaknya diikatkan pula ke tiang ranjang. Dada dan tubuh wanita itu penuh luka tikaman. Sebelah payudaranya lepas terpotong.

Banks cepat-cepat berlari ke luar. la masih ingat untuk tidak menyentuh sesuatu dan mengunci pintu. Setelah itu ia berlari ke rumahnya sendiri untuk menelepon polisi.

 

Tidak pernah berkencan dengan pria

Di antara para detektif yang tiba pertama dari Bagian Pembunuhan, terdapat seorang detektif muda bernama Mike Gonzales. la belum terkenal waktu itu.

Tidak lama kemudian semua detektif dari Bagian Pembunuhan di Miami berdatangan ke rumah Nona Little, tak terkecuali yang sedang tidak bertugas. 

Bilur-bilur dan luka-luka pada wajah Nona Little memperlihatkan bahwa ia dipukuli dengan hebat. Mungkin dengan tinju. Ikatan pada lehernya menunjukkan ia dicekik. Pisau yang dipakai menikami dadanya ditemukan dalam laci di kamar itu. Potongan payudaranya ada di atas meja rias. Mungkin sebelumnya ditempelkan ke kaca rias. Sebuah lampu senter yang ujungnya berbentuk seperti peluru dan berlumuran darah ditemukan di lantai. Pemeriksaan menunjukkan benda itu pernah dimasukkan ke dalam tubuh korban.

Siapa yang melakukan kejahatan yang biadab ini? Mengapa ia melakukannya?

Bagian pembunuhan menyimpulkan bahwa pembunuhnya seorang psikopat, sakit jiwa, yang sadis dan sejenis dengan Jack the Ripper.

Dokter menemukan Nona Little meninggal akibat cekikan dengan tali yang dicopot dari lampu yang terpasang di langit-langit, dalam lemari dinding. Pergelangan kaki dan tangan diikat dengan tali dari tirai (venetian blind). Pemukulan, penikaman, dan pemotongan payudara dilakukan setelah korban meninggal. Polisi tidak menjumpai sperma. 

Kapan kejahatan ini dilakukan? Seorang tetangga, Alexander Snelling yang bekerja sebagai tukang susu, bangun pukul 03.00 untuk berdinas. la ingat, ketika itu ia dengar seperti suara wanita merintih dan suara pria marah-marah. Apa yang diucapkan pria itu ia tidak tahu, karena perlahan. la mengira ada tetangga sedang bertengkar.

Dari mana pembunuh ini masuk? Pintu depan maupun belakang dan jendela-jendela tidak memperlihatkan tanda-tanda dibuka dengan kekerasan. Apakah Nona Little membiarkan pembunuh masuk ke rumahnya? Apakah pembunuh ini orang yang ia kenal?

Salah seorang dari dua adik laki-laki korban, William Little, tinggal tidak berapa jauh dari sana. 

"Setahu saya Ethel tidak pernah berkencan dengan pria," katanya.

 

Banyak yang mengaku sebagai pembunuh

Para penyelidik yakin, pembunuhnya jangkung sekali, karena bisa memotong tali venetian blind dari puncak jendela tanpa memerlukan pertolongan kursi atau alat lain.

Polisi menemukan sidik jari yang jelas sekali pada lampu senter yang penuh darah. Pasti ini sidik jari si pembunuh. 

Beberapa jam kemudian para detektif dikerahkan untuk menyelidiki para tetangga. Apakah di antara mereka ada yang melihat orang asing atau pencuri sekitar saat pembunuhan. Orang-orang yang diketahui pernah melakukan kejahatan karena mempunyai kelainan seksual di kota itu - jumlahnya lebih dari 60 orang - diperiksa. Alibi mereka memuaskan polisi. Tidak ada yang mempunyai kemungkinan membantai Ethel Little.

Polisi sibuk mengambil sidik jari orang-orang yang diketahui mengenal Ethel: keluarga, teman, kenalan, rekan sekerja, tukang membetulkan listrik, tukang susu, dan bahkan orang-orang yang segereja dengannya.

Jumlah orang yang diperiksa 2.500 orang, tetapi tidak ada yang sidik jarinya cocok dengan yang terdapat pada lampu senter. 

Minggu demi minggu berlalu, bulan menyusul, dan tahun berganti. Rahasia kematian Ethel Little tetap tidak terpecahkan. Para petugas yang pernah menangani perkara ini pun sudah pension semua, kecuali Mike Gonzales. Selama ini tidak kurang dari 60 orang mengaku sebagai pembunuh Ethel Little. 

Tetapi setelah Gonzales menanyai mereka dengan saksama, semuanya dilepaskan lagi karena pengakuan mereka palsu. 

Gonzales mempunyai pertanyaan-pertanyaan kunci untuk menguji kebenaran cerita mereka. Salah satu di antaranya ialah alat apa yang dipakai untuk mencekik Nona Little? Koran tidak pernah ada yang memberitakan bahwa alat itu ialah tali yang ditarik kalau akan menyalakan bola lampu dalam sebuah lemari dinding. 

Dulu koran tidak seragam dalam menyebutkan alat pencekik itu. Ada yang menulis venetian blind (seperti yang dipakai mengikat pergelangan tangan dan kaki), ada yang menyebut baju piyama, celana piyama, seprai, dan tambang. 

Gonzales begitu paham liku-liku pembunuhan ini, sehingga pembunuhan terhadap Ethel Little sering disebut "Kasus Mike" oleh rekan-rekannya. Betapa pun ia berusaha, "Kasus Mike" tetap tidak terpecahkan.

 

Supir truk

Kasus penting lain yang juga tidak terpecahkan olehnya ialah kasus pembunuhan terhadap Johanna Block, seorang wanita menarik berumur 33 tahun yang pernah tiga kali menikah dan tiga kali bercerai. 

Ibu tiga anak ini ditemukan tewas 17 bulan setelah pembunuhan Ethel Little. la mati ditikam di lantai kamar apartemennya di 1721 NW 41st Street di Miami tanggal 25 Mei 1961. Sebuah gunting yang dipakai menikamnya sekitar 20 kali tertancap di dada. Wajahnya bekas dipukuli dan ia juga dicekik dengan tangan.

Kedua pembunuhan ini memperlihatkan sejumlah kesamaan dan bukan tidak mungkin pembunuhnya orang yang sama. Tetapi pembunuhan terhadap Nona Little jauh lebih buas. 

Johanna Block tinggal sendirian. Dari penyelidikan diketahui ia pernah menikah dengan seorang anggota tentara AS di Jerman tidak lama setelah PD II berakhir. Tahun 1947, ketika umurnya 18 tahun, ia ikut dengan suaminya ke AS. 

Beberapa tahun kemudian ia menceraikan suaminya, menikah lagi dan bercerai lagi. la menikah sekali lagi tetapi bercerai pula akhir tahun '50- an. Awal tahun 1961, ia bekerja sebagai pelayan bar.

Banyak sekali orang yang dicurigai polisi: pacar, mantan pacar. Tetapi yang paling dicurigai ialah dua orang pria yang tampaknya mempunyai hubungan paling erat dengannya. Keduanya sopir truk. Yang seorang datang ke rumah Johanna Block pada hari-hari biasa, sedangkan yang seorang lagi datang setiap akhir minggu. 

Kedua sopir itu tidak saling mengenal dan tidak tahu bahwa mereka kekasih dari wanita yang sama. Mereka terkejut ketika mengetahui dalam kehidupan Johanna ada pria lain.

Kemudian diketahui juga bahwa Johanna pernah menjadi "teman" seorang anggota polisi selama tiga tahun. Polisi berhasil mengetahui banyak karena teman baik korban, Mary Alice Bratt, ialah putri seorang pensiunan kapten polisi di Miami.

Pertengahan tahun 1964, jadi 4,5 tahun sejak pembunuhan terhadap Ethel Little dan tiga tahun sejak Johanna Block ditemukan tewas, polisi berhasil menangkap seorang yang dicurigai menganiaya hebat seorang wanita. Pria itu langganan bar tempat Johanna Block dulu bekerja.

Gonzales ingin mengetahui lebih banyak tentang orang ini. la ingat pada sumber keterangan yang baik, yang dulu banyak menolongnya dalam kasus Johanna Block, yaitu Alice Bratt. Tetapi sayang Nona Bratt sudah menikah dan pindah dengan suaminya ke negara bagian lain. 

Gonzales ingat, pada pertemuannya yang terakhir dengan Alice, gadis itu datang ke kantornya untuk memberi keterangan bahwa ia ingat ada sopir lain yang pernah bertengkar hebat dengan Johanna di bar beberapa hari sebelum Johanna terbunuh. Ketika itu Alice tidak sempat duduk di kantor polisi karena ditunggu calon suaminya di mobil di luar. 

"Undang saja calon suami Anda masuk," Gonzales menyarankan. "Siapa tahu ia bisa ikut memberi keterangan." 

"Wah, saya kira ia tidak bisa menambahkan keterangan apa-apa karena ia tidak begitu kenal Johanna. la cuma bertemu dengan Johanna kalau saya dan dia berhenti di bar untuk minum dan Johanna melayani."

Gonzales merasa kehilangan Alice sebagai sumber keterangan, tetapi berhasil juga mengecek mengenai langganan bar itu lewat sumber-sumber lain. Ternyata ia tidak mempunyai hubungan dengan pembunuhan Johanna Block.

 

Si Jangkung menyuruh istrinya memanggil polisi

Delapan tahun lewat. Artinya, pembunuhan terhadap Ethel Little sudah hampir 13 tahun terjadi. Pada suatu hari Sabtu, 22 Juli 1972, Sersan Detektif Mike Gonzales menerima telepon dari kantor polisi De Kalb County di Decatur, Georgia, yaitu sebuah kota pinggiran Atlanta. 

"Di sini ada seseorang yang banyak bicara mengenai dua wanita yang katanya ia bunuh di Miami." 

"Siapa nama kedua wanita itu?" tanya Gonzales. 

"Salah satu bernama Little." 

"Ethel Little!" Gonzales merasa berdebar-debar walaupun pernah menangani 60 orang yang mengaku sebagai pembunuh Ethel Little. 

Gonzales ingat, selama 13 tahun ini tidak pernah ada pembunuh palsu yang mengaku membunuh pula Johanna Block. Jangan-jangan sekali ini ia akan berhadapan dengan pembunuh yang sejati. 

"Siapa nama pria itu?" tanya Gonzales.

"Vernon David Edwards Jr." 

Polisi di De Kalb County memberi keterangan bahwa Edwards berumur 34 tahun, lahir di Atlanta tetapi pindah ke Miami pada tahun 1958. Pada tahun 1964 ia kembali ke Atlanta dan masih tetap tinggal di sini bersama istrinya. la bekerja sebagai pengecat rumah.

"Wah, ia tidak memerlukan tangga tinggi untuk mengecat langit-langit. Tingginya 195 cm. Benar-benar monster."

Gonzales makin merasa dekat dengan si pembunuh. la memberikan beberapa pertanyaan kunci kepada rekannya, untuk ditanyakan kepada Edwards. Kalau jawabannya seperti yang diharapkan, Gonzales akan datang ke De Kalb County. 

Setengah jam kemudian telepon Gonzales berdering lagi. Ternyata jawaban-jawaban Edwards atas pertanyaan-pertanyaan kunci itu banyak sekali yang tepat. 

"la mendapat nilai sangat tinggi," komentar polisi De Kalb County. 

Gonzales memesan tiket pesawat pertama yang berangkat ke Atlanta hari Minggu. Lalu ia memeriksa berkas-berkas kasus Ethel Little dan Johanna Block, karena ia memerlukan data untuk menentukan betulkah Vernon Edwards ini pembunuh Ethel Little. 

Ketika Gonzales tiba di De Kalb County keesokan harinya, polisi setempat sudah mengumpulkan banyak keterangan mengenai Edwards. Edwards lulus sekolah menengah atas tahun 1955, lalu masuk tentara pada umur 17 tahun. la mendapat kesempatan belajar di college setahun dan berdinas tiga tahun. Tiga kali ia diadili pengadilan tentara karena melakukan hal yang dilarang.

Tahun 1959 ia pergi ke Miami, tempat tinggal orang tuanya waktu itu. la dikenal sebagai Big Ed, Ed Gede, di tempat kerjanya di kapal "Seabreeze III" yang melayani orang memancing dengan upah AS $ 6 sehari. Di sini ia memotong-motong umpan pada pancing, membersihkan ikan, dan memberi semangat pada para penumpang yang memancing. Kemudian ia bekerja sebagai tukang cat. 

Tahun 1962 ia menikah dan kembali ke Georgia tahun 1964 dengan istrinya. Rumah mereka sederhana, mempunyai 2 kamar tidur di 1248 Peachtree View di Atlanta. la bekerja sebagai tukang cat juga. Bagi majikannya di perusahaan kontraktor cat tempat ia bekerja, Edwards adalah gentleman yang paling gentleman dan pegawai yang paling menyenangkan. 

Bagi tetangga di sebelah rumahnya, "la orang biasa yang suka minum dan peminum berat. la bangga sekali pada istrinya, tetapi sering bertengkar kalau sedang mabuk. la bisa berteriak lebih keras daripada TV. Tetapi ia tidak pernah menyakiti istrinya, tidak pernah kasar kepada orang lain. Saya kira ia tidak tega membunuh seekor lalat pun."

Toko minuman keras langganan Edwards menyatakan Edwards membeli 5 liter wiski tulen seminggu. 

Semalam ia menceritakan kepada istrinya ia membunuh Ethel Little dan sang istri menasihatkan agar ia menyerahkan diri kepada polisi. la bersedia dan menyuruh istrinya memanggil polisi.

Dari tanya-jawab dengan Gonzales yang dicatat cermat, Edwards mengaku sering mengintip Nona Little berganti pakaian. Malam itu perusahaan tempat kerjanya mengadakan perayaan Natal dan ia minum-minum. Sepulang dari tempat itu, ia ingat ia tidak mempunyai uang. la bermaksud mencuri uang dari rumah Nona Little. la masuk melalui pintu belakang dengan mencabut panel-panel gelas. (Ketika polisi memeriksa tempat kejadian, tidak ada tanda-tanda panel yang dicopot. Mungkin sudah dikembalikannya ke tempat semula).

Ketika itu pukul 02.00. la membuka pakaian di dapur. Ketika Nona Little terbangun mendengar suara-suara ribut, wajah wanita itu ditutupinya dengan bantal dan mereka bergulat. Katanya, ketika itu ia mabuk. la menceritakan dengan tepat apa yang dibuatnya, alat apa yang ia pakai, di mana ia taruh pisau bekas menikam, dan sebagainya. Ketepatan ceritanya mengerikan.

la mendapat uang kira-kira AS $ 50 - 60. Katanya, ia membunuh Nona Little karena wanita itu pasti mengenalinya sebab ia cuma tinggal tujuh rumah dari tempat pembunuhan.

Dalam pergulatan itu ibu jari kanannya digigit Nona Little, sehingga beberapa hari kemudian ia masih memakai pembalut jari. la diwawancarai seorang wanita polisi di rumahnya ketika polisi sedang mengadakan penyelidikan. Tetapi polisi itu tidak menanyakan mengapa jempolnya dibalut. Ketika diadakan pemeriksaan sidik jari, ia juga ikut antre tetapi menyelinap pergi ketika gilirannya hampir tiba. Sidik jarinya ternyata identik dengan yang terdapat di lampu senter penuh darah.

 

Benci wanita

Edwards ditangkap dengan tuduhan membunuh. Edwards dengan sukarela mau kembali ke Miami untuk diadili. la juga mengakui pembunuhan terhadap Johanna Block. Tidak seorang pun kenalannya menganggap Edwards bisa melakukan hal ini. la tidak mempunyai penampilan sebagai pemerkosa maupun pembunuh.

"Karena pengaruh film dan TV, orang-orang menganggap bahwa pemerkosa dan pembunuh itu bertampang kejam. Sebetulnya tidak demikian. Rupa mereka sama saja seperti tetangga di sebelah rumah," kata Gonzales.

Gonzales masih penasaran. Apa yang mendorong Edwards melakukan pembunuhan itu? Sampai berumur 12 tahun, Edwards anak yang bahagia. Ayahnya akuntan di sebuah perusahaan besar. Kemudian ayahnya dituduh menggelapkan uang dalam jumlah besar di perusahaan itu dan dipenjarakan. 

Menurut Edwards, ibunya tetap mencintai ayahnya, tetapi tidak mau bersuami orang yang pernah dipenjarakan untuk penggelapan seperti itu. la minta cerai. Hal ini mengguncangkan Vernon Edwards. la yakin ayahnya tidak bersalah dan menurut pendapatnya, ibunya harus berada di pihak ayahnya. la marah sekali ketika ibunya menceraikan ayahnya.

la mencintai ibunya, tetapi juga membencinya. la ingin kebahagiaan yang lama, dengan ayah dan ibunya bisa kembali lagi. Tetapi ini tidak terjadi. 

Ketika masih remaja ia dibawa ibunya ke sebuah tempat peristirahatan dan di sini digoda oleh seorang pemuda homoseksual. Vernon Edwards bertambah kacau. la merupakan contoh klasik dari orang yang mengalami jenis berbagai konflik psikologis yang kemudian mendorongnya ke kejahatan seksual.

Ada hal lain yang mengguncangkan jiwanya pada masa remaja itu. la ingin menengok ayahnya di penjara. Ibunya tidak memberi izin. Jadi, ia mencuri mobil untuk dipakai mengunjungi ayahnya yang tercinta di penjara. Inilah satu-satunya kejahatan yang ia lakukan pada masa remaja. Tetapi di tengah jalan ia ditangkap dan diadili karena mengendarai mobil curian. la dimasukkan ke rumah pemasyarakatan anak-anak nakal selama beberapa bulan.

Pada malam perayaan Natal tahun 1959 itu ia banyak bercakap-cakap dengan seorang karyawan wanita yang sudah lanjut usia. Tetapi wanita itu kemudian melalaikannya dan ia merasa sangat tersinggung, sangat emosional, dan kecewa. Apalagi ketika itu ia sudah terlalu banyak minum. 

Kebenciannya terhadap wanita akibat masalah ayahnya dengan ibunya rupanya berpengaruh besar sekali padanya.

 

Kenalan Gonzales

Pembunuhan terhadap Johanna Block, diingatnya tidak sejelas pembunuhan terhadap Ethel Little. Tanggal 25 Mei 1961, Edwards membawa calon istrinya ke bar tempat Johanna bekerja. Setelah mengantarkan calon istrinya pulang, ia kembali lagi ke bar itu, menemui Johanna dan mengantarkannya pulang. 

Di rumah Johanna Block, Edwards membunuh wanita itu. Johanna teman baik calon istrinya. Ny. Edwards tidak lain daripada kenalan Gonzales, Mary Alice Bratt, anak pensiunan polisi yang dulu banyak memberi keterangan kepada polisi mengenai latar belakang Johanna Block.

Alice tidak tahu bahwa pembunuh teman baiknya itu tidak lain daripada suaminya. Tanggal 22 Juli 1972, ketika dihantui oleh suara hatinya, Edwards mengakui perbuatannya kepada istrinya.

"la tidak pernah bisa menerangkan kepada saya mengapa ia membunuh Johanna Block," kata Gonzales, yang naik pangkat setelah Edwards mengakui kejahatan-kejahatannya.

Edwards dijatuhi hukuman penjara seumur hidup. Waktu cerita ini dibuat tahun 1977, ia berada di lembaga pemasyarakatan negara bagian Florida di Raiford. (The Super Sleuths)



" ["url"]=> string(81) "https://plus.intisari.grid.id/read/553350550/60-orang-mengaku-sebagai-pembunuhnya" } ["sort"]=> array(1) { [0]=> int(1656530434000) } } }