array(2) {
  [0]=>
  object(stdClass)#53 (6) {
    ["_index"]=>
    string(7) "article"
    ["_type"]=>
    string(4) "data"
    ["_id"]=>
    string(7) "3305589"
    ["_score"]=>
    NULL
    ["_source"]=>
    object(stdClass)#54 (9) {
      ["thumb_url"]=>
      string(113) "https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/750x500/photo/2022/06/03/si-rubah-minta-maaf_volodymyr-hr-20220603021729.jpg"
      ["author"]=>
      array(1) {
        [0]=>
        object(stdClass)#55 (7) {
          ["twitter"]=>
          string(0) ""
          ["profile"]=>
          string(0) ""
          ["facebook"]=>
          string(0) ""
          ["name"]=>
          string(13) "Intisari Plus"
          ["photo"]=>
          string(0) ""
          ["id"]=>
          int(9347)
          ["email"]=>
          string(22) "plusintisari@gmail.com"
        }
      }
      ["description"]=>
      string(112) "Seorang wanita dinyatakan hilang ketika perjalanan bisnis ke luar negeri yang kemudian dilaporkan oleh suaminya."
      ["section"]=>
      object(stdClass)#56 (7) {
        ["parent"]=>
        NULL
        ["name"]=>
        string(8) "Kriminal"
        ["description"]=>
        string(0) ""
        ["alias"]=>
        string(5) "crime"
        ["id"]=>
        int(1369)
        ["keyword"]=>
        string(0) ""
        ["title"]=>
        string(24) "Intisari Plus - Kriminal"
      }
      ["photo_url"]=>
      string(113) "https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/945x630/photo/2022/06/03/si-rubah-minta-maaf_volodymyr-hr-20220603021729.jpg"
      ["title"]=>
      string(19) "Si Rubah Minta Maaf"
      ["published_date"]=>
      string(19) "2022-06-03 14:17:48"
      ["content"]=>
      string(65111) "

Intisari Plus - Seorang wanita dinyatakan hilang ketika perjalanan bisnis ke luar negeri yang kemudian dilaporkan oleh suaminya. Pelaku pembunuhan adalah rekan bisnisnya yang menyebut dirinya si Rubah.

-------------------------

Ketika pengeras suara mengumumkan agar para penumpang pesawat segera naik, wanita itu melirik ke arlojinya yang dihiasi intan, lalu bergegas menyeberangi terminal sambil menjinjing aktentasnya yang terbuat dari kulit. 

Wanita itu berumur sekitar 55 tahun. Rambutnya yang pirang keperak-perakan itu disisir rapi sekali. Wajahnya mengenakan rias berat, tetapi di bawah rias wajah yang tebal itu terdapat garis-garis kecantikan klasik. 

la mengenakan mantel putih dari bulu mink. Mantel mahal yang anggun itu agak janggal dalam suasana santai di Southern California yang dipenuhi dengan kaus oblong dan jins. 

Mantel itu tidak dikancingkan, sehingga tampak rok dan baju atasnya yang terbuat dari wol rajutan warna biru muda. Wanita itu juga mengenakan anting-anting dari intan, sedangkan dua untai mutiara putih yang besar-besar melingkar longgar di lehernya. Sebuah cincin bermata zamrud ukuran besar sekali menambah kesan bahwa wanita itu termasuk golongan orang berada. 

Di sebelah pintu untuk penumpang, wanita itu tersenyum dipaksakan, lalu memejamkan matanya ketika pria di depannya membungkuk untuk memberi ciuman dengan acuh tak acuh. Lalu wanita itu mengambil kopernya yang merah jambu. 

"Sampai bertemu beberapa hari lagi," katanya. Ketika itu tanggal 8 November 1968.

 

Istri kaya 

Reserse Kejaksaan Los Angeles County Bill Burnett kedatangan seseorang bernama Bill Wilson dan iparnya, Thomas Bell. Mereka dikirim oleh FBI untuk meminta bantuan kejaksaan. Istri Wilson lenyap. 

Wilson berumur kira-kira 35 tahun, tetapi Burnett mendapat kesan pria itu seperti bocah yang tidak pernah dewasa. 

"Kapan Anda terakhir melihat istri Anda, Tuan Wilson?"  

"Saya ... eh, dia ... di Bandara L.A. International tanggal 8 November. Norma membeli tiket pulang-pergi untuk ke Montreal. Saya melihat ia masuk ke pesawat dan saya melihat pesawat itu tinggal Iandas," jawab Wilson. Ia mengangkat bahu, lalu memandang kukunya yang dimanikur. "Saya tidak pernah melihatnya lagi." 

"tanggal 8 November. Tiga bulan yang lalu. Kapan seharusnya ia kembali dari Montreal?" 

"Tiga hari kemudian. Ia cuma pergi untuk mengurus suatu bisnis, lalu langsung kembali." 

Burnett mendapat keterangan bahwa Norma Bell Carty Wilson cuma membawa koper kecil dan sedikit pakaian. Kepada suaminya Norma berkata, mungkin ia akan mampir di Texas, tetapi kepergiannya pasti tidak akan lebih dari tiga hari. Di Texas Norma mempunyai beberapa sumur minyak. Demikian keterangan sang suami. 

"Berapa banyak uang yang dibawa istri Anda?" tanya Burnett. 

"Saya kira tidak banyak. Norma lebih suka memakai berbagai kartu kredit, kebanyakan dari American Express." 

Anehnya, kata si suami, sejak Norma pergi, tidak pernah ada tagihan dari American Express, kecuali untuk tiket ke Montreal dan beberapa barang yang dibeli Norma sebelum berangkat. Artinya, kartu-kartu itu tidak pernah dipakai lagi. 

"Apakah sebelum Ny. Wilson berangkat Anda menghadapi masalah pernikahan?" tanya Burnett. 

Wilson menggeleng. 

"Mungkin ada beberapa pertengkaran, tetapi pertengkaran biasa saja. Tidak ada alasan baginya untuk menghilang." 

"Apa tujuan kepergiannya ke Montreal?" 

Wilson membetulkan duduknya dengan gelisah. "Kata Norma, ia harus bertemu dengan beberapa pemilik modal untuk mendapat pinjaman. Rencananya, ia akan mendirikan rumah sakit. Tom Devins, penasihat keuangannya, sebulan sebelum itu bertemu dengan orang-orang Biafra, yang bermaksud menanam modal. Mereka tertarik untuk membiayai pembangunan yang direncanakan dengan memberi pinjaman AS $ 1 juta. Mungkin juga mereka mau membeli rumah sakit milik Norma, Brentwood Convalescent.

 

Pengawalnya tukang kayu 

Dari Wilson, Burnett berhasil mendapat keterangan bahwa keesokan harinya, 9 November, Wilson ditelepon Norma pukul 09.00 (atau tengah hari di Montreal). Kata Norma, ia baik-baik saja, tetapi ada beberapa kesulitan dalam bisnisnya. Ia harus terbang ke Lisabon untuk mendapat pinjaman uang. Di Montreal Norma ditemani Tom Devins dan juga pengawal pribadinya, Bob Forget. 

Wilson mengaku tidak tahu mengapa istrinya perlu pengawal pribadi. Mungkin karena Norma berurusan dengan uang. Tetapi ia memang tidak tahu banyak tentang keuangan istrinya, karena Norma tidak banyak bercerita tentang hal itu. 

Pengawal pribadi Norma itu, Forget, tadinya tukang kayu yang bekerja pada salah satu gedung milik Norma. Wilson menduga Forget itu orang Kanada - Prancis. 

Wilson juga menceritakan bahwa dua tiga hari setelah mendapat telepon dari istrinya, ia menerima polis asuransi untuk perjalanan pulang-pergi ke Madrid. Polis itu dikirim begitu saja tanpa surat pengantar dalam sampulnya. 

Itu polis kedua. Polis pertama dibeli Norma di bandara untuk penerbangan pulang-pergi ke Montreal. Konon Norma selalu membeli polis asuransi ke mana pun ia terbang. Wilson tidak ingat berapa banyak Norma mengasuransikan dirinya. 

"Apakah istri Anda mempunyai asuransi jiwa lain?" tanya Burnett. 

"Saya kira tidak." 

Tiga hari setelah sampul berisi polisi asuransi kedua tiba, kata Wilson, ia menerima kartu pos. Ia mengeluarkan dua kartu pos dari saku jaketnya. Yang sebuah foto hitam-putih menggambarkan The Catellana Hilton Hotel di Madrid, Spanyol. Kartu pos itu memakai cap pos 10 November 1968. Tulisannya berbunyi: 

Pukul 18.30, Minggu '68 

Bill, rasanya aneh ada di hotel ini tanpa kau. Tidur beberapa jam. Tidak bisa tidur sepanjang malam di pesawat. Saya kira besok pagi kami berangkat ke Malaga. Semua berjalan baik. Mengerti maksud saya? 

Cinta, Norma. 

"Anda tahu apa yang dimaksudkannya?" tanya Burnett. 

Wilson mengangkat bahu. "Persetujuan bisnisnya mungkin," jawabnya. 

Kartu pos lain yang menurut Wilson diperolehnya seminggu kemudian, berstempel pos Tangiers, Maroko, 14 November 1968. 

November 14 Bill, saya jadi berputar-putar. Sepanjang siang ada di "Casbah". Dari sini ke Lisabon, bertemu orang-orang besok. Saya baik-baik saja, tetapi sakit di Spanyol. Terlalu banyak untuk diceritakan. 

Cinta, Norma

Bill Wilson yakin tulisan pada kedua kartu pos itu tulisan tangan istrinya. Sejak saat itu Wilson tidak mendengar kabar lagi dari istrinya. Katanya, saudara-saudara dan teman-teman Norma juga tidak mendengar apa-apa lagi sejak waktu yang kira-kira bersamaan.

 

Barangkali cuma minggat 

Burnett terdiam sebentar, lalu bertanya, "Tuan Wilson, apakah istri Anda mempunyai ... teman laki-laki?" 

Beberapa saat Wilson tidak menjawab. "Saya tidak tahu," katanya kemudian. "Tom Devins, ya, ia boleh dikatakan sangat dekat dengan istri saya. Seberapa dekatnya saya tidak tahu." 

"Ada lagi yang lain?" 

Wilson menarik napas panjang. la tidak memberi jawaban langsung, tetapi bercerita:

"Setelah tidak ada komunikasi dengan Norma, tentu saya risau, apalagi setelah ia tidak muncul pada ulang tahunnya, tanggal 19 November. Biasanya selalu ada pesta ulang tahun besar yang dihadiri sanak keluarga dan teman-teman. Jadi, saya menelepon Devins. Saya temui nomor teleponnya di buku telepon Norma." 

"Ketika itu tanggal 11 Desember. Kata Devins, ia sudah kembali seminggu. Bersama Norma ia pergi ke Tangiers, Casablanca, Malaga, dan Madrid. Norma ditinggalkannya di Intercontinental Hotel Jenewa, karena Norma ingin pergi ke tempat pemandian air panas untuk pengobatan di Swedia. Norma juga akan menemui Tom McSpadden di sana. McSpadden bekas pacar Norma, sebelum saya menikah dengannya." 

"Saya menelepon McSpadden. Ia menyatakan tidak pernah pergi ke Eropa, apalagi bertemu dengan Norma. 

Burnett berpikir: Aku pengusut pembunuhan, bukan pencari istri kabur yang mungkin sedang enak-enakan bersembunyi di alam romantis Swis. 

"Saya cuma pengusut pembunuhan. Kalau istri Anda lenyap, Anda harus melapor pada polisi atau sherrif," sarannya. 

"Saya sudah ke polisi. Kata mereka, karena ia bukan lenyap di Los Angeles, mereka tidak mempunyai yurisdiksi. Saya juga sudah diusulkan ke FBI oleh mereka, tetapi kata FBI ini bukan urusan federal, ini urusan lokal. Mereka menyarankan saya kemari. Lagi pula Tuan Burnett, istri saya bukan cuma hilang. Ia tewas. Dibunuh." Burnett tidak terkesan. 

Beda 26 tahun 

Burnett akhirnya meminta juga alamat dan nomor telepon Tom Devins serta sanak keluarga dan teman-teman dekat Norma, termasuk McSpadden. Ia juga meminta daftar kartu-kartu kredit Norma foto dan wanita itu. 

Melihat foto wanita lanjut usia itu, Burnett bertanya, "Berapa umur istri Anda, Tuan Wilson?' 

"Lima puluh tujuh." 

Wilson sendiri berumur 31 tahun. Mereka menikah ketika Wilson berumur 27 tahun, yaitu pada tanggal 27 Mei 1964. Burnett berpikir: Tidak heran kalau Wilson ingin istrinya dinyatakan tewas! 

Burnett kini bertanya tentang Wilson sendiri. Mula-mula Wilson mengaku penulis buku, lalu dari pertanyaan-pertanyaan berikutnya ketahuan bahwa belum ada satu pun bukunya yang selesai, apalagi diterbitkan. 

Sebelum menjadi penulis, katanya, ia menjadi salesman mobil, tetapi cuma sebentar. Sebelumnya, ia pernah kerja serabutan, antara lain ia juga pernah menjadi guru dansa .... 

Sebelum berpisah, Burnett mengajukan pertanyaan lagi. "Kalau betul Ny. Wilson dibunuh, Anda tahu siapa yang kira-kira menginginkan kematiannya?" 

Wilson menelan ludah, lalu mengeluarkan kertas-kertas, ternyata kopi dari suatu akta. Akta itu dibuat pada Maurice Oberweger, Queens, New York, tanggal 9 November 1968. Jadi, pada hari Norma meninggalkan Montreal menuju Eropa. Artinya, Norma singgah dulu di New York untuk menandatangani akta. Di situ dinyatakan bahwa hak atas Brentwood Convalescent Hospital yang bernilai AS $ 1 juta diserahkan kepada Thomas Devins. 

"Dialah orang terakhir yang melihat istri saya dalam keadaan hidup," kata Wilson. 

Burnett duduk di kursi antik kamar duduk Grace Barnum yang mewah. Grace Barnum yang berumur 70 tahun ialah salah seorang kakak perempuan Norma Wilson. Di sebelahnya ada pria lanjut usia yang pernah datang ke kantor kejaksaan dengan Bill Wilson, yaitu Tom Bell, saudara laki-laki Norma. Di sebuah sofa duduk Hilda Eacho yang berumur 67 tahun, yaitu kakak Norma yang lain. 

Selain mereka ada Ben Ratner yang umurnya antara 60 - 70 dan istrinya, Bernice. Mereka teman lama Norma. Diana Roth, putri mereka, ialah satu-satunya orang muda di ruangan itu. 

Rupanya keluarga Bell kakak-beradik sangat erat hubungannya. Mereka termasuk keluarga cukup kaya dan terhormat asal Washington. Dari mereka Burnett mendapat keterangan: Norma ketika mudanya menikah dengan Roy Carty, seorang kontraktor kaya di Washington. 

Lalu mereka pindah ke tempat yang lebih banyak sinar mataharinya, yaitu Southern California. Beberapa tahun kemudian Carty meninggal akibat serangan jantung, yaitu pada bulan Juni 1959. 

Setelah bisa menanggulangi guncangan akibat kematian Roy, Norma berubah. Ia jadi senang bergaul dengan pria-pria yang umurnya cuma setengah dari umurnya sendiri. Pada masa itulah ia bertemu dengan Bill Wilson. Semua tidak setuju Norma menikah dengan Wilson. 

"Karena kami pikir bukan pilihan yang bijaksana," kata Grace Barnum. 

"Bagaimana hubungan Ny. Wilson dengan suaminya?" tanya Burnett. 

"Tuan Burnett, Bill kejam terhadap Norma," jawab kakak Norma itu. 

"Ia sering memukul Norma," kata Diana Roth dengan sengit. 

"Betul, Tuan Burnett. Kami heran mengapa Norma tidak menceraikannya," kata Ben Ratner. 

Semua yang berada di ruangan itu mengaku mendapat kartu pos dari Norma ketika ia pergi terakhir kali. 

Ny. Ratner menerima kartu pos terakhir dari Madrid. Ia heran Norma ada di Eropa, karena menurut Norma, ia hanya akan pergi ke Montreal untuk dua tiga hari. Ia sudah membuang kartu pos itu, tetapi ingat bahwa Norma menulis ia lelah dan mengantuk akibat ganti cuaca dan juga menulis: Sampai bertemu sebentar lagi. 

Ny. Eacho memperlihatkan kartu pos tertanggal 14 November dengan cap pos Tangiers. Norma menyatakan baru dari Casbah dan akan ke Lisabon. Ia singgah di New York dan akan menelepon. Sejak itu tidak ada seorang pun di antara mereka yang menerima kabar dari Norma. 

Semua bertambah heran ketika Norma tidak pulang untuk merayakan ulang tahunnya. Mereka juga tidak mendapat kartu Natal dari Norma, padahal setiap tahun ia selalu mengirimkan kartu Natal dan fruitcake dari Corsicana, Texas, lewat pos. 

Cerita Norma kepada Ny. Ratner mengenai keperluannya pergi ke Montreal, sama seperti yang diceritakan Bill Wilson. "Kata Norma, ia bisa mendapat AS $ 135.000 untuk pembangunan pusat pengobatan, tetapi ia bisa memperoleh lebih banyak dari penanam modal di Montreal. Namun, kami tidak mengerti mengapa tiba-tiba saja kami mendapat surat dari Norma di Eropa." 

Burnett bertanya apakah Norma menyebut-nyebut Tom Devins. "

Oh, ya," jawab Grace Barnum. "Kata Norma, ia pergi ke Montreal untuk menemui Tuan dan Ny. Devins."

 

Sophia Loren pun tidak datang 

Grace Barnum menceritakan bahwa setelah tidak ada kabar dari Norma, mereka mengadakan pertemuan dengan Bill Wilson, kemudian memutuskan untuk bertanya kepada Devins. Devins tidak bisa dihubungi. Ketika berhasil ditemui, Devins berkata sudah berusaha mencari di Swedia, bahkan memasang iklan yang menjanjikan hadiah AS $ 5.000 kepada siapa saja yang bisa menunjukkan di mana Norma berada. Namun, iklan di berbagai surat kabar Swedia itu sia-sia. 

Ben Ratner pernah pula menemui Devins. "Jangan khawatir," kata Devins. "Beberapa hari lagi ia akan kembali. la mungkin ada di Rolle, Swis, dan membawa uang kontan AS $ 135.000 untuk didepositokan di Swis." 

Ratner tidak percaya ketika Devins menyatakan Norma pergi ke Swedia untuk operasi plastik. "Apanya yang mesti diubah? Semuanya sudah sempurna," katanya. "Lagi pula Norma tidak tahan udara dingin. Ia pindah dari Washington karena berulang-ulang kena radang paru-paru. Ke Swedia bulan Desember? Nonsens belaka!" 

Ketika bertanya perihal Tom McSpadden, temyata Burnett mendapat jawaban dari Diana. "Mereka pernah akrab beberapa tahun yang lalu," katanya. "Tetapi saya tidak tahu apakah mereka pernah bertemu akhir-akhir ini. Saya tidak menyalahkan Norma kalau ia menemuinya." 

Hilda Eacho menceritakan bahwa iparnya, Margaret Corcoran, dan suami iparnya bertemu dengan Norma di Madrid. Kata mereka, Norma sehat walafiat. Norma datang sendiri. Menurut Norma, dua teman prianya ia tinggalkan di Hilton Hotel. Pria yang satu ialah manajer bisnisnya dan yang lain pengawal pribadinya. 

Dalam percakapan selama kira-kira sejam, Norma bercerita bahwa ia sedang membuat perjanjian bisnis yang sifatnya rahasia dengan pemerintah asing. Ia juga bertanya kepada Margaret bagaimana caranya membuka rekening bank di Swis. Katanya, kalau urusan bisnisnya selesai, ia diundang untuk melakukan perjalanan dengan kapal pesiar bersama beberapa orang penting. 

"Setelah itu mereka tidak mendengar kabar lagi dari Ny. Wilson?" tanya Burnett. 

"Tidak. Tetapi Laurence Corcoran berulang-ulang menelepon ke pelbagai klinik kecantikan di Swedia. Tidak satu pun yang pernah menerima Norma atau Sophia Loren." 

"Sophia Loren?" 

"Ya, Devins bilang Norma tinggal di klinik kecantikan yang dikunjungi pula oleh Sophia Loren." 

Lalu Ben Ratner bertanya kepada Burnett. 

"Anda pernah mendengar tentang surat wasiat Norma?" 

"Surat wasiat?" 

"Kata Devins, Norma memintanya membuatkan surat wasiat dalam perjalanan. Devins melaksanakannya dengan rulisan tangan dan menyerahkannya kepada Norma sesaat sebelum lenyap. Menurut Devins, dalam surat wasiat itu Bill Wilson sama sekali tidak diberi warisan."

Semua dibayar kontan 

Burnett mendapat jawaban dari Konsulat Inggris di Tangiersbahwa Ny. Wilson menginap di Rif Hotel dan pergi meninggalkan Maroko dua hari kemudian. 

Dari polisi Dorval, yaitu pinggiran Kota Montreal tempat Hilton Hotel terletak, Burnett mendapat keterangan bahwa Norma Wilson masuk ke hotel tanggal 8 November. 

Rencananya ia akan meninggalkan hotel tanggal 10, tetapi ternyata ia sudah keluar tanggal 9. Ia membayar kontan, tidak memakai kartu kredit American Express. Kamar lain ditempati bersama oleh Tom Devins dan Robert Forget. Mereka diketahui menelepon dari kamarnya ke Ottawa tanggal 8 November. Semua itu cocok dengan keterangan Bill Wilson. 

Dari polisi Montreal diketahui Norma Wilson tanggal 9 Desember terbang dengan menggunakan Air Canada flight 768. Tujuannya New York. Thomas Devins menumpang pesawat yang sama. Demikian juga Forget. 

Burnett menghubungi manajer Air Canada di Los Angeles. Ia mendapat keterangan bahwa Norma Wilson membeli tiket satu jalan dari Montreal ke Bandara John F. Kennedy di New York. Ia meninggalkan Montreal tanggal 9 November dan mendarat di J.F.K. Penerbangannya disambung dengan pesawat TWA flight 904 yang meninggalkan J.F.K. pukul 19.45 menuju Madrid. Ini pun tiket satu jalan dan dibayar kontan. 

Burnett juga diberi tahu bahwa tiket pulang dari Montreal ke Los Angeles tidak pernah dipakai, tetapi tidak pernah dibatalkan. 

Devins dan Forget tidak terdaftar sebagai penumpang dalam pesawat ke J.F.K. itu. Tetapi di Montreal memang terjual dua tiket untuk tanggal 9 November atas nama Devins dan Forget. Tiket satu jalan L.A. - Montreal, bukan pulang pergi seperti Norma Wilson. 

Bagaimana bisa terjadi Devins dan Forget tahu mereka tidak akan kembali lewat Montreal, sedangkan Norma Wilson tidak tahu? 

Burnett mengutus bawahannya ke Notaris Maurice Oberweger yang diketahui bonafid. Notaris itu ingat ia didatangi dua pria dan seorang wanita yang ciri-cirinya seperti Devins, Forget, dan Norma Wilson. Wanita dan salah seorang pria menandatangani akta pemindahan hak milik di hadapannya. 

Sementara itu American Express di L.A. membenarkan bahwa kartu-kartu kredit Norma Wilson tidak pernah dipakai lagi sejak membeli tiket pesawat L.A. - Montreal pulang-pergi. Wakil American Express juga menunjukkan bahwa sudah empat bulan Norma lalai melunasi tunggakan sebesar AS $ 900. Ini untuk pertama kalinya terjadi. Biasanya Ny. Wilson selalu cermat.

 

Tidak ada yang mencurigakan 

Burnett kini menelepon Devins di rumahnya. Tidak ada jawaban. Ia menelepon ke kantor Devins. Suara efisien seorang wanita menjawab bahwa Devins sedang keluar, tetapi akan kembali ke kantor. Burnett meninggalkan nama dan nomor teleponnya. 

Burnett State's Bureau of Criminal Investigation and Identification mendapat keterangan bahwa Forget, Devins, dan Wilson "bersih" di Kalifornia. 

Burnett bertanya pada FBI di Washington mengenai ketiga orang itu, tetapi tidak bisa lewat telepon, hams dengan surat. Jadi, ia perlu menunggu jawabannya. 

Sementara itu ia berpikir, kalau benar Norma Wilson dibunuh, apa motifnya? Bagi Wilson, si suami, mungkin karena asuransi atau warisan. Bagi Devins, penasihat bisnisnya, mungkin karena ia menginginkan harta wanita itu secara licik. 

Bagi Forget, si pengawal pribadi, mungkin karena ia tergoda oleh uang yang dibawa dan perhiasan yang dipakai wanita itu. Bagi McSpadden, pacarnya, mungkin karena kedua kekasih itu bertengkar. 

Burnett tidak berhasil menelepon McSpadden di Arizona. Jadi, ia menelepon pengacara Norma, Philip Horrigan. 

Horrigan menjelaskan, ia menasihati Norma Wilson agar jangan pergi ke Montreal, karena ia tidak percaya kepada Tom Devins dan cerita tentang orang-orang Afrika yang misterius. 

Ia tidak tahu Brentwood Convalescent Hospital diserahkan kepada Devins. Katanya, dr. Abraham yang mengontrak rumah sakit itu sejak 1964 mencoba membelinya dari Norma, tetapi Norma tidak mau melepaskannya kalau kurang dari AS $ 1 juta. 

"Devins tampaknya mempunyai kuasa untuk menjual rumah sakit itu dan untuk hal-hal lain yang tidak saya ketahui." 

Menurut Horrigan , Ny. Wilson tidak bercerita akan pergi ke tempat lain, kecuali Montreal dan tidak pernah menyebut-nyebut Forget. 

Burnett juga mendapat keterangaan bahwa Norma Wilson membuat surat wasiat pada bulan Mei 1967. Kalau ia meninggal, maka harta bendanya akan menjadi milik Bill Wilson. Namun kalau umpamanya mereka sampai berada dalam perkara perceraian, Wilson cuma akan mendapat AS $ 30.000. 

Sebelum berangkat ke Montreal, Norma Wilson datang kepada Horrigan untuk menyatakan bahwa ia bermaksud bercerai. "Namun kalau ia meninggal sebelum maksudnya itu diajukan ke pengadilan, hartanya tetap jatuh pada Bill Wilson!"

 

Bawa uang kontan 

Pagi itu Burnett menelepon Markas Besar Interpol di Washington. Ia minta agar mereka mencari jejak perjalanan Norma Wilson dengan Devins dan Forget di Eropa. 

Hari itu juga ia menelepon Devins dan pembicaraan mereka itu diam-diam ia rekam. Devins mengaku meninggalkan Norma di Jenewa tanggal 29 November. Ia kembali ke Los Angeles dengan Swissair. Norma tetap tinggal di Hotel Intercontinental, karena ia akan pergi menemui teman lamanya, Tom McSpadden, di Rolle. 

Katanya, antara mereka terjalin keakraban yang menurut Devins lebih dari sekadar persahabatan. Norma menyebut-nyebut akan ke klinik kecantikan di Swedia. 

"Apakah Ny. Wilson membawa banyak uang kontan?" tanya Burnett. 

"Ya, jumlah tepatnya AS $ 137.000, ditambah uang kecil. Maksud perjalanannya ialah menjual miliknya sebelum ia menceraikan suaminya." 

"Ia sudah bertekad bulat untuk menceraikan suaminya?" 

"Memang demikian. Ia sudah menemui pengacaranya, Horrigan, dan meminta surat wasiatnya diubah. Ia meminta saya menuliskan surat wasiat baru di pesawat. Celakanya, saya bukan pengacara! Tetapi saya buatkan juga." 

"Surat itu disimpannya?" 

"Ya."

"Dari mana Ny. Wilson mendapat AS $ 137.000?" 

"Dari penjualan saham-sahamnya di Brentwood Convalescent Hospital." 

"Oh, setahu saya harga saham-sahamnya jauh lebih besar." 

"Ini merupakan transaksi segi tiga yang rumit, yang ada hubungannya dengan pajak dan Iain-lain." Devins terdiam sebentar, lalu melanjutkan, "Saya ingin menolong Anda, tapi saya minta diberi kesempatan menelepon penasihat pajak saya dulu, sebelum berbicara lebih mendalam mengenai transaksi rumah sakit ini." 

Devins mengaku kenal Forget yang katanya pergi bersama-sama mereka, karena Norma membawa-bawa uang kontan. Selain itu karena Forget bisa berbahasa Prancis, ia dianggap berguna di Montreal. 

"Berapa bayarannya?" 

"AS $ 4.000. Ongkos-ongkos lain ditanggung." 

AS $ 4.000! pikir Burnett. Banyak betul buat seorang tukang kayu! 

Sebagai layaknya pengawal, ia bersenjata. Forget sudah tidak bersama Norma lagi ketika Devins meninggalkan Norma di Jenewa. 

"Kami mengadakan perjalanan dengan mobil ke Tangiers, lalu Bob sakit, sehingga ia harus terbang pulang ke AS." Kata Devins, sesudah itu ia dan Ny. Wilson menyewa mobil ke Casablanca, karena Norma ingin berjalan-jalan dulu sebelum pulang. Setelah berkunjung ke Casablanca, Malaga, mereka terbang ke Zurich dengan Air Morocco. 

"Tidak ke Lisabon?" 

"Tidak, Zurich." 

Di Zurich katanya mereka menyewa mobil lagi untuk menikmati pemandangan alam, lalu Norma didrop di Intercontinental Hilton. Devins sendiri tinggal di sebuah hotel yang sudah tidak ia ingat namanya, di tepi danau di Jenewa sebelum pulang. Katanya, tujuan mereka pergi ke Zurich ialah karena Norma ingin memasukkan uang yang dibawanya sebesar AS $ 137.000 di bank Swis. 

"Uang itu jadi dimasukkannya?"

 "Mestinya demikian. Saya mengantar dia ke Credit Suisse di Zurich. Ketika keluar dari bank itu, uang sudah tidak ada padanya." 

"Anda mempunyai wewenang untuk mewakili Ny. Wilson dalam bisnis?" 

"Maaf, tentang hal itu ingin saya tanyakan dulu pada pengacara saya. Maklum, masalah pajak." 

"Apakah Anda kira terjadi sesuatu pada Norma?" tanya Devins. . 

"Kami belum tahu." 

"Sebaiknya Anda meneliti Bill Wilson." 

"Mengapa?" 

"Dia tidak punya uang. Kalau terjadi sesuatu pada Norma, ia akan kaya raya. Saya dengar dari Norma, ia ahli warisnya. Bill Wilson pernah menulis buku yang tidak laku. Norma menceritakannya kepada saya. Isinya tentang orang yang membunuh istrinya yang kaya."

 

Istrinya penari topless 

Burnett mendapat surat balasan dari Kepala Polisi Sedro Woolley, State of Washington mengenai Robert Jerry Forget. Selain keterangan mengenai tanggal lahir dan sebagainya, juga dituliskan bahwa istri barunya penari topless dari Los Angeles dan bahwa Forget memiliki empat revolver kaliber 22 sejak 22 November 1967. 

Bulan Desember 1968, ketika pulang dari Washington, ia membeli pikup Dodge baru, sepeda motor baru dan minta izin untuk membangun rumah baru. Namanya tidak tercatat pernah melakukan kejahatan. 

Burnett berpikir-pikir: Forget yang tukang kayu itu memang mendapat AS $ 4.000 untuk mengawal Norma ke Montreal dan Maroko. Tetapi apakah upahnya dan uang AS $ 4.000 itu cukup untuk menghidupi istri baru, membeli pikup baru, sepeda motor baru, dan membangun rumah? Dari mana ia tiba-tiba mendapat banyak uang?" 

Forget dikatakan oleh Devins tiba-tiba pulang ke AS karena sakit di Maroko. Sebagai orang yang tahu jadwal perjalanan Norma Wilson, apakah ia kemudian kembali lagi menemui Norma di Jenewa setelah Devins meninggalkan Norma? 

Pada hari itu juga Burnett mendapat surat balasan dari FBI mengenai Thomas Devins. Nama aslinya Thomas Edward Utter. Ayahnya senama dengannya. Ibunya bernama Mamie Elizabeth Ford. Devins pernah juga memakai nama Thomas Duran. Ia pernah melakukan pencurian semasa masih di bawah umur, pernah melakukan pencurian mobil, dan memiliki senjata secara tidak sah. 

Selain itu ia pernah melakukan pelanggaran lalu lintas. Semua kejahatan dilakukan di Los Angeles. Rupanya badan-badan terdahulu yang dihubungi Burnett kurang cermat. Mungkin kejahatan itu tercatat di bawah nama lain, karena Devins mempunyai beberapa nama lain. 

Burnett bersandar ke kursinya. Penasihat bisnis Norma Wilson ternyata memiliki catatan kriminal yang meyakinkan dan beberapa alias! 

Walaupun hari hujan, Burnett segera pergi ke Hall of Records untuk mencari tahu mengenai akta-akta penyerahan yang berkenaan dengan dua milik Norma Wilson, yaitu Brentwood Convalescent Hospital di San Vicente Boulevard dan gedung perkantoran di North La Cienega Boulevard.

 

Akta-akta yang mencengangkan 

Ia menemukan akta penyerahan gedung perkantoran pada Thomas Devins yang bertanggal 13 Desember 1967. Akta penyerahan lain menunjukkan bahwa Devins sudah menjual bangunan itu kepada Joseph Zukin dari Malibu tanggal 4 Maret 1968. Namun anehnya, ada juga transaksi yang menyatakan bahwa gedung perkantoran itu ditukarkan dengan sebuah rumah dan dua bidang tanah di Malibu. Mana mungkin? Bukankah gedung perkantoran itu sudah milik Zukin? 

Burnett minta tolong kepada petugas agar dicarikan keterangan mengenai persoalan di Malibu itu. Sementara itu ia memeriksa lagi berkas lain di Hall of Records itu. 

Ternyata rumah sakit milik Norma Wilson juga sudah diserahkan kepada Thomas Devins tanggal 12 Desember 1968. Akta itu memakai meterai Maurice Oberweger, sama seperti kopi yang dibawa Bill Wilson ke kantor Burnett. Akta itu dibuat tanggal 9 November di New York. 

Ada lagi akta lain. Devins menyerahkan rumah sakit pada Samuel V. Abraham, dokter yang menyewa rumah sakit dari Norma. Transaksi itu dilakukan 17 Desember 1968, lima hari setelah Norma menguasakan rumah sakit itu kepada Devins. Pembayaran sebesar AS $ 137.000 dolar harus diserahkan kepada Sandra Lynne Bell. Bell ialah nama Norma sebelum menikah.

Sandra Lynne Bell pada hari itu juga menstransfernya pada Okuma Aikba yang alamatnya berupa kotak pos di Beverly Hills. Burnett juga mendapatkan sebuah dokumen yang ditandatangani Okuma Aikba yang memberi kuasa kepada Devins untuk melakukan transaksi berkenaan dengan semua harta tak bergerak milik Aikba. Dokumen itu bertanggal 13 Januari 1969 dan dibuat di hadapan Notaris Rochelle Rishe. 

Burnett bertambah asyik di gedung itu. la membongkar lebih jauh dan mendapatkan akta salah sebidang tanah di Malibu diserahkan oleh Joseph Zukin kepada Joseph M. Mears, tanggal 4 Maret 1968. Harinya sama dengan hari penyerahan gedung perkantoran dari Devins ke Zukin. Tanggal 9 Maret, Mears mentransfer tanah miliknya kepada Mamie Elizabeth Utter. 

Tanggal 18 Oktober 1968 tanah itu diserahkan oleh Mamie Utter kepada Lois B. Glantz. Tanggal 8 Januari 1969, Lois B. Glantz mentransfer tanah itu kepada Thomas dan Adelle Devins, istri Devins. Dua hari kemudian, Adelle menyerahkan haknya atas tanah itu kepada Thomas Devins! 

Burnett jadi bertanya-tanya: apakah semua itu legal? Apakah semua itu dengan izin Norma Wilson? 

Penemuan Burnett belum habis. Pada hari penjualan gedung perkantoran Zukin menyerahkan tanahnya kepada Thomas Devins, mungkin sebagai bagian dari pembayaran. Tanggal 11 Maret 1968 tanah itu ditransfer oleh Zukin kepada Mamie Elizabeth Utter dan tanggal 18 Oktober pada Lois B. Glantz. 

Di buku lain Burnett menemukan bahwa tanah yang ada rumahnya di Malibu pun diserahkan oleh Zukin kepada Devins, oleh Devins kepada Mamie Elizabeth Utter. 

Tiga hari setelah Mamie Utter menyerahkan dua bidang tanah pada Lois Glantz, ia menyerahkan tanah yang ada rumahnya ini kepada Lawrence Kates, yaitu tanggal 21 Oktober 1968. 

Burnett segera mengeluarkan laporan FBI yang diterimanya dan memeriksanya sekali lagi: Thomas Devins nama aslinya Thomas Utter. Nama ibunya sebelum menikah: Mamie Elizabeth Ford. Namanya setelah menikah tentu saja Mamie Elizabeth Utter!

 

Pengacara Norma jadi lemas 

Burnett menghubungi lagi pengacara Norma, Horrigan. Horrigan menjelaskan bahwa Norma pernah datang kepadanya untuk memberitahukan bahwa Tom Devins itu penasihat penanaman modalnya, agen realestatnya, dan pengurus tanah-tanah serta gedung miliknya. 

Devins diberinya kuasa untuk membeli tanah dekat Mt. Sinai Hospital, yang nilainya lebih tinggi daripada yang dimilikinya sekarang. Norma dan Devins berniat mendirikan rumah sakit di sana dan bermaksud menguasakan gedung perkantoran miliknya dengan persetujuan tertulis pada Devins untuk dijual dan hasilnya dibelikan tanah dekat Mt. Sinai. 

Tanah yang baru itu akan dijual kepada The Atlantic-Richfield Oil Company yang memiliki Mt. Sinai. 

Horrigan menasihati agar bagian-bagian dari persetujuan tertulis itu diubah sama sekali untuk melindungi Norma. Soalnya, persetujuan itu teoritis bisa membuat Devins sebagai BFP (Bona Fide Purchaser). Artinya, pembeli bisa menganggap Devins sebagai pemilik dan Devins bisa mengambil hasil penjualan seluruhnya. 

"Norma meminta saya memanggil Devins untuk mengubah persetujuan itu. Norma datang pada hari yang ditetapkan, tetapi Devins tidak. Kemudian saya berhasil juga menghubungi Devins lewat telepon. la setuju surat persetujuan diubah menurut yang saya usulkan. Tetapi katanya, ia sudah sempat menjual gedung perkantoran itu untuk ditukarkan dengan sebuah rumah dan dua bidang tanah di Malibu.” 

“Saya jadi khawatir, sebab kedudukan Norma lemah sekali. Lalu Devins menyatakan sudah menjual tanah-tanah itu untuk dibelikan tanah yang bagus seluas 61 acre di San Bernardino County. Saya minta kopi dari transaksi-transaksi yang dibuatnya. Ia setuju, tetapi tidak muncul dalam dua janji yang dibuat.” 

“Ia minta maaf kepada Norma, karena katanya kedua-dua kalinya ia haras keluar kota untuk mengurus bisnis. Saya tulisi ia surat untuk menagih janjinya, tetapi ia tidak menjawab. Saya jelaskan kepada Norma bahwa ia ada dalam posisi yang sangat gawat dan bahwa saya tidak percaya pada penasihat bisnisnya." 

Horrigan juga menjelaskan bahwa menurut Norma, ia hanya memberi kuasa kepada Devins untuk menjualkan kompleks apartemennya yang luas, E'Questra Inn di San Fernando Valley, tetapi kuasa itu hanya bisa dipergunakan kalau Norma sedang ke luar negeri. Dokumen itu dibuat pertengahan 1967. 

"Namun, dr. Abraham mengirimkan keluhan resmi pada Norma berkenaan dengan Brentwood Convalescent Hospital yang disewanya. Katanya, Devins berjanji akan menjual rumah sakit itu kepadanya, tetapi mengingkarinya. Saya usulkan agar Norma menuntut Diana, namun ia menolak. Berulang-ulang dikatakannya, 'Semua akan dibereskan.' Devins ternyata juga tidak muncul lagi dalam dua pertemuan berikutnya." 

Burnett bertambah tercengang mendengar cerita Horrigan selanjutnya. "Saya mendesak Norma, apalagi setelah saya tidak berhasil menemukan akta yang berhubungan dengan pembelian tanah di San Bernardino di kantor pencatatan setempat. Akhirnya, saya menelepon pengacara Devins, Lawrence Kates." 

"Lawrence Kates?" tanya Burnett. Ia ingat bahwa rumah di Malibu diserahkan oleh Mamie Elizabeth Utter (ibu Devins) kepada Lawrence Kates, sang pengacara. 

"Ada apa dengan dia?" tanya Horrigan. Burnett menjelaskan. "Pantas!" kata Horrigan lemas. "Ia bilang, ia tidak tahu-menahu." Nama-nama yang dicatat Burnett dari Hall of Records tidak ada yang dikenal Horrigan, tetapi ia segera minta sekretarisnya menghubungi Notaris Roshelle Rishe.

 

Tak mau menyakiti hati Devins 

Sementara menunggu, Horrigan menyatakan bahwa tanggal 19 September, tanpa berjanji dulu Norma datang membawa Devins. 

"Saya memintanya memperlihatkan surat-surat pembelian tanah di San Bernardino dan memintanya mengembalikan uang muka Abraham sebanyak AS $ 5.000. Devins pandai mengambil hati orang. Ia bilang pasti semuanya akan dibereskan. Tentu saja ia tidak menepati lagi janjinya." 

"Tanggal 22 Oktober 1968 saya memanggil Norma ke kantor untuk memberi tahu bahwa Devins tidak jujur. Kami harus menuntutnya. Saya juga sudah memperingatkan Devins. Tetapi Norma mendua. Ia khawatir miliknya lenyap, tetapi juga tidak mau menyakiti hati Devins.” 

“Norma kemudian menelepon saya dan menyatakan semuanya beres. Katanya, Devins sudah pergi ke Seattle untuk mendapatkan uang pembiayaan proyek rumah sakit di dekat Mt. Sinai. Lalu tanggal 1 November Norma memberi tahu akan ke Montreal kira-kira seminggu untuk mendapatkan uang pembiayaan rumah sakit itu. Ia gembira sekali.” 

“Katanya, Devins berhasil mencarikan pemberi modal dari Biafra, Afrika. Mereka tidak bisa masuk AS, karena kesulitan visa. Saya peringatkan karena sudah membuat surat persetujuan dengan Devins yang merugikan dirinya, Norma tidak punya hak atas tanah itu. Devins yang punya hak. Saya peringatkan pula Biafra itu negara miskin.” 

“Mustahil orang datang dari sana membawa begitu banyak uang. Hal itu saya peringatkan dua kali lewat telepon. Sejak itu saya tidak pernah berbicara lagi dengannya." 

Burnett juga mendapat keterangan bahwa akhirnya dr. Abraham tidak jadi menuntut. Lewat Devins, ia membeli Rumah Sakit Brentwood dengan harga AS $ 734.161. Horrigan heran, karena lima tahun sebelumnya rumah sakit itu dibeli dengan harga AS $ 950.000 dan setahu Horrigan, Norma menolak menjual rumah sakit itu di bawah AS $ 1 juta. 

Kemudian sekretaris Horrigan memberi tahu: Notaris Rochelle Rishe bekerja di kantor Pengacara David Rosen and Lawrence Kates.

 

Tom McSpadden "bersih" 

Burnett menelepon Tom McSpadden di Arizona. Pria yang dari suaranya diperkirakan berumur 50-an itu mengaku sudah bertahun-tahun bertemu Norma dan terakhir mendapat kartu Natal pada tahun 1967. Ia beristri dan hubungannya dengan Norma sejak bertahun-tahun yang lalu cuma sekadar lewat kartu Natal. 

Suara McSpadden wajar dan terbuka. Ia bekerja di Valley National Bank dan bisa membuktikan dengan paspor bahwa ia berada di Venezuela pada saat ia dikatakan berada di Swis atau Swedia oleh Devins. 

Sementara itu tiba keterangan dari ahli pemeriksaan tulisan dan cap pos. Kartu-kartu pos yang diperiksakan benar tulisan Norma. Tanggalnya juga asli. Jadi, Norma Wilson masih hidup di Tangiers tanggal 15 November 1968. 

Devins datang ke kantor Pengacara David Rosen and Lawrence Kates. Penerima tamunya ternyata Notaris Rochelle Rishe! Ia mengaku tidak pernah bertemu dengan Okuma Aikba. Ia menandatangani saja surat yang disodori Devins, karena percaya pada Devins yang sering berhubungan dengan Kates maupun Rosen. 

Ternyata Lawrence Kates teman baik Devins. Mereka sudah berkenalan sejak 1963. Devins menyatakan kepadanya mendapat kesulitan menjual rumah dan dua bidang tanah. Ia ingin meminjam uang, tetapi kurang kredibilitas. 

Ia bertanya, apakah Kates bisa menolong. Caranya, tanah itu ditransfer pada Kates. Ternyata Kates bisa mendapat pinjaman sebesar AS $ 56.000 untuk Devins. Kates mendapat bagian AS $ 5.000 dan AS $ 2.000 lagi untuk cicilan rumah. Cicilan itu akan dilakukan lima kali. Kalau Devins alpa mencicil, rumah itu akan menjadi milik Kates. 

Kates ternyata tahu siapa itu Joseph Mears, yaitu teman baik Devins juga. Kates juga tahu siapa itu Lois Glantz, yang tidak lain dari istri David Rosen (rekannya)! 

Burnett segera minta bertemu dengan Devins. Seperti terhadap Horrigan, terhadap Burnett pun Devins tidak pernah menepati janjinya. Burnett dipindahkan ke Special Investigations Department di Santa Ana dan bekerja sama dengan Letnan Detektif George Murphy dari SID dalam menangani kasus Norma Wilson yang diperkirakan sudah tewas dibunuh, tetapi tidak kedapatan mayatnya. 

Mereka minta bantuan polisi di Sedro , Wooley untuk memata-matai Forget yang diketahui , punya beberapa senjata dan sering kedatangan tamu malam-malam itu dan kemudian meminta Forget "diambil" dari rumahnya untuk ditanyai di kantor polisi. 

Forget mengaku kenal Devins sejak 1960. Tom Devins-lah yang memasukkannya bekerja pada Norma. 

Katanya, ia tidak mengawal Norma terus-menerus. Di Madrid perutnya sakit, karena makan shish kebab (semacam sate) terus-menerus, sehingga ia minta pulang, sambil memberi alasan istrinya sakit. 

Ia juga mengaku ditelepon Tom Devins seminggu yang lalu. Tom memberi tahu ia dicurigai, karena Norma hilang. 

Dari percakapan dengan Forget, Burnett dan Murphy mendapat kesan Forget sudah didikte oleh Devins. Mereka menggertak Forget. Mereka bilang, mereka tahu Forget membunuh Norma dan mereka akan berusaha membuktikannya, supaya Forget dihukum mati di Penjara San Quentin.

 

Dijebloskan ke penjara 

Akhirnya, Burnett berpikir yang harus ia lakukan sekarang ialah menemukan mayat Norma Wilson. 

Dengan rekannya, Steve Trott, ia pergi ke Madrid. Mereka menghubungi Interpol dan keluarga Corcoran untuk mengecek. Di Spanyol itu mereka mendapat petunjuk bahwa Norma Wilson, Robert Forget, dan Thomas Devins tanggal 14 November 1968 ditangkap, karena pelayan kamar hotel mereka menemukan sebuah pistol otomatik 380 Star. 

Mereka diancam hukuman berat, tetapi dibebaskan setelah membayar denda tinggi. Pistol itu disita. Foto di Kantor Polisi Malaga memperlihatkan wajah Bob Forget, Tom Devins, dan Norma Wilson. Ternyata Norma sekamar dengan "salah seorang pria", walaupun dalam pendaftaran ditulis bahwa Norma menginap di kamar untuk satu orang dan dua pria di kamar untuk berdua. 

Diketahui juga bahwa mereka datang untuk bisnis, tetapi tidak pernah menyebut-nyebut Swedia atau Swis. Dalam koper mereka tidak ditemukan uang dan Norma Wilson juga tidak menyimpan sesuatu di safety box. 

Burnett juga mendapat kabar dari Interpol di Bern, Swis, bahwa Norma Wilson dan Tom Devins tercatat sebagai tamu di Hotel Astor di Zurich tanggal 21 November 1968. 

Burnett dan Trott pergi ke Swis dan menemukan keterangan bahwa Thomas Devins menginap sendirian semalam tanggal 23 November 1968 di Richmond Hotel di Jenewa dan berangkat keesokan harinya dengan Swissair ke New York. Diketahui dari tempat itu Devins menelepon ke Sedri Wooley di AS. 

Norma Wilson juga diketahui tidak tinggal di Jenewa tanggal 23 November dan sesudahnya. Namun ia diketahui tidak meninggalkan Jenewa dengan pesawat, kereta api, maupun mobil sewaan. 

Padahal Norma Wilson diketahui meninggalkan Locarno dengan Devins tanggal 22 November. Menurut perusahaan penyewaan mobil Avis, mereka menuju ke Jenewa. Devins tiba di kota itu tanpa Norma. Jejak Norma Wilson berakhir entah di bagian mana dari Pegunungan Alpen yang tinggi dan sepi .... 

Keesokan paginya Burnett dan Wilson terbang ke Portugal untuk mencari keterangan tentang Thomas Devins dan Norma Wilson. Interpol mengungkapkan Devins maupun Norma diketahui tidak pernah tinggal di hotel mana pun di Lisabon selama dua tahun terakhir ini. Mereka minta bertemu dengan Okuma Aikba dari Konsulat Biafra, yang menurut polisi diragukan fungsinya sebagai konsulat. Di konsulat mereka mendapat keterangan bahwa tidak ada orang yang bernama Okuma Aikba.

 

Forget ingin berbicara 

Sementara itu Burnett mendapat kabar mengenai VW kombi yang disewa Devins. Kombi itu sudah pindah tangan beberapa kali. Namun berkat pemeriksaan dengan Benzidin ditemukan bekas-bekas darah di tempat lengan dekat pintu kanan, di tempat duduk kanan, di depan dan belakangnya, dan di dasbor kanan. 

Bekas yang sama ditemukan di bagian lengan tempat duduk pengemudi. Padahal para pemilik kombi itu menyatakan tidak pernah membawa binatang luka dengan mobil itu dan bekas itu sudah ada ketika mereka membelinya. 

Suatu hari seorang bekas teman sekolah Burnett yang bekerja di bagian tahanan mengabarkan: salah seorang tahanan bercerita kepada teman-teman seselnya bahwa ia tahu orang yang memiliki sebuah zamrad besar. Orang itu keturunan Prancis - Kanada dan zamrud itu tadinya milik seorang wanita kaya yang lenyap di Eropa. 

Burnett minta temannya menempatkan tahanan itu di sel terpencil, seorang diri saja. Lalu Burnett sendiri masuk, tanpa senjata. Setengah jam kemudian Burnett keluar lagi. 

Tiga jam kemudian tahanan itu dibebaskan dengan bersyarat. Sorenya ia mendatangi Forget di rumahnya. Ia mencabut senjata dan menodongkannya ke telinga Forget seraya berbisik, "Kau bicara dengan Burnett perihal zamrud dan wanita tua itu. Kalau tidak, kuledakkan otakmu. Kalau kau kabur, kukejar kau, Bobby!" 

Tidak lama kemudian Burnett dipanggil atasannya. Robert Forget ingin bicara dengannya. 

Robert Forget duduk dengan gelisah di ruang no. 113. Seorang wanita siap mencatat omongannya. Forget bercerita: 

Tom Devins tadinya bekerja sebagai salesman pada Archer Real Estate di Sunset Boulevard. Suatu kali Archer pergi liburan. Devins disuruh menggantikannya sebentar. Pada saat itulah datang Norma Wilson yang bermaksud menanamkan modal. Tom lantas buru-buru meminta lisensi sebagai pialang realestat, supaya bisa menangani Norma Wilson tanpa sepengetahuan Archer. 

Ia berhasil memperolehnya dan berhenti dari Archer. Ny. Wilson menyukai Tom Devins dan Devins membuka kantor di gedung milik Norma Wilson. Norma malah menjadikannya manajer gedung perkantoran La Cienega. Ini berlangsung sejak beberapa tahun yang lalu. 

Awal November 1968 Forget menerima telepon dari Devins. Devins mengajak Forget membebaskan Moise Tsombe dari Aljazair dan membawanya ke Swis. Devins ditawari upah AS $ 50.000. Forget boleh mendapat separuhnya kalau usaha mereka berhasil. Forget minta uang muka AS $ 1.000, sebab di masa yang lalu ia pernah dimintai jasa tanpa dibayar. 

Di Montreal mereka bertemu dengan Norma yang mempunyai keperluan bisnis. Tidak benar Forget diberi AS $ 5.000 oleh Norma untuk menjadi pengawal pribadinya. 

Norma tidak pernah memberinya uang. Devins-lah yang menyuruh Forget mengaku menjadi pengawal Norma dengan bayaran sekian. Selama perjalanan, uang dipegang oleh Devins dalam aktentas yang mempunyai sampul besar di dalamnya. 

Forget menanyakan perihal urusan Moise Tsombe ketika mereka sudah ada di Madrid. Devins menjawab: tunggu saja. Suatu hari ketika Norma pergi berbelanja, Forget diberi tahu Devins bahwa urusan Tsombe merupakan tahap kedua. Tahap pertama yang harus mereka lakukan ialah membunuh Norma! 

Alasannya, karena pengacara Norma tahu Devins berbuat kurang benar dengan surat-surat berharga milik Norma dan mendesak Norma untuk bertindak. Forget menolak. 

la ingin memberi tahu Norma, tetapi Norma pasti tidak percaya. la ingin memberi tahu pejabat asing setempat, tetapi ia sendiri terlibat perkara. Ia diberi pistol otomatik 380 Star. Karena takut dibunuh sebab sudah mengetahui rencana Devins, maka pistol itu ia taruh di bawah bantal, supaya gampang disambar malam hari. 

Ketika ketahuan memiliki pistol, karena benda itu tertinggal di bawah bantal, mereka ditahan semalaman. Di pengadilan, Devins bilang ia kenal Jenderal Franco yang memerintah Portugal, ia teman pribadi Moise Tsombe, dan kenal dubes AS untuk Madrid. Jadi, mereka cuma didenda.

 

Perhiasan Norma dibuang 

Di Tangiers Devins meminta Forget membunuh Norma, tetapi angin di padang pasir kencang sekali. Rencana terpaksa batal. Menurut Devins, tidak ada yurisdiksi yang memungkinkan mereka dituntut di AS. Saat itu Forget sudah tidak punya senjata, sedangkan Devins punya pistol 9 mm. Akhirnya, Forget diperbolehkan juga pulang. Ia diantar oleh Devins dan Norma Wilson ke Bandara Tangiers. 

"Saya ditelepon beberapa hari kemudian oleh Devins yang mengaku ada di Swis. Katanya, semua sudah beres. Beberapa minggu kemudian saya ditelepon lagi, disuruh mengambil uang, walaupun saya tidak melakukan apa-apa. Karena tidak punya uang, saya datang. Dari tempat sarung tangannya di Mercedes 280 SL-nya ia mengambil saputangan.” 

“Paspor Norma jatuh. Saya memungutnya. Dalam saputangan itu ada zamrud yang dipakai Norma. Saya dengar besarnya 9 karat, seharga AS $ 30.000. Ia minta saya membuangnya, entah dengan menguburnya dalam beton atau membuangnya dari dermaga Malibu. Ia juga memberi saya seuntai mutiara dan arloji intan. Saya memasukkannya ke dalam kaleng bir.” 

Katanya, karena mimpi yang bukan-bukan, intan dan mutiara itu ia taburkan di Mt. Baker Highway dan zamrud itu dibuangnya ke kolam dari South Akagit Highway. 

"Sesudah itu saya mendapat uang AS $ 10.000. Devins bilang, sisanya nanti saja," cerita Forget. 

Forget mula-mula mengaku tidak tahu di mana Norma Wilson dibunuh dan di mana mayatnya. Kemudian ia mengaku Devins menceritakan Norma ditembak dari belakang kepala, sehingga mukanya rusak. 

Tubuhnya dipotong-potong dan dikuburkan di pelbagai tempat antara Locarno dan Jenewa. Devins kemudian yang memperingatkan bahwa Forget dicari polisi dan mengajarkan apa yang harus dilakukannya. 

Pakaian Norma, menurut Forget kepada Burnett, dimasukkan oleh Devins ke kotak karton, lalu ditinggal di sebuah stasiun. 

Demikian cerita Forget. Burnett menyuruh Murphy membawa Forget ke tempatnya menyebar-nyebarkan harta Norma. Sementara itu Trott menyelidiki kemungkinan untuk menuntut Devins melakukan pembunuhan tanpa menunjukkan bukti mayat. 

Dalam pembunuhan Norma Wilson yang mereka punyai hanya pengakuan Forget. Itu pun kalau Forget bisa dipercaya. Senjata yang dipakai membunuh masih perlu dicari. Darah di kombi tidak bisa dibuktikan darah Norma.

 

Si Rubah

Trott berusaha mendapat surat untuk menggeledah safe deposit box milik Devins di bank cabang Security Pacific National Bank. Siapa tahu di situ disimpan pistol, dokumen, atau perhiasan yang ada hubungannya dengan Norma Wilson. 

Kemudian polisi juga tahu bahwa Okuma Aikba tidak lain dari Devins sendiri. Rochelle Rishe, notaris merangkap penerima tamu di kantor Pengacara Kates and Rosen belum pernah melihat Aikba. " 

Ketika akhirnya Burnett memperoleh hak membuka safe deposit box milik Devins di bank, ternyata isinya cuma sepotong kertas: "Sorry ... The Fox" (Maaf ... Si Rubah). 

Siapakah yang selama ini selalu membocorkan maksud mereka kepada si Rubah? Stoner (atasan Burnett) ataukah Murphy? 

Ketika kembali ke kantor, Murphy menunjukkan pistol 9 mm milik Devins, yang didapatnya dari dr. Malzacher, yaitu mertua Devins. Sang menantu menitipkan pistol itu. Murphy juga ingat bahwa menurut Forget, Devins pernah menyombongkan diri: Ia bisa mengelabui polisi. Pistol itu sesudah ditembakkan diganti larasnya dengan yang baru. 

"Bandit!" maki Burnett. Artinya, kalau sampai tubuh Norma Wilson ditemukan, maka peluru yang ada di tubuh itu tidak cocok f'102 ciri-cirinya dengan yang ditembakkan dari laras yang baru. 

Namun, tempat pembelian senjata itu diketahui. Devins membelinya tidak lama sebelum ke Eropa. 

Dari Interpol di Washington Burnett mendapat keterangan bahwa kalau laras pistol itu diganti, ada ciri-ciri yang bisa membuktikan ketidak orisinalannya. 

Menurut mata-mata polisi, Devins sudah membeli kapal pesiar. Burnett didesak waktu untuk menangkap Devins, sebab setiap saat ia bisa kabur sekarang.

 

Kabur saat wawancara 

Kemudian datanglah telepon dari Swis. Polisi sudah menemukan pakaian Norma Carty Wilson. Pakaian itu betul dititipkan di stasiun dalam kotak kartun besar. Pakaian itu terdiri atas mantel bulu mink putih yang penuh darah manusia. Yang paling banyak di bagian muka. 

Tipe darahnya A (sama seperti tipe darah Norma). Selain itu ada celana dalam, dan kaus kaki. Benda-benda itu juga penuh darah dan bekas dipotong dengan pisau. Masih ada pakaian yang juga penuh darah dan BH. Di pakaian itu banyak daun, rumput, dan potongan kayu, mungkin diseret di tanah antara rerumputan dan tanaman. 

Inspektur Ren Tomkins dari Jenewa datang untuk membawa pakaian itu dan memberi kesaksian di Los Angeles. 

Tetapi saat itu Devins sudah lenyap melarikan diri. Setelah kucing-kucingan dengan polisi, Devins berhasil juga ditangkap ketika sedang berbelanja di sebuah toserba di Washington. Devins dituduh membunuh Norma Carty Wilson dengan menembaknya di belakang kepala, pada tanggal 23 November 1968 pagi. 

Akhirnya, dua tahun setelah pengusutan dimulai, Thomas Utter alias Thomas Devins diajukan ke pengadilan. 

Setelah adu kecerdikan di pengadilan antara Devins, pengacaranya, dan yang berwenang, Devins dinyatakan bersalah melakukan pembunuhan terhadap Norma Carty Wilson. Ketika itu tanggal 8 Desember 1970. Ia dijatuhi hukuman seumur hidup. 

Namun tanggal 29 Maret Mahkamah Banding Kalifornia mengubah hukuman itu dengan alasan bukti-bukti kurang. Menurut Mahkamah, Devins seharusnya diadili di Swis. la cuma harus menjalani hukuman karena merampok dan mencuri. 

Tanggal 9 Januari 1974, Steve Trott menerima berita dari Interpol Swis. Seorang warga negara Swis yang sedang mencari jamur di Pegunungan Alpen, menemukan rahang manusia yang sebagian terkubur. Ketika diakurkan dengan foto sinar X yang ditinggalkan Burnett, ternyata itu milik Norma Carty Wilson. 

Devins diusahakan akan diekstradisi ke Swis. Namun tanggal 30 Maret 1974, ia kabur. Ketika itu ia diberi kesempatan mewawancarai orang untuk koran penjara. 

Devins disertai Beth Greenhouse, lulusan New York University dan putri pengusaha bangunan yang kaya raya dari New York. Mereka bertemu ketika Beth mengunjungi teman di penjara itu. Ia terpesona oleh Devins dan meminta jasa pengacara terkenal Melvin Belli untuk membebaskan Devins.

 

Minta suaka politik 

Devins kemudian ketahuan berada di Vichy, Prancis, dan hidup bersama Beth di rumah teman dekat orang tua wanita itu. Namun Devins mencuri perhiasan senilai AS $ 700.000 dari istri pemilik rumah, lalu kabur ke Australia. 

Ia ditangkap di Bandara Sydney dengan tuduhan memasuki negara itu dengan paspor palsu atas nama Leo Schultz. Beth Greenhouse yang bersama Devins ke Australia, meminta jasa pengacara terkemuka Australia, Bruce Miles, agar Devins tidak diekstradisi. 

Di hadapan pengadilan Australia, Miles berdalih bahwa Devins mencari suaka politik. la melarikan diri dari penindasan oleh para anggota yang korup di Kantor Kejaksaan Los Angeles. 

Kalau Devins kembali ke Kalifornia, kata Beth Greenhouse, ia akan dibunuh karena tahu terlalu banyak. 

Sementara itu Interpol mengetahui bahwa perhiasan Madame Chonac yang dicuri Devins sudah dijual di Australia kepada tukang tadah. 

Sudah lama Devins tahu bahwa melarikan diri dari penjara termasuk kejahatan yang tercantum dalam pejanjian ekstradisi antara Australia dan AS. Jadi, polisi Sydney mengambil kebijaksanaan pragmatis. Devins dimuatkan ke pesawat yang membawanya ke Los Angeles. Sementara itu diam-diam mereka menelepon ke kantor Trott. 

Tanggal 11 Oktober" ["url"]=> string(64) "https://plus.intisari.grid.id/read/553305589/si-rubah-minta-maaf" } ["sort"]=> array(1) { [0]=> int(1654265868000) } } [1]=> object(stdClass)#57 (6) { ["_index"]=> string(7) "article" ["_type"]=> string(4) "data" ["_id"]=> string(7) "3304506" ["_score"]=> NULL ["_source"]=> object(stdClass)#58 (9) { ["thumb_url"]=> string(113) "https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/750x500/photo/2022/06/03/dijemput-seorang-wanita-mungil_y-20220603021201.jpg" ["author"]=> array(1) { [0]=> object(stdClass)#59 (7) { ["twitter"]=> string(0) "" ["profile"]=> string(0) "" ["facebook"]=> string(0) "" ["name"]=> string(13) "Intisari Plus" ["photo"]=> string(0) "" ["id"]=> int(9347) ["email"]=> string(22) "plusintisari@gmail.com" } } ["description"]=> string(137) "Pada malam Natal, Carmentt menjemput Geoffroy di penjara. Ia mendapatkan cuti Natal selama 50 jam. Namun mereka berdua menikah dan kabur." ["section"]=> object(stdClass)#60 (7) { ["parent"]=> NULL ["name"]=> string(8) "Kriminal" ["description"]=> string(0) "" ["alias"]=> string(5) "crime" ["id"]=> int(1369) ["keyword"]=> string(0) "" ["title"]=> string(24) "Intisari Plus - Kriminal" } ["photo_url"]=> string(113) "https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/945x630/photo/2022/06/03/dijemput-seorang-wanita-mungil_y-20220603021201.jpg" ["title"]=> string(30) "Dijemput Seorang Wanita Mungil" ["published_date"]=> string(19) "2022-06-03 14:12:25" ["content"]=> string(43472) "

Intisari Plus - Pada malam Natal, Carmentt menjemput Geoffroy di penjara. Ia mendapatkan cuti Natal selama 50 jam. Namun alih-alih kembali tepat waktu, mereka berdua menikah dan kabur.

-------------------------

Penjara federal di St. Vincent de Paul dekat Montreal, Kanada, berdiri angker seperti sebuah puri. Letaknya di atas bukit, dikelilingi tembok batu yang kokoh. Di atas dinding tembok itu masih ada pagar besi dan di atas pagar besi itu ada kawat berduri. Bentuk atapnya segi delapan dan di tiap ujung segi itu ada menara, tempat pengawal bersenjata bedil mengawasi ke bawah.

Suatu hari, sebelum Natal 1971, padang terbuka sekeliling penjara itu kelihatan putih oleh salju, sedangkan langit tampak kelabu kotor. Angin menderu-deru menerpa tembok yang tebal.

Pagi-pagi hari itu, sebuah mobil berhenti di muka pintu penjara. Pengemudinya tetap duduk di belakang setir dan mesin mobil tidak dipadamkan. Seorang wanita turun membuka pintu. Wanita itu kecil langsing, padahal mantelnya tebal, sehingga ia seperti tenggelam dalam pakaiannya. Matanya tampak tegang.

Pintu itu membuka ke sebuah kamar tunggu. la segera mendekati sebuah jendela kecil. Di belakang jendela itu duduk seorang penjaga, sedangkan di belakangnya terdapat pintu-pintu yang terkunci kuat.

"Nama Anda?" tanya penjaga pada wanita bertubuh kecil itu. 

"Carment Parent." 

"Nama narapidana yang ingin ditemui?" 

"Joseph Yves Geoffroy." 

Penjaga itu menuliskan nomor yang disebutkan si wanita di secarik kertas. 

"Silakan simpan tas Anda dilaci," katanya seraya menunjukkan dengan gerakan kepala sederet laci di sebelah kiri si wanita. 

"Tidak."

Penjaga itu terkejut. Untuk pertama kalinya ia memandang wanita itu dengan penuh perhatian. 

"Saya tidak akan masuk. Ia yang akan keluar." 

"Dibebaskan maksud Anda? Pada hari Jumat begini? Pada malam Natal?" tanya penjaga tidak percaya. 

"Tidak. Ia boleh cuti Natal selama 50 jam." 

Pengawal itu merengut, seakan-akan tidak setuju dengan cuti semacam itu. Wanita itu memegang tasnya erat-erat ketika pengawal menelepon ke dalam.

Pintu besi terbuka. Yves Geoffroy melangkah ke luar. Umur nya 38 tahun. Ia pendek, hanya lebih tinggi sedikit dari wanita kecil itu. Tubuhnya kekar dan wajahnya bundar. Matanya tampak berseri-seri. Ini untuk pertama kalinya sejak hampir dari 14 bulan ia keluar dari pintu itu.

Di belakangnya ada Direktur Bagian Kunjungan dan Surat-menyurat Monsieur Alain Moreau. Di penjara Geoffroy bekerja sebagai juru tulisnya. Berkat bantuan Moreau, Geoffroy sekarang boleh cuti.

Moreau membuka pintu yang menuju ke kamar tunggu.

"Selamat hari Natal," katanya kepada Carment.

Ketika Geoffroy sudah berada di ruang tunggu pula, ia menjangkau kedua belah tangan wanita itu. 

"Carment," katanya dengan suara hangat. Kemudian ia berpaling kepada Moreau, berkata sambil tertawa, "Sampai bertemu 50 jam lagi, Pak dan tidak semenit pun lebih awal."

 

Kawin

Pasangan itu melangkah ke luar untuk masuk ke mobil yang dikendarai oleh Philip Leclerc, bekas teman sekolah Geoffroy. Mobil meluncur menuju Gereja St. Vincent de Paul, yang letaknya tidak sampai 1 km dari penjara. Ketiga orang itu masuk menemui imam. Carment sudah mengatur agar hari itu mereka diresmikan sebagai suami-istri.

Sesudah upacara pernikahan dan menerima wejangan dari Pastor Tetterin, Philip Leclerc mengantarkan pasangan itu ke daerah pinggiran Kota Montreal, Longueuil. Mobil berhenti di sebuah rumah kecil di Ste. Catherine Street, yaitu tempat Carment tinggal. Leclerc pun minta diri.

Siang hari, sehabis makan, Carment memasuk-masukkan pakaian mereka ke koper, sedangkan Geoffroy menulis surat. Pukul 19.00 sebuah taksi datang menjemput dan Geoffroy berkata kepada sopir, "Dorval Airport."

Mereka meminta taksi berhenti di pintu bandara no. 4, yaitu pintu untuk para penumpang British Overseas Airways. Namun setelah taksi pergi, mereka tidak masuk ke pintu itu, melainkan ke pintu no. 3, untuk penumpang BOAC. "Dua untuk London dengan BOAC flight no. 1600 pukul 22.00, lalu disambung dengan British European Airways flight 782 untuk Oslo. Tiket untuk kembali masih open. Betul?" kata petugas.

Carment mengangguk dan seperti diajarkan oleh Geoffroy ia berkata, "Suami saya sedang membeli koran dulu."

Petugas kemudian mengembalikan tiket. "Ini tiket Anda, selamat hari Natal." 

Geoffroy menunggu di belakang tiang sambil membaca koran. Kerah mantelnya dinaikkan, sehingga menutupi sebagian wajahnya.

Di pesawat mereka duduk diam-diam. Rasanya lama sekali sebelum pintu pesawat menutup. Pesawat menggelinding, tetapi berhenti di ujung landasan dan berbelok lagi ke terminal.

"Ibu-ibu dan Bapak-bapak," terdengar suara pilot, "karena gangguan salju kita harus kembali." 

"Wah, jangan-jangan mesti menginap di sini," kata seorang pria yang duduk dekat jendela. 

Carment sangat gelisah. "Yves," bisiknya. "Jangan-jangan mereka memergo ...." 

"Tidak," jawab Geoffroy tegas. "Tenang saja. Tidak ada yang mencari kita. Ayo, lihat saja brosur-brosur ini.”

Empat puluh menit rasanya lama sekali. Akhirnya, mereka jadi juga terbang. 

Geoffroy dan Carment bercakap-cakap dalam bahasa Prancis, sehingga pria di sebelah Geoffroy yang duduk dekat jendela tidak tahu apa yang dipercakapkan pasangan itu. Ia hanya tahu mereka melihat-lihat folder perjalanan tentang Norwegia. 

Ketika Carment terlelap di bahu Geoffroy, pria pendek kekar itu duduk tetap tegak dengan mata terbuka lebar.

 

Louise jadi rewel 

Geoffroy berasal dari keluarga kelas menengah baik-baik di Montreal. Seorang saudara laki-lakinya menjadi dokter, saudara yang lain menjadi ahli kacamata. Geoffroy sendiri ahli hukum lulusan University of Montreal. 

Teman sekelasnya antara lain Jean-Pierre Goyer, yang saat itu menjadi jaksa agung Kanada. Teman sekelasnya yang seorang lagi ialah Philip Leclerc, yang juga tokoh politik di Kanada.

Geoffroy memilih bidang perdata dan berkantor di Montreal Utara. Selain memberi nasihat-nasihat hukum, ia juga melakukan jual-beli.

Istrinya, Louise Cote, berasal dari keluarga terkemuka, cantik, dan langsing. Mereka tinggal di Lac Noir, dekat Joliette, yang letaknya hampir 100 km dari Montreal. Louise memiliki usaha sendiri di bidang penjualan alat-alat dapur dan hiasan kue. 

Tahun 1963, ketika Geoffroy berumur 30 tahun, lahirlah putra sulung mereka, diikuti dua anak lagi. Semuanya laki-laki. Namun bisnis Geoffroy mandek. Mereka tidak sampai gulung tikar, tetapi keadaannya payah. Kemudian rumah mereka di Lac Noir terbakar, sehingga mereka perlu membangun rumah baru di situ. 

Pada umur 35 tahun tiba-tiba Geoffroy merasa khawatir. Usahanya payah dan pernikahannya pun goyah. Ia melihat hidupnya kosong dengan menyongsong hari tua. 

Ia merasa kasihan kepada dirinya sendiri dan merasa tidak betah berada dekat istrinya yang juga risau. Si istri sebaliknya tambah merasa tergantung kepada Geoffroy. Ia kehilangan semangat mengurusi tokonya dan menjadi penuntut: minta uang, minta pakaian, minta perhatian, dan sering marah. 

Ketidakserasian itu akhirnya mengakibatkan Louise melarikan diri ke minuman keras. Geoffroy makin segan berdekatan dengan istrinya. Ia makin sering tidak pulang dari kantornya. Ia memang mempunyai kamar tidur di sana.

Ketika pergi ke Expo 67 tanggal 8 Agustus 1968, Geoffroy yang berumur 34 tahun diperkenalkan kepada seorang guru fisika berusia 24 tahun, Carment Parent. Wanita muda itu tidak secantik Louise, tetapi lembut, hangat, tidak banyak bicara dan tenang.

Ketika seorang penjual bunga lewat, secara spontan Geoffroy menghentikannya, mengambil setangkai mawar, dan menyerahkannya dengan dua belah tangan kepada Carment yang menjadi gugup. 

Carment merasa bunga itu mawar paling indah yang pernah dilihatnya. Tajuk-tajuknya yang merah jambu itu baru saja mulai merekah. Ia juga menangkap sinar mata lembut dari pria yang sudah matang itu.

Ternyata mereka merasa cocok dan Geoffroy bertanya apakah ia boleh berkunjung. Akhirnya, Geoffroy sering datang. Mula-mula mereka hanya menonton konser dan makan malam, namun kemudian Geoffroy juga menginap.

Sementara itu Louise bertambah kurus dan sering sakit. Untuk menarik perhatian Geoffroy ia berkata ia punya kekasih, seorang Inggris bernama Dwight yang bekerja pada Air Canada. Sebaliknya dari cemburu, Geoffroy malah merasa kebetulan. 

Hampir saja ia tidak bisa menahan diri untuk menceritakan bahwa ia juga punya kekasih. (Kemudian ternyata Dwight itu cuma tokoh rekaan Louise).

Dalam buku hariannya Geoffroy menulis, "Kalau ia mau berlaku gila-gilaan, saya akan menolongnya. Orang akan menyalahkan dia, karena ia yang mulai serong lebih dulu, bukan saya. Lagi pula dalam hal seperti itu, masyarakat cenderung lebih menyalahkan wanita daripada pria."

Mereka pun hidup saling menyakiti. Suatu ketika Geoffroy menyewa detektif untuk memergoki kekasih Louise, ternyata tidak ada. Kadang-kadang Louise siap bercerai, tetapi di saat lain ia mundur lagi.

Geoffroy makin sering menemui Carment, sedangkan Louise makin kurus. Dokternya memberi suntikan-suntikan vitamin, tetapi Geoffroy menyuruh hentikan, sebab tidak perlu, katanya.

 

Bukan karena asap

Tanggal 12 November 1969, pukul 03.20 dinihari, dr. Henri-Paul Lessard ditelepon oleh Geoffroy. 

"Cepat datang! Terjadi sesuatu yang mengerikan. Saya kira istri saya mati lemas."

Dua puluh menit kemudian Lessard sudah berada di kamar pasiennya. Louise telentang di ranjang bekas terbakar. Jendela-jendela terbuka ketika itu dan udara dingin masuk ke dalam. 

Wajah Louise memar dan rambut pendeknya acak-acakan. Di lehernya ada bercak merah, di dadanya ada tanda bekas cakaran dan sebelah payudaranya terbakar.

Kata Geoffroy, ia pulang dari Montreal pukul 01.00 dan pergi tidur. Sudah dua bulan ia pisah kamar dengan istrinya. Ia tidak menjenguk ke kamar si istri.

Pukul 03.00 ia terbangun karena ingin buang air kecil. Ketika itu diciumnya bau asap. Ia membuka kamar Louise dan kamar itu ternyata penuh asap. Louise dilihatnya tergeletak di lantai, ranjang terbakar, dan televisi masih menyala.

Dokter memperhatikan wajah Geoffroy yang kelihatan cukup tenang. Kata Geoffroy, ia mengambil alat pemadam api untuk memadamkan api di ranjang.

Lalu dibukanya jendela untuk mengeluarkan asap. Istrinya diangkatnya ke ranjang dan pesawat TV ia matikan. Gigi palsu istrinya keluar separuh dari mulut. Benda itu ditaruhnya di ranjang. 

Karena Louise tidak bergerak, ia membuka kelopak mata istrinya dan bola mata istrinya itu tidak bergerak. Ia mengira asaplah yang menewaskan istrinya. Setelah itu diteleponnya Lessard.

Di bibir mayat ada darah dan di seprai pun ada bercak-bercak darah. Sebuah buku terbuka di meja kecil di samping ranjang dan dekat buku itu ada botol Valium. Dokter menganjurkan agar polisi ditelepon. Geoffroy bertanya, "Apa perlu? Saya lebih suka kalau tidak dilakukan autopsi. Saya khawatir kalau kabar-kabar tentang hal itu akan mengganggu putra saya, Philippe, yang kini sudah bersekolah."

Seorang wanita teman Louise dimintai tolong untuk membawa pergi anak-anak Louise dari rumah itu dan merawat mereka sementara.

Polisi datang bersama dokter ahli forensik. Sementara dokter memeriksa Louise, polisi menanyai Geoffroy. Mereka merasa sulit untuk percaya bahwa Louise tewas begitu cepat akibat kebakaran kecil itu. Selain itu tanda memar dan luka-luka pada Louise dari mana datangnya?

Sore itu juga hasil autopsi menyatakan bahwa Louise sudah tewas pada saat kebakaran terjadi. Ia dibunuh. 

 

Geoffroy tidak pulang

Sudah banyak orang tahu bahwa Geoffroy sering cekcok dengan Louise. Jadi, otomatis ia dicurigai. Ternyata bekas darah pada bantal Louise bukanlah darah korban, melainkan darah golongan A, Rh-positif, sama seperti darah Geoffroy. 

Telunjuk dan jari tengah Geoffroy memang luka. Menurut Geoffroy, luka itu diperoleh ketika membuka makanan kaleng, tetapi pihak yang berwenang memperkirakan bekas gigitan Louise.

Geoffroy dituduh membunuh istrinya. Selama setahun ia masih bisa hidup di luar dengan Carment dan putra bungsunya. Namun tuduhan terhadapnya begitu kuat, sehingga pembelanya tak berdaya, meskipun Geoffroy bersikeras ia tidak bersalah. 

Juri memutuskan Geoffroy bersalah dan hakim menjatuhkan hukuman penjara seumur hidup padanya. Ia dimasukkan ke Penjara St. Vincent de Paul awal November 1970. Carment menjenguknya dengan setia.

Geoffroy tidak sama dengan penghuni penjara lain. Ia dipandang dengan segan dan mendapat pekerjaan administrasi. Hasil kerja dan kelakuannya sangat memuaskan. Di samping itu di penjara ia juga menyiapkan permintaan naik banding. 

Natal tinggal setengah tahun lagi. Sekitar 400 narapidana akan diperbolehkan ‘cuti’ selama tiga hari. Karena Geoffroy menunjukkan dirinya sebagai narapidana teladan dan bisa memberi alasan kuat, ia boleh cuti 50 jam untuk merayakan Natal di luar.

Sebelumnya Geoffroy minta izin untuk menikah dengan Carment. Alasannya, dua kakaknya menderita penyakit jantung yang hebat. Kalau mereka sampai meninggal, siapa yang akan merawat ketiga anaknya yang masih kecil-kecil itu dengan baik? 

Carment bersedia, namun tentu tidak diperkenankan oleh negara. Kalau saja mereka bisa menikah, Carment mempunyai hak untuk merawat anak-anaknya.

Kepala Bagian Kunjungan dan Surat-menyurat Alain Moreau merasa bersimpati terhadap Carment yang dilihatnya sering berkunjung. Ketulusan wanita itu terhadap si narapidana teladan tidak diragukan lagi. Karena itulah ia mau menolong Geoffroy dalam mengajukan permohonan untuk menikah.

Pihak berwenang di Ottawa pun merasa simpati ketika mewawancarai Carment yang memang tulus dan polos. Tanggal 3 November permohonan Geoffroy dikabulkan. Sebagai langkah berikutnya, Geoffroy minta cuti pada hari Natal, dan ingin menikah di saat itu. Sekali ini pun permintaannya diluluskan, karena ia dianggap bisa dipercaya. 

Begitulah, pada malam Natal 1971, Geoffroy meninggalkan penjara, menikah dengan Carment dan terbang ke London. Keesokan paginya mereka sudah berada dalam pesawat yang menuju ke Oslo.

Hari Minggu, pukul 10.00, mestinya Geoffroy sudah kembali ke penjara. Mengapa ia tidak muncul? pikir petugas penjara. Ah, paling-paling ia teralang oleh cuaca. Ketika ia belum kembali juga, dikirimlah laporan pada polisi Propinsi Quebec.

 

Minta jasa interpol

Tiga hari setelah hari Minggu, kantor pos baru mulai bekerja lagi. Alain Moreau mendapat surat yang cap posnya tidak terbaca, tetapi dari Kanada juga.

Longueuil, 24 Desember 1971 

Bapak Moreau yang terhormat. Kalau Anda membaca surat ini, Anda sudah tahu bahwa saya tidak menepati janji saya. Saya minta maaf sebesar-besarnya. Sulit sekali bagi Carment dan saya untuk menepati janji kami. Saya tidak minta Anda menyetujui apa yang saya lakukan, tapi harap Anda mengerti bahwa menunggu sia-sia membuat kami gila.

Jawaban hakim atas surat saya menginsafkan saya bahwa harapan bagi saya sudah tidak ada. Saya tidak bersalah dan ingin menikmati sedikit tahun yang tersisa dari masa muda saya. Jadi, saya pergi.

Terimalah terima kasih yang setulus-tulusnya dari Carment dan saya untuk semua kebaikan Anda selama ini. Anda selalu bertindak sebagai ‘gentleman’ dan saya harap saya juga bisa bersikap demikian. 

Wasalam, 

      Yves Geoffroy

Jelaslah bagi Moreau bahwa Geoffroy tidak akan kembali. Karena ia sudah lima hari meninggalkan penjara, mungkin sekarang ia sudah berhasil kabur keluar dari Provinsi Quebec.

Polisi provinsi melapor ke pusat. Segera keluar perintah ke seluruh negara untuk menangkap Yves Geoffroy yang buron. Surat perintah dan gambaran tentang Geoffroy pun masuk ke dalam komputer di Pusat Informasi Polisi Kanada. Dalam surat perintah itu disertai pula keterangan tentang Carment dan tentang situasi. 

Informasi ini pun tiba ke Pusat Nasional Intelijen Kejahatan di Washington D.C., AS. Di sini informasi itu dimasukkan pula ke komputer supaya mudah dicari.

Philip Leclerc ditanyai. Ternyata ia tidak tahu-menahu. Malah namanya dirugikan, karena dihubungkan dengan kaburnya Geoffroy.

Polisi menyelidiki, kalau-kalau Carment Parent memiliki atau membeli mobil untuk dipakai kabur. Ternyata ia tidak pernah mempunyai mobil dan tidak ada tanda-tanda membeli mobil. 

Kementerian Dalam Negeri mengeluarkan paspor untuk Carment Andree Parent tanggal 29 Juni 1971, tetapi tidak mengeluarkan paspor untuk Geoffroy. Kedubes-kedubes ditanyai, tetapi tidak pernah menerima kedatangan kedua orang itu. 

Para petugas perbatasan Amerika juga tidak merasa pernah melihat kedua orang itu. Daftar penumpang pesawat terbang, bus, dan kereta api diperiksa, hasilnya nihil. "Mungkin mereka tidak meninggalkan Kanada," kata Inspektur Raymond Ebert. Atasannya, Inspektur John Burris, tidak mau percaya begitu saja.

Salah seorang tetangga Carment Parent yang ditanyai memberi keterangan bahwa Carment pernah mengajar di Afrika. Sementara itu diketahui pula bahwa saudara perempuan Geoffroy belum lama ini pergi berlibur ke Meksiko. Mungkinkah mereka ke sana?

Inspektur Burris dari Bagian Penyidikan Kejahatan memerintahkan agar status simpanan uang Carment Parent diperiksa. 

"Periksa, apakah ada uang yang ditransfer, apakah ia membeli cek perjalanan, dsb.," pesannya.

Tidak lama kemudian Kopral Fresnard memberi laporan: Tanggal 16 Desember, Carment Parent membeli cek perjalanan American Express di bank dekat rumahnya dengan seluruh uangnya.

Polisi segera menghubungi American Express di New York City untuk memberi tahu nomor-nomor cek perjalanan yang dibeli Carment dan meminta agar memberi tahu kalau cek-cek itu sudah diuangkan dan di mana diuangkannya. 

Bank itu mempunyai sistem komputer yang luas, yang mengawasi cek perjalanan mereka yang beredar di seluruh dunia. Maksudnya, agar mereka bisa mengganti cek yang oleh pemiliknya dilaporkan hilang atau dicuri dan melacak pemunculan cek yang dicuri atau hilang itu.

Setelah itu Burris menghubungi Interpol. Buris, Kepala Bagian Penyidikan Kejahatan, juga mengepalai Interpol Ottawa.

Interpol (International Criminal Police Organization) merupakan organisasi dunia yang independen, hampir sama seperti PBB. Gedung Sekretariat Jenderalnya ada di puncak bukit di St. Cloud, dekat Paris, Prancis. 

Ke St. Cloud inilah keterangan mengenai Yves Geoffroy dan istrinya yang kini menjadi buronan disampaikan dengan kode Morse. Segeralah polisi di seluruh dunia yang menjadi anggota Interpol (kini lebih dari 125 negara termasuk Rumania dan Yugoslavia) dikabari.

 

Disimpan di ikat pinggang 

Sekarang kita ikuti jejak Geoffroy dan istri barunya. Mereka tiba dengan pesawat British European Airways flight 782 di Goteborg, Swedia, dan harus meneruskan perjalanan ke Oslo dengan bus, karena dua bandara dekat Oslo, Norwegia, ditutup akibat cuaca buruk.

Pukul 23.00 mereka masuk ke Fonix Hotel yang kecil dekat Jl. Karl Johan yang besar. Geoffroy memperlihatkan paspornya dan mengisi formulir. Paspor Carment tidak diminta.

Dari kamar 307 mereka bisa melihat jalan di luar yang kelabu, beku, dan kosong. Esok paginya dengan kedinginan mereka keluar dan mendapatkan tidak banyak orang asing di Oslo. Mereka melihat beberapa orang Inggris, tetapi tidak ada orang Prancis.

Mereka memilih Oslo dengan harapan orang lain tidak pernah berpikir akan mencari mereka di sana. Tidak terpikir oleh mereka bahwa di ujung dunia seperti ini sulit untuk bangkit memulai hidup baru.

Saat ini Geoffroy mempunyai kira-kira $ 6.000, dari hasil penjualan miliknya yang tersisa selama tahun yang lalu. Uang itu sebagian besar berupa lembaran ribuan (dolar Kanada) dan ditaruh dalam ikat pinggangnya. Kalau uang itu ditukarkan, akan menarik perhatian. Jadi, lebih baik disimpan saja dulu.

Rencananya, mereka akan hidup hemat saja dulu, sambil mencari pekerjaan. la ingin bekerja, sedangkan Carment ingin menjadi guru bahasa Prancis.

Bagaimana caranya mencari koneksi di Oslo tanpa menarik perhatian? Pemilik hotel menganggap kedua orang tamu itu menyenangkan. Geoffroy mengaku dosen sejarah dan Carment disebutnya fisioterapis.

Setiap hari mereka menunggu kesempatan, yang tidak kunjung muncul di kota dingin yang sepi itu. Lama-kelamaan Geoffroy jadi merasa pahit. Setiap hari mereka melihat orang-orang pergi dan pulang kerja dengan dandanan necis, seperti Geoffroy ketika belum masuk penjara di Montreal. 

Mereka sibuk dengan urusan mereka sendiri. Mereka tidak peduli pada Geoffroy. Mana mungkin mengadakan kontak dengan mereka?

Pada suatu hari Carment pergi ke bank di sebelah penginapan mereka, Bergens Privatbank, yang hanya mempunyai dua orang kasir. la menguangkan selembar cek perjalanan bernilai 100 dolar Kanada. Ternyata mudahnya memang sama seperti yang diiklankan.

Saat itu sepi, tidak ada orang lain. Kasir bertanya dengan bahasa Inggris yang fasih, "Anda menyukai Oslo?"

Carment menjadi kaget. la tidak menduga akan ditegur dalam bahasa Inggris. Dengan senyum dipaksakan ia cepat-cepat mengambil uang kronernya dan pergi. Seorang pria pendek kekar lantas menggandengnya.

Geoffroy makin risau. Sedikit demi sedikit uang simpanan mereka terpakai, sedangkan pekerjaan belum juga didapat.

Malam itu di restoran yang penuh mereka harus berbagi meja dengan seorang pria muda bernama Ole Reinhardsen, yang pernah ikut kontingen Norwegia dalam pasukan PBB di Mesir. Ia menolong Geoffroy dan Carment memesankan makanan, karena ia bisa berbahasa Inggris sedikit.

Geoffroy mengaku ia juru masak dan ingin memasarkan sandwich jenis baru yang katanya sedang populer di AS. Namun, saat ini ia ingin bekerja dulu pada orang Norwegia untuk belajar selera penduduk Oslo.

Pemuda itu menasihatkan agar Geoffroy pergi ke kantor yang mencarikan pekerjaaan sementara. "Mungkin pekerjaan itu tidak memuaskan Anda, tetapi bisa menjadi pembuka jalan," kata Reinhardtsen.

 

Paspor orang mati

Ke kantor Interpol di Oslo, tiba kawat mengenai buronnya Geoffroy yang disertai dengan istrinya. Kantor itu letaknya cuma beberapa blok dari Fonix Hotel. Tanggal 11 Januari buletin tentang Geoffroy dibagikan pada kantor-kantor polisi seluruh Norwegia.

Kalau saat itu Geoffroy berkelahi dengan orang lain misalnya, sehingga ia ditahan, maka ia bisa ketahuan sebagai buronan yang dicari Interpol. Namun, Geoffroy tidak berbuat yang aneh-aneh dan ia tidak diketahui berada di Oslo.

Di Kanada, Inspektur Kepala Burris menuntut bawahannya meneliti lagi surat-surat permintaan paspor sambil berbekal foto Geoffroy. Bawahannya dengan enggan memeriksa surat-surat permohonan sampai mata mereka kabur. 

Pada hari ketiga, setelah mereka memeriksa lebih dari 30.000 surat, mereka menemukan surat permintaan paspor yang memakai foto persis seperti yang mereka pegang, yaitu yang dibuat di penjara. Foto itu tertempel pada surat permintaan Real Rolland Lafond, lahir 25 April 1934 (9 bulan setelah Geoffroy lahir), pekerjaan: karyawan tata usaha. 

Permohonan itu dibuat 28 September 1971, tiga bulan sebelum Geoffroy kabur. Permohonan itu diminta lewat pos dan paspornya dikirim dengan pos pula, ke alamat Carment Parent.

Polisi ingin tahu, siapa orang yang namanya dipinjam oleh Geoffroy itu. Ternyata Lafond asli sudah tewas tenggelam di Danau Otter tanggal 28 Desember 1959. Ia sepupu Carment Parent! Carment rupanya memiliki surat permandian almarhum, yang dipakai untuk meminjam paspor.

Orang yang disebutkan sebagai penjamin dalam surat permohonan ialah seorang notaris setempat. Ketika diperiksa, ternyata notaris itu tidak tahu-menahu dan tanda tangan yang tertera bukanlah tanda tangannya.

Foto Geoffroy, gambaran tentangnya, dan sidik jarinya sudah dikirim ke markas Interpol di Paris. Kini anak buah Burris mengirim pula nama palsu yang dipakai Geoffroy, untuk ditambahkan pada keterangan yang sudah ada.

 

Oh, Pak Profesor

Suatu hari telepon Burris di Ottawa berdering. American Express di New York ingin memberi tahu: cek perjalanan yang dikeluarkan tanggal 16 Desember di Montreal, bernomor X2230157 senilai 100 dolar Kanada, baru saja diuangkan oleh Carment Parent di Bergens Privatbank di Oslo, tanggal 7 Januari.

Astaga! pikir Burris. Akhirnya, ketahuan juga mereka ada di mana. Burris mengirim pesan ke Oslo. 

Di Oslo, Geoffroy masuk ke kantor yang diusulkan oleh Ole Reinhardsten. 

"Oh, Tuan Lafond, saat ini tidak ada pekerjaan," jawab petugas di sana dengan bahasa Inggris terpatah-patah. Datang saja kapan-kapan, tetapi jangan dalam dua tiga hari."

Geoffroy merasa lesu. Pulang ke rumah ia dan Carment merencanakan akan pergi saja meninggalkan Oslo. Ke mana?

Setelah memikirkan pelbagai kemungkinan, mereka memilih Barcelona di Spanyol, di tepi Laut Tengah. Di sana panas, tidak seperti di Oslo ini. Di kota pelabuhan yang kosmopolitan itu pasti banyak orang asing dan mungkin juga banyak lapangan pekerjaan. 

Bahasa Prancis pasti banyak dipakai dan beralih ke bahasa Spanyol lebih mudah daripada ke bahasa lain. Dengan menguasai tiga bahasa dan pendidikan hukum mungkin tidak sulit baginya mencari pekerjaan.

Interpol Oslo berkantor di gedung bekas markas besar Gestapo pada PD II. Permintaan untuk menangkap Geoffroy diterima oleh Gunnar Lund, kepala kantor pusat untuk penyelidikan kriminal. 

Lekas-lekas dihubunginya Bagian Penyidikan Kriminal Oslo, Per Hagen. Berlainan dengan negara-negara Barat lain, prosedur yang dijalankan oleh polisi Norwegia dirahasiakan. 

Nama detektif yang diutus mencari Geoffroy dan laporan yang dibuat si detektif disimpan dalam arsip tanpa boleh diketahui umum. Namun, mereka bisa merekonstruksi apa yang dilakukannya.

Ia mendatangi petugas yang melayani Carment di Bergens Privatbank. Petugas itu tidak ingat lagi nama wanita itu, tetapi segera mengenali foto Geoffroy. Ia membuka daftar tamu. "Tuan dan Ny. Real Lafond cuma tinggal dua malam, lalu pergi entah ke mana," katanya. Lafond meninggalkan nomor paspornya.

Di hotel kelima atau keenam, pemilik mengenali foto yang diperlihatkan si detektif. "Oh, Pak Profesor!" katanya. "Ia orang baik. Temannya juga baik, Pak Reinhardsten." (Tentu saja Reinhardsten pun kemudian ditanyai). Namun Pak Profesor dan istrinya sudah pergi. Setelah menanyai Reinhardsten, polisi juga menghubungi perusahaan-perusahaan penerbangan.

 

Tinggal di seberang kantor polisi

British European Airways ingat pada Lafond, karena ada ketidakberesan pada tiketnya. Lafond akhirnya minta bantuan Biro Perjalanan Winge untuk membereskan tiket itu.

Petugas di Winge ingat pada Lafond. Katanya, Lafond pergi ke Barcelona lewat Frankfurt. Mereka naik SAS dan disambung dengan Iberia. Petugas menyarankan mereka tinggal di Hotel Colon, namun Lafond ingin hotel yang lebih murah, jadi baginya dipesankan tempat di Regencia Colon.

Barcelona menyambut kedatangan Geoffroy dan Carment dengan kehangatan sinar matahari. Mereka tidak mendapat kesulitan di imigrasi. Geoffroy juga merasa betah ketika tiba di Regencia Colon. Lobi hotel itu memberi kesan hangat dengan lantainya yang merah dan dengan ukiran kayunya yang halus.

Tidak lama kemudian mereka sudah berjalan-jalan di Ramblas, jalan lebar penuh kafe terbuka di tepi-tepinya. 

Operator di Interpol Mardrid menerima permintaan untuk menangkap Joseph Geoffroy, beralamat di Regencia Colon, Barcelona. Dari Madrid permintaan itu diteruskan ke Barcelona yang jaraknya sekitar 600 km ke arah timur laut.

Kasus Geoffroy diserahkan kepada Inspektur Luis Serra. "Gonzales," katanya kepada asistennya. "Ini ada kriminal kelas kakap dari Amerika Utara. la kabur keliling dunia sampai Barcelona, la memilih hotel apa, coba terka? Regencia Colon, yang tidak sampai seratus langkah dari pintu kantor kita!" 

Kemudian katanya, "Coba kau lihat ke sana, tapi hati-hati." Gonzales mengangguk. la berbekal Cadix 38 di pinggangnya, lalu pergi ke Regencia Colon. Geoffroy tidak ada di lobi. Gonzales memperlihatkan foto Geoffroy pada petugas di counter dan bertanya, "Kenal orang ini?" 

"Oh, Tuan Lafond, sudah pergi."

Geoffroy memang sudah pindah. Lewat operator lift, Geoffroy mengetahui ada apartemen yang akan disewakan tidak jauh dari hotel. Operator itu mengantar mereka ke Apartementos Colon dan di situ Geoffroy menyewa sebuah apartemen kecil di tingkat keenam. 

Tempat itu letaknya di Via Layetana 42, sedangkan Jefatura Superior de Policia terletak hampir di seberangnya, di no. 43. Di depan gedung kokoh bertembok kelabu itu polisi bersenjata berjaga siang-malam, sedangkan polisi berpakaian preman berjalan ke luar-masuk gedung.

Dari jendela kamarnya Geoffroy senang memandang ke bawah, ke toko-toko di seberangnya. Kalau lewat di depan kantor polisi, ia mengangguk hormat kepada polisi jaga. Ia tidak membaca koran Kanada, sehingga tidak tahu apa yang terjadi di sana dan betapa banyak kolom-kolom surat kabar dimuati berita tentang pelariannya.

Yang kini merisaukan Geoffroy ialah ia perlu pekerjaan. Dari berbagai pamflet yang diperolehnya di Bandara Frankfurt, ia mengetahui bahwa Afrika membutuhkan banyak tenaga seperti dia, terutama Zaire, yang dulu bernama Kongo.

 

Trudeau turun tangan

Di Ottawa, Inspektur Kepala Burris merasa kecewa sekali ketika tiba berita dari Inspektur Luis Serra: Geoffroy sudah tidak ada di Regencia Colon.

PM Pierre Trudeau minta supaya kasus Geoffroy ditangani lebih baik. Bagaimana mungkin pembunuh seperti Geoffroy sampai bisa melarikan diri! Maka dikirimkanlah polisi Kanada ke Spanyol.

Di Via Layetana 43, Inspektur Serra memanggil Gonzales. "Coba kau tanyai lagi semua karyawan hotel. Siapa tahu ia berbicara sesuatu kepada salah seorang dari mereka yang bisa dijadikan kunci untuk menemukannya. Malu kan kalau sampai polisi Amerika Utara sendiri yang datang kemari untuk menyelidiki. Jangan-jangan mereka mengira kita tidak bekerja di sini." 

"Bueno," kata Gonzales.

Ia menanyai setiap karyawan, sambil memperlihatkan foto. Waktu tiba giliran Victor Lopez, operator lift itu berkata, 

"Aah, ini kan bapak yang sopan betul itu. Saya menolong dia mencari apartemen." 

"Oh!" 

"Saya tunjukkan kalau mau." 

Lopez dan Gonzalez bersama-sama pergi ke Apartementos Colon. Dari jalan Lopez menunjuk ke atas. 

"Di sana, di tingkat enam," katanya. 

"Jangan menunjuk, goblok!" kata Gonzalez. 

Gonzalez lalu masuk menemui pengurus apartemen. Lafond dan istrinya masih ada, katanya. Cepat-cepat Gonzalez menyeberang ke kantor polisi untuk menceritakan penemuannya pada Serra. Ternyata Serra sedang menerima tiga polisi Kanada. 

Serra meninggalkan dulu ketiga tamu asing itu untuk mendengarkan cerita Gonzalez, lalu bersama Gonzalez dan tiga detektif lain mereka pergi ke Apartementos Colon, tentu saja berbekal Cadix 38, karena katanya, "Ia mungkin bersenjata dan pasti berbahaya."

Pengurus apartemen kaget ketika melihat kedatangan mereka. Ia disuruh tutup mulut dan diam di tempatnya, setelah ditanyai apakah Lafond dan istrinya ada di apartemen.

Seorang detektif ditempatkan di bawah supaya bisa mengawasi lift maupun tangga. Serra sendiri dengan yang lain naik ke tingkat 6. Serra mencabut senjatanya dan mendekati pintu bertanda B. Gonzalez merapatkan dirinya ke dinding di sebelah kanan pintu.

Serra mengetuk pintu. Tangan Carment masih di tombol pintu ketika Serra masuk. Kaki kiri Serra menahan pintu supaya tidak bisa ditutup lagi, sedangkan tangan kanannya menodongkan pistol.

"Polisi," katanya. 

Carment menjadi pucat pasi. la tidak bisa bergerak. Matanya terbuka lebar seperti mata rusa. Tepat di seberang Serra, pintu kamar mandi membuka. Geoffroy keluar memakai jas kamar berwarna kuning. 

Carment menoleh kepada Geoffroy dan ia tampak lebih takut lagi. Gonzalez memegang lengan Carment, sedangkan Serra mendekati Geoffroy. 

"Polisi," katanya dalam bahasa Prancis. 

"Angkat tangan." 

"Ada apa?" tanya Geoffroy. 

"Anda ditahan, Monsieur Geoffroy, dengan surat perintah penahanan dari Kanada." 

"Geoffroy? Ah, barangkali Anda salah. Nama saya Real Lafond. Perkenankanlah saya memperlihatkan paspor saya. Paspor itu ada di meja." 

Paspor diperiksa. Serra tersenyum.

"Mungkin ada kesalahan, Monsieur Lafond," katanya. "Kalau begitu atas nama pemerintah Spanyol, saya minta maaf kepada Anda. Namun, saya mempunyai surat perintah penangkapan terhadap Anda di bawah nama Joseph Yves Geoffroy.” 

“Jadi, saya mesti meminta Anda ikut ke kantor saya. Dekat saja, barangkali Anda juga tahu. Semuanya akan dibereskan di sana. Sekarang silakan berpakaian dulu, seorang demi seorang. Madame Lafond lebih dulu."

Geoffroy diminta untuk tidak diborgol. Serra, seperti gentleman terhadap gentleman, setuju.

 

Dibutakan oleh cinta

Serra masuk lebih dulu ke ruang kantornya. Ketiga polisi Kanada bangkit. Mereka sudah ditinggalkan Serra 28 menit. Serra tampak gembira.

"Messieurs," katanya dalam bahasa Prancis. "Saya ingin memperkenalkan rekan Anda setanah air, Monsieur Geoffroy."

Geoffroy yang masuk setelah Serra berkata cepat, "Nama saya Lafond." 

"Ah, Geoffroy," kata Kopral Fresnard. "Senang bertemu kembali dengan Anda."

Ketika itu di Kanada, Inspektur Kepala Burris baru saja tiba di kantornya. Teleponnya berbunyi. Kopral Fresnard ingin memberi laporan. Geoffroy sudah tertangkap.

Geoffroy diekstradisi dan tanggal 13 Maret ia dan Carment dikembalikan ke Kanada. Tanggal 19 Februari 1973, keduanya dinyatakan bersalah. Hukuman seumur hidup dijatuhkan pada Geoffroy ditambah lagi dengan hukuman penjara dua tahun, karena kabur dari penjara. Carment yang membantunya, dibebaskan karena dianggap dibutakan oleh cinta.

Carment menjenguk Geoffroy sesering yang diperkenankan. Bulan madu mereka hanya berlangsung 73 hari, padahal mereka mengharapkan bisa bersama-sama selama bertahun-tahun.

(David Nevin)

" ["url"]=> string(75) "https://plus.intisari.grid.id/read/553304506/dijemput-seorang-wanita-mungil" } ["sort"]=> array(1) { [0]=> int(1654265545000) } } }