array(1) {
  [0]=>
  object(stdClass)#49 (6) {
    ["_index"]=>
    string(7) "article"
    ["_type"]=>
    string(4) "data"
    ["_id"]=>
    string(7) "3306284"
    ["_score"]=>
    NULL
    ["_source"]=>
    object(stdClass)#50 (9) {
      ["thumb_url"]=>
      string(113) "https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/750x500/photo/2022/06/03/yang-ditembak-ternyata-senator_m-20220603054811.jpg"
      ["author"]=>
      array(1) {
        [0]=>
        object(stdClass)#51 (7) {
          ["twitter"]=>
          string(0) ""
          ["profile"]=>
          string(0) ""
          ["facebook"]=>
          string(0) ""
          ["name"]=>
          string(13) "Intisari Plus"
          ["photo"]=>
          string(0) ""
          ["id"]=>
          int(9347)
          ["email"]=>
          string(22) "plusintisari@gmail.com"
        }
      }
      ["description"]=>
      string(129) "Tokoh Partai Demokrat, menjadi korban perampokan dan penembakan di depan rumahnya. Pelaku adalah dua orang pemuda berkulit hitam."
      ["section"]=>
      object(stdClass)#52 (7) {
        ["parent"]=>
        NULL
        ["name"]=>
        string(8) "Kriminal"
        ["description"]=>
        string(0) ""
        ["alias"]=>
        string(5) "crime"
        ["id"]=>
        int(1369)
        ["keyword"]=>
        string(0) ""
        ["title"]=>
        string(24) "Intisari Plus - Kriminal"
      }
      ["photo_url"]=>
      string(113) "https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/945x630/photo/2022/06/03/yang-ditembak-ternyata-senator_m-20220603054811.jpg"
      ["title"]=>
      string(30) "Yang Ditembak Ternyata Senator"
      ["published_date"]=>
      string(19) "2022-06-03 17:48:40"
      ["content"]=>
      string(23170) "

Intisari Plus - Tokoh Partai Demokrat, John Stennis, menjadi korban perampokan dan penembakan di depan rumahnya. Pelaku adalah dua orang pemuda berkulit hitam. Atas perintah langsung presiden, FBI langsung mencari para pelaku.

-------------------------

Sesaat sebelum tengah malam 30 Januari 1973, Presiden Nixon menerima telepon dari L. Patrick Gray III, pejabat direktur FBI. Ia melaporkan: Senator John Stennis, tokoh Partai Demokrat dari Mississippi ditembak.

Nixon memerintahkan, "Cari penembaknya sekarang juga!"

Beberapa jam sebelum pemberitahuan itu, Senator lohn Stennis tiba di muka rumahnya yang terletak di daerah elite di barat laut Washington. Ia memarkir Buick Electra-nya di jalan dan keluar. Tubuhnya dirasakannya lelah sekali setelah bekerja sepanjang hari di kantor, lalu disambung dengan menghadiri resepsi di Capitol Hill. Ia segera menyadari bahwa pada umur 71 tahun ia tak sekuat pada masa muda.

Tiba-tiba ia didekati dua pemuda berkulit hitam. Seorang di antaranya memegang pistol.

"Serahkan semua milik Anda," kata seorang di antaranya.

Mereka segera menggeledah sang senator. Di sakunya didapati uang kecil sebanyak 25 sen dan dompet berisi kira-kira AS $ 20. Mereka juga melucuti arloji emas bergrafir inisial John Stennis.

"Okay," kata si pemuda berpistol. "Namun saya mesti menembak Anda juga."

Ia menembak dua kali dengan senjatanya yang berkaliber kecil itu. Sebuah peluru menembusi paha, antara lutut dan pinggul. Tulang Stennis kena, tetapi tidak patah, cuma retak. Peluru kedua masuk ke tubuh sebelah kiri, dekat rusuk bawah. Peluru itu melewati lambung dan pankreas.

Di dalam rumah, istri senator mendengar bunyi mobil suaminya„ lalu kedengaran dua letusan, seperti letusan mercon. Ia membuka pintu dan melihat suaminya terhuyung-huyung menuju rumah sambil memanggil namanya, “Coy!”

"Minta pertolongan," kata Stennis kepada istrinya. "Saya ditembak."

Si istri memapah Stennis ke dalam rumah untuk dibaringkan di sofa kamar duduk. Lalu ia memutar telepon.

Beberapa menit kemudian ambulans Dinas Kebakaran District of Columbia tiba untuk memberi pertolongan pertama. Sesuai dengan permintaannya, Stennis diangkut ke Walter Reed Army Medical Center. Ia pernah dirawat di rumah sakit tentara itu ketika menderita gangguan pada usus besarnya.

Stennis diangkut dengan kursi dorong ke ruang perawatan darurat. Enam dokter militer yang sudah senior, yang berpengalaman merawat luka-luka bekas tembakan, segera turun tangan. Pembedahan makan waktu lebih dari enam jam. 

Stennis dipindahkan ke kamar rumah sakit dari kamar bedah pada pukul 03.30 tanggal 31 Januari. Beberapa jam kemudian buletin rumah sakit menggambarkan keadaannya "sangat serius". Istilah itu sebenarnya berarti sangat gawat. 

Namun Mayor Frank Garland menyatakan bahwa tanda-tanda vital seperti denyut jantung, denyut nadi, tekanan darah, dan pernapasan Stennis stabil. Katanya, Stennis juga sadar dan tenang, tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan luka-luka itu akan meninggalkan bekas yang permanen, walaupun selalu ada bahaya infeksi akibat cedera pada organ-organ di dalam tubuh.

 

Nixon sebentar-sebentar menelepon

John Stennis, salah seorang paling kuat di kongres, merupakan ketua Senate Armed Services Committee, yaitu komite yang menentang pengawasan terhadap pemilikan senjata api.

Stennis ternyata sembuh kembali dan bisa bekerja lagi. Namun FBI masih mengemban tanggung jawab besar untuk menemukan penembak sang senator. Maklum Presiden Nixon sebentar-sebentar menelepon atau mengirim memo kepada direktur Gray.

Polisi Washington ikut serta dengan FBI dalam mengadakan pengusutan dan Nixon menunjuk jaksa Agung Richard G. Kleindients untuk menyiapkan rancangan undang-undang yang baru dan lebih keras mengenai pengawasan pemilikan senjata api. Padahal sebelumnya Nixon tidak pernah menjadi tokoh di bidang itu. Di Capitol Hill politisi beramai-ramai menekankan perlunya hukum antikriminal yang lebih keras.

Empat hari setelah peristiwa penembakan itu, agen-agen FBI mewawancarai Stennis di RS Walter Reed. Stennis tidak bisa memberi petunjuk yang terperinci. Ia hanya dapat menyatakan bahwa kedua penyerangnya itu pria, berkulit hitam, umurnya sekitar 16 - 17 tahun, keduanya langsing dan tingginya kira-kira 170 cm. la ingat salah seorang remaja itu mengenakan jaket biru muda dan katanya ia yakin bisa mengenali mereka kalau melihatnya kembali.

Di Washington ada ribuan remaja hitam yang rupanya seperti digambarkan Stennis. Yang mana yang menembaknya?

Pencarian pun ditujukan pada kalangan remaja yang pernah tercatat melakukan kekerasan, terutama mereka yang tertangkap di daerah elite Upper Northwest. Agen-agen FBI dan polisi pun mewawancarai guru-guru serta para pejabat Wilson High School dan Deal Junior High School yang letaknya hanya lima blok dari rumah Stennis.

Markas Besar FBI juga menerima surat-surat kaleng yang isinya menyuruh FBI mengecek para aktivis hak-hak sipil. Pengirim surat-surat kaleng itu yakin Stennis ditembak karena ia "musuh bebuyutan integrasi dan hak-hak orang Negro". 

Namun FBI tidak percaya. Para pengusut yakin Stennis diserang oleh orang-orang yang menginginkan uangnya. Berlainan dengan mobil kebanyakan anggota kongres, nomor pelat pada Buick Stennis tidak memakai tanda yang menunjukkan bahwa pemiliknya seorang elite dari Capitol Hill.

Putra senator, John Hammond Stennis, anggota badan pembuat undang-undang dari negara bagian Mississippi, berkata kepada para agen FBI, "Mengapa ayah saya di tembak merupakan tanda tanya. Ia sudah memberikan semua harta yang dibawanya. Penodongan sudah berhasil. Tidak ada alasan untuk menembaknya."

Polisi Washington yang kenal betul kecenderungan kriminal di kota mereka, terutama di kalangan penodong remaja yang beroperasi di jalan-jalan, menunjukkan statistik yang memperlihatkan bahwa walaupun tidak mendapat perlawanan, para pemuda penjahat itu menyakiti korbannya.

Seorang informan FBI menyampaikan bahwa menurut omongan di jalan, penyerang-penyerang Stennis mencoba membunuh senator itu agar tidak bisa lagi mengenali mereka.

Banyak orang menyatakan kepada FBI bahwa mereka tahu persis siapa penembak Stennis. Nan-Lun ratusan petunjuk yang dilayani oleh FBI ternyata menemui jalan buntu.

Pengusutan terhadap kasus itu menghasilkan penangkapan terhadap delapan buronan yang tidak ada sangkut pautnya dengan perkara Stennis. Yang berwajib juga berhasil menyita banyak senjata api yang dipakai dalam pelbagai kejahatan.

 

Si Mulut Besar

Akhir Februari 1973 agen-agen FBI dan polisi sudah mewawancarai 800 orang, termasuk orang-orang yang dicurigai dan pria
maupun wanita yang dianggap bisa memberi petunjuk ke arah si penembak.

Pada saat itu yang berwajib sama sekali tidak tahu bagaimana caranya para penyerang Stennis melarikan diri. Diperkirakan mereka memakai mobil. Cuma saja mereka tidak bisa menemukan orang . yang melihat mobil yang mungkin dipergunakan oleh penyerang-penyerang itu. Jalan-jalan sekitar rumah Stennis tampaknya sepi pada sore tanggal 30 Januari. itu.

Suatu malam, seorang agen FBI yang menyamar, menghirup bir sebuah rumah minuman di ghetto yang morat-marit keadaannya. Ia mengobrol dengan seseorang yang bisa pula datang ke sana. Agen FBI itu berkata bahwa salah seorang rekan minum mereka ditangkap polisi karena dituduh memperkosa.

"Ah, bukan si Shorty yang berbuat," kata orang itu. "Polisi sih biasa deh, salah melulu menangkap orang."

"Bagaimana kau tahu?"

"Si Shorty 'kan sepanjang malam itu main dadu. Saya tahu betul. Lagi pula ia tidak pernah menyakiti orang. Dia cuma nyolong di sana-sini."

"Si Shorty bajingan tidak berbahaya rupanya."

"Oh, ya. Dia lain dengan mereka yang suka besar mulut di sekitar sini."

"Siapa sih yang suka besar mulut?'

"Oh, banyak. Kemarin contohnya. Ada orang yang tidak pernah saya lihat sebelumnya, rupanya berasal dari Iuar daerah ini. Tidak ada yang kenal dia. Katanya, namanya Ty atau Pie. Dia memakai setelah lengkap. Mulut besar dia! Katanya, dia menodong orang yang sudah menyerahkan barangnya. Kalau sudah dapat barang, tinggalkan saja. Jangan gila-gilaan menembak."

"Mati orangnya?"

"Tidak. Dia bilang sih tidak. Dia menyombong, katanya dia baca di koran korbannya tidak mati. Katanya, penggede. Entah siapa. Tidak ada orang yang berani bertanya. Siapa tahu malah menjadi korban berikutnya."

Agen FBI itu, setelah lawan bicaranya pergi, dengan hati-hati mencoba mengorek lebih banyak keterangan mengenai si Mulut Besar, tetapi semua orang mengaku tidak tahu atau tidak kenal. 

Agen FBI itu tidak bisa mendesak. Ia pun yakin si Mulut Besar itu bukan orang setempat, mungkin cuma lewat saja. Tidak pula ada yang tahu namanya, walaupun petugas bar menyatakan namanya Ty atau kira-kira seperti itu bunyinya.

Beberapa malam setelah itu, agen itu datang lagi ke bar tersebut, tetapi si Ty atau Pie tidak pernah muncul. Yang didengarnya dari teman minumnya beberapa hari yang lalu tidak banyak artinya, namun ia laporkan juga, siapa tahu berguna.

 

Suami-istri berkelahi

Beberapa hari kemudian polisi dipanggil karena ada suami-istri berkelahi di daerah Northeast yang kotor. Ketika mereka mencoba melerai, si istri berteriak mengancam, "Saya akan bilang kepada polisi bahwa kau menembak senator."

Telinga polisi yang terlatih menangkap ancaman itu.

"Siapa namamu, Nak?" tanya seorang polisi kepada si suami. Pria itu malah memaki polisi. Polisi mengambil dompetnya. Dari SIM-nya diketahui bahwa namanya Tyrone Isaiah Marshall, berumur 18 tahun.

Suami-istri itu digiring ke kantor polisi paling dekat dan FBI dikabari. Mungkinkah Tyrone Marshall ini si Ty atau Pie yang ceritanya dilaporkan oleh agen FBI tempo hari, yang laporannya ada dalam berkas mengenai Stennis?

Tyrone Marshall dan istrinya ditaruh di ruang yang berbeda. Mereka ditanyai selama lebih dari lima jam oleh polisi dan agen-agen FBI. Ny. Debra Marshall menyangkal mengetahui tentang penembakan terhadap Stennis dan menuduh polisi salah dengar. Tyrone Marshall mengaku tidak pernah mendengar tentang penembakan terhadap Senator Stennis.

Sementara itu polisi sudah memperoleh surat perintah untuk menggeledah rumah Tyrone Marshall. Di sini mereka dan agen-agen FBI menemukan pistol kaliber .22 dengan enam peluru. Senjata itu dibawa ke laboratorium FBI. Menurut para ahli di laboratorium, tanda-tanda bekas laras pada dua peluru yang ditemukan pada tubuh Stennis cocok dengan tanda-tanda laras senjata yang ditemukan di rumah Tyrone Marshall.

Tyrone Marshall ditahan, bukan dengan tuduhan mencoba membunuh Senator Stennis, tetapi dengan tuduhan "memukul istrinya dengan tongkat". Istrinya dibebaskan.

Sebenarnya menurut rencana, Marshall harus dihadapkan ke pengadilan hari itu karena ia merampok dua wanita, seorang pada tanggal 14 Desember 1972 dan seorang lagi pada tanggal 3 Januari 1973. Rencana itu dibatalkan supaya ia bisa ditahan dengan tuduhan melakukan percobaan pembunuhan terhadap Stennis.

Di kantor FBI, pistol yang dipakai oleh Marshall dilacak lewat formulir pendaftaran senjata. Senjata itu berasal dari sebuah toko di La Grange, Georgia, dan terakhir terdaftar sebagai milik Derrick Holloway yang tinggal di daerah Northeast, di Washington. Ia didatangi agen-agen FBI. Ternyata dialah yang meminjamkan senjata itu kepada Tyrone Marshall.

Katanya, setelah menyerahkan senjata, ia mengantar Tyrone dan saudara laki-lakinya, John Marshall, dengan mobil berkeliling Washington. Mereka mencari calon korban penodongan. Ia mengaku menunggu di mobil ketika Marshall bersaudara merampok Senator Stennis. Katanya, Tyrone kemudian menembak senator itu. Holloway dan John Marshall ditahan.

Tanggal 28 Maret 1973, hanya dua bulan setelah Stennis ditembak, Marshall bersaudara dan Holloway secara resmi dihadapkan pada tuduhan merampok dengan bersenjata, mencoba menyerang dengan tujuan membunuh, mencoba menyerang anggota kongres dan mencoba membunuh anggota kongres.

Pada saat itu polisi dan FBI sudah menanyai 1.100 orang.

 

Itu dia orangnya!

Senator John C. Stennis melihat ke arah Tyrone Marshall di ruang sidang pengadilan. "Saya yakin itulah pria yang memegang pistol," katanya.

Identifikasi itu dilakukan tanpa kehadiran juri, karena menurut penuntut, Stennis tidak akan bisa mengidentifikasi Marshall. Karena yakin bisa, Stennis diperkenankan melakukannya dengan syarat pernyataannya tidak akan disampaikan kepada juri.

Namun Stennis mendapat kesempatan menyampaikannya kepada Hakim Joseph C. Waddy. Entahlah, apakah hal itu mempunyai pengaruh terhadap juri pada akhirnya. Mungkin saja hakim cuma ingin menyatakan sikap sopan santun kepada korban yang merupakan orang gede itu.

Ketika persidangan berjalan, bukti-bukti yang memberatkan Ty Marshall menumpuk. Saksi-saksi FBI menjelaskan bagaimana senjata yang dipakai menembak Stennis itu tiba ke tangan Marshall. Yang mula-mula membelinya dari toko di Georgia ialah Tommy Lewis Thomton. 

Menurut Thornton kepada agen FBI, ia membeli senjata itu untuk sepupunya, John Webster dari Washington, yang waktu itu datang berkunjung ke rumah Thornton. Webster memberi kesaksian bahwa ia membawa pistol itu ke Washington dan menjualnya kepada Holloway dengan harga AS $ 40 pada pertengahan Januari.

Saksi-saksi lain didapat lewat pengusutan dan wawancara agen FBI yang mula-mula mendengar mengenai Ty atau Pie di sebuah rumah minum dalam ghetto. Mereka itu termasuk teman-teman Ty Marshall. Empat di antaranya menyatakan di pengadilan bahwa Marshall pernah membual telah melakukan penembakan.

Menurut salah seorang dari mereka, yaitu George Hutchinson yang berumur 19 tahun, ia dan Marshall baru saja meninggalkan Lapangan Turkey Thicket ketika Marshall menyatakan ingin menceritakan sesuatu.

"Tetapi kau tidak boleh menceritakannya kepada siapa-siapa," pesan Marshall. Kata Marshall, dialah orangnya yang telah merampok dan menembak senator tua itu.

"Mengapa kau tembak?" tanya temannya. Marshall cuma tertawa. Otto Brocks (19), salah seorang temannya pula, bercerita, "Suatu malam, kira-kira seminggu setelah peristiwa penembakan terhadap senator, di sudut jalan Ty bercerita bahwa John, Holloway, dan dirinya menodong. Saya bertanya bagaimana nasib korban penodongan itu. Ty menjawab bahwa orang itu ditembak.

Emmet Howard (19) memberi kesaksian bahwa sehari setelah penembakan itu ia berada di Psychedelic Haven Record Shop dengan Marshall. Marshall bercerita bahwa ia dan John mendekati korbannya untuk meminta si korban menyerahkan dompet, tetapi korban berteriak-teriak dan mengulur waktu, sehingga korban ditembak.

"Siapa yang menembak?" tanya Asisten Jaksa Agung AS Steven W. Graftman.

"Tyrone," jawab Howard.

Michael Ginyard (19) mengutip kata-kata Ty Marshall: "I shot the dude (Saya menembak orang itu)."

Akhirnya, diajukan John Thomas, karyawan bagian kebersihan District of Columbia. Ia menyatakan mendengar Ty Marshall bertengkar dengan istrinya. Istri Marshall menuduh suaminya menembak senator. Menurut Thomas, Marshall tidak membantah. Ia cuma berkata, "Gila kau. Dia (maksudnya Thomas) mungkin polisi."

 

Mumpung belum ulang tahun

Ketika persidangan sedang berjalan, john, kakak Ty, mengaku bersalah ikut dalam penodongan terhadap Stennis. Pengakuan itu dikeluarkannya lima hari sebelum ulang tahunnya yang ke21, agar ia dikenakan ketentuan hukuman yang lebih ringan. Kalau tidak, sebagai orang dewasa ia bisa kena tiga kali hukuman seumur hidup.

John Marshall dikenakan hukuman penjara 15 tahun dengan ketetapan bahwa ia bisa dibebaskan setiap saat kalau para petugas yang berwenang menganggapnya sudah cukup direhabilitasi. Jadi, paling banyak ia hanya akan menjalani hukuman penjara 13 tahun, karena ada ketentuan hukum lain yang menetapkan bahwa terhukum bisa dibebaskan dengan syarat dua tahun sebelum masa hukumannya habis.

Ty Marshall yang berumur 19 tahun meniru jejak abangnya. Tiba-tiba saja ia menyatakan dirinya bersalah. Keputusannya itu pasti dipengaruhi oleh pengumuman pemerintah bahwa Derrick Holloway dibebaskan karena setuju memberi kesaksian yang memberatkan Marshall.

Walaupun para pembela yang disediakan negara keberatan, Hakim Waddy menerima baik pernyataan Ty Marshall dan menyatakan kasus ini selesai. Hakim meminta pihak penuntut untuk membacakan kronologi peristiwa tanggal 30 Januari 1973, ketika John Stennis hampir saja direnggut maut. Steven W. Grafman membacakannya:

Kira-kira pukul 18.15 Holloway datang ke rumah Marshall bersaudara. Ia memperlihatkan pistolnya kepada John. Ty datang dan mengajak pergi menodong. 

Dengan mobil Dodge Darta Swinger milik ibu Holloway, mereka pergi dari daerah Northeast ke daerah yang lebih kaya di daerah Northwest, untuk mencari korban. Mereka melihat seorang wanita lanjut usia, tetapi ketika didekati wanita itu keburu menghilang ke dalam gedung.

Beberapa menit kemudian pemuda itu melihat seorang pria kulit putih yang sudah lanjut usia, yaitu Stennis, lewat dengan mobil putihnya.

"Kejar dia! Kejar dia!" seru Ty.

Ketika Ty dan John merampok Stennis, Holloway menunggu dalam mobil yang diparkir di pojok jalan yang berdekatan. Ia mendengar bunyi dua tembakan. Ketika kedua temannya muncul, Holloway diberi tahu Ty, "Tua bangka itu bikin banyak ribut, jadi kami tembak."

Sesudah itu mereka ke pusat Kota Washington, lalu menghadiri ceramah di Founding Church of Scientology. Keesokan harinya Holloway mendengar dari radio bahwa Stennis ditembak. Ia memberi tahu Ty, "Hai, kau tahu bahwa yang kau tembak itu senator?" Ty tertawa.

Setelah semuanya itu dibacakan, hakim bertanya, mengapa Ty Marshall menyatakan dirinya bersalah? Dengan suara terputus-putus ia menjawab, "Karena mereka mempunyai terlalu banyak bukti ...."

 

"Tyrone!"

Namun ketika ia dibawa masuk lagi ke dalam ruang pengadilan untuk dijatuhi vonis, ia menyatakan menarik pengakuan bersalahnya. Dua minggu kemudian ia dibawa lagi ke ruang pengadilan dan hakim memberi tahu bahwa permintaannya ditolak.

Ty Marshall dijatuhi hukuman sebagai orang dewasa. Ia dijatuhi hukuman 10 - 30 tahun penjara di bawah Congressional Assassination Law dan setahun penjara karena membawa senjata berbahaya. Marshall dinyatakan berbahaya bagi kesejahteraan rakyat, ia tidak memperlihatkan tanda-tanda penyesalan setelah menembak, tidak bermaksud mengubah kelakuannya, dan tampaknya tidak mau menerima hukum dan aturan bermasyarakat.

Marshall berteriak, "Saya tidak mau menerima vonis itu!" Ia berontak sementara tiga petugas meringkusnya untuk dibawa ke luar ruangan. Ayahnya dari bangku belakang dengan tegas menegur, "Tyrone!"

(Andrew Tully)

 

" ["url"]=> string(75) "https://plus.intisari.grid.id/read/553306284/yang-ditembak-ternyata-senator" } ["sort"]=> array(1) { [0]=> int(1654278520000) } } }