array(1) {
  [0]=>
  object(stdClass)#49 (6) {
    ["_index"]=>
    string(7) "article"
    ["_type"]=>
    string(4) "data"
    ["_id"]=>
    string(7) "3561362"
    ["_score"]=>
    NULL
    ["_source"]=>
    object(stdClass)#50 (9) {
      ["thumb_url"]=>
      string(113) "https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/750x500/photo/2022/11/11/dna-kembar-tiga-buka-rahasia_cot-20221111041108.jpg"
      ["author"]=>
      array(1) {
        [0]=>
        object(stdClass)#51 (7) {
          ["twitter"]=>
          string(0) ""
          ["profile"]=>
          string(0) ""
          ["facebook"]=>
          string(0) ""
          ["name"]=>
          string(13) "Intisari Plus"
          ["photo"]=>
          string(0) ""
          ["id"]=>
          int(9347)
          ["email"]=>
          string(22) "plusintisari@gmail.com"
        }
      }
      ["description"]=>
      string(133) "Seorang peramal tewas terbunuh di Mendelia. Di planet itu, peramal merupakan profesi yang sangat disegani. Siapa berani melakukannya?"
      ["section"]=>
      object(stdClass)#52 (8) {
        ["parent"]=>
        NULL
        ["name"]=>
        string(8) "Kriminal"
        ["show"]=>
        int(1)
        ["alias"]=>
        string(5) "crime"
        ["description"]=>
        string(0) ""
        ["id"]=>
        int(1369)
        ["keyword"]=>
        string(0) ""
        ["title"]=>
        string(24) "Intisari Plus - Kriminal"
      }
      ["photo_url"]=>
      string(113) "https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/945x630/photo/2022/11/11/dna-kembar-tiga-buka-rahasia_cot-20221111041108.jpg"
      ["title"]=>
      string(28) "DNA Kembar Tiga Buka Rahasia"
      ["published_date"]=>
      string(19) "2022-11-11 16:11:24"
      ["content"]=>
      string(33909) "

Intisari Plus - Seorang peramal tewas terbunuh di Mendelia. Di planet itu, peramal merupakan profesi yang sangat disegani. Siapa berani melakukannya?

-------------------

“Ada kasus baru untukmu,” kata atasanku, Raymond Chen. “Seorang peramal terbunuh di Roda Empat,” kata pria berperawakan gemuk, tak suka berolahraga, tapi gemar makanan berlemak itu.

“Baranski sudah di tempat kejadian perkara (TKP),” lanjutnya.

Aku terbeliak. Peramal tewas dibunuh? Ini menarik. 

Segera kuambil scanner (alat pemindai) forensik saku milikku sebelum meninggalkan Kedai Polisi. Begitulah nama tempatku bekerja, bukan Kantor Polisi. Jika ada yang butuh bantuan polisi, warga tinggal menyewa di Kedai Polisi. Dalam kasus ini, kami disewa Asosiasi Peramal yang sangat kaya. Bagi setiap warga Mendelia, mengunjungi peramal untuk mengetahui “nasib” wajib hukumnya.

Mendelia, wahana di ruang angkasa, terdiri atas lima modul, masing-masing berbentuk seperti roda pedati dengan jari-jari mengarah ke as roda. As setiap modul dihubungkan satu sama lain oleh sebuah poros panjang. Jari-jari berupa lorong itu berhubungan dengan bagian lingkaran roda. Lewat lorong-lorong itulah warga Mendelia melakukan perjalanan dari satu modul ke modul lain. Seluruh modul berputar sehingga tercipta gaya gravitasi di bagian lingkaran roda, sementara poros penghubung modul bergravitasi nol. Permukiman Mendelia merupakan wilayah hunian yang serba sempurna. Nyaris tak pernah ada pembunuhan di sana.

Kedai Polisi berada di Roda Dua. Bangunan-bangunan di Mendelia - yang puncaknya mengarah ke as roda - didirikan di permukaan lingkaran roda mirip pipa raksasa. Jalan masuk ke Kedai Polisi dekat sekali dengan transit loop Roda Dua (transit loop itu jalur robocab, taksi robot, yang melaju berkat teknologi maglev, magnetic levitation).

Aku mencegat taksi. Setelah mengakses kartu debitku untuk ongkos, taksi itu melesat menuju TKP. Suzanne Baranski sudah menunggu di luar kantor korban. Ia polwan yang baik, tapi terlalu muda untuk menangani sendiri sebuah kasus pembunuhan. Sudah kesekian kali aku kerja bersama dengannya. Aku juga pernah menontonnya bermain selo dalam orkestra simfoni. Ini contoh baik tentang Mendelia.

Suze lahir bukan dari golongan keluarga yang biasa mengirim anaknya belajar musik. Tetapi beberapa saat setelah Suze lahir, peramal keluarganya menyatakan ia berbakat musik. Penghasilannya sebagai pemusik dirasa kurang memadai - itu sebabnya ia menjadi polisi - meski ia tetap mengembangkan bakatnya.

 

Didatangi pemuda gondrong

“Hai, Toby,” tegur Suze. Rambutnya merah dipotong pendek, matanya hijau besar. Kami berpakaian preman, tidak seperti polisi saingan kami dari Spitpolish, Inc. yang berseragam.

Ia menyuruhku masuk lewat pintu terbuka. Pada hologram di dekat pintu terbaca: “Peramal Skye Hissock. Kenali Masa Depan Anda! Ahli Membaca Masa Depan, Anak-anak Maupun Dewasa.”

Di lobi tampak pajangan yang tak lazim untuk kantor peramal yakni kartun-kartun tokoh politik. Kartun-kartun itu rupanya karya Skye, tampak dari tanda tangan yang tertera.

“Mayatnya di ruang pribadi,” kata Suze sambil berjalan ke sana. 

Mayat Skye Hissock terduduk di belakang meja. Kepalanya luka parah, bercak darah dan isi kepalanya menempel di dinding dan bufet di belakang meja.

“Tampaknya akibat ledakan,” kata Suze. “Mungkin miliaran watt dayanya.” 

Kuamati ruangan mewah itu.

“Lihat ini,” teriak Suze dari atas bufet. Efek ledakan itu menjatuhkan sebuah ukiran kecil dari dinding - benda itu terbelah dua, tergeletak di lantai. Suze mencari-cari sesuatu di tempat benda itu mula-mula digantung. “Ada kamera video tersembunyi di sini.”

Jantungku berdetak keras. Kami kesulitan membuka bufet itu karena pintu-pintu gesernya seperti dilem oleh darah yang membeku. Di dalamnya memang kami temukan kamera perekam. Kutekan tombol pembuka di meja Skye untuk mengeluarkan monitor berlayar datar. Seperti dugaan kami, kamera itu sengaja dirancang agar gambarnya dapat diputar di monitor meja itu.

Gambar di layar monitor diambil dengan sudut pengambilan dari belakang meja Skye. Di layar tampak pintu kantor pribadi Skye terbuka, lalu masuk seorang pemuda. Kira-kira 18 tahun, usia pas bagi warga Mendelia untuk diramal. Rambutnya pirang, gondrong sebahu. la mengenakan t-shirt bergambar logo grup musik multimedia tersohor di Mendelia, The Cassies.

“Halo, Dale,” terdengar suara, tentu suara Skye. “Terima kasih kamu datang.”

Kami sudah mendapatkan sosok, nama depan, serta nama grup band favorit pemuda itu. Kalaupun nama belakang Dale tidak tercatat dalam daftar janji di komputer Skye, kami tidak akan kesulitan melacaknya.

“Kau tahu,” kata suara Skye, “hukum mewajibkan setiap warga untuk diramal dua kali selama hidup. Yang pertama dilakukan sesaat setelah lahir, dihadiri orang tua. Peramal hanya menyampaikan hal-hal yang perlu diketahui di masa kecilmu. Lalu, di usia 18 tahun, kamu sendiri bertanggung jawab secara hukum atas setiap perbuatanmu. Saat itulah kamu akan tahu segala hal tentang dirimu. Mau dengar berita baik atau berita buruknya lebih dulu?”

Ini dia, pikirku. Skye pasti mengutarakan hal yang tidak mengenakkan Dale dan membuat si pemuda marah lalu menembak Skye. 

Dale menelan ludah. “E, e… kabar baiknya dulu saya kira.”

“Baik,” kata Skye. “Pertama, kau anak cemerlang, tidak jenius tapi di atas rata-rata. IQ-mu sekitar 126-132. Kau berbakat musik - apa orang tuamu mengatakannya? Baik. Kuharap mereka mendorongmu.”

“Betul,” kata Dale mengangguk. “Saya belajar piano sejak umur empat tahun.” 

“Bagus. Menyia-nyiakan bakat termasuk perbuatan jahat. Kau punya bakat khusus di bidang matematika. Biasanya itu berpasangan dengan bakat musik, jadi masuk akal. Memori visualmu sedikit di atas rata-rata, meski kemampuanmu menghafal agak payah. Kau akan menjadi pelari jarak jauh yang baik, tetapi ....”

Aku meminta Suze untuk mempercepat tayangan.

“Sekarang, kabar buruknya.” Segera kuminta Suze melepas tombol begitu terdengar kalimat itu. “Sayang ada banyak kabar buruk, meski kecil-kecil, tidak sampai menghancurkan. Rambutmu rontok di usia sekitar 27 tahun dan mulai beruban menjelang umur 32. Memasuki 40, kepalamu nyaris botak.”

Kulihat tak ada alasan kuat bagi Dale untuk membunuh Skye. Sebelum pergi, Dale mengambil printout hasil ramalan. Tayangan habis. Siapa pun pembunuh Skye pasti muncul setelah Dale pergi. Sementara ini Dale menjadi tersangka pertama kecuali ada yang terlewatkan ketika tayangan dipercepat. Sejauh ini belum kami temukan motif Dale untuk membunuh sang peramal.

 

Resepsionisnya pemuda remaja

Selanjutnya aku memeriksa efek ledakan di tubuh Skye. Pembuluh darahnya rata-rata terbakar. Yang kuketahui, senjata peledak hanya dibuat di dua tempat, yaitu Tokyo di Bumi dan New Monty di Mendelia. Kalau peledak buatan New Monty, kami akan kerepotan. Untung, peledak itu bikinan Bumi. Pasalnya, setiap peledak bikinan Bumi harus meninggalkan tanda khusus sehingga dapat dilacak siapa pemiliknya.

Tanda itu kurekam lalu kukirim ke Kedai Polisi lewat compad (komputer genggam)-ku. Raymond Chen yang akan mengirim pesan ke Bumi untuk mengecek pola tanda khususnya. Aku juga meminta Suze memeriksa daftar klien Skye, aku sendiri memeriksa keluarganya. Kendati secara genetik tidak logis, kenyataannya banyak kasus pembunuhan dilakukan oleh kerabat dekat korban.

Skye (51) mulai meramal pada umur 23 setelah meraih gelar doktor di bidang genetika. la tidak menikah, kedua orang tuanya sudah lama meninggal. la punya adik laki-laki, Rodger Hissock namanya. Beristrikan Rebecca Connolly, pasangan ini punya dua anak. Yang pertama Glen, baru memasuki usia 18, dan adiknya, Billy, delapan tahun. Rodger tinggal di Roda Empat dan kantornya di Roda Satu.

Di Mendelia tidak ada pajak warisan, jadi seluruh harta Skye langsung jatuh ke tangan Rodger, kecuali ada surat wasiat yang amanatnya lain. Ini bisa menjadi motif pembunuhan. Tapi kenyataannya, Rodger sudah kaya raya. Mereka punya pabrik daur ulang atmosfer Mendelia. 

Namun aku tetap ingin mengorek keterangannya. Bukan hanya karena sejak zaman Kain dan Abil antar-saudara bisa saling bunuh, tetapi program otorisasi kunci pintu sidik jari di kantor pribadi Skye hanya untuk empat orang, yaitu Skye, petugas kebersihan kantornya - kini sedang dimintai keterangan oleh Suze, Jennifer Halasz - peramal yang sekali tempo mengambil oper klien Skye saat Skye cuti, dan Rodger.

Rodger mempekerjakan seorang resepsionis manusia. Biasanya, perusahaan memilih resepsionis dewasa yang cekatan. Malah ada yang jor-joran mempekerjakan wanita cantik berambut pirang dengan payudara “super” montok hasil operasi. Tetapi selera Rodger lain. Resepsionisnya pemuda lemah gemulai yang cenderung feminin. la tampak lebih tua dari usianya, mungkin baru 14 tahun.

 

Tanpa alibi

Kantor Rodger amat mewah, jauh lebih hebat dari kantor Skye. Benda-benda seni dari berbagai belahan dunia dipajang di wadah-wadah dari kristal. Karpetnya tebal sekali sampai sepatuku terbenam. Rodger menyalamiku, genggamannya terasa menjepit. Badannya kekar, lehernya kokoh, rambutnya banyak yang hitam, dan matanya abu-abu.

“Halo, apa yang bisa saya bantu?” sapanya. 

“Saya Toby Korsakov dari Kedai Polisi. Kami disewa Asosiasi Peramal.”

“Astaga. Ada apa dengan Skye?” kata Rodger. 

Melihat reaksi orang - yang patut diduga sebagai tersangka - ketika diberi tahu soal kasus pembunuhan, tentu berguna. Biasanya, orang yang merasa bersalah akan berlagak bego. Tapi melihat Rodger dengan cepat dapat mengaitkan asosiasi itu dengan saudaranya, aku menjadi tidak terlalu curiga.

“Maaf, saya membawa berita duka. la meninggal.” 

Mata Rodger terbeliak. “Apa yang terjadi?” 

“la dibunuh.” 

“Dibunuh,” kata Rodger dengan nada kurang percaya. 

“Benar. Anda tahu ada yang menginginkan kematiannya?”

“Bagaimana dia dibunuh?” tanya Rodger. Aku agak jengkel karena pertanyaanku tak dijawab. Banyak kasus pembunuhan terkuak gara-gara tersangka tanpa sadar menyebutkan detail tindak kriminalnya lebih dulu. 

“la ditembak dengan peledak dari jarak dekat,” jawabku. 

“Oh, Skye tewas,” lenguh Rodger. Tubuhnya merosot dari kursi, matanya sembap. “Anda tahu siapa pelakunya?” 

“Belum. Kami sedang melacak tanda khusus pada peledaknya. Tetapi tidak ada tanda-tanda orang masuk secara paksa, dan, well ...” 

“Ya?”

Well, hanya empat orang yang dapat masuk ke kantor Skye.” Rodger mengangguk. “Saya dan Skye. Yang lain?” 

“Petugas kebersihan dan peramal lain.” 

“Mereka sudah Anda periksa?”

“Sedang dilakukan rekan saya. Termasuk memeriksa semua orang yang pernah bikin janji dengan Skye beberapa waktu terakhir. Mereka mungkin masuk atas kemauan Skye.”

Hening sejenak. 

“Di mana Anda antara pukul 10.00 - 11.00 tadi?” 

“Di sini.” 

“Resepsionis Anda bisa menjamin?” 

“Ee ... tidak. Saya membebaskan dia setengah hari tiap Rabu untuk kursus bahasa Prancis. Peramalnya bilang, ia punya bakat belajar bahasa.”

“Apakah ada yang menelepon Anda selama dia pergi?” 

“Mungkin. Tapi saya tidak pernah menjawab sendiri compad saya. Jujur saja, saya senang kalau tidak ada orang menghubungi saya setengah hari itu. Saya bisa membereskan banyak pekerjaan. Lagi pula Skye ‘kan saudara saya ....”

“Saya tidak menuduh Anda, Mr. Hissock.” 

“Jika saya naik taksi ke sana pun, rekening saya pasti berkurang.” 

“Kecuali Anda berjalan kaki.” Bila mau repot, orang bisa berjalan kaki melalui lorong jari-jari. 

Aku mengalihkan pembicaraan. 

“Apakah Skye peramal yang baik?” 

“Terbaik dari yang pernah ada. Ia membacakan nasib saya saat saya mulai berumur 18. Skye sembilan tahun lebih tua dari saya. Saya memilihnya, karena ia baru merintis praktik meramal.”

“Apakah Skye juga meramal anak-anak Anda?” 

Rodger tampak ragu-ragu. “Yeah, yeah, tapi hanya saat mereka bayi. Saat berusia 18 tahun Glen pergi ke peramal lain. Tahu kenapa? Karena Skye tidak memberinya diskon.”

Compad-ku berkedip-kedip saat aku duduk di taksi. Ketika kunyalakan, wajah Raymond Chen nongol di layar. “Sudah ada informasi registrasi peledak. Peledak itu milik Rodger Hissock. la membelinya 11 tahun lalu,” katanya.

Karena punya otorisasi pintu kantor Skye, Rodger leluasa keluar-masuk kantor kakaknya. la jadi punya kesempatan untuk membunuh Skye. Kini giliran mencari motifnya. Aku akan mengorek keterangan dari anggota keluarganya.

Glen Hissock (18) sedang studi teknik mesin di Universitas Francis Crick di Roda Tiga. la sangat mirip ayahnya. Tubuhnya bak atlet pegulat, rambut hitam, dan mata abu-abu keperakan. Berbeda dengan ayahnya yang ramah dan kasar, Glen tampak pendiam, suaranya pun lirih dan gugup.

“Saya ikut berduka,” kataku karena ia pasti sudah diberi tahu soal kematian pamannya. 

“Anda menyukai dia?” tanyaku lagi 

“Dia oke.” 

“Hanya oke?”

Yeah.” 

“Di mana Anda antara pukul 10.00 dan 11.00 tadi pagi?” 

“Di rumah.” 

“Ada orang lain di sana?” 

“Tidak. Ayah-ibu bekerja, Billy sekolah.” Ia menatap saya untuk pertama kalinya. “Anda menuduh saya?” 

Sesungguhnya tidak, semua bukti mengarah ke ayahnya. Aku menggeleng, lalu berkata, “Saya dengar Anda baru saja diramal.”

“Benar.” 

“Tapi tidak oleh paman Anda. Kenapa?” 

Ia mengangkat bahu. “Cuma enggan saja. Saya memilih peramal secara acak dari direktori online.” 

“Ada yang aneh dalam ramalan itu?” 

“Itu rahasia,” katanya sambil memandangku tajam.

 

Teka-teki kamar mandi

Dua ratus tahun lalu, tepatnya pada 2029, Laboratorium Nanosistem Palo Alto (LNPA) mengembangkan komputer molekuler (setingkat molekul). Sejarah mencatat, selama Perang Salju, Amerika Serikat menggunakannya untuk menceraiberaikan Bogota menjadi atom-atom.

Namun, setiap persoalan dapat diatasi. Hamasaki dan Dejong, dua peneliti dari LNPA terkejut melihat hasil karya mereka disalahgunakan seperti itu. Mereka lalu menciptakan dan mengedarkan nano-Gorts - mesin-mesin superkecil (hanya dapat dilihat dengan mikroskop) yang dapat menggandakan diri, melacak, dan menghancurkan komputer-komputer molekuler itu, agar peristiwa seperti Bogota tidak terjadi lagi.

Kami memiliki mesin-mesin nano-Gorts-buatan LNPA itu. Namun, kami juga punya mesin pelindung molekuler yang lain, namanya Helix-Gorts. Isunya, Asosiasi Peramal bertanggung jawab atas keberadaan mesin-mesin itu, tetapi setelah diusut-usut, ternyata tak ada bukti. Helix-Gorts mencegah setiap upaya terapi gen. Kami dapat memberi tahu seseorang tentang segala sesuatu pada DNA-nya, tetapi kami tidak dapat berbuat apa-apa terhadap yang tersurat di situ.

Compad-ku berkedip lagi. 

Tampang Suze muncul di layar. “Hai, Toby. Sampel DNA Skye sudah kubawa ke Rundstedt.” Rundstedt; juga peramal, kami sewa untuk tugas forensik. 

“la sudah membaca DNA Skye. Tidak ada yang menonjol. Skye bukan penjudi yang kompulsif, atau pecandu obat, atau suka mengambil istri orang. Sifat-sifatnya jauh dari motif untuk melakukan pembunuhan. Menurut Rundstedt, Skye tidak suka berdebat,” Suze nyerocos.

“la juga tidak menemukan petunjuk Skye orang yang pantas dibunuh,” tambahnya. 

Aku mengangguk. “Terima kasih, Suze. Ada petunjuk lain dengan klien-klien Skye?” 

“Sudah kutelusuri, tapi alibi mereka kuat.”

“Teruskan tugasmu. Aku mau menemui Rebecca Connoly. Dah!” 

Kadang aku bertanya apakah profesiku sebagai polisi sudah di jalur yang benar. Ketika diramal pada umur 18, aku bakal menjadi polisi hebat. Namun, aku masih ragu. Padahal hasil ramalan tidak pernah meleset, sebab faktor genetik mendasari hampir setiap karakter manusia - mulai dari rasa percaya diri, kepicikan, rasa humor, keinginan mengoleksi benda, bakat olahraga, sampai kecenderungan perilaku seksual, dsb.

Terkadang aku suka bertanya-tanya bagaimana orang-orang di bagian lain di jagad ini bisa maju tanpa peramal.

Mereka harus berjuang untuk hidup, memilih sendiri pekerjaan yang tepat, kadang tidak tahu kalau punya bakat tertentu, bahkan tidak tahu harus berbuat apa untuk merawat kesehatan.

Rebecca Connolly, istri Rodger Hissock itu, ada di rumah ketika aku tiba. Ruang tamu pun tak kurang mewah. Mereka benar-benar kaya, maka makin sulit dipercaya mereka membunuh Skye. 

Rebecca memang cantik. la tampak 20 tahun lebih muda dari usianya yang 44 tahun. Dengan terapi gen di Mendelia hal itu dimungkinkan, yakni dengan bedah plastik. Rambutnya merah tembaga, matanya keunguan.

“Halo, Detektif Korsakov. Kata suami saya, Anda akan mampir,” tegurnya. la geleng-geleng kepala, “Skye malang. Lelaki baik hati.” 

Rebecca adalah orang pertama dari keluarga Skye yang tulus menyatakan hal yang baik tentang Skye pribadi - meski dapat saja itu hanya untuk mengalihkan kecurigaan. “Anda kenal baik dia?”

“Jujur saja tidak. la dan Rodger tidak begitu dekat. Dulu, di awal-awal kami menikah, ia sering kemari. Tetapi setelah Glen lahir, ia tidak lagi sering datang. Entah kenapa. Selama 18 tahun ini ia bukan bagian penting dalam kehidupan kami.” 

“Tetapi sidik jari Rodger bisa diterima oleh kunci pintu kantor Skye?”

“O, ya. Saya anggota Dewan Direktur pada TenthGen Computing, Detektif. Kami mengadakan rapat pemegang saham pagi tadi. Mungkin 800 orang melihat saya berada di sana.”

Aku mengajukan beberapa pertanyaan lagi, namun motif Rodger Hissock belum juga kutemukan. “Terima kasih atas kerja sama Anda, Ny. Connolly. Omong-omong, boleh numpang ke kamar kecil?”

“Silakan. Ada satu di bangsal dan satu di lantai atas.” 

Kamar mandi di atas tampaknya lebih menjanjikan untuk melaksanakan maksudku. Di kamar mandi aku mengeluarkan pemindai forensik untuk mencari sampel DNA. Alat cukur, sisir, dan handuk menjadi tempat terbaik untuk menemukan contoh DNA. Tapi yang terbaik sikat gigi. Aku memindai apa saja, namun ada yang ganjil. Pada pemindai terbaca DNA seorang wanita, ditandai dengan adanya pasangan kromosom XX. Tapi DNA laki-laki hanya satu. Padahal di rumah ini ada tiga laki-laki: Rodger, Glen, dan Billy.

Kamar mandi ini digunakan oleh keempat anggota keluarga itu. Buktinya, ada empat handuk, empat sikat gigi, dan di pinggir bak mandi tergeletak mainan milik anak laki-laki. Mereka pasti juga memakai kloset duduk di sini, tapi hanya dua orang yang meninggalkan jejak genetik.

 

Ayahnya mandul

Kendati perbuatanku itu melanggar hak sipil, sampel DNA dari laki-laki yang kudapat di kamar mandi keluarga Hissock itu kubawa ke Dana Rundstedt untuk dibaca. Hasilnya luar biasa.

Setelah DNA itu dibaca, hasilnya cocok dengan fakta-fakta ini. Pertama, hanya Rodger yang punya akses bebas ke kantor Skye. Kedua, senjata itu milik Rodger. Ketiga, hanya dua orang menggunakan kamar mandi. Keempat, Skye tak suka berdebat. Kelima, Glen amat mirip ayahnya, bedanya ia pendiam dan pemurung. Keenam, Glen datang ke peramal lain. Ketujuh, selera Rodger mengenai resepsionis tidak lazim.

Seluruh fakta itu cocok. Ray Chen yang akan memilih mana yang bisa jadi bukti hukum sebelum kasus ini dibawa ke pengadilan.

Aku menuju Roda Tiga untuk menangkap si pembunuh. 

“Jangan bergerak,” kataku. “Anda kami tangkap.” 

“Atas tuduhan apa?” jawab Glen Hissock. 

Aku menariknya masuk ruangan kosong. “Pembunuhan paman Anda, Skye Hissock. Atau harus saya sebut ‘kakak’ Anda?” Kata-kata terakhir itu agak tendensius.

“Apa maksud Anda?” jawab Glen dengan suara lirih dan gugup. 

“Saya prihatin atas peristiwa yang menimpa Anda,” kataku.

Rodger memang bersalah telah melakukan perbuatan tidak terpuji, yang oleh masyarakat Mendelia dianggap sekeji pembunuhan. Pasti luka mental itu yang membuat Glen jadi pemurung dan pendiam. Tapi aku tidak membiarkan Glen lolos.

“Kapan perbuatan tak senonoh itu mulai dilakukan?” 

Ia terdiam sejenak, lalu sedikit mengangkat bahu seolah sadar tidak perlu berpura-pura lagi. “Ketika saya berumur 12 - segera setelah saya puber. Tidak setiap malam memang. Tapi cukup sering. Bagaimana Anda tahu?”

Kukatakan yang sebenarnya. “Hanya ada dua DNA yang berbeda di rumah Anda - satu perempuan, satunya laki-laki. Saya telah membaca DNA laki-laki itu. Saya mencari sifat yang mungkin menunjukkan motif bagi ayah Anda. Apa yang saya temukan?”

Glen hanya menatapku. 

“Ketika ayah Anda diramal setelah lahir, mungkin orang tuanya diberi tahu bahwa ia mandul. Buktinya ada di DNA ayah Anda: tidak mampu memproduksi sperma yang bisa hidup lama.” Aku terdiam sambil mengingat hal-hal detail lain. “Tetapi peramal itu tidak tahu apa akibatnya jika seseorang memiliki varian gen ABL-419d dengan lebih dari seratusan perulangan basa T-A-T. Fungsi varian gen itu baru diketahui saat ia menjelang umur 18 tahun, ketika ia mengunjungi kakaknya, Skye, untuk diramal.”

Glen diam mematung. 

“Skye berbohong pada ayah Anda. Skye memang memberi tahu soal kesuburannya, tetapi tidak menjelaskan arti varian gen itu.”

Glen akhirnya bicara, dengan suara getir. “Mungkin ayah tahu. Saya pernah menemuinya dan berkata, ‘Kalau ayah tahu punya gen dengan incestuous pedophilia (dorongan untuk berhubungan seksual dengan anak sendiri - Red.), kenapa tidak minta nasihat ahli? Kenapa pula ayah bisa punya anak?’” 

“Ayah Anda memang tidak tahu ‘kan?”

Glen menggeleng. “Paman Skye sialan tidak mengatakannya pada ayah.” 

“Skye mungkin punya pertimbangan. Masalah itu tidak akan muncul karena ayah Anda mandul. Tapi ayah Anda kaya raya. la ingin punya pewaris atas kekayaannya. Karena itu ....”

“Ia menciptakannya,” sahut Glen muak.

 

Melindungi Billy

Kupandangi Glen dari ujung kaki sampai ujung rambut. Aku belum pernah bertemu dengan manusia hasil kloning. la seratus persen persis ayahnya. Tetapi layaknya setiap keluarga, pasangan Hissock - Connolly bukan saja menginginkan keturunan, tetapi juga “anak cadangan”. Billy, 10 tahun lebih muda dari Glen, juga duplikat genetik Rodger Hissock, hasil dari DNA Rodger yang ditaruh pada sel telur Rebbeca. Ketiga lelaki itu meninggalkan jejak DNA yang sama di kamar mandi – betul-betul DNA identik. 

“Apakah anda sadar kalau Anda hasil kloning?” tanyaku.

“Saya baru saja tahu. Sebelum menemui seorang peramal, saya ingin tahu hasil ramalan ketika saya baru lahir. Ternyata tidak ada. Ayah tidak mau, sebab toh sama dengan milik ayah. Ketika peramal yang saya kunjungi menyatakan bahwa saya juga mandul, saya baru sadar.”

“Lalu Anda mengambil senjata ayah Anda. Karena sidik jari kalian sama persis, Anda dapat membuka kunci pintu sidik jari ....”

Glen mengangguk. Suaranya sengit, “Ayah tidak pernah tahu ada yang salah dengan dirinya, sehingga tidak pernah bisa dibantu. Paman Skye tidak mengatakan apa-apa padanya. Bahkan setelah ayah mengklon dirinya sendiri, paman tetap bungkam.” Sorot mata Glen memancarkan amarah. “Hidup kita tidak berjalan sebagaimana seharusnya jika peramal tidak mengatakan kebenaran. Kita tidak dapat memainkan kartu kita jika tidak tahu apa kartu di tangan kita. Skye layak mati.”

“Anda juga ingin menghukum ayah Anda.” 

Glen menggeleng, “Saya hanya ingin melindungi Billy. Ayah akan terbukti bersalah, tetapi ia tidak akan dihukum seumur hidup. Ia dapat membayar pengacara terbaik di Mendelia yang akan berjuang agar ayah dijatuhi hukuman minimal sebagai pelaku pembunuhan, yaitu....”

“Sepuluh tahun.” Aku mulai paham, “Dalam 10 tahun itu Billy sudah dewasa sehingga bebas dari ancaman perbuatan Rodger.”

Glen mengangguk. 

“Tetapi Rodger juga dapat mengatakan bahwa Anda hasil kloningnya. Ia bisa bebas. Kecurigaan jatuh pada Anda.” Suara Glen terdengar lebih dewasa. “Jika ayah membuka rahasia itu, saya pun akan membeberkan rahasianya. Hukuman bagi penganiaya anak-anak minimal juga 10 tahun. Sama saja ‘kan?”

“Bedanya, sebagai pembunuh ia akan tinggal di penjara, sedangkan sebagai penderita pedofilia hidupnya akan hancur,” tambahnya sambil menatap lurus ke arahku. 

Kubiarkan dia keluar ruangan dan memanggil taksi. Kasus ini nyaris, atau bahkan sudah, menjadi kejahatan yang sempurna. (Robert J.Sawyer)


Baca Juga: Cinta Ditolak, Jarum Bertindak

 

" ["url"]=> string(73) "https://plus.intisari.grid.id/read/553561362/dna-kembar-tiga-buka-rahasia" } ["sort"]=> array(1) { [0]=> int(1668183084000) } } }