array(1) {
  [0]=>
  object(stdClass)#49 (6) {
    ["_index"]=>
    string(7) "article"
    ["_type"]=>
    string(4) "data"
    ["_id"]=>
    string(7) "3124155"
    ["_score"]=>
    NULL
    ["_source"]=>
    object(stdClass)#50 (9) {
      ["thumb_url"]=>
      string(107) "https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/750x500/photo/2022/02/03/ketukan-pengundang-mautjpg-20220203121306.jpg"
      ["author"]=>
      array(1) {
        [0]=>
        object(stdClass)#51 (7) {
          ["twitter"]=>
          string(0) ""
          ["profile"]=>
          string(0) ""
          ["facebook"]=>
          string(0) ""
          ["name"]=>
          string(12) "John Dunning"
          ["photo"]=>
          string(0) ""
          ["id"]=>
          int(9359)
          ["email"]=>
          string(19) "intiplus-4@mail.com"
        }
      }
      ["description"]=>
      string(160) "Seorang anak mendapati ibunya telah tewas di apartemennya. Padahal ibunya hanya akan membuka pintu jika anaknya yang mengetuk. Akibatnya ia dijadikan tersangka."
      ["section"]=>
      object(stdClass)#52 (7) {
        ["parent"]=>
        NULL
        ["name"]=>
        string(8) "Kriminal"
        ["description"]=>
        string(0) ""
        ["alias"]=>
        string(5) "crime"
        ["id"]=>
        int(1369)
        ["keyword"]=>
        string(0) ""
        ["title"]=>
        string(24) "Intisari Plus - Kriminal"
      }
      ["photo_url"]=>
      string(107) "https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/945x630/photo/2022/02/03/ketukan-pengundang-mautjpg-20220203121306.jpg"
      ["title"]=>
      string(23) "Ketukan Pengundang Maut"
      ["published_date"]=>
      string(19) "2022-02-03 12:13:21"
      ["content"]=>
      string(23251) "

Intisari Plus - Seperti biasa, kalau Adolf Wachter (53) pulang bekerja, pintu apartemennya yang terletak di puncak gedung bertingkat tiga selalu terkunci. Tanggal 15 Oktober 1982 sore, pintu tetap tak dibuka ibunya meski berulang-ulang ia mengetuknya dengan kode yang sudah disepakati bersama sang ibu.

Wachter pun putus asa. Karena tidak membawa kunci, ia turun menuju ke mobilnya, lalu kembali ke tanah pertanian tempatnya bekerja.

"Saya khawatir ibu saya mendapat serangan jantung," katanya kepada majikannya, George Heilmann. "Ibu saya tidak membukakan pintu."

Heilmann mengantarnya kembali ke apartemen. Mereka beriringan mengendarai mobil masing-masing. Apartemen Adolf Wachter bersama ibunya terletak di Schwarzenbergstrassse 14 di Bamberg, sebuah kota berpenduduk sekitar 80.000 jiwa di Jerman Selatan.

 

Bukan serangan jantung

Beriringan pula kedua pria itu menaiki tangga ke tingkat tiga. Heilmann memijat bel. Kemudian ia menggedor-gedor pintu. Wachter berkata, "Ibu saya pasti tidak akan membukakan pintu kalau digedor begitu. Ia tidak mau membiarkan orang tak dikenal masuk. Kami mempunyai kode ketukan khusus."

Namun, ketukan itu pun tidak menyebabkan pintu dibuka.

"Harus didobrak," kata Heilmann. "Mungkin ibumu mengalami kecelakaan."

Wachter bertubuh tinggi besar. Kadang-kadang ia bekerja sebagai buruh tani, kadang-kadang sebagai pengemudi truk atau pengangkut perabotan rumah tangga. Ia membenturkan bahunya yang berotot ke pintu apartemennya. Usahanya tidak sia-sia. Kunci jebol dan pintu terbuka.

Maria Wachter (88) ternyata rebah di lantai lorong tepat di balik pintu itu. Jelas itu bukan akibat serangan jantung ataupun kecelakaan. Lantai di dekatnya digenangi darah, yang masih mengucur dari luka menganga di kepala dan lehernya.

Heilmann begitu terkejut sehingga mundur ke belakang. lalu terbirit-birit turun sambil berteriak-teriak memanggil polisi. Saat itu sudah pukul 20.00. Di hari Jumat jalan-jalan sepi karena libur akhir minggu sudah dimulai.

Baru setelah bertemu rumah tempat minum ia berhasil menghubungi polisi lewat telepon. Sekalian dipanggilnya ambulans.

Heilmann memberanikan diri kembali ke apartemen Wachter. Heran juga dia melihat mobil polisi sudah diparkir di tepi trotoar. Ternyata Wachter, yang lebih tenang, sudah menelepon polisi lebih dulu dari apartemennya.

Sekali lihat, polisi tidak meragukan bahwa Maria Wachter sudah tewas. Namun, untuk mematuhi peraturan, mereka memeriksa juga tubuh wanita itu. Tanda-tanda kehidupan memang sudah tidak ada. Heilmann dan Wachter tidak diperkenankan pergi. Mereka diminta menunggu kedatangan polisi dari bagian pembunuhan yang tiba tiga perempat jam kemudian.

Dr. David Diedrich yang wajahnya pucat tapi artistik (karena bentuk hidungnya indah, rambutnya merah keemasan dan bercambang panjang) memberi keterangan bahwa Maria Wachter tewas kira-kira dua jam sebelumnya. Tengkoraknya pecah di beberapa tempat, sedangkan urat nadi lehernya putus. Keterangan lebih rinci dan pasti baru akan diberinya setelah autopsi.

"Siapa yang melapor?" tanya Inspektur Peter Altbauer yang bertubuh pendek kekar dan berumur 50-an. la termasuk orang yang perlu bercukur sehari dua kali, tetapi cuma melakukannya sekali.

"Putranya dan majikan putranya," jawab Sersan Detektif Joachim Hart. "Mereka ada di bawah, di mobil patroli." Sersan ini masih muda belia dan pipinya merah jambu.

"Kau tunggu di sini. Awasi para petugas teknis. Jangan ada yang luput dari perhatian mereka. Aku akan menanyai putra korban dan majikannya," pesan Inspektur Detektif Altbauer.

 

Tak mungkin orang lain

Kartu identitas Heilmann dan Wachter diminta. Setelah memeriksa kedua kartu itu, Inspektur memberi tahu keterangan yang mereka berikan padanya akan direkam. la meminta Wachter menceritakan cara ia menemukan jenazah ibunya.

"Mengapa Anda tidak memiliki kunci apartemen Anda sendiri, Pak Wachter?"

"Ibu selalu di rumah. Saya tidak perlu membawa kunci."

"Tadi Anda bilang, Anda mempunyai kode ketukan rahasia. Siapa saja yang tahu kode itu selain Anda dan ibu Anda?"

"Tidak ada," jawab Wachter.

"Apakah ada orang lain selain ibu Anda yang memiliki kunci apartemen Anda?"

"Tidak. Kami cuma mempunyai satu kunci."

"Anda ditahan dengan tuduhan membunuh," kata Inspektur dengan resmi. "Anda harus ikut dengan saya ke kantor polisi. Anda diperingatkan bahwa apa pun yang Anda katakan akan dicatat atau direkam dan bisa digunakan untuk memberatkan Anda. Anda ingin membuat pernyataan?"

"Ya," jawab Wachter. "Anda gila. Mengapa saya ingin membunuh ibu saya sendiri?"

"Saya tidak tahu," jawab Inspektur. "Tapi berdasarkan pernyataan Anda, tidak ada orang lain yang bisa masuk ke apartemen Anda."

George Heilmann begitu tercengang. Ia disuruh pulang, sedangkan Wachter diangkut ke kantor polisi dan dituduh membunuh ibunya. Ia dihadapkan ke sejumlah detektif untuk diinterogasi.

Inspektur Altbauer kembali ke Schwarzenbergstrasse. Para teknisi hampir selesai melaksanakan tugas mereka. Jenazah Maria Wachter dimasukkan ke dalam peti logam dan digotong ke kereta jenazah polisi. Dokter sudah pergi. Tinggal Sersan Hart di sana. la melapor kepada Inspektur Altbauer.

"Ada tanda-tanda yang menunjukkan apartemen itu digerayangi," katanya. "Tapi kami tidak bisa menentukan apa yang diambil. Korban masih memegang kunci. Diperkirakan ia dibunuh begitu pintu dibuka."

"Mungkin petunjuk palsu," kata Inspektur. "Menurut putranya, ia hanya membukakan pintu kalau pintu diketuk dengan kode yang sudah disepakati bersama anaknya. Tak seorang pun, kecuali mereka berdua, yang mengetahui kode itu."

"Anda maksudkan, putranya mengaku membunuh? Apa motif nya?"

"Anaknya sih menyangkal. Tapi menurut pengakuannya, tak seorang pun bisa masuk ke aprtemennya kecuali dia sendiri. Petugas lab menemukan tanda-tanda perlawanan?"

Sersan Hart menggelengkan kepala. "Sepanjang yang bisa mereka katakan, korban dibunuh begitu pintu dibukakan. Kecuali anaknya gila, saya tidak melihat alasan yang mendorong ia membunuh ibunya."

"Saya juga tidak," kata Inspektur. "Saya juga tidak melihat alasan ia menggeledah apartemen, kecuali kalau ia sengaja memberi petunjuk palsu untuk menyesatkan kita. Apakah para petugas lab menemukan alat yang diduga dipakai melakukan pembunuhan?"

"Tidak," jawab Hart. "Kalau anaknya membunuh, mungkin senjata itu ia buang dalam perjalanan memanggil Heilmann."

"Kalau Diedrich bisa memberi gambaran kepada kita perihal senjata yang dipakai untuk membunuh, mungkin kita bisa memeriksa selokan sepanjang jalan antara apartemen dan tanah pertanian Heilmann besok," kata Inspektur Altbauer.

Malam itu Wachter tetap tidak mengaku membunuh ibunya. Pukul 11.00 keesokan harinya. Dr. Diedrich memberi gambaran senjata yang dipakai membunuh korban.

Menurut laporan sementara Diedrich, tengkorak korban retak di sembilan tempat akibat 16 pukulan dengan benda keras yang berpermukaan licin dan bergaris tengah kira-kira 5 cm. Beberapa serpihan kayu tertancap di kulit kepala, menunjukkan bahwa benda itu terbuat dari kayu.

Korban ditikam tiga kali di leher. Salah satu tikaman memutuskan pembuluh nadi leher, yang menyebabkan kematian 40 atau 50 detik kemudian karena aliran darah ke otak terhenti. Diperkirakan korban sudah pingsan akibat pukulan di kepala saat disembelih. Anehnya, luka di leher itu dibuat seperti tikaman jagal babi, bukan berupa gorokan.

Korban tampaknya sempat menginsafi bahaya dan ketakutan, karena tingkat adrenalin darahnya tinggi. Fungsi tubuhnya semua normal, kecuali ada tanda-tanda arteriosklerosis. Pakaian dalam wanita itu tidak terganggu dan tak ada tanda-tanda ia dibunuh karena motif seksual. Saat kematian diperkirakan antara pukul 19.00 - 19.15, tanggal 15 Oktober 1982.

Laporan dari laboratorium jauh lebih singkat. Tidak ada tanda-tanda apartemen itu dimasuki dengan kekerasan, kecuali pintu yang didobrak Wachter dengan disaksikan oleh Heilmann. Senjata tidak dijumpai. Sidik jari yang ditemukan cuma milik korban dan putranya.

"Pembunuhnya tidak bisa lain daripada Wachter, waktunya pun cocok," begitu Inspektur menyimpulkan.

 

Goblok alau genius

Menurut pengakuan Adolf Wachter, yang dikuatkan oleh George Heilmann, Wachter meninggalkan tanah pertanian beberapa menit sebelum pukul 19.00. Ia kembali ke tanah pertanian kira-kira pukul 19.35. Kalau ia ngebut, perjalanan ke apartemnnya cuma makan waktu kira-kira 15 menit. Berarti ia cuma mempunyai waktu 10 menit untuk membunuh. Namun, sepuluh menit sudah lebih dari cukup untuk membunuh. Begitu menurut petugas laboratorium.

Kata Wachter, ia tidak ngebut dalam perjalanan ke apartemennya. Ia juga rriengetukngetuk pintu cukup lama.

"Mengapa Anda tidak memanggil petugas pemadam kebakaran saja waktu Anda tidak dibukakan pintu?" tanya Inspektur. "Petugas pemadam kebakaran mempunyai ahli yang bisa membuka pintu."

"Saya tahu," jawab Wachter. "Tapi saat itu pikiran saya tak sampai ke sana."

Inspektur menyerahkan Wachter ke tangan tim interogasi, lalu kembali ke ruang kantornya.

"Wachter itu mungkin manusia goblok, mungkin pula penjahat genius," katanya kepada Sersan Hart. "Ia goblok karena bersikeras ibunya tak akan membukakan pintu kepada siapa pun, kecuali kalau pengetuk pintu menggunakan kode yang cuma diketahui oleh ibunya dan dia. Ia penjahat licin kalau bisa meyakinkan pengadilan bahwa ia berterus terang. Bukankah kita tidak bisa menemukan motif yang mendorongnya melakukan pembunuhan?"

"Wanita itu sudah tua renta dan tidak mempunyai banyak harta. Kalau putranya menginginkan kematiannya, paling-paling ia tinggal menunggu beberapa tahun lagi. Satu-satunya motif yang terpikir olehku ialah: mereka bertengkar, lalu Wachter memukul ibunya terlalu keras. Ia menjadi panik dan membunuhnya sekalian."

"Kalau begitu pertengkaran mereka singkat sekali, dong," kata Sersan Hart.

"Memang terlalu singkat," Inspektur Altbauer mengakui.

"Kalau orang lain membunuhnya, berarti ia meninggalkan tempat itu hanya beberapa menit sebelum Wachter datang," kata Hart. "Atau ia sudah berada di apartemen itu ketika Wachter pertama kali datang, lalu pergi ketika Wachter sedang memanggil Heilmann."

 

Kesaksian mantan islri

Adolf Wachter tidak pernah mengaku membunuh ibunya. Namun, karena ia tetap bersikeras tidak ada orang lain yang bisa masuk ke apartemennya, ia diadili sebagai pembunuh ibunya tanggal 12 Juli 1982. Jaksa tidak bisa mengemukakan motif pembunuhan dan senjata yang dipakai membunuh tidak pernah ditemukan.

Pakaian yang dikenakan Adolf Wachter pada tanggal pembunuhan terjadi diperiksa dengan saksama di laboratorium polisi. Tak ditemukan tanda-tanda darah sedikit pun, walaupun para ahli menyatakan tidak mungkin bagi seseorang untuk membunuh dengan cara itu tanpa pakaiannya terciprat darah.

Sementara itu delapan saksi menyatakan bahwa hubungan Wachter dengan ibunya baik sekali.

Jaksa lantas memanggil mantan istri Wachter, yang menyatakan mantan suaminya bisa saja melakukan tindak kekerasan, sebab pada tahun 1963 kepalanya pernah dipukul dengan kaki kursi. 

Namun, mereka baru bercerai tanggal 24 April 1967 dan si bekas istri kembali ke Wachter pada tahun 1970 - 1973. Ketiga putra mereka yang berumur 24, 23, dan 14 tidak dimintai kesaksiannya.

Dokter yang biasa merawat Maria Wachter menyatakan ia pernah merawat korban ketika korban menderita bilur-bilur yang katanya akibat jatuh. Sekali ia merawat korban ketika sebelah matanya bengep. Menurut korban, bengep itu disebabkan karena sumbat botol anggur mental ke matanya.

Ketika jaksa bertanya apakah memar semacam itu bisa diakibatkan oleh pukulan, dokter menjawab, "Bisa saja."

Namun, ketika pembela bertanya apakah memar seperti itu bisa disebabkan oleh hal-hal yang dikatakan oleh Maria Wachter, dokter menjawab, "Bisa saja" juga.

Seorang tetangga di gedung yang sama, sering mendengar Maria berseru, "Aduh!" Namun, wanita berumur 60 tahun yang bernama Helga Auernheimer itu menyatakan bahwa seruan itu beberapa kali didengarnya pada saat Adolf Wachter tidak di rumah.

Pengantar koran menyatakan Ny. Wachter beberapa kali mengeluh kepadanya bahwa ia tidak bahagia dan putranya tidak sayang kepadanya.

Sebenarnya kesaksian itu tidak terlalu meyakinkan kalau saja Adolf Wachter tidak bersikeras bahwa tidak ada orang lain, kecuali ia sendiri yang bisa masuk ke apartemennya.

Setelah sembilan hari bersidang, pengadilan memutuskan Adolf Wachter bersalah melakukan pembunuhan tidak terencana terhadap ibunya. Ia dijatuhi hukuman 11,5 tahun penjara, sedangkan SIM truknya dicabut.

Adolf Wachter tetap berkata ia tidak bersalah. Ia menganggap pencabutan SIM-nya keterlaluan, sebab ia belum pernah melanggar peraturan lalu lintas yang berarti.

Wachter naik banding dan pengadilan tinggi menemukan banyak kekurangan dan kealpaan yang dilakukan pengadilan, sehingga memerintahkan sidang diulang. Hal itu dilakukan tanggal 8 Februari 1985.

Sekali ini Adolf Wachter dibebaskan. Jaksa menangis. Di tengah ruang pengadilan, jaksa menuding Wachter dan berteriak dengan suara gemetar karena marah, "Baik, Pak Wachter. Anda berhasil mengelak dari hukuman, tapi saya tahu dan Anda pun tahu, Andalah pembunuh ibu Anda sendiri!"

Para penonton terpengaruh olehnya dan berteriak-teriak, "Gantung anak durhaka itu!"

Walaupun dibebaskan, pria berumur senja itu tidak bisa hidup dengan tenang. Semua orang di Kota Bamberg yang cantik dan tidak terlalu besar tahu perihal Adolf Wachter yang dituduh membunuh ibunya. Ada juga orang yang mau memberi pekerjaan kepadanya, tetapi hubungan mereka terbatas pada memanfaatkan otot-ototnya. Dalam pergaulan ia dikucilkan.

Saat itu Inspektur Altbauer sudah tidak menganggap Wachter sebagai pembunuh lagi. Namun kalau bukan dia, siapa pembunuh Maria Wachter?

 

Sesumbar

Tiga tahun setelah pembunuhan terjadi dan hampir setahun setelah Wachter dibebaskan, Inspektur Altbauer menerima laporan bahwa seorang gadis berumur 18 tahun diculik dan diperkosa bergantian oleh dua orang pembantu jagal, yaitu Thomas Schaubert dan Herbert Friedemann. 

Begitu dibebaskan, gadis itu mengadu ke kantor polisi. Schaubert dan Friedemann ditahan dan terbukti melakukan hal yang dituduhkan. Mereka dijatuhi hukuman penjara masing-masing 4 tahun pada tanggal 30 April 1986.

Di Jerman, hukum rupanya lebih bersimpati pada orang-orang muda daripada orang seumur Wachter, karena mereka boleh hidup di luar penjara setelah menjalani setengah dari masa hukuman.

Di penjara, Friedemann merasa khawatir dianggap anak kecil oleh rekan-rekan narapidana lain. Soalnya, penampilannya masih seperti remaja tanggung dan janggutnya tidak mau tumbuh. 

Untuk mengesankan sesama penghuni penjara, ia sesumbar perihal pembunuhan yang pernah dilakukannya bersama Thomas Schaubert. Sikap seperti ini memang umum terjadi.

Celakanya, Friedemann menyebut dengan rinci namanama, tempat, tanggal, dan hal-hal yang berkenaan dengan pembunuhan atas Maria Wachter, pembunuhan yang belum terpecahkan.

Di antara pendengarnya terdapat seorang oportunis yang ingin memanfaatkan kesempatan untuk mendapat keringanan hukuman. Tanggal 17 Juli 1986, si pencari kesempatan dibawa ke kamar kerja Inspektur Altbauer dan menceritakan dengan saksama yang didengarnya dari Herbert Friedemann di penjara. 

Altbauer sangat terkesan, karena keterangan itu berisi detail yang cuma diketahui polisi dan si pembunuh. Sebagai orang yang pada dasarnya penuh kecurigaan, Inspektur Altbauer menyelidiki, di mana si pengadu berada pada saat pembunuhan. Ternyata orang itu sedang dihukum di penjara lain.

Kini Inspektur sudah mempuyai dua orang yang patut dicurigai sebagai pembunuh Maria Wachter. Namun, bagaimana caranya mereka bisa masuk ke apartemen wanita itu?

Inspektur Altbauer segera pergi mencari Adolf Wachter. Pria malang itu dijumpainya sedang bekerja sebagai buruh tani. Altbauer bertanya, apakah Wachter kenal pada Schaubert dan Friedemann.

"Oh, saya kenal mereka. Mereka itu asisten jagal," jawabnya. "Kalau sedang banyak uang, mereka minumminum di tempat yang sama dengan saya."

 

Remaja rusak

Schaubert dan Friedemann dibawa ke kantor polisi tempat Inspektur Altbauer bekerja. Mereka diinterogasi secara terpisah. Friedemann yang lebih muda diintimidasi, menjadi panik dan mengaku setelah mendengar pernyataan teman sepenjaranya yang direkam polisi. 

Katanya, gagasan untuk membunuh Maria Wachter yang tidak mereka ketahui namanya, berasal dari Schaubert. Saat itu mereka kekurangan uang. Mereka memilih Maria Wachter bukan karena ia kaya, tetapi karena secara tidak sengaja mereka mendengar perihal kode mengetuk pintu dari Wachter. 

Suatu ketika Wachter bekerja pada orang tua Schaubert dan bercerita tentang kode mengetuk pintu demi keamanan. Schaubert yang waktu itu berumur 18 tahun merasa tertarik dan membuntuti Wachter pulang. Wachter tidak sadar ketukannya didengarkan oleh remaja ini.

Pada tanggal 15 Oktober, keduanya bersepeda ke apartemen Wachter sambil membawa kantung plastik berisi pisau jagal untuk menikam babi. Friedemann membawa tas olahraga berisi dua pasang sarung tangan plastik, seutas tali dan sebuah kaki meja.

Sebenarnya mereka tidak berniat membunuh korban. Schaubert mengikatkan saputangan ke wajahnya supaya jangan dikenali, sedangkan Friedemann menutupi kepalanya dengan kerudung jaketnya.

Setelah mengenakan sarung tangan plastik, mereka mengetuk pintu menurut kode yang didengar Friedemann. Ny. Wachter yang sedang menunggu kedatangan putranya membukakan pintu. 

Mereka mendesak masuk. Ny. Wachter berteriak dan mencoba melarikan diri. Schaubert memukul kepala wanita malang itu dengan kaki meja. Wanita itu jatuh dan Friedemann ganti memukulinya.

Mereka berjanji akan menanggung kejahatan ini bersama-sama dan tidak akan saling mengkhianati. Ketika mereka menggerayangi apartemen, Ny. Wachter yang ternyata belum meninggal, mengeluarkan suara mengerang. 

Schaubert mengeluarkan pisau jagal dan menikam leher Ny. Wachter dengan teknik menikam leher babi. Friedemann ikut-ikutan. Mereka segera meninggalkan tempat itu dengan membanting pintu agar terkunci kembali. Ketika keluar gedung, mereka melihat Adolf Wachter lewat dengan mobilnya.

Mereka tidak berhasil memperoleh uang sepeser pun dari rumah korban. Tak terpikir oleh mereka Adolf Wachter akan dicurigai sebagai pembunuh ibunya. Namun, ketika hal itu terjadi, mereka merasa geli.

Pakaian dan tangan mereka yang berlumuran darah mereka cuci. Kaki meja mereka bakar, sedangkan pisau jagal dikembalikan ke fungsi semula.

Tanggal 18 Juni 1987 Thomas Schaubert dan Herbert Friedemann dinyatakan bersalah melakukan pembunuhan atas Maria Wachter. Namun, karena saat melakukan kejahatan itu umur mereka baru 18 dan 16 tahun, mereka cuma mendapat hukuman penjara 8,5 tahun. (John Dunning)

" ["url"]=> string(68) "https://plus.intisari.grid.id/read/553124155/ketukan-pengundang-maut" } ["sort"]=> array(1) { [0]=> int(1643890401000) } } }