array(1) {
  [0]=>
  object(stdClass)#49 (6) {
    ["_index"]=>
    string(7) "article"
    ["_type"]=>
    string(4) "data"
    ["_id"]=>
    string(7) "3448552"
    ["_score"]=>
    NULL
    ["_source"]=>
    object(stdClass)#50 (9) {
      ["thumb_url"]=>
      string(113) "https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/750x500/photo/2022/08/31/investigasi-lewat-buku-akuntansi-20220831012320.jpg"
      ["author"]=>
      array(1) {
        [0]=>
        object(stdClass)#51 (7) {
          ["twitter"]=>
          string(0) ""
          ["profile"]=>
          string(0) ""
          ["facebook"]=>
          string(0) ""
          ["name"]=>
          string(13) "Intisari Plus"
          ["photo"]=>
          string(0) ""
          ["id"]=>
          int(9347)
          ["email"]=>
          string(22) "plusintisari@gmail.com"
        }
      }
      ["description"]=>
      string(0) ""
      ["section"]=>
      object(stdClass)#52 (7) {
        ["parent"]=>
        NULL
        ["name"]=>
        string(8) "Kriminal"
        ["description"]=>
        string(0) ""
        ["alias"]=>
        string(5) "crime"
        ["id"]=>
        int(1369)
        ["keyword"]=>
        string(0) ""
        ["title"]=>
        string(24) "Intisari Plus - Kriminal"
      }
      ["photo_url"]=>
      string(113) "https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/945x630/photo/2022/08/31/investigasi-lewat-buku-akuntansi-20220831012320.jpg"
      ["title"]=>
      string(32) "Investigasi Lewat Buku Akuntansi"
      ["published_date"]=>
      string(19) "2022-08-31 13:23:37"
      ["content"]=>
      string(23118) "

Intisari Plus - Seorang ahli forensik akuntansi, Markopolos diminta menganalisa perusahaan saingannya. Selama dua dasawarsa, Madoff Investment terus laba. Di mana kejanggalannya?

-------------------

Boston, Amerika Serikat, suatu siang di tahun 1999.

Hari itu Markopolos mendapat tugas penting dari bosnya. Ini adalah tugas paling sulit yang pernah ia terima sepanjang kariernya di Rampart Investment Management. Sang bos ingin Markopolos meneliti sedetail-detailnya, bagaimana perusahaan saingannya, Bernard L. Madoff Investment Securities bisa terus membukukan laba tanpa pernah merugi selama dua dasawarsa. Jika rahasia perusahaan Madoff berhasil mereka curi, maka ini akan menjadi lompatan besar bagi Rampart Investment untuk meniru kesuksesan rival mereka itu.

Markopolos memang ahli di bidang forensik akuntansi yang biasa melakukan investigasi keuangan. Meski begitu, ini tetaplah tugas sulit. Madoff Investment terkenal sebagai perusahaan sekuritas yang menjaga rahasia bisnis seperti menjaga aib perusahaan. Tak banyak yang diketahui oleh publik mengenai strategi investasi perusahaan ini. Madoff Investment sangat tertutup dalam perkara ini.

Meski sangat tertutup, Madoff Investment adalah perusahaan sekuritas yang paling diminati di Amerika Serikat, bahkan di dunia. Para nasabah datang dari seluruh penjuru dunia. Tak ada yang mengherankan dengan fakta ini karena memang Madoff Investment menjanjikan keuntungan besar yang konstan sepanjang waktu. Tak ada kata rugi di perusahaan investasi ini. Seolah-olah di sini tak berlaku hukum investasi: makin besar untungnya, makin besar pula risikonya.

Kapan pun seorang nasabah datang menanamkan modalnya, maka ia akan mendapatkan keuntungan tahunan yang konstan sebesar minimal 10-17% sepanjang tahun. Tak peduli apakah perekonomian AS atau bahkan dunia sedang dilanda krisis. Markopolos berusaha mencari informasi tentang Madoff Investment dari berbagai sumber informasi pasar modal. Tapi tak satu pun sumber resmi yang bisa memberi informasi mengenai strategi investasi yang dijalankan oleh pemiliknya, Bernard Madoff. Strategi itu dianggap sebagai rahasia perusahaan yang tidak akan dibocorkan kepada pihak mana pun. Sebab, katanya, khawatir dijiplak.

Bahkan para penanam modal pun tak pernah tahu strategi yang dijalankan Madoff. Mereka hanya tahu bahwa uang mereka terus beranak-pinak. Bagi para penanam modal yang semata-mata mengharapkan keuntungan, strategi investasi mungkin tidak begitu penting. Tapi bagi seorang ahli forensik akuntansi seperti Markopolos, ini adalah fakta yang sungguh aneh. Di era keterbukaan seperti lazimnya bisnis lain di dunia modern, mestinya para penamam modal mendapat penjelasan gamblang mengenai uang yang mereka tanam.

 

Skema Ponzi

Berbekal informasi resmi maupun tak resmi, Markopolos menyimulasikan semua bentuk strategi investasi yang dikenal di perusahaan pasar modal dengan berbagai kemungkinan. Teori mosaik memungkinkan ia mengolah informasi tak resmi menjadi bahan analisis. Berdasarkan simulasi yang ia lakukan, tak satu pun bentuk instrumen keuangan bisa memberikan keuntungan konstan sepanjang tahun seperti yang ditawarkan oleh Madoff.

Kemungkinan yang tersisa tinggal dua. Kemungkinan pertama, Madoff menjalankan skema investasi yang melibatkan insider trading — perdagangan dengan memanfaatkan informasi rahasia dan ilegal dari orang dalam. 

Kemungkinan kedua, Madoff menjalankan strategi investasi tipu-tipu ala skema Ponzi atau skema model lain yang tidak dikenal di dunia keuangan modern. Berdasarkan simulasi matematis yang dilakukan oleh Markopolos, kemungkinan kedua ini jauh lebih besar daripada kemungkinan pertama. Yang kelihatan sangat janggal bagi Markopolos adalah bahwa keuntungan Madoff Investment selalu naik sepanjang tahun secara konstan, mengikuti kurva garis lurus 45 derajat. Ini adalah hal yang mustahil di dunia keuangan.

Markopolos sempat dianggap tidak becus oleh bosnya di Rampart Investment. Bosnya beralasan, Markopolos ditugasi untuk menyelidiki strategi pesaing, tapi ia malah menuduh pesaing itu melakukan penipuan. Markopolos tak keberatan dianggap kurang becus karena memang ia yakin betul Madoff melakukan penipuan.

Tapi apakah mungkin Madoff mempraktikkan penipuan ala skema Ponzi? Ini merupakan bentuk penipuan kuno yang dipratikkan oleh Charles Ponzi, seorang penjahat AS asal Italia pada awal abad ke-20.

Ponzi menawari para pemilik modal untuk menanamkan uang di perusahaan miliknya. Untuk menarik minat mereka, Ponzi menawarkan keuntungan sebesar 50% hanya dalam tempo 45 hari! Jika seseorang menyimpan uang sebesar AS$ 100,- maka dalam tempo satu setengah bulan uangnya akan menjadi AS$ 150,-. Lalu dalam tempo satu setengah bulan lagi, uangnya akan menjadi AS$ 200,-!

Ini jelas sebuah janji yang menggiurkan. Tak ada satu pun perusahaan keuangan yang bisa memberikan keuntungan sebesar itu. Untuk meyakinkan para penanam modal, Ponzi mengatakan bahwa uang itu ia putar dalam bisnis kupon perangko balasan luar negeri.

Menurut bualannya, orang AS bisa memperoleh uang dalam jumlah sangat besar dengan cara menukarkan kupon perangko balasan luar negeri. Cara ini mirip perdagangan valuta asing yang lazim dikenal sekarang tapi dengan cara ilegal.

Caranya, Ponzi menyuruh orang di luar negeri, misalnya Italia, mengirim surat kepadanya berisi kupon perangko balasan yang dibeli di Italia dengan mata uang lokal, yaitu lira. Begitu surat itu sampai di AS, penerima surat bisa menjual kupon itu dengan nilai yang lebih tinggi dalam mata uang dolar. Cara ini, menurut bualan Ponzi, bisa memberi keuntungan hingga 400%.

Bualan ini ternyata berhasil mengelabui banyak orang, terutama para imigran Italia, negara asal Ponzi. Mereka berbondong-bondong menanamkan uang mereka di Old Colony Foreign Exchange Company, perusahaan yang didirikan Ponzi di akhir tahun 1919.

Dalam tempo beberapa bulan, Ponzi sudah berhasil mengumpulkan AS$ 5.000,-. Jumlah ini kira-kira setara dengan AS$ 50.000,- zaman sekarang. Di bulan berikutnya, dana yang berhasil ia himpun meningkat enam kali lipatnya. Ia sampai kewalahan menerima nasabah lalu mempekerjakan pegawai untuk menjadi agen pencari klien dari berbagai wilayah di AS. Para investor itu memang benar-benar memperoleh keuntungan seperti yang ia janjikan. Dalam tempo tiga bulan, mereka menerima keuntungan 100%!

Ponzi selalu menegaskan bahwa keuntungan itu ia peroleh dari jual beli kupon perangko balasan surat luar negeri. Tak ada satu pun nasabah yang curiga. Mereka percaya begitu saja dengan bualan Ponzi. Tak satu pun yang menyangka bahwa “keuntungan” yang diberikan kepada nasabah lama itu sebetulnya adalah uang yang disetorkan oleh nasabah baru.

Skema ini tetap berjalan dengan baik karena memang jumlah nasabah baru terus meningkat setiap bulan. Ponzi sama sekali tidak memutar uang itu dalam bisnis apa pun. la menyimpan kelebihan dana dalam bentuk deposito di Hannover Trust Bank of Boston. Hanya dalam tempo kurang dari satu tahun sejak ia mendirikan perusahaannya, Ponzi telah menjadi seorang jutawan.

Namun kebusukannya tidak berlangsung lama. Jumlah nasabah yang begitu banyak dan keuntungan fantastis yang ia tawarkan membuat para analis keuangan curiga. Tak mungkin ada sebuah mekanisme investasi sehebat itu. Seorang analis keuangan menulis sebuah artikel di koran lokal Boston Post yang menyimpulkan bahwa Ponzi telah menjalankan praktik keuangan ilegal. Tapi Ponzi tak kalah akal. Dia menuntut balik penulis itu dan ia menang. Kebetulan undang-undang pada saat itu lebih berpihak kepada Ponzi karena si penuduh diharuskan mengajukan bukti. Ponzi tak diharuskan melakukan pembuktian terbalik.

Tapi sejak saat itu, sebagian nasabah mulai menaruh curiga. Bagaimana mungkin Ponzi, seorang mantan narapidana, yang semula hanya seorang penerjemah surat itu tiba-tiba menjadi jutawan dalam tempo beberapa bulan. Sebagian dari mereka memutuskan untuk menarik dana yang sudah mereka tanam. Untuk meredam kepanikan itu, Ponzi mengembalikan uang mereka.

Akhir bulan Juli 1920, Boston Post menurunkan liputan investigatif atas skema Ponzi. Saat itu kebanyakan bank hanya bisa menawarkan keuntungan 5% setahun, tapi Ponzi bisa menawarkan keuntungan 100% hanya dalam tempo tiga bulan. Sehari setelah artikel ini terbit, kantor perusahaan Ponzi didatangi ribuan nasabah yang meminta kembali uang mereka.

Para ahli keuangan menyatakan skema Ponzi pasti mengandung unsur ilegal. Logikanya, jika Ponzi benar-benar memutar uang itu di bisnis kupon perangko balasan, mestinya kupon perangko yang beredar di AS jumlahnya jutaan mengingat uang yang dihimpun oleh Ponzi mencapai angka ratusan juta. Dengan perhitungan kasar, aset perusahaan Ponzi mestinya setara dengan jumlah kupon perangko sebanyak 160 juta. Tapi jawatan Pos AS hanya mencatat adanya 27.000 kupon perangko balasan yang beredar.

Laporan investigatif Boston Post ini memicu kepanikan di kalangan nasabah Ponzi. Dalam tempo tiga hari, Ponzi harus mengeluarkan AS$ 2 juta untuk menenangkan nasabah yang panik dan menarik uang mereka. Kepanikan ini sampai mengundang perhatian pemerintah. Setelah keuangan perusahaan Ponzi diaudit, barulah kebusukan Ponzi berhasil diungkap. November 1920, Ponzi masuk penjara, sedangkan namanya masuk buku teks akuntansi: skema Ponzi.

 

Dilindungi para kroni

Akuntan yang hidup di tahun 1999 seperti Markopolos mungkin bisa dengan mudah menyimpulkan bahwa sebuah skema investasi mengikuti cara Ponzi. Tapi kini yang dihadapi Markopolos bukan seorang penipu kacangan seperti Ponzi, melainkan Bernard Madoff, mantan kepala pasar modal NASDAQ, salah satu pasar modal terbesar di dunia. Bukan hanya mantan kepala pasar modal, ia juga pialang terbesar ketiga di NASDAQ.

Bedanya lagi, Ponzi sudah terkenal sebagai penipu yang beberapa kali masuk penjara sebelum menjalankan skema keuangan tipuannya. Ia menawarkan keuntungan yang terlalu besar sehingga modus penipuannya dengan mudah dikenali. Madoff sama sekali berbeda. Ia tidak punya catatan sebagai penipu. Ia juga tidak menawarkan keuntungan sebesar skema Ponzi, melainkan hanya 10-17% setahun. Tapi Markopolos tahu ada sesuatu yang tak beres dengan skema Madoff.

Markopolos semakin curiga ketika menemukan fakta bahwa lembaga keuangan itu sepenuhnya dikelola oleh keluarga dekat Madoff. Posisi-posisi penting dikuasai oleh keluarganya, mulai dari istri, saudara, anak, keponakan, hingga sepupu. Bahkan, lembaga yang mengaudit keuangan Madoff Investment pun ternyata milik seorang kerabat dekat Madoff.

Karena belum bisa mengajukan bukti yang cukup kuat untuk dipakai di pengadilan, Markopolos hanya bisa menulis laporan kepada Securities & Exchange Comission (SEC), Badan Pengawas Pasar Modal AS. la menyarankan SEC melakukan investigasi untuk menyelidiki kemungkinan penipuan oleh Madoff. Di dalam laporannya itu, ia meminta agar identitasnya dirahasiakan karena alasan keamanan. Jika Madoff mengetahui identitas pembuat laporan itu, sangat mungkin Markopolos dan keluarganya akan menjadi sasaran tembak Madoff.

Sekalipun laporannya sudah cukup lengkap untuk digunakan sebagai awal penyelidikan, Markopolos tidak berhasil menarik perhatian pejabat SEC. Mereka malah meledek Markopolos agar lebih berhati-hati dalam memberikan laporan. Bisa-bisa ia dijerat pasal pencemaran nama baik.

 

Terungkap lewat anaknya

Selama bertahun-tahun, Markopolos menyempurnakan laporannya itu dan membawanya ke berbagai lembaga yang bisa mengambil inisiatif penyelidikan atas Madoff. Tapi tak ada satu pun yang tertarik dengan laporan itu. Sekalipun Markopolos seorang ahli forensik akutansi yang kredibel, hasil investigasinya kalah oleh nama besar Madoff di dunia pasar modal AS.

Ia membawa laporannya ke Meaghan Cheung, seorang kepala cabang SEC. Tapi Cheung tak berminat sama sekali membaca laporannya. Ia juga mengirimkan laporannya kepada wartawan investigatif Wall Street Journal, tapi si wartawan juga tidak tertarik untuk melakukan investigasi. Markopolos juga mengirimkan memonya kepada beberapa orang jaksa. Tapi mereka juga tidak menganggap laporan itu cukup layak dipercaya.

Sebagian jaksa yang ia kirimi memo itu malah ternyata penanam modal di Madoff Investment. Sebagian lainnya ternyata masih punya hubungan kekerabatan dengan Madoff. Seorang staf SEC, Eric Swanson, diketahui ternyata adalah suami dari keponakan Madoff. Markopolos juga menemukan fakta bahwa saudara kandung dan beberapa kerabat Madoff menduduki posisi-posisi penting di lembaga pengawasan pasar modal.

Selama bertahun-tahun Markopolos tak putus asa membawa memonya ke berbagai lembaga dan individu. Sebagai ahli forensik akuntansi, ia tahu betul ada kejanggalan dengan skema investasi Madoff. Markopolos sempat berharap banyak ketika tahun 2003 SEC mengaudit keuangan Madoff Investment. Tapi harapan Markopolos itu sirna ketika SEC menyimpulkan, tidak ada indikasi penipuan.

Hingga akhirnya di penghujung tahun 2008, Markopolos mendengar kabar penting yang kemudian menjadi titik terang penyelidikannya. Dua anak Madoff, Mark Madoff dan Andrew Madoff, terlibat skandal penggelapan pajak dan harus berurusan dengan pengadilan. Kebetulan keduanya menjadi pejabat penting di lembaga keuangan milik ayahnya.

Pada tanggal 10 Desember 2008, anak-anak Madoff memberi kesaksian bahwa aset Madoff Investment sebetulnya tidak sebesar angka yang diklaim di dalam laporan keuangan resmi perusahaan itu. Kesaksian ini menyadarkan para pejabat SEC bahwa laporan Markopolos yang selama bertahun-tahun diabaikan itu ternyata memang benar. Tak butuh waktu lama, sehari setelah kesaksian kedua anaknya, Madoff ditangkap oleh agen FBI dengan dakwaan penipuan. 

Di pemeriksaan awal ini, Madoff tak bisa mengelak dari dakwaan. Aset perusahaannya memang tidak sebesar angka yang ditulis di laporan keuangan yang diumumkan ke publik. la mengaku aset itu hilang karena dicuri. Tapi analisis Markopolos membuktikan bahwa pencurian itu hanya bualan.

Penangkapan Madoff ini menjadi berita menggegerkan. Selain Markopolos, tak satu orang pun menyangka bahwa Bernard Lawrence Madoff, pialang kelas dunia, mantan kepala pasar modal NASDAQ, ternyata adalah seorang penipu ulung. Selama tiga dekade terakhir ia menjalankan tipuan kuno ala Ponzi tapi dengan kamuflase gaya baru. 

Beberapa hari setelah penangkapan Madoff, FBI juga berhasil menggagalkan usaha Ruth Alpern, istri Madoff, yang hendak mengalihkan kekayaannya ke luar negeri. Pada bulan Maret 2009, pengadilan membuktikan bahwa Madoff terbukti bersalah karena telah menipu ribuan investor dengan nilai miliaran dolar AS. Para nasabah yang telah menanamkan uang hanya bisa mengumpat Madoff karena keputusan pengadilan ini berarti memastikan lenyapnya uang mereka. 

Madoff mengaku mulai menjalankan skema Ponzi tahun 1990-an. Tapi tim investigasi federal menemukan bukti bahwa Madoff telah melakukan kejahatan ini sejak 1980-an. Pada akhir Juni 2009, pria kelahiran New York 29 April 1938 ini divonis dengan hukuman 150 tahun penjara. 

Sebelum tertangkap, Madoff tak punya rekam jejak melakukan kejahatan. la seorang miliuner yang dermawan. la dan keluarganya hidup dengan standar kaum jetset Amerika, rumah mewahnya bertebaran di mana-mana. la juga seorang filantropis yang punya yayasan amal Madoff Family Foundation. la bahkan menjadi direktur di lembaga sosial dan pendidikan Yahudi. Keluarga Madoff juga donatur Partai Demokrat. Anak-anak Madoff bahkan menjadi penyandang dana lembaga nirlaba yang melakukan penelitian mengenai kanker.

 

Steven Spielberg pun jadi korban

Setelah Madoff dipenjara, publik baru sadar bahwa semua kebaikan Madoff itu tak lain adalah topeng untuk menutupi kejahatannya. Mereka baru sadar kenapa Madoff Investment sepenuhnya dikelola oleh keluarga dekat Madoff. Mereka bersedia menutupi kebohongan perusahaan itu seperti menutupi aib keluarga.

Madoff juga sengaja menggunakan jasa lembaga pengaudit yang dimiliki oleh keluarganya supaya kejahatannya tidak terbongkar. Madoff Investment seperti sebuah kerajaan bisnis yang dilindungi oleh dinding benteng di semua penjuru angin. Lembaga keuangan yang selalu melaporkan laba tinggi setiap tahun itu ternyata hanya sebuah skema Ponzi dalam skala besar.

Ketika kejahatan Madoff terbongkar, masyarakat AS mencela SEC yang dinilai tidak layak dipercaya. Tahun 2003 mereka pernah melakukan audit tapi hasilnya menunjukkan tak ada yang salah dengan bisnis Madoff. Hasil investigasi ini dicela karena dianggap dilakukan dengan asal-asalan. Sungguh tidak masuk akal bagaimana mungkin kejahatan sebesar itu tidak berhasil diungkap lewat investigasi yang dilakukan oleh badan pengawas pasar modal AS yang biasanya menjadi rujukan dunia.

Terbongkarnya kejahatan Madoff membuat masyarakat dunia tercengang. Sejarah selalu berulang. Di awal abad ke-20, Charles Ponzi menipu dengan modus yang sangat mudah dikenali. Lalu di akhir abad, Bernard Madoff kembali melakukan penipuan serupa dalam skala yang jauh lebih besar. Korbannya tidak hanya warga Amerika, tapi juga bank-bank dan lembaga keuangan multinasional di Eropa dan Asia.

la memanfaatkan kedekatannya dengan para rabbi untuk memikat para pemodal dari kalangan Yahudi. Para miliuner AS berhasil ia kelabui. Sutradara film Steven Spielberg pun berhasil ia bujuk untuk menanamkan modal lewat yayasan amalnya, Wunderkinder Foundation.

Secara cerdik, Madoff tidak menawarkan keuntungan 100% dalam tempo tiga bulan seperti Ponzi, tapi hanya 10-17% selama setahun. Ini adalah kamuflase yang sangat licik karena keuntungan yang ditawarkan sebesar ini tidak begitu mencurigakan. la bisa membayar para nasabah lama dengan uang setoran nasabah baru lalu menyimpan sisanya sebagai deposito di bank, salah satunya Chase Manhattan Bank. 

Dengan janji keuntungan yang “hanya” 10-17% itu, lembaga keuangan miliknya bisa bertahan selama tiga dasawarsa. Jauh berbeda dari lembaga keuangan Ponzi yang hanya bertahan beberapa bulan.

Madoff mendirikan Bernard L. Madoff Investment Securities tahun 1960-an. la menakhkodai sendiri perusahaan itu hingga hari penangkapannya. la seorang pekerja keras yang memulai perusahaannya dari nol dengan modal awal AS$ 5.000,- yang ia peroleh dari bekerja sebagai penjaga pantai dan pemasang instalasi penyiram air. 

Modal itu ia gunakan untuk jual beli saham dalam skala kecil. Pelan-pelan usahanya tumbuh sampai akhirnya ia bisa menarik perhatian para investor kelas kakap. Karena prestasinya di dunia pasar modal, ia pernah terpilih sebagai salah satu kepala pasar modal NASDAQ.

Awalnya Madoff menjalankan skema investasinya dengan cara yang legal. Tapi sejak tahun 1980-an, ia mulai melakukan praktik penipuan gaya Ponzi. Skema Ponzi ini telah menjadi modus umum yang banyak dipraktikkan oleh para penipu di semua negara di seluruh penjuru dunia, dengan berbagai bentuk kamuflase. Namun tak ada yang sanggup bertahan sampai tiga dasawarsa seperti Madoff Investment.

Ini tak lain karena kepiawaian Madoff menciptakan kamuflase yang semirip mungkin dengan skema yang lazim dipraktikkan oleh manager investasi. Tapi secerdik apa pun Madoff menciptakan kamuflase, seorang ahli forensik akuntansi seperti Markopolos tak bisa dibohongi. Madoff bisa berbohong tapi angka-angka di buku akuntansi tak pernah berdusta. 

Sebelum berita tentang skandal Madoff memenuhi siaran-siaran televisi AS, Markopolos bukan orang yang terkenal. Tapi begitu ia berhasil mengungkap skandal Madoff, seketika ia menjadi pesohor. Pria keturunan Yunani ini lulus Master di bidang keuangan dari Boston College tahun 1997. 

Ketika ia memberi kesaksian di hadapan Senat, semua kawan lama Markopolos bersaksi bahwa integritas Markopolos memang tak perlu diragukan. Sejak dulu ia bersedia bekerja tanpa dibayar jika menyangkut sesuatu yang berkaitan dengan keyakinannya. Faktanya ia memang menginvestigasi kejahatan Madoff selama sembilan tahun dengan biayanya sendiri.

Bulan Maret 2010, Harry Markopolos, yang kemudian dijuluki media massa AS sebagai pahlawan Amerika dari Yunani itu menerbitkan hasil investigasinya dalam buku setebal 361 halaman yang ia beri judul “No One Would Listen: A True Financial Thriller”. Judul ini menggambarkan secara persis perjuangannya membawa hasil investigasi ke mana-mana. Selama lebih dari sembilan tahun, tak ada satu orang pun yang bersedia mendengarkan.




" ["url"]=> string(77) "https://plus.intisari.grid.id/read/553448552/investigasi-lewat-buku-akuntansi" } ["sort"]=> array(1) { [0]=> int(1661952217000) } } }