array(5) {
  [0]=>
  object(stdClass)#65 (6) {
    ["_index"]=>
    string(7) "article"
    ["_type"]=>
    string(4) "data"
    ["_id"]=>
    string(7) "3635735"
    ["_score"]=>
    NULL
    ["_source"]=>
    object(stdClass)#66 (9) {
      ["thumb_url"]=>
      string(113) "https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/750x500/photo/2023/01/05/pembunuhnya-suka-wanita-muda_lin-20230105070517.jpg"
      ["author"]=>
      array(1) {
        [0]=>
        object(stdClass)#67 (7) {
          ["twitter"]=>
          string(0) ""
          ["profile"]=>
          string(0) ""
          ["facebook"]=>
          string(0) ""
          ["name"]=>
          string(13) "Intisari Plus"
          ["photo"]=>
          string(0) ""
          ["id"]=>
          int(9347)
          ["email"]=>
          string(22) "plusintisari@gmail.com"
        }
      }
      ["description"]=>
      string(111) "Rusia sempat dikejutkan kasus orang hilang dan pembunuhan. Kali ini, pelakunya selalu menyasar para gadis muda."
      ["section"]=>
      object(stdClass)#68 (8) {
        ["parent"]=>
        NULL
        ["name"]=>
        string(8) "Kriminal"
        ["show"]=>
        int(1)
        ["alias"]=>
        string(5) "crime"
        ["description"]=>
        string(0) ""
        ["id"]=>
        int(1369)
        ["keyword"]=>
        string(0) ""
        ["title"]=>
        string(24) "Intisari Plus - Kriminal"
      }
      ["photo_url"]=>
      string(113) "https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/945x630/photo/2023/01/05/pembunuhnya-suka-wanita-muda_lin-20230105070517.jpg"
      ["title"]=>
      string(28) "Pembunuhnya Suka Wanita Muda"
      ["published_date"]=>
      string(19) "2023-01-05 19:05:39"
      ["content"]=>
      string(35894) "

Intisari Plus - Rusia sempat dikejutkan kasus orang hilang dan pembunuhan. Kali ini, pelakunya selalu menyasar para gadis muda.

--------------------

Sabtu yang cerah di Bulan Juni 1982, desa Zaplavskaya, Donskoi, Rusia, dikejutkan adanya laporan warganya yang hilang. Gadis tanggung Lyubov Biryuk (13) putri keluarga Pelagea tak pernah kembali ketika disuruh ibunya membeli rokok, roti, dan gula. Berambut coklat potong pendek, gadis berpipi gemuk, berhidung pesek dengan mata kelabu ini jauh dari cantik, tapi ramah kepada siapa saja. 

Kala pergi Lyubov memakai sandal putih dan pakaian musim panas warna biru yang tipis. Kisahnya berawal dari kecurigaan ibu Lyubov ketika kembali dari kandang ternaknya tidak menjumpai Lyubov di rumah. Semula ia mengira mungkin anak bungsunya pergi ke rumah neneknya di Krivyanka, desa yang berjarak 5 mil dari rumahnya. Atau barangkali ke rumah kakaknya, Nadezhda. 

Karena nenek Lyubov tidak mempunyai telepon, keesokan harinya Pelagea mengendarai bus ke Krivyanka untuk mengecek. Ternyata Lyubov tak ada di situ. Juga tidak di tempat kakaknya, Nadezhda di kota Semikarakorsk. Seharian Pelagea mencari Lyubov ke rumah teman-temannya. Kecemasan semakin menjadi-jadi ketika mengetahui Senin Lyubov tak hadir di sekolah.

Di ambang keputusasaan itu, ia menelepon adiknya Nikolai Petrov, seorang letnan detektif polres Novocherkassk, kota terdekat dengan Donskoi. Mendengar kemenakannya hilang, Petrov langsung pergi ke Donskoi sejauh 20 mil. Berbekal foto Lyubov, Petrov berkeliling menggali informasi.

Salah seorang teman sekolah Lyubov, Yuri Popov memberi kesaksian pada Petrov, dia satu bus dengan Lyubov ke Donskoi Sabtu siang. Sesampai di kota itu mereka berjalan bersama sejauh 100 yard lalu berpisah. Popov menemui dokter sementara Lyubov berbelok ke arah pertokoan. Tetapi setelah di cek toko yang diperkirakan dia datangi tak seorang pun mengenal wajahnya. Padahal, Sabtu sore itu bus yang seharusnya menuju ke Zaplavskaya tidak jalan. Petrov memperkirakan Lyubov menumpang kendaraan yang kebetulan lewat. Namun pencarian di sepanjang jalan antara Donskoi dan S. Don pun nihil. 

Dua minggu kemudian, 27 Juni, mayat gadis ini ditemukan seorang pencari kayu di hutan kecil pinggiran kota dalam keadaan  mengenaskan. Jasadnya yang telanjang, terbaring telentang dengan kepala menghadap ke kiri. Tangannya terangkat setinggi bahu yang menunjukkan si korban berusaha menangkis serangan pembunuhnya. Sebagian besar dagingnya telah hilang. Tetapi masih menyisakan kulit berwarna coklat tua pada kaki, tengkorak, dan tangan.

Dua tulang rusuknya pecah, barangkali oleh pisau. Pengamatan lebih jauh mendapatkan bukti ada 22 tusukan, termasuk yang paling aneh cacat pada tulang rongga mata, menandakan matanya telah dicungkil. Jejak pisau pembunuh juga dapat dilihat pada bagian panggul, menandakan pembunuh juga mencederai alat kelaminnya.

Mayor Mikhail Fetisov, kepala bagian penyelidikan kriminal wilayah Rostov yang berpenduduk 3 juta jiwa ini, memeriksa dengan cermat TKP (tempat kejadian perkara). Diperkirakan, mayat itu telah tergeletak kira-kira 1 bulan.

Hari berikutnya polisi yang menyisir semak-semak di sekitarnya menemukan sandal putih serta tas kuning berisi 1 bungkus rokok merek Nasha Marka, persis pesanan Ibu Lyubov. Proses dekomposisi nampaknya dipercepat oleh terik matahari dan derasnya hujan yang mengguyur kawasan itu. Sehingga dapat diduga hujan telah melenyapkan jejak pembunuh.

Penemuan mayat di TKP itu menimbulkan berbagai pertanyaan. Bagaimana anak itu sampai terbunuh ditempat yang berada cuma 7 m dari jalan setapak? Bagaimana mungkin pembunuhan bisa terjadi tanpa seorang pun mendengar atau melihat? Mengapa ada begitu banyak tikaman? Apakah pemerkosaan? Posisi mayat dan tidak adanya pakaian menimbulkan dugaan itu. Tetapi sperma yang bisa jadi barang bukti, kalaupun ada, sudah hanyut tersapu oleh hujan.

Pembusukan tubuh nampaknya terjadi terlalu cepat sehingga identifikasi penyebab kematian menjadi sulit. Tetapi tikaman pada bagian muka memberikan jejak bahwa pembunuh menyerang, baik dengan mata pisau maupun gagangnya dari belakang. Barangkali, ia mula-mula memukul dan mengenai pusat kesadaran, lalu menikamnya.

 

Pria bermobil putih

Belum lagi pencarian tersangka pembunuh Lyubov mendapatkan titik terang, ditemukan lagi kerangka manusia di tumpukan kayu tepi rel sekitar stasiun Shakhty 20 mil barat laut Donskoi, 20 September. Pemeriksaan menunjukkan, tulang belulang manusia itu telah berumur sekitar 6 minggu.

Mayat telanjang itu telungkup, tangannya di dekat kepala, dengan kedua kaki terpentang. Ada tanda-tanda sejumlah tikaman, termasuk di bagian mata. Kondisi mayat yang sudah rusak tak dapat diidentifikasi detail selain bahwa korban adalah wanita dewasa.

Pada 27 Oktober, seorang petani yang sedang mengumpulkan kayu dekat kamp Kazachi Lagerya, 10 mil selatan Shakhty dan 15 mil barat Donskoi, menemukan kerangka yang diperkirakan wanita, telungkup, tertutup oleh dahan-dahan. Tulangnya juga cacat karena torehan pisau, terutama bagian dada. Kondisinya persis seperti jenazah yang ditemukan sebelumnya.

Penemuan tiga korban wanita dengan luka-luka pisau pada matanya, mendorong Mayor Fetisov menambah armada penyelidiknya menjadi 10 detektif awal Desember. Ia bahkan merekrut Letnan Viktor Burakov dari lab. kriminal yang dikenal kampiun sebagai ahli sidik jari dan jejak.

Korban terakhir ditemukan bulan Januari, tidak jauh dari stasiun Shakhty. Seperti Lyubov Biryuk dan 2 mayat yang belum teridentifikasi, mayat keempat ini matanya juga tercungkil oleh pisau. Hasil autopsi menjelaskan bahwa mayat sudah tergeletak di situ paling tidak selama 6 bulan. Bahwa korban adalah wanita, hanya bisa disimpulkan dari temuan pakaian wanita di TKP. Umurnya diperkirakan antara 15 - 19 tahun.

Karena setiap korban selalu dicungkil matanya, Burakov menduga pembunuhnya adalah sama dan seorang lelaki.

Sementara itu ada takhayul di Rusia, gambar si pembunuh selalu tertinggal di mata korban. Barangkali pembunuhnya merusak mata korban untuk menghapus jejak. Atau mungkin, si pembunuh tak tahan memandang mata korbannya. Itu artinya pembunuh sempat bersama-sama dengan korban cukup lama.

Penemuan keempat mayat itu membuat polisi menggali lagi laporan kehilangan gadis pada waktu-waktu sebelumnya. Dalam daftar itu terdapat antara lain Olga Stalmachenok (10), warga Novoshakhtinks, hilang sesudah les piano pada 11 Desember 1982. Polisi di kota Novoshakhtinks, kota tambang kira-kira 40 mil utara Rostov, gagal menemukan si pelaku. Kedua orang tua korban bekerja di pertambangan. Natalia sebagai ahli mesin sedang Anton pemasang pipa.

Menurut Natalia, Olga anak yang penurut dan prestasinya di sekolah lumayan. Dia bercita-cita menjadi guru musik. Nampaknya orang tuanya juga mendukung kalau anaknya bercita-cita bekerja di luar lingkungan pertambangan. Meskipun tidak bisa bermain musik, akhirnya mereka membeli piano. Sejak berumur 6 tahun, Olga dikursuskan piano 2 kali seminggu sepulang sekolah di sekolah musik di pusat kota.

Selama tiga tahun pertama orang tuanya selalu mengantar jemput Olga ke tempat kursus. Tetapi perjalanan itu lebih dari 1 jam sekali jalan dan harus berganti-ganti bus. Maka memasuki musim panas tahun 1982 Olga pergi sendirian kendati ayahnya masih menjemput dengan motornya di halte menuju rumahnya.

Tatkala sore itu Olga belum pulang pada pukul 19.00 semula kedua orang tuanya tidak panik. Bus sering mogok atau ditunda keberangkatannya dan kalau itu terjadi Olga baru sampai di rumah menjelang pukul sembilan malam. Tetapi ketika malam semakin larut kepanikan mulai muncul.

Olga akhirnya ditemukan bukan oleh milisi atau anjing, tetapi oleh pengemudi traktor di tanah pertanian kolektif di timur laut dekat Novoshakhtinsk, 3 mil dari tempat ia les musik pada tanggal 14 April.

Viktor Burakov segera menuju ke sana. Dia heran mengapa si pembunuh mau bersusah payah ke sana untuk membuang mayat Olga. Selain jaraknya jauh dari konservatorium rutenya cukup rumit, bahkan mendekati tujuan, Burakov harus berjalan lagi 100 atau 150 yards lewat jalanan berlumpur di dekat puncak bukit. 

Selama 11 tahun bertugas di kepolisian, Burakov telah melihat ratusan mayat, tetapi dia jarang melihat mayat gadis dengan luka bacokan seperti yang ia lihat pada Olga Stalmachenok. Kondisinya terlalu mengerikan untuk diceritakan secara mendetail.

Para penyelidik perlu mengecek keberadaan semua penduduk wilayah itu atau mereka yang pernah dituduh melakukan kejahatan seks pada tanggal 11 Desember. Juga setiap pria yang tinggal dan bekerja di sekitar area tempat les piano.

Dari penyaringan laporan Novoshakhtinsk, Burakov mencurigai Vladimir Babakov yang mempunyai sedan putih dan tinggal di dekat tempat les piano. Meski Babakov berumur 72 tahun, ia tampak lebih muda dari usianya. Menurut adik perempuannya, kakaknya tidak pernah puas dengan satu wanita. Kendati resminya bujangan, dia tinggal bersama dengan wanita usia 35 tahun. Dia juga punya hubungan gelap dengan banyak wanita muda.

Gosip menyatakan dia suka memasukkan gadis usia delapan, sembilan, atau sepuluh tahun ke dalam garasinya.

Tapi bagi kebanyakan bekas pacarnya ia amat mesra. Tidak ada bukti kalau ia suka terbuat kekerasan terhadap pasangannya. Tak seorang pun dapat membuktikan kalau ia mengenal Olga Stalmachenok.

Babakov pada malam tanggal 11 Desember punya alibi. Dia berada di rumah dan mobilnya juga berada di garasi semalaman. Pacar tetapnya dan tetangganya menguatkan bukti itu.

 

Pemuda keriting bergigi ompong 

Ditengah penyelidikan itu, 4 bulan kemudian terjadi pembunuhan lagi. Pada 8 Agustus 1983 sekelompok anak muda yang sedang berjalan dekat lapangan udara Rostov di Don, menemukan mayat dalam sebuah parit, tak jauh dari persimpangan jalan besar dan rel kereta yang menghubungkan Rostov dengan Shakhty dan Moscow. Mayat wanita yang tinggal tulang belulang itu tampak kotor dan tertimbun dedaunan. Penyelidikan forensik dilakukan untuk mengungkap fakta-fakta lebih jauh.

Beberapa hari kemudian diperoleh laporan, rongga mata korban rupanya cedera oleh pisau. Wajah korban dan susunan gigi yang tidak simetris menunjukkan ia menderita down syndrome.

Umumnya penderita down syndrome ini bersekolah di asrama khusus untuk anak-anak cacat. Pengecekan pun dilakukan di semua asrama anak cacat. Informasi yang didapat, sampai awal September seorang penghuni asrama bernama Irina Dunenkova belum masuk sekolah lagi. Setelah dicocokkan, foto diri dan catatan kesehatan gigi Irina lengkap dengan foto-foto tengkorak dan gigi mayat yang ditemukan di parit ke laboratorium di Moscow terjawab sudah. Mayat itu adalah Irina Dunenkova.

Ketika perhatian polisi sedang dicurahkan mengungkap pembunuhan berantai yang keenam, jatuh korban ketujuh. Mayat seorang anak laki-laki di tempat sampah di desa Ordzhonikidze, tak jauh dari lapangan terbang Rostov, ditemukan pada 28 Agustus. Tubuhnya telah membusuk kecuali pada bagian punggung dan kakinya. Ada 9 luka tikaman pada bagian dada dan dua di rongga mata kiri. Mayat ditemukan kira-kira 2 mil dari tempat Irina terbunuh.

Identitas korban adalah seorang anak laki-laki bernama Igor Gudkov (8) asal Bataisk yang dilaporkan hilang pada 9 Agustus.

Igor rupanya sedang liburan musim panas di rumah neneknya. Tetapi kadang-kadang saat makan siang ia menemui ibunya yang bekerja di sebuah toko di Jl. Engels, Rostov. Pada 9 Agustus ia naik bus rute Bataisk ke pusat kota Rostov, hanya satu blok dari toko tempat ibu Igor bekerja. Tapi Igor tak pernah sampai di toko itu.

Penemuan mayat Igor Gudkov membuat polisi membentuk gugus tugas khusus beranggotakan 16 personel dibawah komando Aleksandr Ryabko dan Valery Beklemishchev. Mereka memeriksa kembali semua teori. Dalam beberapa hal kasus Igor masih sejalan dengan pembunuhan sebelumnya. Para korban pengguna kendaraan umum, tubuhnya penuh luka tikaman, juga di bagian mata, dan mayat mereka ditinggalkan.

Tetapi mengapa korbannya laki-laki dan perempuan? Sepanjang pengetahuan Burakov, pembunuh berantai selalu menyasar korban yang berjenis kelamin sama. Mungkinkah pembunuhnya dua orang, masing-masing menggunakan pisau, dan keduanya sadis?

Pada pertengahan September, Valery Beklemishchev, melapor kepada Burakov. Misteri telah terpecahkan! Seorang pria bernama Yuri Kalenik mengaku sebagai pembunuhnya.

Yuri Kalenik adalah seorang pemuda ramping dengan rambut coklat keriting, bergigi ompong, dan kumis tipis. Sejak umur 12 tahun dia sekolah di SLB berasrama di Kota Gukovo, sekitar 80 mil utara Rostov. Pada tahun 1981 ketika berumur 17 tahun, ia melanjutkan ke sekolah teknik sehingga kemudian diterima bekerja di Gukovo. Tetapi Kalenik masih sering bermain dengan teman-temannya di asrama itu. 

Pada awal September 1983, salah seorang temannya, Valery Shaburov, mengajak Kalenik berjalan-jalan menggunakan elektrichka, kereta ekonomi untuk golongan bawah dengan rute Gukovo - Rostov 4 - 5 kali sehari. Jarak 120 mil ditempuhnya dalam 4 - 5 jam, kalau tidak terlambat.

Untuk anak muda kereta ini memberi keuntungan yang besar karena kondektur jarang memeriksa karcis. Kalau sedang beruntung mereka bisa seharian melancong gratis di pedesaan. Kala itu setelah turun di halte terakhir di Rostovon-Don dan puas berkeliling di kota Rostov, mereka memutuskan untuk menginap di bus listrik kosong. Pagi harinya, Valery Shaburov iseng menghidupkan lampu, membelokkan roda, dan membuka pintu. Si pengemudi, yang kebetulan tiba, memanggil polisi. Kalenik lalu melarikan diri pulang ke Gukovo.

Polisi menangkap Shaburov. Karena mayat-mayat yang ditemukan tak jauh dari situ, sekalian ia ditanya siapa yang membunuh Gudkov dan Dunenkova.

“Bukan saya,” kata Shaburov. “Yuri yang melakukan.” Sore itu Kalenik pun diciduk polisi. Ini pengalaman pertama ia dipenjara. Dalam interogasi, mulanya Kalenik menyangkal. Tetapi setelah beberapa waktu, Kalenik mengakui tak hanya bertanggungjawab pada tujuh pembunuhan yang dituduhkan, tetapi juga empat lainnya.

Tetapi dalam pendalaman pemeriksaan selanjutnya Burakov semakin ragu kalau Kaleniklah pelakunya. Pengakuan Kalenik pada Beklemishchev menurutnya tidak akurat dan tidak konsisten.

Kendati Kalenik diberi label “terbelakang” namun menurut Burakov kecerdasannya normal. Kalau membunuh pastilah ia dengan mudah bisa mengingat-ingat nama korban, ciri-cirinya, atau caranya ia membunuh. Tetapi mengapa ia mengaku? Dugaan Burakov, Yuri Kalenik disiksa.

Sementara pemeriksaan atas diri Kalenik masih berlangsung, penemuan mayat-mayat baru pun terus bermunculan. Pada tanggal 8 Oktober ditemukan tulang belulang seorang wanita muda yang diperkirakan berumur 19 tahun di hutan dekat Novoshakhtinsk. Mata kirinya cedera kena torehan pisau. 

Tanggal 30 Oktober ditemukan lagi mayat seorang wanita yang diperlakukan amat sadis. Diperkirakan baru 3 hari meninggal. Padahal Kalenik pada saat itu sudah ditahan selama 6 minggu. Artinya, kematiannya tidak bisa dikaitkan dengan Kalenik.

Dalam kasus ini si pembunuh tidak menyentuh mata korban. Hasil pemeriksaan forensik dan sidik jari menjelaskan, bahwa korban bernama Vera Shevkun (19), seorang pelanggan elektrichka. Dia peminum dan menurut polisi mempunyai kelainan seksual.

Pada 27 November di hutan kayu selatan Skakhty, tak jauh dari stasiun kereta api Kirpichnaya, ditemukan rangka lagi. Korban nampaknya sudah meninggal beberapa bulan, sejak musim panas. Matanya nampak terluka. Binatang-binatang telah merusak sebagian rangka di tempat kejadian. Polisi menemukan pakaian di dekat situ, sementara sakunya berisi 2 karcis teater di Shakhty.

Kasus ini membangkitkan pertanyaan. Lantaran waktu pembunuhan tampaknya dilakukan di akhir musim panas, ini membuka kembali kemungkinan Yuri Kalenik pembunuhnya. Tetapi jika benar Kalenik membunuhnya, mengapa ia tidak menceritakan hal itu dalam pengakuannya?

 

Kejahatan seksual

Teror pembunuhan yang telah berlangsung sejak 2 tahun lalu masih terus mencekam warga negeri ini. Datangnya tahun baru 1984 tak membuat si pembunuh menghentikan aksinya. Pada 4 Januari, di pinggir jalan kereta api Rostov-Shakhty ditemukan mayat, tertutup oleh pakaian dan sedikit salju. Korban diidentifikasi sebagai Sergei Markov (14) yang dilaporkan hilang pada 28 Desember.

Kemudian di dekat Novocherkassk, polisi kembali menemukan jenazah. Pria tanpa alat kelamin dan skrotum. Ada 70 luka di tubuhnya. Tanda-tanda kekerasan juga dijumpai pada bagian anal.

Penyelidikan medis yang teliti mendapati sejumlah sperma di anus Markov. Adanya sperma ini menimbulkan beberapa kemungkinan. Korban bisa jadi diperkosa sebelum dibunuh. Apalagi pada mayat-mayat lainnya ditemukan juga tanda-tanda perkosaan.

Demikianlah, pembunuhan terus saja terjadi. Pada suatu malam pada 24 Maret 1984, Dima Ptashinikov setelah membeli prangko di Jalan Lenin, di Novoshakhtinsk tidak pernah kembali ke rumah.

Beberapa saksi mata melihat Dima berjalan sepanjang Jalan Lenin pada malam itu diikuti oleh seseorang bertubuh pendek.

Belum sampai para penyelidik mendapatkan jawaban yang memuaskan soal kasus Ptashnikov, korban baru kembali jatuh pada bulan Juni di daerah pedusunan dekat Aksai. Korbannya adalah wanita, ditemukan dalam keadaan telanjang dengan luka tikaman hampir di sekujur tubuhnya. Dia adalah Tatyana Polyakova (17).

Ketika bukti-bukti tengah dikumpulkan jatuh korban ke-16 dan ke-17. Mayatnya ditemukan pada tanggal 5 Juli, namun pemeriksaan atas kedua jenazah itu menunjukkan mereka terbunuh pada akhir bulan Mei. Hampir satu setengah bulan kemudian jatuh korban ke-18. Sementara korban yang ke-19 dan 20 ditemukan pada bulan Agustus.

Pembunuh hanya meninggalkan bukti yang amat minim. Pada diri 5 korban terakhir ditemukan sisa-sisa sperma. Pada salah satu korban ditemukan sisa rambut yang diperkirakan rambut pria. Pada tubuhnya juga ada bekas luka bakar karena sulutan rokok. Ini mengindikasikan pembunuhnya seorang perokok.

 

Pria sopan mencurigakan

Pada tahun 1982 terjadi 5 kali pembunuhan, tahun 1983 ada 6 kali pembunuhan. Sementara tahun 1984 seperti dicatat Borakov terjadi 13 kali pembunuhan. Bahkan dalam 5 bulan terakhir setiap 2 minggu jatuh satu korban.

Fetisov dan Chemyshev menyediakan lagi tenaga bantuan lebih dari 200 orang membantu mengungkap kasus ini. Di sini Burakov diberi wewenang yang lebih besar.

Setelah melalui rangkaian pengamatan, Burakov dan penyelidik lain Yuri Moiseyev mulai mengira-ngira ciri-ciri pembunuh. Menurut mereka orang itu berusia 25 - 30 tahun dan punya daya tarik untuk merayu wanita-wanita muda. Dia bergolongan darah AB. Tersangka kemungkinan bekerja sebagai pengemudi dan sering melakukan perjalanan. Diperkirakan ia tinggal di Novocherkassk, 30 mil utara Rostovon-Don.

Korban yang terus berjatuhan tanpa adanya penjelasan yang memuaskan menimbulkan desas-desus di kalangan masyarakat. Salah satu rumor menyebutkan bahwa gerombolan kanibal telah turun gunung dan menempati sebuah taman.

Rumor lain mengatakan sebuah geng mengadakan latihan medis dan membunuh para korban itu untuk meningkatkan keterampilannya.

Pada akhir bulan Agustus 1984, Mayor Aleksandr Zanasovsky, sedang bertugas di stasiun bus Rostov. Sekitar pukul 8 malam, ketika berada di ruang tunggu, Zanasovsky melihat seorang muda sedang berbicara dengan seorang wanita muda. Pria itu berambut kelabu, memakai dasi dan menggunakan kacamata serta membawa sebuah tas kecil.

Karena curiga Zanasovsky mendekati orang itu untuk memeriksa dokumen. Ia bernama Andrei Chikatilo dan dia bekerja sebagai manajer bagian penjualan pada perusahaan mesin di Rostov. Dia mempunyai bukti yang meyakinkan perjalanannya ke Rostov adalah untuk urusan bisnis. Zanasovsky lalu menyilakan ia pergi.

Seminggu kemudian pada suatu malam pada 13 September, Zanasovsky melihat orang yang sama di stasiun bus di Rostov. Pakaiannya seperti yang ia lihat Agustus lalu. Chikatilo barangkali telah melupakannya, tetapi Zanasovsky tetap saja mengawasinya.

Gerak-geriknya terus saja diawasi. Ia menumpang bus kira-kira selama 2,5 jam, berganti-ganti bus sesukanya. Sembilan sampai sepuluh kali Zanasovsky mengamati Chikatilo selalu memilih gadis-gadis untuk diajak bercakap-cakap. Kendati ia masih tetap sopan.

Akhirnya Chikatilo berhenti di stasiun dan berjalan menuju sebuah restoran. Kemudian ia keluar.

Kala itu hari sudah lewat tengah malam, tetapi Chikatilo terus saja berjalan. Dia kembali lagi ke stasiun bus, mengobrol lagi dengan wanita-wanita muda, lalu menaiki bus. Kira-kira pukul 3 dini hari, Chikatilo melihat seorang gadis muda, kira-kira berumur 9 tahun, sedang berbaring di sebuah meja. Dia berjalan ke sana dan duduk di sebelahnya.

Zanasovsky dapat melihat dengan jelas tetapi tidak bisa mendengar apa yang mereka percakapkan. Bersama Chikatilo, gadis itu berjalan berbarengan dan berpisah di toilet. Chikatilo kemudian keluar dan dengan tergesa-gesa keluar stasiun untuk menumpang kendaraan umum.

Ketika ditanyai Chikatilo berdalih ia ketinggalan bus yang menuju Shakhty dan dia terpaksa menghabiskan waktu sambil menunggu bus berikutnya. Tetapi ia tidak melawan ketika Zanasovsky memintanya pergi ke kantor polisi. Dalam koper kecilnya Zanasovsky menemukan gelas vaseline, handuk kotor, beberapa utas tali, serta pisau dapur.

Karena tak ada bukti kuat, Chikatilo dilepaskan.

Dalam upaya menuntaskan kasus itu Burakov mendapatkan masukan dari Bukhanovsky, seorang ahli jiwa. Perbuatan kriminal itu, menurutnya disebabkan oleh penyimpangan kepribadian seks. Sadisme yang muncul bisa jadi merupakan manifestasi kepuasan seks yang tak bisa dipenuhi. Pembunuhnya mungkin seorang yang kompulsif. 

Ketika keinginan membunuh muncul ia tidak bisa mengendalikan diri. Dia mungkin telah merencanakan pembunuhan. Tetapi ketika menyadari telah melakukan pembunuhan dia merasa tertekan dan bersalah. Keinginannya membunuh bisa terpacu oleh periodisasi bulan atau kondisi cuaca.

Kendati menderita kelainan mental, barangkali schizophrenia, dia bukanlah seorang yang mudah marah atau terbelakang. Dia cukup pintar untuk membuat rencana dan menghindari penangkapan.

Dalam beberapa bulan Bukhanovsky bekerja untuk melaporkan gambaran yang lebih lengkap tentang profil si pembunuh. Ia mengungkapkan kalau kebetulan sebagian besar korbannya wanita, itu hanyalah menunjukkan bahwa obyek keinginannya adalah wanita. Kalaupun dia membunuh pria bukan karena ia ingin tetapi karena sesuatu yang lumrah.

Pada 23 Juli, polisi di Chaltry, kota pertanian selatan Rostov, melaporkan penemuan mayat Lyubov Golovakha (33), dengan 22 luka tikaman. Di dekat tubuhnya polisi menemukan sepotong pakaian yang diduga milik pembunuh. Darah si pembunuh bergolongan AB.

Pada tanggal 18 Agustus polisi di Bataisk, salah satu lingkungan industri di luar kota, melaporkan adanya mayat seorang wanita muda, Irina Pogoryelova. Pembunuhnya nampak berusaha mengubur mayat.

 

Polisi frustasi

Burakov semakin cemas ketika mayat terus saja berjatuhan. Ia dan teman-temannya kemudian menyusun buku panduan tentang kasus itu, untuk dikirim ke polisi di seluruh Uni Soviet. Burakov menulis agar mereka mengklasifikasikan data-data tentang pembunuh. Dia juga membuat daftar yang memperlihatkan semua korban.

Mengumpulkan semua tersangka amatlah sukar. Para penyelidik memilih file yang berisi 22 orang yang dicurigai dan 44 orang yang patut diamati.

Frustasi mulai memengaruhi kestabilan emosi Mikhail Fetisov dan Viktor Burakov. Perbedaan pendapat di dalam tubuh polisi dalam penanganan kasus Yuri Kalenik secara perlahan-lahan mulai mereda ketika semakin banyak korban berjatuhan. Tetapi sekaligus muncul suatu ketakutan kalau-kalau kasus semakin tidak dapat terpecahkan, sehingga akan mendiskreditkan para penyelidik.

Fetisov nampak mengalami insomnia. Dia sering terbangun di malam buta hanya untuk melihat apakah anaknya yang berumur 8 tahun masih ada di tempatnya. Mimpinya berkisar soal darah dan mayat. 

Sementara Burakov pun mengalami hal yang sama. Dia mencoba mengatasi itu dengan membaca. Pada akhir tahun 1986 ia menderita sakit yang disebut nervous breakdown. Dokter yang memeriksanya mengatakan penyakitnya muncul lantaran syarafnya tegang dan lelah.

Burakov cuma berharap bahwa pembunuhnya akan beraksi lagi. Kalau ini dilakukan ia berharap suatu saat pembunuhnya akan melakukan kesalahan sehingga jejaknya akan ketahuan. Entah itu sidik jari, saksi mata, atau korbannya cukup kuat melawan sehingga akan segera melaporkan kepada polisi.

Pada 6 April 1987 di dekat stasiun Krasny Sulin ditemukan lagi mayat wanita muda tergeletak di dekat rel. Tak ada yang tahu bagaimana ia terbunuh.

Kemudian pada 17 Mei 1988 terjadi pembunuhan di Ukraina atas diri Aleksei Voronko (9). Pada kejadian ini ada saksi yang melihat Aleksei bersama seseorang masuk ke dalam hutan. Namun ciri-ciri pembunuh nampaknya masih samar.

Petunjuk yang lebih pasti mulai terlihat ketika dr. Svetlana Gurtovaya, kepala lab. biologi dan bagian forensik mengirim surat bahwa jenis darah dan sperma selalu sama. Di tengah petunjuk yang agak pasti itu muncul korban lagi. Kali ini menimpa Muratov. Korban hilang di musim panas tahun 1988 setelah pergi ke Rostov. Sesudah itu sampai tahun 1990 korban-korban berjatuhan. Burakov menghitung korban telah mencapai angka 32. Peristiwa ini membuat penduduk Rostov menjadi sangat panik dan dicekam ketakutan.

Burakov berusaha keras menghentikan sepak terjang si pembunuh. Untuk itu Burakov merencanakan menggunakan elektrichka untuk menjebak si pembunuh. Polisi sepakat memakai stasiun Donleskhoz untuk menjebak.

Di stasiun itu ditempatkan 360 orang petugas berseragam maupun yang menyamar. Tapi 10 hari sebelum rencana itu dilakukan terjadi lagi pembunuhan di dekat stasiun Donleskhoz. Kejadian itu sungguh memukul moral Burakov dan Fetisov.

Beberapa hari kemudian juga muncul berita buruk polisi lokal di Shakhty menemukan mayat Viktor Tishchenko (16), padahal stasiun Shakhty telah diamati oleh ratusan petugas.

Pada tanggal 13 November 1989 muncul korban ke-36 juga di dekat stasiun Donleskhoz.

Ini sekaligus membuktikan bahwa perangkap belum mendapatkan hasil. Fetisov lalu memanggil Vasily Panfilov yang terjun langsung dalam pengawasan dan menanyakan mengapa si pembunuh bisa melewati brigade pengawasan.

Dengan tenang Panfilov menjawab bahwa penjagaan sebenarnya dilakukan setiap saat, kecuali pada jam makan. Alasannya tak ada warung makan di tengah hutan itu.

Sambil menahan marah Fetisov membaca nama-nama yang biasa melewati hutan itu dan diperiksa identitasnya. Ivanov, Petrov, Sidorov .... satu orang lagi nampaknya amat akrab di telinganya: Andrei Romanovich Chikatilo, yang tercatat lewat jalan itu pada 6 November.

Menurut Burakov, para penjaga kehilangan kesempatan untuk menangkap Chikatilo pada 6 November. Padahal 2 orang petugas ditempatkan di stasiun Donleskhoz pada jam itu. Tetapi hanya satu yang ada di pos. Yang lain pergi makan.

Menjelang tanggal 20 November, Burakov dan Fetisov merasa sudah saatnya untuk menangkap. Bukti-bukti dikumpulkan menyangkut rute perjalanan Chikatilo. Maka Kastoyev setuju dan menandatangani perintah penangkapan.

Setengah jam, Kolyesnikov dan regunya datang di Novocherkassk dengan menyamar. Chikatilo seperti yang mereka katakan muncul dari apartemen setengah jam sebelum mereka datang dan sedang berjalan di taman dekat tempat tinggalnya. 

Kolyesnikov menyebarkan orang-orangnya menjaga rute jalan menuju rumah Chikatilo dan berdiri di luar di sebuah kafe. Orang-orang ini tidak bisa dilihat oleh Chikatilo dan dua orang mengikuti dari belakang. Dia membawa gelas bir, ada balutan di salah satu tangan.

Mereka melihat dia berjalan pelan lewat gang. Penampilannya tidak seperti orang yang telah membunuh 36 orang. Dia nampak kurus dan berkaca mata dengan punggung yang agak membungkuk. Tingginya 6 kaki, memakai mantel cokelat tua dan topi. Dengan sebuah tas kulit kecil, dia seperti seorang birokrat. Ketika ia masuk ke kafe, Kolyesnikov yang mengawasi sejak tadi membiarkannya dan mencari kesempatan untuk menangkap. Tidak beberapa lama ia keluar menuju ke apartemennya. Saat itu juga Kolyesnikov memberi perintah. Tiga polisi dengan sigap menuju ke arahnya dan menangkapnya.

“Siapa kamu?” tanya Kolyesnikov. 

“Chikatilo, Andrei Romanovich,” jawabnya. 

“Anda ditangkap,” kata Kolyesnikov. Segera polisi memborgol kedua pergelangan tangannya.

Chikatilo seperti orang tak berdosa. la amat tenang dan siap ditangkap. Dalam perjalanan menuju Rostov, ia diapit oleh 2 orang polisi.

Polisi menempatkan Chikatilo dalam sel penjara milik KGB. Interogasi pertama hanya dilakukan secara singkat. Kendati dituduh sebagai pelaku serangkaian pembunuhan yang kejam, ia tampak tak berbahaya.

Karena tak kunjung mengaku, Burakov menghadirkan dr. Aleksandr Bukkhanovsky untuk membantu menginterogasi Chikatilo. Selama 2 jam Bukhanovsky akhirnya berhasil membuat daftar korban sesuai pengakuan Chikatilo. Chikatilo mengaku telah membunuh 56 orang. Dari jumlah itu 53 orang dapat dikonfirmasikan, 31 wanita dan 22 pria. Tapi diam-diam Burakov yakin korban yang sesungguhnya jauh lebih banyak.

Sidang pengadilan pun mulai digelar pada 14 April 1992. Ratusan orang tampak memenuhi ruangan pada sidang perdana. 

Ia sempat menyangkal 6 pembunuhan seperti yang ia akui sebelumnya. 

Sebagai perbandingan Guinness Book of World Record mencatat, selama ini pembunuhan paling hebat dilakukan oleh Pedro Alonso Lopez yang mengaku membunuh 300 orang gadis di Kolombia, Ekuador, dan Peru mulai 1973 - 1980. Tetapi setelah dilacak hanya ditemukan 53 mayat. Pedro diakui tidak sekejam Chikatilo dalam menghabisi nyawa korban. Pemeriksaan juga membuktikan Chikatilo tidak gila. Ia sadar benar ketika membunuh. Akhirnya Chikatilo dijatuhi hukuman mati. (Robert Cullen)

Baca Juga: Dua Permadi Tewas di Luar Pentas

 

" ["url"]=> string(73) "https://plus.intisari.grid.id/read/553635735/pembunuhnya-suka-wanita-muda" } ["sort"]=> array(1) { [0]=> int(1672945539000) } } [1]=> object(stdClass)#69 (6) { ["_index"]=> string(7) "article" ["_type"]=> string(4) "data" ["_id"]=> string(7) "3517238" ["_score"]=> NULL ["_source"]=> object(stdClass)#70 (9) { ["thumb_url"]=> string(113) "https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/750x500/photo/2022/10/09/psikopat-skakmat_lightfieldstudi-20221009071720.jpg" ["author"]=> array(1) { [0]=> object(stdClass)#71 (7) { ["twitter"]=> string(0) "" ["profile"]=> string(0) "" ["facebook"]=> string(0) "" ["name"]=> string(13) "Intisari Plus" ["photo"]=> string(0) "" ["id"]=> int(9347) ["email"]=> string(22) "plusintisari@gmail.com" } } ["description"]=> string(83) "10 mayat ditemukan selama sebulan di Rusia. Pelakunya kemungkinan seorang psikopat." ["section"]=> object(stdClass)#72 (8) { ["parent"]=> NULL ["name"]=> string(8) "Kriminal" ["show"]=> int(1) ["alias"]=> string(5) "crime" ["description"]=> string(0) "" ["id"]=> int(1369) ["keyword"]=> string(0) "" ["title"]=> string(24) "Intisari Plus - Kriminal" } ["photo_url"]=> string(113) "https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/945x630/photo/2022/10/09/psikopat-skakmat_lightfieldstudi-20221009071720.jpg" ["title"]=> string(16) "Psikopat Skakmat" ["published_date"]=> string(19) "2022-10-09 19:17:41" ["content"]=> string(25396) "

Intisari Plus - 10 mayat ditemukan selama sebulan di Rusia. Pelakunya kemungkinan seorang psikopat.

-------------------

Juli 2003 Kota Moskwa, Rusia, geger. Selama sebulan penuh, koran dan televisi dibombardir oleh berita pembunuhan berantai yang sadis. Sepuluh mayat ditemukan di sepuluh tempat yang berbeda. Semuanya mati dalam keadaan mengenaskan. Tengkorak kepala mereka hancur seperti akibat kena pukulan benda tumpul yang dihantamkan berulang-ulang. Sebagian lagi lehernya dipotong dan tampaknya korban tewas dalam keadaan tercekik. 

Sebagian yang lain ditenggelamkan di saluran pembuangan. Saking banyaknya korban pembunuhan itu, koran setempat, Kommersant, bahkan menurunkan dugaan yang lebih seram lagi: ini bukan hanya satu, tapi dua pembunuhan berantai!

“Pembunuhnya pasti seorang psikopat,” tulis koran itu.

Sejak adanya berita pembunuhan ini, setiap sudut Moskwa seolah menyimpan misteri dan ketegangan. Seakan-akan setiap sudut di kota itu dipenuhi orang-orang misterius dengan senjata di balik bajunya, yang setiap saat siap membekap mulut para pejalan kaki yang sedang berjalan sendirian, lalu membawanya ke sebuah tempat sepi untuk dihabisi. Orang-orang membicarakan berita pembunuhan berantai ini dengan bergidik. Bahkan sekadar membicarakannya pun membuat bulu kuduk mereka berdiri.

Aksi pembunuhan ini mengingatkan orang-orang pada Andrei Chikatilo, pembunuh berantai paling sadis dalam sejarah Rusia modern. Andrei Chikatilo saat itu membunuh 53 wanita dan anak-anak di Kota Rostov, Rusia Selatan. Dia ditangkap dan dihukum mati pada tahun 1994. Jumlah korban kali ini memang masih jauh di bawah angka korban Chikatilo, tapi itu pun sudah membuat warga Moskwa ketakutan. Selama Agustus, langit Moskwa seperti berubah menjadi kelabu, meskipun tidak sedang mendung.

Belum reda berita pembunuhan berantai bulan Juli, tiba-tiba saja di awal September, koran dan televisi kembali dibombardir oleh berita penemuan dua mayat yang kondisinya sama persis seperti korban pembunuhan dua bulan sebelumnya. Kepala mereka hancur akibat pukulan benda tumpul. Kedua mayat itu ditemukan tak jauh dari Taman Bittsyevskiy, sebuah taman hutan yang amat luas di wilayah selatan Kota Moskwa.

Sejak berita pembunuhan seri kedua ini, Taman Bittsyevskiy yang rindang dan luas itu seperti berubah menjadi hutan belantara yang menyimpan misteri. Jumlah pengunjung menurun drastis. Orang-orang takut pergi ke sana karena khawatir menjadi korban berikutnya.

 

Psikopat kambuhan

Mei 2006, tiga tahun kemudian, Taman Bittsyevskiy kembali ramai oleh pengunjung. Saat itu warga Moskwa sudah melupakan kejadian pembunuhan berantai tiga tahun sebelumnya. “Untunglah manusia punya sifat pelupa,” gumam Itrinov kepada dirinya sendiri. Itrinov, petugas patroli Taman Bittsyevskiy, pagi itu sedang berada di depan teve, hendak berangkat kerja. Namun ketika ia baru saja hendak melangkahkan kaki, televisi menyiarkan sebuah berita penting. Berita pembunuhan.

Polisi kembali menemukan dua mayat korban pembunuhan di lokasi yang tak jauh dari Taman Bittsyevskiy, seperti kejadian tiga tahun lalu. Taman Bittsyevskiy lagi!

“Hati-hati, pembunuhnya beraksi lagi,” kata Gennadiv, paman Itrinov yang tinggal serumah dengannya, ketika Itrinov mengikat tali sepatu, hendak berangkat.

Tiga tahun sebelumnya, Gennadiv tiap pagi juga mengucapkan kata-kata itu. Tapi Itrinov membalasnya dengan enteng, “Ya. korban berikutnya memang aku!”

“Hati-hati dengan ucapanmu!” kata Gennadiv menimpali.

“Setelah aku, korban berikutnya adalah kamu!” tukas Itrinov tak kalah sengit. Sepasang paman keponakan itu sehari-hari memang terbiasa saling berkata kasar, meskipun mereka tidak sedang bertengkar.

Itrinov dan Gennadiv adalah potret warga Rusia yang tak pernah tahu arti kemakmuran. Uni Sovyet telah runtuh. Rusia telah berganti-ganti pemimpin, semuanya menjanjikan kemakmuran. Tapi sejak zaman Yeltsin, Gorbachev, dan sekarang Putin, hidup mereka begitu-begitu saja.

“Barangkali memang kita harus meminta tolong kepada pembunuh berantai itu untuk mengakhiri hidup kita yang sengsara ini,” ejek Itrinov sambil ngeloyor pergi berangkat kerja. 

Sehari-hari tugas Itrinov berkeliling di Taman Bittsyevskiy yang luas itu untuk memastikan semuanya baik-baik saja. Tidak ada pohon tumbang, tak ada kursi taman yang rusak. Juga, tentu saja, memastikan tak ada orang yang melakukan pembunuhan di sana. 

Hari itu Itrinov masuk kerja dengan perasaan aneh. Selama berkeliling di taman bersama Igor, temannya, ia merasa seperti ada seseorang menguntitnya dari belakang. Berkali-kali ia menoleh tapi tak ada tanda-tanda ada orang menguntitnya. Tiap kali melihat batang pohon besar, ia mengamatinya dengan teliti seolah-olah ada orang yang sedang bersembunyi di baliknya.

“Kamu sudah mulai kena waham!” sindir Igor. 

Taman Bittsyevskiy masih dikunjungi banyak orang hari itu. Mungkin karena berita pembunuhan baru disiarkan pagi itu di teve sehingga masih banyak warga yang belum mengetahuinya.

Hingga sore hari, tak ada kejadian luar biasa di taman. Semua beres-beres saja. Menjelang malam, seperti biasa ia pulang. Di rumah, ia mendapati kertas pesan dari pamannya. “Aku menginap di rumah temanku.”

“Dasar penganggur!” gerutu ltrinov.

Gennadiv memang seorang penganggur. Satu-satunya pekerjaan tetapnya adalah menggerutu. Pagi, siang, sore, malam, ia selalu menggerutu tentang hidupnya. Ia tidak punya keluarga. Itrinovlah yang membiayai semua kebutuhan hidupnya.

Esok paginya, ketika ltrinov berkeliling di Taman Bittsyevskiy, ia kembali merasakan seolah-olah dirinya sedang dikuntit oleh seseorang. Tiap kali melihat rimbun pohon, ia mengawasinya seolah-olah ada seseorang bersembunyi di sana.

Saat makan siang, ia mendapat telepon penting. Dari kantor polisi. Sebuah berita yang membuatnya hampir saja tak percaya. Polisi menemukan mayat lagi di saluran pembuangan air di dekat Taman Bittsyevskiy. 

Yang membuat dia hampir tidak percaya, berdasarkan KTP korban, polisi mengatakan bahwa mayat itu bernama Gennadiv! Tiba-tiba ia merasa gemetar, teringat gurauannya kemarin sebelum berangkat kerja, “Bisa saja korban selanjutnya adalah kamu!”

 

Rahasia kotak catur

“Yang saya tahu paman saya meninggalkan pesan, dia menginap di rumah kawannya. Hanya itu,” kata ltrinov saat diinterogasi polisi. la tidak tahu siapa kenalan pamannya itu. Secara tidak terang-terangan, polisi mencurigai ltrinov sebagai pembunuhnya. Lebih-lebih karena semua korban ditemukan tidak jauh dari Taman Bittsyevskiy, tempat ia bekerja. “Saya tahu Bapak mencurigai saya, tapi apakah saya punya potongan sebagai pembunuh berantai?” kata ltrinov menyindir Komisaris Polisi Chevsk yang menanyainya.

“Apakah paman Anda suka bermain catur?” tanya Chevsk.

“Catur?” ltrinov balik bertanya. Chevsk mengatakan polisi menemukan kertas di tubuh Gennadiv. Kertas itu tampaknya pesan yang memang sengaja ditinggalkan oleh si pembunuh. Ada dua pesan di situ. Pesan pertama singkat dan bernada ancaman: “Kalau kalian tidak menghentikan aku, maka aku akan segera menggenapi kotak caturku!” Tampaknya ini adalah sebuah sandi yang hanya dimengerti si pembunuh sebab Gennadiv tak pernah bermain catur.

Pesan kedua seperti menunjukkan ia sama sekali tidak merasa bersalah dengan pembunuhan itu, “Aku telah membantu pria ini mengatasi kesengsaraan hidupnya. Kini ia sudah tenang!”

Pesan kedua ini sempat membuat Itrinov curiga, karena selama beberapa bulan terakhir, Gennadiv memang selalu mengeluhkan hidupnya yang sengsara. Bahkan sesekali ia mengumpat pemerintah yang ia nilai tidak becus mengelola negara.

Kadang ia mengucapkan sumpah serapah kepada Roman Abramovich, miliarder Rusia yang memiliki klub sepak bola Chelsea. Katanya, Abramovich menikmati kekayaan di atas penderitaan warga Rusia. Tiap kali televisi menyiarkan pertandingan sepak bola Chelsea, ia selalu mematikan teve lalu keluar rumah dengan membanting pintu.

Pernah sekali waktu ia menjadi uring-uringan seharian setelah mendengar berita di teve bahwa Rusia telah melunasi semua utang kepada IMF dengan devisa yang diperoleh dari ekspor minyak bumi. Pendeknya, berita apa saja tentang kemakmuran Rusia atau warga Rusia selalu membuatnya naik darah. Jika sedang marah, biasanya ia sulit tidur sampai harus menenggak obat tidur.

Tapi apa hubungan itu semua dengan kematian Gennadiv?

Setelah interogasi itu, selama setengah hari, Chevsk dan Itrinov memeriksa seluruh isi rumah Itrinov. Tapi tak ada petunjuk apa-apa. Ketika Chevsk kembali ke kantor polisi, tiba-tiba Itrinov teringat sesuatu. Pamannya, jika sedang menerima telepon, suka mencatat nomor telepon di meja. la pun segera memeriksa meja telepon. Benar saja, meja itu penuh dengan coretan angka-angka dan huruf. Semrawut sekali.

Apakah mungkin ada petunjuk dari angka-angka dan huruf yang semrawut itu? Dengan sangat teliti, Itrinov mencatat nomor-nomor itu. Karena tulisan di meja semrawut, banyak angka yang ditulis beberapa kali. Ada enam belas susunan angka yang diduga sebagai nomor telepon. Itrinov mencoba menghubungi nomor-nomor itu satu demi satu. la tidak berpikir bahwa tindakannya itu mungkin saja akan mengganggu kerja polisi. Nomor pertama yang dihubungi ternyata telepon apotek langganan Gennadiv kalau sedang membeli obat sulit tidur. Nomor kedua tidak bisa dihubungi. Nomor ketiga milik tukang leding langganan mereka. Begitu seterusnya.

Beberapa nomor tak bisa dihubungi. Alhasil hingga nomor terakhir tak ada petunjuk sama sekali. Itrinov akhirnya hanya bisa pasrah dan termangu-mangu di atas tempat tidur. Ia dikenai wajib lapor, esok pagi harus ke kantor polisi lagi. Esok harinya, begitu bangun dari tidur singkat yang hanya beberapa jam, ia langsung menuju meja telepon untuk mencoba menghubungi nomor telepon yang kemarin belum bisa dihubungi. Tapi belum sempat ia meraih gagang, telepon berdering.

Ternyata dari Chevsk. “Jangan lupa datang ke kantor polisi hari ini,” katanya. Spontan mulutnya menjawab, “Baik, Pak!” tapi hatinya mengumpat, “Sialan!”

Ia kembali melihat catatan nomor telepon kemarin, sambil sekali lagi membandingkan dengan coretan pamannya. Dilihat satu-satu. la mengamati, ada satu nomor telepon yang mungkin salah salin. la menulisnya sebagai angka 6, padahal mungkin saja itu angka 4.

Ia mencoba menghubungi nomor baru itu. Tersambung! Dada Itrinov berdegup. Dug dig dug dag dig dug. Tapi tidak ada yang mengangkat. Karena telepon tak juga diangkat, ia menutupnya. Degup jantungnya masih berpacu, seolah-olah ia sudah menemukan pelaku pembunuhan. Tapi buru-buru ia tersenyum kecut ketika ingat sindiran kawannya saat ia merasa dibuntuti seseorang di Taman Bittsyevskiy. “Kamu sudah kena waham!”

Ia merasa susunan angka-angka di depannya itu sebagai sesuatu yang sungguh aneh. Ketika angka 6 ia ganti angka 4, segala sesuatunya langsung berbeda. Ia mengamati angka-angka yang lain. Di salah satu nomor, ia menemukan sepertinya ada kemungkinan lain. Di kertas, ia menyalin angka 5, padahal tulisan di meja mungkin saja angka 8.

Ia tekan angka baru itu. Tersambung lagi! Dadanya kembali dag dig dug dag dig dug. Tak ada yang mengangkat lagi. Beberapa detik kemudian, telepon tersambung ke mesin penjawab otomatis. Bunyi mesin penjawab itu membuat Itrinov tersenyum, “Jika Anda mendengar suara ini, mungkin saja saya sedang berada di rumah. Saya memang sedang tidak ingin mengangkat telepon, karena saya sedang menghindari seseorang yang sangat menyebalkan. Tinggalkan nomor telepon Anda, nanti akan saya hubungi. Jika Anda tidak saya hubungi berarti Anda adalah orang yang menyebalkan itu.”

“Sialan!” lagi-lagi Itrinov mengumpat, kali ini dengan sedikit tersenyum. Ia berpikir mungkin suatu saat nanti ia perlu memakai mesin penjawab seperti itu.

Pagi itu ia memenuhi panggilan Chevsk. “Saya punya sesuatu, mungkin berguna,” kata Itrinov. Lalu ia memberikan dua nomor telepon yang sejam sebelumnya ia hubungi. Chevsk hanya mengangguk-angguk kecil mendengar cerita Itrinov. Dia juga ikut tersenyum ketika Itrinov bercerita tentang mesin penjawab yang lucu itu. “Mungkin pembunuhnya memang punya selera humor yang baik,” kata Chevsk berseloroh.

Chevsk lalu keluar ruangan. Cukup lama. Baru setengah jam kemudian ia kembali. Di tangannya ada beberapa lembar catatan. “Saya telah memeriksa identitas pemilik nomor telepon ini. Tapi saya harap Anda tidak mengacaukan penyelidikan kami. Karena itu kami menyarankan Anda tidak usah menghubungi dua nomor ini,” katanya. Itrinov hanya diam saja. Sebelumnya ia tidak pernah berurusan dengan polisi dan ia juga tak mau menambah urusan. Karena itu ia iyakan saja permintaan Chevsk.

 

Korban berikutnya teman kerja

Berdasarkan penyelidikan Chevsk, pemilik nomor telepon pertama adalah seorang pria pegawai pasar swalayan. Namanya Pichushkin. Ketika Itrinov diperlihatkan foto orang itu, ia hanya mengangkat bahu karena merasa tidak kenal. Pemilik nomor kedua bernama Yugarinov. Itrinov juga tidak kenal. Lelaki kedua ini sedikit misterius. Ia tercatat pernah memiliki tiga KTP dengan alamat yang berbeda-beda. 

Penyelidikan berlangsung cepat. Yugarinov, sekalipun pernah punya beberapa kartu identitas, sama sekali tak pernah punya catatan kriminal. KTP-KTP itu ternyata hanya ia gunakan untuk membuat kartu kredit di banyak tempat. Kawan-kawan di kantornya mengatakan Yugarinov sering didatangi debt collector. “Pantas saja mesin penjawabnya seperti itu.” kata Itrinov kepada Chevsk.

“Andai saja dia berutang ke IMF, tentu saat ini semua utangnya sudah lunas,” seloroh Chevsk menimpali. Kebetulan, hari itu mereka membaca berita tentang rencana Presiden Putin melunasi semua utang luar negeri Rusia dengan keuntungan dari ekspor minyak bumi yang harganya terus naik. Sampai di situ, mereka tak menemukan indikasi keterlibatan Yugarinov.

Penyelidikan selanjutnya diarahkan ke target kedua: Pichushkin. Rupanya orang kedua ini juga tak kalah misterius. Teman-teman di pasar swalayan tempat ia bekerja mengenal ia sebagai pria yang dingin. Bicaranya kasar, kadang seperti orang yang kena sakit jiwa. “Rusia memang penuh dengan penderita sakit jiwa,” kata Chevsk.

Hari berikutnya, anak buah Chevsk memata-matai Pichushkin. Ternyata ia setiap hari berangkat kerja menggunakan kereta api bawah tanah dari stasiun metro yang berada persis di seberang Taman Bittsyevskiy. Tapi sejauh itu, tak ada indikasi apa-apa. Hari ketiga, keempat, kelima, keenam, tetap tak ada petunjuk apa pun. Diam-diam Itrinov merasa menyesal karena telah menyebabkan Pichushkin menjadi tertuduh hanya karena ia mengganti angka nomor telepon.

“Mungkin memang aku sudah kena waham!” pikirnya. Lagi-lagi ia ingat kata-kata temannya ketika ia merasa dikuntit seseorang di Taman Bittsyevskiy. “Rusia memang penuh dengan penderita sakit jiwa.”

Sebulan sesudah kematian Gennadiv, Itrinov sudah hampir lupa dengan kasus kematian Gennadiv. Di suatu sore yang sepi, ketika ia sedang berkeliling di Taman Bittsyevskiy yang luasnya berhektar-hektar itu, ia melihat seseorang yang membuat dirinya merasakan waham yang dulu pernah ia alami.

Dari jarak yang cukup jauh, ia melihat seseorang mirip Pichushkin berjalan seorang diri di antara pepohonan lebat di taman. Kedua tangannya direntangkan dengan wajah mendongak ke atas, seolah-olah ia sedang menikmati aroma pepohonan dan lumut di Bittsyevskiy. Itrinov hampir tidak percaya dengan apa yang dilihatnya, karena khawatir ia sedang mengalami halusinasi akibat waham.

Ia cubit lengannya kuat-kuat. Terasa sakit. Berarti memang apa yang dialaminya itu nyata. Ia sebetulnya ragu karena ia sendiri belum pernah bertemu Pichushkin. Ia hanya pernah melihat fotonya di kantor polisi. Sambil bersembunyi di balik rerimbunan pepohonan. Itrinov terus mengawasi pria yang mirip Pichushkin itu. Saat berada di balik rerimbunan pohon, ia kembali teringat pengalaman wahamnya saat ia merasa ada seseorang menguntitnya dari balik pohon. “Apa orang itu juga merasakan itu sekarang?” pikirnya.

Ia melihat pria itu keluar dari sebuah tempat yang selama ini hampir tak pernah Itrinov lewati ketika ia sedang berpatroli. Karena luasnya berhektar-hektar, tak mungkin semua Taman Bittsyevskiy dilewati oleh petugas patroli. Dari jauh, Itrinov tak bisa melihat dengan jelas apa yang dilakukannya. Tak lama setelah itu pria tersebut meninggalkan Bittsyevskiy menuju stasiun metro.

Ketika merasa kondisi sudah aman, Itrinov memeriksa tempat yang baru saja dikunjungi pria itu. la terbelalak ketika melihat di situ ada beberapa botol kosong Vodka, sebagian botol itu pecah. Yang membuatnya semakin curiga, bagian luar botol-botol itu tampaknya kena bekas darah yang warnanya sudah pudar. Tanpa membuang waktu, ia segera menghubungi Chevsk. Tak butuh waktu lama, Chevsk langsung berada di Bittsyevskiy.

Ketika sedang berada di Taman Bittsyevskiy, Chevsk mendapat telepon dari kantornya. Sebuah berita tentang orang hilang, korbannya seorang perempuan bernama Marina Moskalyova. Yang mengejutkan, perempuan itu adalah pegawai di pasar swalayan tempat Pichushkin bekerja!

Malam itu juga Chevsk memutuskan untuk menggerebek rumah Pichushkin. Ketika polisi tiba di rumah Pichushkin dan mendobrak pintu rumah, Pichushkin sedang berada di ruang tengah. Saat itu ia sedang duduk menghadap sebuah meja. Di mejanya terdapat sebuah kertas lebar yang bergaris-garis, membentuk kotak-kotak mirip sebuah papan catur yang besar. 

“Papan catur! Tak salah lagi,” pikir Chevsk. Meskipun belum mendapatkan bukti apa-apa, ia sudah begitu yakin ketika melihat papan catur itu.

Saat polisi mendobrak pintu, Pichushkin sempat terperanjat. Namun hanya beberapa detik setelah itu, wajahnya tampak kembali dingin. Sebelum polisi menanyakan apa-apa, ia sudah mengaku, “Kalian datang lebih cepat dari yang aku bayangkan.” 

Malam itu Pichushkin digelandang ke kantor polisi.

 

Psikopat sejak remaja

Esok paginya Moskwa geger. Sekalipun proses pengadilan Pichushkin belum dimulai, televisi dan koran-koran sudah menyiarkan berita menghebohkan: Pembunuh Berantai Telah Ditangkap! Mereka menyebut pria kelahiran 9 April 1974 itu sebagai “Maniak Taman Bittsyevskiy”. Ada juga yang menyebutnya Psikopat Kotak Catur!

Sejak itu, setiap hari media massa dibombardir dengan berita tentang Alexander Pichushkin. Berdasarkan catatan kepolisian, jaksa menuntut Pichushkin dengan tuduhan telah membunuh 49 orang. Namun mendengar tuduhan itu, ia malah tertawa, “Korban saya bukan 49 orang tapi 61 orang! Lihat saja papan kotak catur saya!”

Di papan kotak catur yang dibawa oleh Chevsk, Pichushkin memang memberi coretan di 61 kotak. Tiap kali selesai membunuh korbannya, ia mengisi kotak caturnya. Saat ditangkap itu, ia baru saja mengisi kotak catur untuk Marina, korban terakhir. Masih ada 3 kotak lagi yang kosong. la bahkan mengaku telah melakukan pembunuhan sejak tahun 1992, alias 14 tahun sebelumnya!

Korban pertama itu teman sekolahnya, yang waktu itu disangka mati karena bunuh diri, melompat dari jendela. Kepada hakim, ia mengaku gemar bermain catur dan terobsesi untuk memecahkan rekor Andrei Chikatilo, kriminal paling berbahaya di Rusia yang ditangkap dan dihukum mati tahun 1994. Saat itu Chikatilo membunuh 53 wanita dan anak-anak di Kota Rostov, Rusia Selatan.

Kebanyakan korban Pichushkin orang-orang tua. Sebagian di antara mereka adalah penganggur, termasuk Gennadiv. “Aku telah menyelamatkan mereka dari hidup yang sengsara!” katanya dengan pandangan mata dingin. Para korban itu dibunuh dengan cara diajak mabuk dulu dengan Vodka. Setelah korbannya mabuk, ia memukulnya dengan palu atau botol Vodka sampai korban tewas. Sebagian besar korbannya dihabisi di taman hutan Bittsyevskiy. Mayat mereka dibuang di sekitar taman.

“Hidup tanpa membunuh orang seperti hidup tanpa makanan! Saya benci mendengar orang mengeluhkan hidup mereka. Karena itulah saya antarkan mereka ke kehidupan yang lain. Saat melihat orang-orang itu sekarat, saya memperoleh kepuasan seperti sedang orgasme!” katanya.

Saat ditanya mengapa memilih Taman Bittsyevskiy, ia mengaku dulu pernah punya anjing kesayangan. Anjing itu sering ia ajak berjalan-jalan di taman itu. Saat anjingnya mati, mayatnya dikubur di taman. Menurut pengakuan orangtuanya, sejak kematian anjingnya itu, Pichushkin mengalami gangguan jivva. Di kuburan anjingnya itulah, Pichushkin menghabisi beberapa korbannya. Jika ia melakukan pembunuhan di luar taman. Sesudah menghabisi korbannya, ia selalu mengunjungi kuburan anjingnya.

Saat persidangan berlangsung, terjadi silang pendapat soal hukuman. Sebagian hakim dan mayoritas warga Moskwa menghendaki Pichushkin dihukum mati karena kejahatannya yang luar biasa itu. Namun, Rusia sudah menghapus hukuman mati sejak tahun 1996, dua tahun setelah Chikatilo dieksekusi. Karena tak ada lagi hukum mati, maka hakim memutuskan menghukum Pichushkin seumur hidup.

Ketika terjadi silang pendapat soal hukuman buat dirinya, Pichushkin mengejek para hakim, “Anda semua ini kerjanya bertele-tele. Saya bisa dengan tegas memutuskan nasib 61 orang sendirian! Kalau saja saya tidak tertangkap, maka saya akan menggenapinya hingga 64! Sementara Anda sekalian? Hah, memutuskan nasib satu orang saja tidak becus!” (BBC)


Baca Juga: Kado Ultah

 

" ["url"]=> string(61) "https://plus.intisari.grid.id/read/553517238/psikopat-skakmat" } ["sort"]=> array(1) { [0]=> int(1665343061000) } } [2]=> object(stdClass)#73 (6) { ["_index"]=> string(7) "article" ["_type"]=> string(4) "data" ["_id"]=> string(7) "3257490" ["_score"]=> NULL ["_source"]=> object(stdClass)#74 (9) { ["thumb_url"]=> string(96) "https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/750x500/photo/2022/04/28/kisah-keenamjpg-20220428065846.jpg" ["author"]=> array(1) { [0]=> object(stdClass)#75 (7) { ["twitter"]=> string(0) "" ["profile"]=> string(0) "" ["facebook"]=> string(0) "" ["name"]=> string(13) "Intisari Plus" ["photo"]=> string(0) "" ["id"]=> int(9347) ["email"]=> string(22) "plusintisari@gmail.com" } } ["description"]=> string(119) "Tiga generasi semua merasakan perang. Rasputin dan Pangeran Aria Franz Ferdinand ternyata diserang pada saat bersamaan." ["section"]=> object(stdClass)#76 (7) { ["parent"]=> NULL ["name"]=> string(7) "Misteri" ["description"]=> string(0) "" ["alias"]=> string(7) "mystery" ["id"]=> int(1368) ["keyword"]=> string(0) "" ["title"]=> string(23) "Intisari Plus - Misteri" } ["photo_url"]=> string(96) "https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/945x630/photo/2022/04/28/kisah-keenamjpg-20220428065846.jpg" ["title"]=> string(43) "Tsar Rusia Terakhir dan Pembunuh yang Mirip" ["published_date"]=> string(19) "2022-04-29 10:09:21" ["content"]=> string(8845) "

Intisari Plus - Tiga generasi semua merasakan perang. Rasputin dan Pangeran Aria Franz Ferdinand ternyata diserang pada saat bersamaan. Mata-mata KGB tertangkap oleh pengarang novel.g sama.

---------------------------------------

Keluarga Pejuang

SELAMA jangka waktu yang lama, tiga generasi keluarga Jackson berdinas di bawah bendera Royal Australian Navy. Tahun 1942 kelasi muda John Jackson terlibat dalam perang di Laut Coral, saat gabungan pasukan AS - Australia berhadapan dengan armada Jepang yang kuat dan menghentikan rangsekan Jepang ke selatan. 

Tepat lima puluh tahun kemudian, cucunya, Todd, ikut dalam latihan-latihan perang untuk memperingati kerja sama AS - Australia di lepas pantai Australia. Nama sandi latihan perang itu Operation Coral Sea. 

Todd seorang veteran Perang Teluk dan Jackson generasi ketiga yang pernah berperang. Ayahnya, Peter, pernah lima kali dinas ke Vietnam dengan kapal HMAS Sydney pada tahun 1960-an. 

Namun yang paling luar biasa adalah kaitan antara Todd dan kakeknya. Todd masuk angkatan laut tanggal 10 Januari 1989, tepat 50 tahun setelah kakeknya masuk dinas AL. Delapan belas bulan setelah bergabung dengan AL, untuk pertama kalinya ia merasakan bertempur, yaitu dalam Perang Teluk. 

Hari keberangkatan kapalnya dari Fremantle, yaitu persinggahan terakhir di Australia sebelum mengarungi Samudra Hindia menuju Teluk, bertepatan dengan 50 tahun keberangkatan kakeknya dari Fremantle menuju Inggris, tempat pertama kalinya kakeknya merasakan bertempur.

 

Kenyataan dan Masa Depan

Pada bulan Juni 1957, ketika Norman Mailer sedang mengarang novelnya, Barbary Shore di apartemennya di New York, seorang mata-mata Sovyet mulai muncul dalam ceritanya. Mula-mula, mata-mata itu cuma tokoh yang tidak penting, tetapi lama-kelamaan menjadi tokoh yang dominan. Ketika novel itu selesai ditulis, FBI menangkap gembong mata-mata Sovyet, Rudolph Abel, yang tinggal dalam gedung apartemen yang sama dengan Mailer. Mailer, seperti penulis-penulis lain, entah bagaimana, berhasil menangkap kejadian yang sebenarnya maupun yang terjadi di masa depan.

 

Langganan Berduel

HENRI Tragne dari Marseille, Prancis, berduel lima kali antara tahun 1861 - 1878. Dalam empat duel yang pertama, lawan-lawannya roboh dan tewas sebelum sebutir peluru pun ditembakkan. Pada duel yang kelima, Tragne yang tewas. Seperti empat duel terdahulu, saat itu belum sebutir peluru pun ditembakkan.

 

Pasangan yang Tidak Berbahagia

HARI pernikahan Putri Maria del Pozzo della Cisterna yang menikah dengan Amadeo, Pangeran D'Aosta, putra raja Italia di Turin tanggal 30 Mei 1867, terganggu oleh kejadian-kejadian berikut: 

 

Pembunuh yang Mirip

SEORANG pembunuh bernama Claude Volbonne, membunuh Baron Rodemire de Tarazone di Prancis tahun 1872. Dua puluh satu tahun sebelumnya, ayah baron juga dibunuh oleh seseorang bernama Claude Volbonne. Kedua pembunuh itu tidak ada sangkut pautnya.

 

Tsar Rusia Terakhir

DALAM bukunya, The Occult (1971), Colin Wilson memberikan detail dari pengusutannya yang terampil. Pengusutan itu mengungkapkan bahwa kalau tidak karena suatu kebetulan, PD I mungkin takkan terjadi. Hal ini merupakan suatu pernyataan yang sulit dipercaya. Namun, komponen-komponennya terbentuk dengan cara misterius seperti biasa. 

Wilson mulai dengan menekankan bahwa satu dari dua tokoh dalam cerita ini adalah Rasputin, rahib yang sangat besar pengaruhnya atas Tsar dan Tsarina dari Rusia. Pada dua kesempatan, Rasputin berhasil membujuk Tsar agar jangan berperang demi daerah-daerah Balkan yang dianggap Austria sebagai miliknya. 

Tokoh lain adalah Pangeran Aria (Archduke) Franz Ferdinand dari Austria yang dibunuh di Sarajevo oleh seorang pejuang Bosnia, Gabriel Princip, bulan Juni 1914. Sebagai akibatnya, Austria menyatakan perang terhadap Serbia. Ini berarti, nasib dunia terletak dalam tangan Tsar, karena ia harus membuat keputusan untuk berpihak ke Serbia dan menyatakan perang pada Austria, atau membiarkan orang-orang Balkan menyelesaikan masalah mereka sendiri. 

Inilah saatnya saran Rasputin bisa menentukan terjadinya perang atau damai. Sayangnya saat itu Rasputin tidak ada untuk memberi saran. Ia sudah ditikam oleh seorang yang ingin membunuhnya di desa kediamannya, Pokrovskoe dan terombang-ambing antara hidup dan mati selama berminggu-minggu. 

Ketika Wilson menulis buku tentang Rasputin, ia melihat kebetulan itu, yaitu bahwa Rasputin dan Pangeran Aria Franz Ferdinand diserang pada waktu yang kira-kira bersamaan. Karena rasa ingin tahunya tergelitik, ia berusaha mengetahui waktu penyerangan yang lebih tepat terhadap mereka. Keterangan tentang tanggal Rasputin ditikam ternyata berbeda-beda. 

Sejarawan Sir Bernard Pares berpendapat Rasputin ditikam pada hari Sabtu, 26 Juni 1941. Namun buku Maria Rasputin tentang ayahnya menyatakan dengan jelas bahwa penikaman terjadi hari berikutnya. Hal ini lebih masuk di akal karena Rasputin ditikam setelah pulang dari gereja. Ini berarti ia ditikam pada hari yang sama dengan penembakan terhadap Pangeran Aria. Menurut Maria Rasputin, saat penikaman adalah tidak lama setelah pukul 14.00. 

Pangeran Aria sudah yakin ia akan tewas bahkan sebelum berkunjung ke Sarajevo. Ia berkata kepada guru pribadi anak-anaknya, "Peluru yang akan membunuh saya sudah disiapkan." 

Tidak lama setelah pukul 10.00 hari Minggu itu, sebuah bom rakitan dilemparkan ke mobilnya, tetapi Pangeran Aria dan istrinya tidak cedera. Mereka menghadiri upacara di balaikota dan pergi setengah jam kemudian. Ketika mereka dalam perjalanan kembali ke Sarajevo, kira-kira pukul 11.00, seorang mahasiswa muda yang menderita penyakit paru-paru dan yang terlibat dalam percobaan pembunuhan sebelumnya, mencondongkan tubuhnya ke depan dan melepaskan dua tembakan yang membunuh Pangeran Aria dan istrinya. 

Sarajevo dipisahkan oleh garis bujur sejauh 50 derajat dari Pokrovskoe, sehingga waktu di kedua tempat itu berbeda. Wilson menghitung perbedaannya. Perhitungannya mudah saja: bumi berputar 360 derajat dalam waktu 24 jam, atau 180 derajat dalam 12 jam, atau 90 derajat dalam enam jam dan 45 derajat dalam tiga jam. 

Jadi untuk berputar 50 derajat diperlukan waktu tepat tiga jam 20 menit. Pangeran Aria Franz Ferdinand dibunuh sesaat sebelum pukul 11.00. Rasputin ditikam pukul 14.15. Pukul 10.55 di Sarajevo, tepat pukul 14.15 di Pokrovskoe. 

Wilson menyimpulkan: 'Pria yang kematiannya menyebabkan Perang Dunia I, dan pria yang mestinya bisa mencegah perang, diserang pada saat yang sama. Kebetulan ini merupakan yang paling luar biasa, yang pernah saya temukan.'

 

 

" ["url"]=> string(88) "https://plus.intisari.grid.id/read/553257490/tsar-rusia-terakhir-dan-pembunuh-yang-mirip" } ["sort"]=> array(1) { [0]=> int(1651226961000) } } [3]=> object(stdClass)#77 (6) { ["_index"]=> string(7) "article" ["_type"]=> string(4) "data" ["_id"]=> string(7) "3246648" ["_score"]=> NULL ["_source"]=> object(stdClass)#78 (9) { ["thumb_url"]=> string(113) "https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/750x500/photo/2022/04/20/2_thumbnail-intisariplus-sejarah-20220420075334.jpg" ["author"]=> array(1) { [0]=> object(stdClass)#79 (7) { ["twitter"]=> string(0) "" ["profile"]=> string(0) "" ["facebook"]=> string(0) "" ["name"]=> string(13) "Intisari Plus" ["photo"]=> string(0) "" ["id"]=> int(9347) ["email"]=> string(22) "plusintisari@gmail.com" } } ["description"]=> string(143) "Yevno Azef, mata-mata untuk polisi rahasia Rusia, menyamar di antara kelompok revolusionis di St. Petersburg. Sampai kapan dia dapat dipercaya?" ["section"]=> object(stdClass)#80 (7) { ["parent"]=> NULL ["name"]=> string(7) "Histori" ["description"]=> string(0) "" ["alias"]=> string(7) "history" ["id"]=> int(1367) ["keyword"]=> string(0) "" ["title"]=> string(23) "Intisari Plus - Histori" } ["photo_url"]=> string(113) "https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/945x630/photo/2022/04/20/2_thumbnail-intisariplus-sejarah-20220420075334.jpg" ["title"]=> string(21) "Agen Ganda untuk Czar" ["published_date"]=> string(19) "2022-04-24 16:37:00" ["content"]=> string(20700) "

Intisari Plus - Yevno Azef, mata-mata untuk polisi rahasia Rusia, menyamar di antara kelompok revolusionis di St. Petersburg. Sampai kapan dia dapat dipercaya?

---------------------------------------

Pada dekade sebelum masa revolusi komunis tahun 1917, Rusa memiliki andil yang lebih besar. Banyak revolusionis fanatik yang bersedia mengorbankan hidupnya untuk mengembangkan apa yang mereka anut. Ada dukungan dari Kerajaan Rusia, yang juga bersiap menghadapi segala ancaman bagi posisi mereka.

Dalam situasi seperti ini selalu ada orang berdarah dingin yang mencoba mengambil keuntungan. Sosok seperti Yevno Azev dideskripsikan seorang penulis biografi sebagai "orang dengan karakter yang paling menyedihkan dalam sejarah revolusi Rusia", dia suka mengkhianati dan menghancurkan orang-orang yang menghalangi langkahnya. Tidak seperti mata-mata lainnya, yang termotivasi oleh moral atau pendirian yang kuat, Azev hanya memperhatikan satu hal: uang.

Kisahnya berawal dari Provinsi Grodniensky, Rusia—pada tahun 1869. Lahir dari orangtua Yahudi yang miskin, Azev, seperti semua Yahudi-Rusia, menghadapi hidup penuh siksaan. Meskipun hidup dalam kemiskinan, Azev muda sangat cerdas dan berhasil di sekolahnya. Tapi sejak dia meninggalkan rumah pada 1890, hidupnya jadi tidak menentu, dan dia berpindah-pindah dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain. Seperti anak muda yang lain, dia menceburkan diri dalam politik sayap kiri, dan pada 1892 dia menandatangani manifesto politik yang mencela penguasa Rusia, The Czar. Hal sampai ke telinga Okhrana, dinas polisi rahasia yang ditakuti. Ketika Okhrana mulai menangkapi semua orang yang menandatangani dokumen tersebut, Azev terpaksa melarikan diri. Tujuan akhirnya adalah Karlsruhe, Jerman, tempat dia melanjutkan pendidikannya di universitas lokal di jurusan teknik elektro.

Banyak teman kuliah Azev yang juga pelarian dari Rusia Dia bergabung dengan sebuah kelompok yang bergerak di bidang politik, namanya Social Democratic Society. Di perkumpulan inilah dia bertemu dengan para pemuda yang berseberangan keras dengan rezim Czar, yang bersiap menyerahkan hidup mereka dalam perjuangan menjatuhkan Czar.

Karena kemiskinan dan penderitaan, Azev melakukan segala hal untuk mendapatkan uang. Dia menulis surat kepada Dinas Kepolisian Rahasia Okhrana, menawarkan diri untuk mata-matai para mahasiswa revolusionis ini. Pihak Okhrana menguvestigasi Azev dan menyukainya. Laporannya berbunyi: 

"Dia cerdas dan pandai membuat tipuan. Dapat diasumsi kan bahwa kerakusannya terhadap uang dan kebutuhannya saat ini membuatnya sangat bersemangat menjalankan tugasnya."

Penilaian yang sangat tepat. Azev mulai menerima gaji—50 rouble dalam sebulan—yang dapat membuatnya hidup dalam kenyamanan. Pintarnya, dia menimbun sebagian besar pendapatannya dan tetap menjalani hidup dengan sangat sederhana. Ketika menggunakan uang itu, dia mengatakan pada teman-teman mahasiswanya bahwa dia menerima bantuan dari yayasan Yahudi untuk membiayai pendidikannya.

Dengan berada di dua pihak yang berbeda, karir Azev terus meningkat. Dalam perkumpulannya, dia mengambil posisi penting tentu saja dibayar tinggi—mengorganisasi dan mengkoordinasi berbagai kelompok revolusionis yang anti-Czar yang mengasingkan diri hingga ke Eropa. Dalam perjalanannya dia menyeberang ke organisasi lain yang bahkan lebih radikal, namanya Union of Social Revolutionaries, dan dia bergabung dengan mereka. Selama perjalanan dan s negara ke negara lain, dia mengirimkan berkas-berkas informasi yang cukup banyak kepada Okhrana tentang musuh-musuh Czar yang mengasingkan diri ke Eropa

Karena sangat terkesan dengan laporan Azev, kepala Okhrana, namanya S.V. Zubatov, memberikan perhatian khusus. Dia mengakui Azev adalah orang yang sangat lick dan tidak bermoral—banyak orang yang seperti dia, sebenarnya—dan dia ingin membuat lebih banyak lagi agen-agen bernilai tinggi seperti dia. Yang ada dalam pikirannya adalah menggunakan Azev sebagai agen provokator—seorang yang bekerja dalam kelompok revolusionis, membujuk mereka untuk melakukan aksi kekerasan, sehingga mereka dapat didiskreditkan atau dihukum. Zubatov akan membayar Azev lebih dari yang lain sehingga dia merasa sangat aman dengan loyalitasnya.

Atas perintah Zubatov, Azev kembali ke Rusia pada 1901 dan diberi uang untuk pindah ke Moskwa agar dapat bergaul dengan revolusionis anti-Czar. Dia menjadi anggota yang terkenal dan dipercaya dalam kelompok yang disebut Social Revolutionaries, dan segera memberikan informasi terinci kepada Okhrana tentang pemimpin-pemimpin kelompok ini, dan lokasi percetakan rahasia yang digunakan untuk mencetak pamflet dan juga poster revolusionis. Percetakan itu disita, dan perangkapan mulai dilakukan, tapi tidak ada kecurigaan pada Azev. Social Revolutionaries justru menyalahkan manajemen yang buruk sebagai penyebab kesialan ini dan mengangkat Azev untuk memperbaikinya. Pihak Okhrana sangat puas dan mereka melipatgandakan gajinya. Azev membalasnya dengan mengkhianati pimpinan organisasi ini. Setelah pimpinannya ditangkap, gaji Azev dinaikkan sepuluh kali lipat.

Social Revolutionaries memilih pemimpin baru, seorang muda yang berapi-api bernama Gershuni. Dia sangat mempercayai Azev, dan mereka bersama-sama membuat formasi pasukan teroris, yang dinamai Combat Section. Di sinilah Azev berperan sebagai agen provokator dengan sangat serius. Tugas pertama yang diberikan pada pasukan ini adalah pembunuhan terhadap Dimitri Sipyagin, Menteri Dalam Negeri Rusia.

Meskipun pada kenyataannya Azev adalah pegawai pemerintahan Czar, dia tidak menyesal sedikitpun ketika merencanakan pembunuhan terhadap salah satu menteri yang paling penting dalam pemerintahan. Lagi pula, cara apa yang dapat dilakukan untuk membuktikan loyalitasnya pada teman-teman revolusionis? Namun, dia tetap membayangkan bahwa pihak Okhrana pasti tidak akan terlalu suka jika salah agennya membunuh seorang menteri. Dia harus menipu mereka juga.

Jadi, dalam minggu ketika pembunuhan terhadap Sipyagin direncanakan, Azev melakukan perjalanan keluar Moskwa. Dengan cara ini dia dapat mengatakan pada Okhrana bahwa rencana diubah dan dia tidak punya waktu untuk mengubah alur cerita.

Pada 5 April 1902, seorang anggota Combat Section, seperti yang telah direncanakan sebelumnya, menuju ke kantor Menteri Dalam Negeri. Dia berpakaian seragam, lengkap dengan pedang dan pistol, dan membawa amplop yang dikatakannya harus diserahkan secara pribadi kepada menteri. Dia diantarkan ke kantor Sipyagin dan menyerahkan surat tersebut. Ini adalah 'surat kematian'. Seiring dengan ketakutan yang memuncak saat membaca surat tersebut, saat itu juga dia ditembak di belakang mejanya. Segera setelah pembunuhan itu, Azev memberikan nama pembunuh itu kepada polisi, dan orang itu ditangkap.

Azev meneruskan permainannya yang luar biasa berbahaya. Teman-teman revolusionisnya menginginkan lebih banyak pembunuhan, dan Azev bersedia membantu. Pemerintah yang mempekerjakan Azev mengharapkan adanya

peringatan akan terjadi aksi kejahatan untuk kepentingan revolusi. Azev memberikan beberapa nama untuk membuat mereka senang, tetapi menyembunyikan informasi yang cukup untuk dapat tetap melanjutkan aktivitas terornya sendiri.

Pengkhianatan yang dilakukan Azev dipilih dengan hati hati—orang-orang yang berpotensi menghalangi otoritasnya dalam Combat Section, atau orang yang mungkin akan mengetahui kerjasamanya dengan pihak Okhrana. Tentu saja Gershuni dipilih. Dia ditangkap dan dijatuhi hukuman penjara seumur hidup di penjara Siberia. Combat Section hancur karena kesialan ini dan memilih Azev untuk menggantikan pemimpin mereka. Promosi yang sangat bagus, sekarang ini Azev juga mengatur dana organisasi. Seperti gajinya dari pihak Okhrana, sebagian besar dana organisasi ini juga disimpannya untuk masa depan.

Meskipun keberanian dan kehebatan Combat Section berangsur-angsur menurun, kelompok ini meraih sukses yang spektakuler—beberapa beritanya tersiar ke seluruh penjuru dunia. Dengan petunjuk dan juga jadwal yang terinci yang dibuat Azev, mereka berencana membunuh Menteri Pendidikan Nicolai Bogolepov, Gubernur Ufa N.M. Bodganovich, dan Gubernur Finlandia N. I. Bobrikov. Azev selalu meminta maaf kepada Okhrana karena tidak memberitahukan beberapa serangan sebelumnya, tapi dia selalu memberikan nama pembunuh setelah kejadian. Tetap menghilangkan kecurigaan pihak Okhrana, dia merencanakan pembunuhan Dimitri Trepov, Kepala Polisi Moskow, sebanyak tiga kali. Setiap kali dia mengirimkan orang untuk membunuh Trepov, dia memberitahu pihak Okhrana terlebih dahulu dan pembunuhnya ditangkap sebelum mereka berhasil melakukan pembunuhan.

Pada 1904, Azev merencanakan gerakan Combat Section yang paling berani: pembunuhan terhadap Vyacheslav Plehve, pengganti Sipyagin dalam Kementerian Dalam Negeri. Saat menteri melintasi jalan St. Petersburg dengan kereta kuda, seorang pria kecil berkulit hitam berlari menyeberangi jalan dan memasukkan bungkusan kecil ke pangkuan Plehve. Peristiwa yang terjadi kemudian disaksikan oleh seorang jurnalis London yang mengirimkan laporan ini ke surat kabar tempatnya bekerja

"Tiba-tiba tanah di belakangku bergetar, suara gemuruh yang sangat dahsyat menulikan telingaku, jendela-jendela di kedua sisi jalan bergoyang-goyang, dan kacanya berhamburan di jalan yang berbatu. Seekor kuda yang mati, kubangan darah, potongan-potongan kereta kuda, dan sebuah lubang di tanah adalah pemandangan yang segera dapat kulihat."

Plehve adalah target yang tepat. Dialah menteri yang kejam dan dibenci banyak orang. Dia bertanggung jawab atas kekejamannya membunuh banyak musuh Czar, selain dia melarang semua perkumpulan dan pertemuan politik di Rusia. Dia juga adalah penganut paham anti-Yahudi fanatik yang kejam, dan telah melakukan banyak hal untuk melarang keberadaan orang Yahudi Rusia pada pekerjaan-pekerjaan dan pemukiman yang layak

Azev, tentu saja, punya sedikit keterlibatan dalam catatan perjalanan karir politik Plehve, meskipun anti-Yahudi, hanya selama dia memperoleh uang dari kedua pihak. Sekali lagi da meminta maaf pada Okhrana karena tidak dapat mencegah pembunuhan, tapi dia memberikan nama pelakunya.

Pembunuhan-pembunuhan lain terus berlanjut—Kepala Polisi Moskwa, pemimpin politik Yahudi, bahkan Grand Duke Sergei, Gubernur Jenderal Moskwa, yang juga paman Czar. Azev juga tetap merencanakan menjalankan pembunuhan yang akan diungkap di saat-saat terakhir, sehingga dia mendapat ucapan terimakasih untuk informasi yang dia berikan.

Segalanya mulai berubah. Tahun 1905 surat tanpa nama dikirimkan pada anggota Combat Section, yang isinya melaporkan bahwa Azev adalah mata-mata polisi Revolutionaries membuat pengadilan rahasia yang dihadiri Azev. Dia mencoba mencari jalan keluar dengan tenang. Teman-teman revolusionisnya berbaris untuk membela dirinya, memberitahu pada sidang bahwa sangat aneh jika seorang yang bertanggung jawab terhadap kematian seorang menteri Czar, Plehve, dan Grand Duke Sergei dituduh sebagai mata-mata polisi. Tuduhan ditolak. 

Azev beruntung dapat bebas, tapi kepercayaan dirima mulai runtuh. Pengirim surat tanpa nama itu masih sebuah misteri. Dia merasa mendapat keamanan dari kelompok Social Revolutionaries, jadi dia menduga pengkhianatnya pasti bekerja untuk pihak Okhrana. Malapetaka berikutnya mengikuti. Pembuat bom terbaik Combat Section meledakkan dirinya sendiri. Okhrana kemudian merampas seluruh persediaan dinamit. Dia sangat yakin tidak pernah memberitahu pihak Okhrana tentang ini, akhirnya dia menyimpulkan ada agen lain yang bekerja di antara mereka. Mungkin dia juga tengah dimata-matai. Yang terburuk dari semua, seorang agen Okhrama kemudian menyeberang ke Social Revolutionaries, dengan membawa dua nama anggotanya yang menjadi mata-mata untuk Okhrana.

Salah satu nama itu adalah orang yang diduga dikirim untuk memata-matainya. Dia sudah dibunuh dengan segera. Nama yang lain adalah Azev. Sekali lagi dibutuhkan keberuntungan, dan dia berusaha meyakinkan teman-teman sejawatnya bahwa dia berada di pihak mereka. 

Segera setelah itu, Azev diserang di jalan oleh dua orang penjahat. Mereka menikamnya, tapi dia dapat melarikan diri. Sekalipun mantel bulunya yang tebal itu mampu menahan pisau agar tak terlalu dalam menghunjam, tetap saja lukanya terhitung parah. Azev cukup cerdas untuk menyadari bahwa adalah peringatan dari Okhrana, untuk mengingatkan loyalitasnya. Hubungan dengan pihak Okhrana semakin buruk setelah kelompok revolusionis lain mencoba membunuh Perdana Menteri Rusia, Peter Stolypin. Ketegangan menjalani kehidupan ganda semakin besar, dan dia membubarkan Combat Section, lalu terbang ke Prancis.

"Hidupku selalu dalam ketakutan sejak penangkapan Gershuni," katanya. "Aku punya hak untuk beristirahat."

Kehidupan terlalu indah bagi Azev untuk dilewatkan. Pada awal 1907, Gershuni kembali ke St. Petersburg, melarikan diri dari penjara Siberia dengan bersembunyi di dalam tong asinan kubis. Dia bekerja dengan nama samaran, dan mulai mengampanyekan teror Social Revolutionaries. Okhrana memohon pada Azev untuk kembali bekerja. Sebuah kesempatan untuk meningkatkan hidupnya dan keyakinannya pada keberuntungan, menghapus keinginannya untuk bertahan.

Ketika kembali ke Rusia, Azev berhasil menemukan rencana Gershuni untuk membunuh Czar. Dia melaporkan ini pada Okhrana, yang segera menangkap 28 orang konspirator. Sementara itu, Gershuni meninggal. Kesehatannya menurun selama berada di Siberia dan kehidupan yang pend tekanan serta ketegangan sebagai revolusionis keras memperpendek hidupnya.

Azev kembali mengatur jalannya organisasi. Dia memperingatkan teman-teman revolusionisnya bahwa merencanakan dan mempersiapkan pembunuhan tingkat tinggi sangatlah mahal. Social Revolutionaries sepatutnya menyusun sebuah usaha untuk mendapatkan dana. Azev menyedot uang ini ke rekening pribadinya dan memberikan nama para revolusionis ini pada Okhrana.

Beberapa rencana dibuat. Seorang pemuka agama bergabung dengan para revolusionis dan menjadi sukarelawan untuk membunuh Czsar. Sekelompok pengebom mengatakan bahwa mereka dapat meledakkan kereta pribadi Czar. Sebuah rencana dibuat untuk membunuh Czar saat dia pergi ke Glasgow. Czar berencana ke Skotlandia untuk meresmikan sebuah kapal pesiar Rusia yang dibuat di sebuah galangan kapal yang ada di sana. Rencana ini tampaknya yang terhebat, dan Azev bahkan pergi ke Glasgow untuk mengawasi jalannya rencana pembunuhan itu. Tapi, seorang pelaut muda yang menjadi sukarelawan untuk melakukan pembunuhan berubah pikiran di saat-saat terakhir.

 

Hari ajal bagi Azev bersama Social Revolutionaries semakin dekat. Seorang anggota mereka, ahli sejarah yang berwatak halus bernama Vladimir Burtzev, mencurigai Azev sebagai mata-mata polisi. Dia melakukan penyelidikan sendiri, dan menemukan kekayaan Azev yang mencurigakan. Burtzev menghubungi pegawai pensiunan Okhrana, yang kemudian mengatakan bahwa Azev adalah informan utama mereka, saat itulah permainan dimulai.

Burtzev menyerahkan bukti ini sebelum pengadilan Social Revolutionaries, yang diadakan di Paris. Azev yang masih enggan meninggalkan sumber keberuntungan yang memberikan hasil secara cepat, tetap berani menghadiri persidangan itu. Sekali lagi diajukan bukti-bukti yang melawan Azev, tapi kali ini alibi dan alasannya justru membuktikan bahwa dia bersalah. Azev diperintahkan untuk kembali menghadiri persidangan di hari berikutnya untuk mendengarkan bukti-bukti lain yang memberatkannya, tapi dia mengetahui bahwa saat ini hidupnya dalam masalah besar. Azev diam-diam melarikan diri dari Paris, meninggalkan revolusi yang dijalankannya dengan sangat mengagumkan, dan pengkhianatan yang juga dilakukannya tanpa ampun, dengan harapan serta adanya isyarat untuk menikmati pensiun dengan sejahtera.

 

Kelanjutannya

Pada 1909, Azev terbang ke Jerman membawa segenggam paspor palsu— hadiah seumur hidup dari Okhrana. Dia datang bersama penyanyi kabaret Jerman yang dikenalnya di Rusia, Heddy de Hero.

Pasangan ini menetap dengan menggunakan salah satu dari banyak identitas palsu yang mereka miliki di tempat tinggal yang indah di Berlin. Azev menjadi anggota bursa saham Berlin dan menginvestasikan uangnya, juga uang milik orang lain—sesuatu yang dilakukannya dengan sangat sukses. Selama beberapa tahun semuanya berjalan baik. Azev dan Heddy begitu sempurna berbaur dengan masyarakat Berlin. Mereka menjamu teman-teman baru di rumah mereka yang dipenuhi perangkat perak, ukiran kaca, dan setidaknya satu buah grand piano.

Di musim panas 1912, saat berkunjung ke Frankfurt, Azev sedang duduk di bangku taman, secara kebetulan Vladimir Burtzev duduk di sampingnya. Setelah Azev berhasil menghilangkan kekagetannya, dua pria ini mulai bercakap cakap. Azev berusaha meyakinkan Burtzev bahwa dia bukan pengkhianat, dan berkata, "Jika kau tidak melaporkan hubunganku dengan Okhrana, aku akan berhasil membunuh Czar."

Azev tahu kalau Burtzev tidak mempercayainya, dan akan segera melaporkan pertemuan mereka pada teman-teman revolusionis. Tidak lama lagi akan segera dikirim seseorang ke Jerman untuk membunuhnya. Azev dan Heddy dipaksa untuk meninggalkan kehidupan mewah mereka sebagai penjual saham dan bersembunyi. Dua tahun kemudian mereka kembali ke Berlin, tapi Rusia dan Jerman sedang berperang. Azev telah menginvestasikan semua uangnya ke kurs dan saham Rusia, semua itu tidak ada nilainya sekarang. Para pelarian bangkrut. Hanya Heddy yang masih bertahan di sisinya, tapi keadaan terus memburuk. Tahun 1915, Azev ditangkap sebagai tersangka teroris dan dijebloskan ke dalam penjara selama dua setengah tahun. Ketika perang antara Jerman dan Rusia selesai, Azev dibebaskan, tetapi kondisi kesehatannya sangat menurun. Pada April 1918, dia pergi ke rumah sakit dengan keluhan pada ginjalnya, dan meninggal dunia seminggu kemudian.

Azev adalah salah satu agen ganda yang paling suk sepanjang sejarah. Dia menjalankan kedua pihak untuk saling melawan dan menang. Bagaimanapun, akhirnya kehebatannya tidak dikenang orang. Dia dikuburkan pada 26 April 1918 di pemakaman Berlin. Heddy de Hero adalah satu-satunya orang yang berduka atas kematiannya.

Setelah revolusi Rusia tahun 1917, file-file Okhrana diperiksa oleh pemimpin komunis Rusia yang baru. Lenin dan banyak orang lain mengakui Azev sebagai salah satu pemimpin revolusi yang hebat pada 1900-an, dan sangat terkejut saat mempelajari pengkhianatan ganda yang telah dilakukannya.

 

---

Nukilan dari buku:

TRUE SPY STORIES

Kisah Nyata Mata-Mata Dunia

Oleh Paul Dowswell & Fergus Fleming

" ["url"]=> string(66) "https://plus.intisari.grid.id/read/553246648/agen-ganda-untuk-czar" } ["sort"]=> array(1) { [0]=> int(1650818220000) } } [4]=> object(stdClass)#81 (6) { ["_index"]=> string(7) "article" ["_type"]=> string(4) "data" ["_id"]=> string(7) "3246603" ["_score"]=> NULL ["_source"]=> object(stdClass)#82 (9) { ["thumb_url"]=> string(113) "https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/750x500/photo/2022/04/20/1_thumbnail-intisariplus-sejarah-20220420073505.jpg" ["author"]=> array(1) { [0]=> object(stdClass)#83 (7) { ["twitter"]=> string(0) "" ["profile"]=> string(0) "" ["facebook"]=> string(0) "" ["name"]=> string(13) "Intisari Plus" ["photo"]=> string(0) "" ["id"]=> int(9347) ["email"]=> string(22) "plusintisari@gmail.com" } } ["description"]=> string(120) "Molody, mata-mata dari Soviet, menghabiskan enam tahun hidupnya dalam perang dingin Inggris. Menyamar sebagai pengusaha." ["section"]=> object(stdClass)#84 (7) { ["parent"]=> NULL ["name"]=> string(7) "Histori" ["description"]=> string(0) "" ["alias"]=> string(7) "history" ["id"]=> int(1367) ["keyword"]=> string(0) "" ["title"]=> string(23) "Intisari Plus - Histori" } ["photo_url"]=> string(113) "https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/945x630/photo/2022/04/20/1_thumbnail-intisariplus-sejarah-20220420073505.jpg" ["title"]=> string(19) "Lelaki Penuh Pesona" ["published_date"]=> string(19) "2022-04-24 16:33:45" ["content"]=> string(23094) "

Intisari Plus - Molody, mata-mata dari Soviet, menghabiskan enam tahun hidupnya dalam perang dingin Inggris. Menyamar sebagai pengusaha, misinya adalah membuka rahasia senjata nuklir kapal selam Inggris.

---------------------------------------

Semua orang menyukai Gordon Lonsdale—orang Kanada nan tampan. Tampaknya dia memiliki teman di seluruh London. Pada akhir 1950-an wajahnya sangat familiar di klub-klub dan restoran terbaik di ibu kota—dengan mobil putihnya, yang diimpor dari Amerika, dan tentu saja mahal, tampak mencolok di negeri yang masih berusaha bangkit dari penderitaan akibat Perang Dunia II. Dia tinggal di apartemen yang indah yang disebut "The White House", tepat di sebelah Regent's Park. Di situlah dia menyelenggarakan pesta-pesta mewah yang membuat teman-teman wanita mengantre, karena terpesona pada penampilan hitam manisnya.

Di balik kesan playboy, Lonsdale sebenarnya adalah pekerja keras. Dia menjalankan perusahaan yang menyewakan gramafon otomatis, dan menjual mesin serta perlengkapan untuk pengaman mobil. Pekerjaan ini membuatnya berpindah-pindah dari satu negara ke lain negara. Ada satu sisi lain dari pengusaha playboy ini—yang akan mengherankan semua teman wanitanya, rekan bisnis dan bahkan pemilik restoran yang mengira telah mengenalnya dengan baik. Nama aslinya Konon Trofimovich Molody dan dia adalah mata-mata Soviet.

Molody menjalani kehidupan yang luar biasa. Dilahirkan di Rusia pada 1922, dia kemudian dikirim ke California untuk tinggal bersama bibinya pada usia tujuh tahun. Sembilan tahun kemudian, dia dapat berbicara dalam bahasa Inggris dengan logat seperti penduduk asli. Pada 1936 dia kembali ke Rusia dan bergabung dengan Communist Youth Movement (Gerakan Pemuda Komunis) dan ikut berjuang selama Perang Dunia II. Setelah perang usai, Molody direkrut oleh KGB, dinas keamanan Uni Soviet. Dia fanatik kepada ideologi komunis negaranya dan dia memiliki bakat yang baik dalam penguasaan bahasa—dua hal penting yang akan menjadikannya sebagai mata-mata ideal.

Pada usia 32 tahun, dia meraih pangkat komandan dan sudah ikut dalam beberapa misi ke luar negeri. Tahun 1954, dengan semakin memuncaknya perang dingin antara Soviet dengan negara-negara Barat seperti Amerika Serikat dan Inggris, dia mendapatkan misi terpentingnya.

Perang dengan format baru terus berkembang setelah Perang Dunia II—kapal selam membawa senjata nuklir. Beberapa kapal pengintai bersembunyi di bawah laut. Kapal-kapal ini mustahil dilacak dan dihancurkan karena berisiko menghancurkan negara musuh dengan senjata nuklir yang dibawanya. Molody dikirim ke Inggris dalam tugas penyamaran untuk mengungkap segala hal tentang senjata nuklir kapal selam Angkatan Laut Inggris, yang berkembang sangat cepat. Untuk mengerjakan tugas ini, dia harus terus berhubungan dengan mata-mata Soviet lainnya, selain mencari anggota angkatan bersenjata Inggris atau orang pemerintah yang dapat menjual informasi rahasia padanya.

Tugas seperti ini membutuhkan dedikasi tinggi. Molody berusia 33 tahun. Dia harus meninggalkan semua yang dimilikinya di Uni Soviet, dan pergi ke negara asing, betul betul sebagai orang asing. Dia diberi nama dan kewarganegaraan baru—yaitu Gordon Lonsdale. Dulu, pernah ada seorang Kanada bernama Gordon Lonsdale, tapi menghilang di Finlandia—kemungkinan besar dibunuh—dan paspor palsu, juga sejarah masa lalunya, sekarang ada di tangan Molody. Dia dikirim ke Kanada tahun 1954. Setelah tinggal selama satu tahun di sana sebagai Lonsdale, dia pergi ke Inggris pada Maret 1955. Dia memerankan identitas barunya dengan sangat sempurna.

Gordon Lonsdale memiliki dua teman baik—Peter dan Helen Kroger—yang tinggal di luar London, yakni di daerah pinggiran barat Ruislip. Mereka adalah pasangan Amerika yang hidup tenang di usia 50-an. Mereka menjalankan usaha berhubungan dengan buku-buku antik. Suatu hari, teman teman di jalanan mengajak mereka ikut pesta makan malam. Helen datang mengenakan gaun panjang hitam, dan tuan rumah berseru,"Helen, kau tampak seperti mata-mata Rusia!" Jika tuan rumah yang lucu ini tidak tertawa terpingkal-pingkal menertawai lawakannya sendiri, dia mungkin akan melihat perubahan sekilas di wajah Kroger. Helen Kroger memang mata-mata Rusia, begitu juga suaminya. Rumah mereka di Cranley Drive 45 merupakan ancaman besar untuk keamanan Ingris.

Di bawah lantai dapur ada ruangan berisi pemancar berfrekuensi tinggi dan tape recorder kecepatan tinggi untuk mengirim kode pesan lebih dari 240 kata setiap menitnya. Antena internal sepanjang 23 meter terbentang di loteng rumah. Di ruang duduk ada radio yang dapat menerima sinyal dari manapun. Di sampingnya ada sebuah mesin ketik, tape recorder, dan beberapa headphone. Kamar mandi dapat diubah menjadi kamar gelap, lengkap dengan peralatan untuk membuat dan membaca microdot—teknologi yang dapat mengecilkan potret bahkan hingga lebih kecil dari ujung peniti.

Ada kejutan di mana-mana. Salinan Kitab Suci di ruang duduk digunakan untuk menyembunyikan kertas kaca yang sensitif terhadap cahaya untuk membuat microdot. Di ruang tidur ada mikroskop untuk mempelajari microdot itu. Gulungan mikrofilm disembunyikan di dalam sebuah botol. Di kamar mandi, wadah bedak yang dibiarkan terbuka yang merupakan alat untuk membaca microdot, terlihat seperti teleskop kecil. Geretan rokok besar di meja menutupi kotak rahasia yang penuh pesan rahasia.

Pasangan Kroger menjalani kehidupan yang tidak biasa, sama seperti Molody. Peter Kroger dilahirkan sebagai Morris Cohen, dari orang tua Rusia-Yahudi di New York. Dia bertemu dan menikahi Helen di University of Illinois. Nama aslinya adalah Leona Petka. Selama tahun 1930 ke duanya menjadi komunis, dan Peter berjuang melawan para fasis dalam perang sipil Spanyol. Dia kembali ke AS dan bekerja untuk berbagai organisasi perdagangan Soviet sebelum bergabung dengan tentara Amerika dalam Perang Dunia II.

Setelah perang, pasangan ini menjadi mata-mata untuk Uni Soviet, dan membantu memberikan informasi bom atom rahasia milik Amerika pada pihak Rusia. Mereka melarikan diri dari Amerika tahun 1950 karena mengira akan ditangkap dan muncul kembali di Inggris tahun 1954. Kali ini mereka dikenal sebagai pasangan Kroger, nama pasangan Selandia Baru yang sudah meninggal pada awal abad ini.

Lonsdale adalah tamu yang sering datang ke Cranle Drive. Dia datang untuk makan malam paling tidak sekali Sabtu dalam setiap bulan. Tentu saja tidak hanya itu yang da lakukan. Keluarga Kroger adalah penghubungnya dengan pihak Uni Soviet. Di rumah yang tenang itulah hasil kerjanya sebagai mata-mata dikirimkan ke KGB di Moskwa

Informan Lonsdale yang terbaik adalah seorang karyawan Angkatan Laut Inggris yang bertugas di Departemen Angkatan Laut Inggris di Bidang Penyediaan Senjata Bawah Laut—yang sangat rahasia di Portland, Dorset. Namanya Harry Houghton. Dia memiliki akses ke berbagai bagian rahasia, dan satu hal yang juga menguntungkan bagi Lonsdale, Harry memiliki kecurangan di masa lalu. Tahun 1951 dia dikirim ke Kedutaan Besar Inggris di Warsawa, Polandia. Dia mempermalukan dirinya sendiri dengan menyembunyikan istri orang lain dan berhubungan dengan penjualan barang-barang selundupan. Dia dikirim kembali ke Inggris dengan teguran keras. Meskipun tidak dapat dipercaya, dia dikirim ke Portland.

Penguasa Inggris bukanlah satu-satunya yang memperhatikan tindak tanduk Harry Houghton di Warsawa. Dinas Polisi Rahasia juga mengawasinya. Mereka memberitahu KGB bahwa Harry tampaknya mudah disuap. KGB meneruskan informasi penting ini pada Lonsdale yang tidak membuang-buang waktu untuk segera memperkenalkan diri.

Lonsdale mengaku sebagai Komandan Alex Johnson dari Kedutaan Besar Amerika. Setelah mereka berbincang-bincang, Lonsdale menyadari bahwa Houghton adalah orang yang diinginkannya. Dia mau mengerjakan hampir semua hal demi uang. Mudah menipunya untuk menjadi seorang pengkhianat. Lonsdale mengatakan bahwa Amerika membutuhkan beberapa informasi darinya. Dia tidak perlu khawatir dengan Undang-Undang Kerahasiaan—sebuah dokumen yang wajib ditandatangani oleh seluruh personel angkatan bersenjata untuk menjamin kerahasiaan departemen—bukankah Inggris dan Amerika berada di pihak yang sama?

Ketika Lonsdale menyebutkan uang, mata Houghton membelalak. Dia bahkan membuat rencana cerdas untuk menyelundupkan dokumen keluar dari Portland. Houghton memiliki teman di pangkalan, seorang perempuan setengah baya bernama Ethel "Bunty" Gee. Dia adalah pegawai bagian arsip dengan pengamanan ruangan tingkat tinggi—yang artinya: dia memegang dokumen sangat rahasia. Meskipun untuk para pria ada pemeriksaan saat mereka masuk dan keluar gedung untuk memastikan mereka tidak membawa dokumen rahasia, pegawai perempuan tidak diperiksa. Perbedaan pemeriksaan keamanan yang aneh ini juga bet makna bahwa Bunty akan menjadi kaki-tangan yang sempurna,

Akhirnya, semua file, mulai dari daftar anggota angkatan laut di galangan kapal hingga dokumen rinci proyek pembangunan kapal, dapat diselundupkan keluar Portland, Isi dokumen itu dibaca dan direkam dengan tape recorder, kemudian dikirimkan dengan pemancar dari Cranley Drive, atau dipotret untuk diselundupkan ke Moskwa berupa mikrofilm. Bunty kemudian mengembalikan dokumen-dokumen itu sebelum ada yang menyadari bahwa ada dokumen yang hilang. Pekerjaan ini berlalu seperti sebuah mimpi. Lonsdale dan pasangan Kroger dapat menyelundupkan rahasia dari Houghton dan Gee, sebaik cara mereka mendapatkan informasi dari militer dan organisasi intelijen yang telah dilakukan selama enam tahun ini.

Di dunia ini tidak ada yang abadi, termasuk keberuntungan. Houghton memang merupakan sumber informasi terbaik bagi Lonsdale, tapi dia mungkin juga orang yang paling tidak dapat dipercaya yang harus dihadapi oleh mata mata Soviet. Pengecekan rutin oleh M15—biro intelijen tandingan Inggris—menunjukkan bahwa Houghton, sebagai seorang pegawai Angkatan Laut, mengeluarkan uang jauh lebih besar dari pendapatannya. Pada tahun 1960 dia digaji £714, gaji yang tidak terlalu besar untuk saat itu. Tapi dia baru saja membeli mobil baru yang mencolok, membangun rumah seharga £10.000, dan menghabiskan £20 sebulan untuk minum-minum. Dari mana dia mendapatkan uang sebanyak itu? M15 berusaha mengungkapkan. Pengecekan di rekening Houghton tidak menghasilkan apa-apa. Lonsdale membayarnya tunai, sehingga polisi tidak dapat menyelidiki sumber penghasilan itu.

Pada Juli 1960, seorang agen MI5 mulai membuntuti Houghton dan Gee. Dia mengikuti perjalanan mereka ke London, ke teater Old Vic di Waterloo. Dia melihat mereka bertemu Gordon Lonsdale, menyerahkan amplop yang ditukarkan dengan kantong belanja. Houghton dan Gee segera pergi, berputar kembali ke mobilnya. Semuanya sangat mencurigakan.

Sebulan kemudian, Houghton berangkat lagi ke London. Di sana dia bertemu Lonsdale di Old Vic, dan keduanya beristirahat di kafe. Agen MI5 itu duduk di sebelah meja mereka dan berusaha mendengarkan percakapan. "Selanjutnya, kita akan bertemu setiap Sabtu pertama, kata Lonsdale, "terutama Sabtu pertama Oktober dan November"

Sesuatu sedang direncanakan.

Mereka meninggalkan kafe, dan agen M15 itu mengikuti mereka dari kejauhan. Kedua lelaki itu bergegas ke pojok telepon. Mereka tidak menelepon. Houghton memberikan file yang terbungkus koran kepada Lonsdale. Kemudian mereka berpisah. Houghton menghilang di tengah keramaian, agen MI5 mengikuti Lonsdale, yang masuk ke dalam mobil dan mulai bergerak. Sepasang agen MI5 lainnya mengikuti dengan mobil hingga kemudian berhenti di depan sebuah bank Londsdale keluar mobil, lalu menyerahkan koper coklat kepada petugas bank, lantas pergi lagi.

Setelah Lonsdale pergi, agen MI5 masuk ke dalam bank Mereka menjelaskan dengan hati-hati kepada manajer bank bahwa mereka mendapat tugas yang bersifat sangat rahasia dari pemerintah, dan mereka ingin melihat isi koper coklat itu. Manajer itu dapat memahami, dan mereka menemukan kamera buatan Rusia, kaca pembesar, dua film, dan bermacam macam kunci dalam kotak penyimpanan Lonsdale. Semua sangat mencurigakan.

Investigasi kemudian dilakukan. Lonsdale pergi ke Eropa selama dua bulan untuk urusan bisnis, begitu dia kembali dari perjalanannya, agen M15 telah menunggunya. Mereka mengikutinya ketika dia mengambil koper dari bank, kemudian naik kereta menuju Ruislip.

Setelah beberapa minggu, MI5 terus mengamati, dan polanya mulai terlihat jelas. Pada setiap Sabtu pertama setiap bulan, Houghton menemui Lonsdale di London. Mereka saling bertukar paket, dan sorenya Lonsdale pergi ke Ruislip, sampai di rumah keluarga Kroger sekitar pukul 19.15. Setelah tiga bulan, agen M15 memutuskan untuk menangkap mereka. Seseorang yang ditugasi memimpin operasi ini adalah Inspektur Detektif George Smith dari Kepolisian London.

Pada 7 Januari 1961, Harry Houghton pergi ke London. Pada kesempatan ini Bunty Gee ikut serta membawa tas belanja yang besar. Mereka sampai di Stasiun Waterloo. Tak kurang dari 15 orang agen, termasuk George Smith, mondar-mandir di sana dalam penyamaran sebagai penumpang dan penjual koran. Keretanya terlambat 45 menit. Penundaan ini membuat para agen yang dipimpin Smith kurang waspada, atau mungkin juga udara dinginlah yang menjadi penyebabnya. Apapun alasannya, mereka terkejut ketika pasangan ini sudah sampai di pintu keluar dan berlari mengejar bus. Hanya ada satu orang yang tempatkan dalam bus itu bersama mereka.

Houghton dan Gee melakukan perjalanan wisata—di luar kebiasaan mereka, sekitar satu atau dua jam mereka kembali ke Stasiun Waterloo dan pergi ke teater Old Vic seperti yang biasa mereka lakukan. Agen-agen itu sudah menunggu. Lonsdale juga sudah menunggu untuk menyambut mereka. Ketika mereka tiba, dia mengambil tas yang dibawa Gee, dengan cara yang halus seperti ketika seorang pria hendak membawakan tas dari seorang wanita. Itu semua sudah cukup bagi Smith. Dia berlari ke arah tiga orang itu dan berkata, "Saya petugas polisi, Anda semua ditangkap."

Saat itu juga tiga buah mobil mengerem dengan tiba tiba dan berhenti tepat di halte depan mereka. Lonsdale yang diborgol pertama kali, kemudian Houghton, dan yang terakhir Gee. Mobil-mobil itu mulai bergerak dan pesan di radio panggil disampaikan, "Terkunci, tersimpan, meluncur." 

Ketiganya berhasil ditangkap tanpa banyak perlawanan.

Tas yang dibawa Gee penuh dengan barang-barang menarik. Ada empat file dari Portland dan film yang berisi lebih dari 300 foto dari kapal selam nuklir Inggris yang sangat rahasia.

Di kantor polisi, ketiganya ditangani Dinas Rahasia Kepolisian Inggris. Respon mereka bermacam-macam. 

Harry Houghton memukul-mukul kepalanya sambil berkata, "Aku sudah dibodohi!"

Bunty Gee marah. "Aku tidak melakukan kesalahan apapun," protesnya.

Gordon Lonsdale sangat tenang, dia berkata, "Tampaknya saya akan berada di sini sepanjang malam, dapatkah Anda mencarikan seorang pemain catur yang hebat?"

Permintaannya dikabulkan.

(Selama Lonsdale dalam tahanan, Smith memastikan akan selalu ada seorang pemain catur kelas satu di antara penjaganya. Smith mengagumi gaya Lonsdale, dan dia menjelaskan sikapnya yang sangat baik itu pada para wartawan. "Dia memiliki pekerjaan yang sulit dilakukan seperti Anda dan saya. Dia melakukannya dengan baik. Apakah saya harus menyalahkannya?").

Setelah sore itu, Peter dan Helen Kroger juga menerima tamu tak diundang. Smith dan pasukannya segera menuju ke Ruislip segera setelah Houghton, Gee, dan Lonsdale aman berada dalam tahanan. Ketika polisi datang, pasangan Kroger terlihat sangat tenang. Pasangan ini berlagak seolah kedatangan pihak kepolisian ini adalah sebuah kekeliruan namun sebagai warga negara yang baik, mereka tetap siap untuk membantu.

Ketika mereka hendak meninggalkan rumah, Helen Kroger meminta izin untuk menyalakan api di tungku pemanas agar ketika mereka kembali, rumahnya dalam keadaan hangat. Smith—yang tentu saja tidak bodoh—berkata, "Tentu saja, Nyonya Kroger, tapi sebelumnya saya lihat dulu apa yang ada dalam tas Anda."

Wajah Helen berubah menjadi dingin. Dia menyadari ini saatnya permainan berakhir. Di dalam tasnya ada ketikan pesan, slide yang berisi tiga mikrodot, dan lima lembar surat yang ditulis Lonsdale dalam bahasa Rusia. Sebenarnya dia bermaksud membakar semua itu dalam tungku, tapi sekarang semua itu menjadi bukti yang paling penting untuk menyeret mereka ke ruang pengadilan.

Dengan ditangkapnya semua anggota dalam lingkaran mata-mata Lonsdale, polisi mengirimkan tim forensik ke rumah mereka. Tentu saja, rumah di Cranley Drive 45 memberikan banyak petunjuk mengenai kejahatan yang telah mereka lakukan. Radio dan peralatan mikrodot dapat ditemukan dengan mudah, tapi baru seminggu kemudian, setelah rumah itu benar-benar dibongkar, petugas menemukan kode sinyal, tanggal pengiriman data melalui pemancar, ribuan dolar Amerika, dua paspor Selandia Baru atas nama pasangan Kroger, dan dua paspor Kanada. Di apartemen Lonsdale ditemukan satu set radio dan perlengkapan mikrodot, sedangkan di rumah Houghton dan Gee masing-masing ditemukan rahasia-rahasia yang juga memberatkan, termasuk dokumen-dokumen, sebuah kamera, dan kotak korek api yang di bagian dasarnya sudah diubah untuk meletakkan peta tempat pertemuan di London.

Persidangan dimulai 13 Maret 1961, berlangsung selama sembilan hari. Surat kabar menamai mereka "The Microdot Five". Semua dinyatakan bersalah dan mereka mendapat hukuman setimpal. Houghton dan Gee dijatuhi 15 tahun penjara, pasangan Kroger 20 tahun penjara. Lonsdale yang secara jelas tampak sebagai orang yang berperan penting dalam lingkaran mata-mata dijatuhi hukuman yang paling berat oleh hakim.

"Gordon Arnold Lonsdale," katanya, "Anda adalah seorang mata-mata profesional. Ini adalah pekerjaan yang berbahaya, dan tentu saja Anda harus siap untuk menderita. Anda akan dipenjara selama 25 tahun."

Lonsdale tersenyum di atas mimbar. Dia tahu dirinya tak akan berada di dalam penjara dalam jangka waktu yang panjang; dia agen yang sangat berharga. Dalam suasana saling membalas dalam perang dingin ini, dia akan segera ditukar dengan mata-mata Inggris yang tertangkap. Temannya di KGB akan segera memastikannya. 

 

Kelanjutannya

Apa yang dipikirkan Lonsdale benar. Di tahun ketiga dia ditukar dengan mata-mata Inggris bernama Greville Wynne (baca juga: "Pedagang dan Mata-Mata Super", di halaman lain buku ini). Saat kembali ke tanah airnya, dia disambut sebagai pahlawan, dan dianugerahi medali. Lonsdale terus bekerja di KGB, meskipun dia sekarang terlalu terkenal sehingga tidak mungkin dikirim keluar sebagai mata-mata. Tetapi menjalankan kehidupan ganda selama menjadi mata mata membuatnya stres, dan dia meninggal di usia muda. Pada Oktober 1970, di usia 48 tahun, ia mengalami serangan jantung yang fatal ketika sedang berkebun di apartemennya di Moskwa.

Pasangan Kroger harus menunggu lebih lama untuk dibebaskan, tapi para pimpinan KGB tidak meninggalkan mereka. Seorang dosen Inggris ditangkap dengan tuduhan penipuan di Moskwa pada 1969, dan ditukarkan dengan pasangan Kroger. Keduanya hidup hingga usia tua. Helen meninggal di usia 79 pada tahun 1992, dan Peter meninggal pada usia 84 pada 1995. Penghuni baru di Cranley Drive 45 ternyata menemukan radio milik pasangan Kroger pada 1981, saat menggali di kebun. 

Tak ada yang memperhatikan Bunty Gee dan Ham Houghton. Yang bisa mereka lakukan adalah saling memperhatikan. Mereka berada di dalam penjara selama sembilan tahun. Mereka dibebaskan tahun 1970, enam tahun lebih cepat karena kelakuan mereka yang baik. Mereka menikah di Polandia tahun 1971, dan mendirikan usaha penginapan di Brankscome, Dorset, dengan nama samaran. Keduanya dipercaya meninggal dunia pada tahun 1980.

 

---

Nukilan dari buku:

TRUE SPY STORIES

Kisah Nyata Mata-Mata Dunia

Oleh Paul Dowswell & Fergus Fleming

" ["url"]=> string(64) "https://plus.intisari.grid.id/read/553246603/lelaki-penuh-pesona" } ["sort"]=> array(1) { [0]=> int(1650818025000) } } }