array(3) {
  [0]=>
  object(stdClass)#57 (6) {
    ["_index"]=>
    string(7) "article"
    ["_type"]=>
    string(4) "data"
    ["_id"]=>
    string(7) "3806914"
    ["_score"]=>
    NULL
    ["_source"]=>
    object(stdClass)#58 (9) {
      ["thumb_url"]=>
      string(112) "https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/750x500/photo/2023/07/11/09-pemalsuan-uang-besar-besaran-20230711014910.jpg"
      ["author"]=>
      array(1) {
        [0]=>
        object(stdClass)#59 (7) {
          ["twitter"]=>
          string(0) ""
          ["profile"]=>
          string(0) ""
          ["facebook"]=>
          string(0) ""
          ["name"]=>
          string(5) "Ade S"
          ["photo"]=>
          string(54) "http://asset-a.grid.id/photo/2019/01/16/2423765631.png"
          ["id"]=>
          int(8011)
          ["email"]=>
          string(22) "ade.intisari@gmail.com"
        }
      }
      ["description"]=>
      string(139) "Sepasang suami istri menyerahkan uang tunai ke bank. Saat diperiksa, ternyata semua uang itu palsu. Kasus besar-besaran ini pun terbongkar."
      ["section"]=>
      object(stdClass)#60 (8) {
        ["parent"]=>
        NULL
        ["name"]=>
        string(8) "Kriminal"
        ["show"]=>
        int(1)
        ["alias"]=>
        string(5) "crime"
        ["description"]=>
        string(0) ""
        ["id"]=>
        int(1369)
        ["keyword"]=>
        string(0) ""
        ["title"]=>
        string(24) "Intisari Plus - Kriminal"
      }
      ["photo_url"]=>
      string(112) "https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/945x630/photo/2023/07/11/09-pemalsuan-uang-besar-besaran-20230711014910.jpg"
      ["title"]=>
      string(37) "Pemalsuan Uang Besar-besaran di Eropa"
      ["published_date"]=>
      string(19) "2023-07-11 13:49:29"
      ["content"]=>
      string(23925) "

Intisari Plus - Suatu hari sepasang suami istri menyerahkan sejumlah besar uang tunai untuk deposito bank. Saat diperiksa, ternyata semua uang itu palsu. Kasus pemalsuan uang besar-besaran ini terjadi di beberapa tempat di Eropa.

----------

Akhir April 1962 sepasang suami istri asal Wina, Austria, berdiri di depan kas sebuah bank di München, Jerman. Emilie dan Heinrich S — demikian nama suami istri itu — ingin mendapatkan kredit besar bagi usaha mereka. Sebagai jaminan mereka akan menyerahkan US $ 25.000 dalam bentuk tunai sebagai deposito.

Emilie dan Heinrich S dihubungkan dengan bagian kredit. Sementara itu kasir bank tersebut mengamati Iembaran-lembaran uang yang diajukan sebagai jaminan kredit. Semuanya masih baru, terdiri dari Iembaran-lembaran senilai 50 dolar. Tidak terlihat tanda-tanda yang mencurigakan. Tapi demi keamanan, sang kasir lebih dulu memeriksa daftar peringatan mengenai uang palsu. Daftar seperti itu terdapat pada semua bank. 

Ternyata ada catatan yang minta kewaspadaan terhadap pemalsuan uang yang terjadi pada waktu-waktu belakangan. Tanda-tanda uang palsu itu terutama lukisan yang kurang halus dan kejanggalan pada garis-garis potret serta segel Bank Negara Amerika Serikat. Nomor-nomor serinya yang diketahui sejauh itu, juga dicantumkan pada daftar peringatan itu.

Kasir membandingkan nomor seri tersebut dengan nomor seri lembaran-lembaran uang yang ada di hadapannya. Beberapa nomor yang dilihatnya itu ternyata sama. Diam-diam ia memberi isyarat kepada rekannya, lalu menyelinap pergi sambil membawa beberapa lembar uang yang dicurigai. Kasir pergi ke ruang pemeriksaan uang. Sementara itu rekannya menyita seluruh perhatian Emilie dan Heinrich S dengan berbagai urusan pengisian formulir.

Peneropongan dengan lensa membenarkan kecurigaan kasir. Garis-garis potret di bawah kaca pembesar tampak tidak jelas dan putus-putus di sana sini.

Begitu pula halnya dengan segel Bank Negara. Kecuali itu, tampak kejanggalan pada latar belakang filigran dari angka 50. Tidak diragukan lagi bahwa Iembaran-lembaran uang itu palsu. Kasir pun segera menghubungi polisi.

Usaha mengalihkan perhatian suami istri pemohon kredit berhasil baik. Mereka ini asyik mempelajari berbagai syarat kredit dan seluk-beluk formulir. Bahkan tetap tenang walaupun semua pintu dan jendela kantor bank mulai ditutup, mengingat jam kerja sudah hampir berakhir.

Maka bukan main terkejutnya suami istri dari Wina itu ketika tiba-tiba dua orang berpakaian preman memberinya salam. Kedua orang itu memperkenalkan diri sebagai polisi. “Tuan dan Nyonya, kami persilahkan ikut ke kantor polisi,” kata mereka.

Sebenarnya yang datang ke bank bukan hanya kedua polisi tersebut. Belasan rekan mereka dikerahkan demi berhasilnya operasi. Mereka ini ditempatkan pada berbagai pintu bank untuk menjaga agar orang yang dicurigai jangan sampai lolos.

Perkara pemalsuan yang meliputi US $ 25.000 memang bukan soal sepele. Lagi pula pada penangkapan seperti ini, biasanya selalu dikerahkan beberapa orang polisi secara incognito. Semua itu dikerahkan untuk mengikuti para tertuduh dalam perjalanan ke kantor polisi. Tujuannya agar mereka tidak bisa membuang barang bukti yang bisa memberatkan nanti. 

Penangkapan suami istri itu berjalan lancar. Rupanya mereka tidak cukup berpengalaman dalam penipuan lewat deposito. Semua terbukti dalam interogasi. Dalam tanya jawab yang dilakukan secara terpisah, keduanya terus terang mengakui telah membeli dolar itu dengan harga 40% lebih murah dari nilai kurs yang berlaku.

Menurut penjual, demikian pengakuan suami istri S, itu dolar asli yang disembunyikan oleh kelompok Nazi di Laut Toplitz. Dolar tersebut ditemukan sesudah perang. Sebelum membeli dalam jumlah banyak, mereka lebih dulu mendapatkan dua lembar sebagai contoh. Lembaran contoh ini mereka tukarkan pada sebuah bank dan di sebuah bar.

Pembelian dolar itu terjadi di Bad Aussee di Stiermarken. Dari Wina, suami istri itu pergi ke sana untuk menerima Iembaran-lembaran uang seharga US $ 25.000.

Polisi bertanya lebih teliti tentang detail pertemuan mereka dengan penjual dolar. Juga dalam hal ini keterangan para tahanan tetap sama walaupun mereka diinterogasi secara terpisah.

Pada suatu hari mereka makan di restoran Holle di Wina. Di situ mereka ingin menukarkan beberapa mark Jerman dengan shilling. Seorang tamu yang duduk semeja dengan suami istri itu langsung menawarkan jasa. Sambil lalu tamu tersebut menyeletuk, “Sebetulnya lebih menguntungkan beli dolar. Bisa lebih banyak.”

Ucapan tamu yang tak mereka kenal itu menarik perhatian keduanya. Percakapan menjadi semakin seru. Tamu tersebut lalu mengisahkan soal harta kekayaan Nazi yang ditemukan di Laut Toplitz. Dua lembar contoh dolar “peninggalan kaum Nazi” diterima oleh suami istri S dari tamu tersebut di depan puing-puing bangunan di samping restoran Holle.

Menyusul kemudian jual beli yang berlangsung secara ilegal di suatu tempat dekat Bad Aussee. Suami istri S diberi tahu lewat telepon agar datang di tempat pertemuan pada hari dan jam yang ditentukan.

Bagaimana rupa “tamu yang tak dikenal” itu? Di sini keterangan suami istri S mulai tidak cocok satu sama lain. Mungkinkah daya pengamatan mereka sebagai lelaki dan wanita berbeda? Ataukah mereka terikat janji untuk tidak membahas soal tamu tidak dikenal itu?

Bagaimanapun, jelas bagi polisi bahwa tahanan mereka hanya “ikan teri” saja.

Beberapa hari kemudian terjadi peristiwa lain yang berkaitan dengan uang palsu, juga sebanyak US $ 25.000. Dua orang Jerman yang terlibat itu berhasil ditangkap. Peristiwa tersebut terjadi di Wina. Sama seperti sebelumnya, pengedar uang palsu berusaha mendapatkan kredit dengan jaminan deposito. Uang yang hendak didepositokan sebagian terbesar terdiri dari lembaran senilai $ 50, sebagian kecil lembaran $ 1.

Kesamaan itu menunjukkan bahwa pelakunya sama. Polisi ingat bahwa di Wina dahulu pernah terjadi pemalsuan uang. Pemalsu bekerja dengan apa yang disebut “bentuk cetak raster gelombang”. Cara kerja yang sama juga digunakan pada pemalsuan uang dolar sekarang ini. 

Seorang spesialis di markas besar polisi Wina diminta jasanya. Selain itu, dilakukan upaya untuk mencari para pemalsu uang yang dulu pernah ditangkap. Dua di antara mereka kini sudah bebas kembali setelah menjalani hukuman penjara. 

Yang satu berhasil ditemukan, yaitu orang yang dulu membiayai pemalsuan dan mengurus pengedarannya. la kini hidup sebagai warga negara terhormat. Hanya yang satunya lagi tidak diketahui rimbanya. Itu adalah seorang graver untuk pencetakan uang palsu lembaran 50 shilling. Si H — inilah nama sementara yang kita berikan kepadanya — 2 tahun yang lalu rupanya sudah meninggalkan Austria dan kembali ke keluarganya di Jerman.

Orang ini pertama-tama harus dicari agar penyelidikan seputar pemalsuan dolar bisa menemukan titik terang. Polisi masih mempunyai catatan tentang orang ini, sidik jari, dan fotonya. Maka mereka mengirimkan data-data ini kepada Interpol. Upayanya tanpa hasil. Mungkin si H kini sudah ganti nama dan hidup entah di mana. Itu yang dipikirkan oleh polisi Wina.

Sementara itu dari semua negara di Eropa masuk laporan tentang beredarnya Iembaran-lembaran uang dolar serupa. Hanya sekarang sudah tidak terjadi lagi usaha penipuan bank dengan “jaminan deposito”.

Agaknya para penipu sudah menyadari betapa berbahayanya usaha melemparkan uang palsu secara besar-besaran dengan taktik itu. Semua pengedar uang palsu profesional pasti akan menghindari tempat pembayaran dengan petugas loket atau kasir. Mereka adalah orang yang terlatih untuk membedakan atau mengenali uang palsu. Lebih aman melemparkan uang itu ke tangan para pedagang sendiri sambil berusaha mengalihkan perhatian mereka hingga mudah masuk perangkap.

Berita tentang beredarnya dolar palsu datang dari Jerman, Italia, dan Prancis Selatan. Semuanya dari tipe yang sama. Beberapa lembar bahkan dapat ditelusuri asal-usulnya dengan mengikuti jalan dolar itu secara terbalik. Kebanyakan penelusuran ini berakhir pada pelayan restoran atau tukang jaga pintu hotel dan restoran. Mereka membeli dolar itu dengan harga murah dari seseorang yang tidak dikenal.

Ketika laporan tentang pemalsuan dolar itu semakin mengkhawatirkan, Dinas Rahasia Amerika dikerahkan. Mereka bekerja sama dengan Interpol dan instansi yang berwenang. Segera disebar sejumlah agen rahasia di berbagai negara.

Berdasarkan Iaporan yang masuk dari bank-bank di berbagai tempat, mereka membuat peta dengan titik-titik di mana dolar palsu ditemukan.

Penyelidikan dengan cara ini menunjukkan hasil yang menarik. Daerah-daerah tempat diedarkannya uang palsu itu, praktis semuanya terletak di pinggir autobahn (jalan mobil cepat) dari Prancis Selatan yang menuju ke Italia, Swiss, dan Jerman. Ada pengecualian memang, tapi sedikit sekali.

Di kantornya di Frankfurt, Ernst Bauman, salah seorang spesialis dari Dinas Rahasia Amerika mempelajari peta dengan saksama. Titik tempat ditemukannya dolar ditandai dengan warna merah. Ternyata tak ada titik satu pun yang lebih melewati Lyon, Prancis bagian Barat, Spanyol, dan Portugal. Daerah itu tidak memberitakan adanya pemalsuan dolar. Mengapa para pemalsu mengesampingkan daerah-daerah tersebut?

Bagaimanapun juga titik tolak aksi para pemalsu dolar diduga terletak di Lyon. Pertama-tama harus dilakukan penyelidikan di kota ini. Sementara itu, daerah-daerah yang belum dijamah oleh para pemalsu pun diberitahu agar waspada.

Ernst Bauman mempelajari laporan Interpol dengan teliti. Diketahuinya dari laporan itu bahwa Dr. A dari kepolisian Wina mencurigai seseorang bernama H. Polisi Wina memiliki foto dan data tentang ciri-ciri orang ini. Ia bukan saja telah mencetak uang palsu, tapi barangkali bahkan ikut mengedarkannya. Sebab menurut pengalaman, dalam organisasi besar di bidang pemalsuan uang, biasanya pimpinan terletak di tangan beberapa oknum saja yang benar-benar tepecaya di dunia bawah tanah.

Bauman segera pergi ke Wina untuk mendapatkan petunjuk lain yang lebih jelas dari rekan-rekannya di markas besar polisi agar bisa menemukan H.

Dr. A memberikan keterangan berikut: “H menyamar sebagai pelukis dan mungkin ia memang berbakat di bidang itu. Ketika menangkapnya dulu, kami menemukan banyak buku tentang impresionisme Prancis di rumahnya. Pelukis yang keranjingan dengan suatu aliran, sering kali meniru pujaannya dalam hal penampilan juga. Mungkin itulah sebabnya, mengapa H waktu itu berambut gondrong, berkumis lebat, dan memakai kemeja dengan kancing terbuka. Barangkali sekarang pun oknum tersebut masih mempertahankan kebiasaan itu.”

Data tentang oknum yang dicurigai itu lumayan juga dan dapat digunakan sebagai pegangan. Maka berangkatlah Bauman ke Lyon. Ia tinggal di situ beberapa waktu dengan harapan bahwa suatu hari dapat berpapasan dengan pelukis tersebut.

Minggu demi minggu berlalu tapi H tidak muncul. Sementara itu dolar-dolar palsu terus mengalir masuk Italia. Bahkan di Yugoslavia uang palsu itu mulai ditemukan.

Dulu ketika untuk pertama kalinya H diadili karena pemalsuan uang di Wina, ia mengatakan perbuatan itu dilakukannya hanya agar punya uang cukup hingga bisa melukis dengan tenang. Jika demikian halnya, mungkin kali ini H membuat uang palsu dengan tujuan yang sama. Itu dilakukan agar bisa memenuhi kegemarannya melukis.

Siapa tahu, H kini berada di Paris! Demikian pikir Bauman. Dan ia segera meninggalkan Lyon menuju ibu kota Prancis. Ia tahu benar kebiasaan pelukis di Paris. Jika benar H keranjingan melukis, maka ia pasti berusaha masuk ke dalam lingkungan atau keIompok pelukis di kota seni itu. Mungkin ia suka duduk duduk di kafe Montparnasse atau nongkrong di Rotonde untuk menarik perhatian para turis. 

Ternyata insting detektif itu tidak salah. Sejak sore pertama ketika berjalan-jalan di Rotonde, ia melihat H atau seseorang yang mirip dengannya.

H dengan ditemani seorang gadis, sedang duduk mengobrol di sebuah meja. Bauman beruntung dapat memilih meja yang letaknya berdekatan, hingga ia bisa mendengar percakapan antara H dan gadis tersebut. Rupanya mereka membicarakan soal uang yang diperlukan oleh nona itu untuk membeli mantel.

“Tunggu sampai minggu depan, Cherie,” kata H beberapa kali. “Saya pasti akan berhasil menjual lukisan saya yang terakhir dan dapat menyediakan uang itu.”

“Ah, kau dengan lukisan! Omong kosong,” tukas gadis Prancis itu dengan galak. “Saya belum pernah melihat kau mengerjakan sesuatu. Kau memang pelukis aneh. Hampir tak pernah ditemukan di sanggarmu!”

Pertengkaran yang menarik bagi Bauman! Pelukis itu berbicara bahasa Prancis tapi dilihat dari logatnya, rupanya ia orang asing. Pilihan kata-katanya di sana sini tidak tepat dan ungkapan-ungkapan yang digunakan menunjukkan ia bukan orang Prancis murni. Walau begitu, pria tersebut cukup fasih berbahasa Prancis.

Sebenarnya Bauman bisa minta bantuan rekan polisi Paris untuk mengenali identitas pelukis tersebut. Tapi ia berpendapat lebih baik menunggu dulu. Sebab jika benar orang ini adalah H dan sadar bila ia dibayangi polisi, usaha pembongkaran kasus pemalsuan uang akan gagal.

Tidak lama kemudian pelukis dan pacarnya bangkit dari kursi setelah membayar bir yang mereka nikmati bersama. Begitu mereka pergi, Bauman membungkus gelas bir yang dipakai si pelukis. Sambil memberi uang kepada pelayan, ia berkata, “Gelas ini untuk suvenir.” Lalu Bauman buru-buru menguntit pelukis dan gadisnya. Mereka menyusuri Boulevard St. Michel dan masuk Rue Stanislas. Kedua orang itu lalu menghilang di rumah nomor 17.

Setelah mengetahui tempat tinggal si pelukis, Bauman naik taksi menuju kantor polisi Paris bagian penyidikan jari. Sidik jari pada gelas bir diperiksa. Kerja sama dengan polisi Paris itu segera memberi hasil yang diharapkan. Memang pelukis itu tak lain tak bukan adalah H yang dicari-cari. Hanya penghuni rumah nomor 17 Rue Stanislas itu kini sudah ganti nama menjadi Jean Ferare. Dalam daftar penduduk tercatat ia dilahirkan tanggal 11 April 1921 di Luksemburg. Tak heran jika Prancisnya lancar.

Dengan bantuan dinas pengusutan uang palsu, kepolisian Prancis secara diam-diam menyelidiki tempat tinggal dan bengkel kerja Jean Ferare.

Ternyata kecaman gadis Prancis terhadap H bukan tanpa alasan. Ada lukisan pemandangan alam yang setengah selesai, tapi catnya sudah kering, pertanda sudah lama tak disentuh lagi. Ada berbagai alat lukis, jarum graver, pelat tembaga, dan cat. Terlihat pula sebuah kaca pembesar. Para polisi juga menemukan pencetakan. Menurut polisi Prancis, pencetakan itu bukan untuk mencetak uang, melainkan hanya bisa digunakan untuk mencetak lukisan. 

Tetapi Bauman belum putus asa. Ia mencari ke sana kemari dan menemukan kuas tua di dalam keranjang sampah. Kuas jenis itu biasa digunakan untuk menyapu bubuk logam yang berserakan di meja kerja. Kuas itu sudah dibuang dalam keranjang sampah. Jadi tidak akan mencolok kalau Bauman membawanya pergi. 

Kuas dikirim ke laboratorium untuk diselidiki. Bubuk logam yang melekat padanya diambil lalu dimasukkan ke dalam alat khusus. Terdapat bubuk logam yang berasal dari pelat lukisan tembaga. Tetapi di samping itu ditemukan pula serbuk logam. Serbuk logam ini hanya dapat berasal dari pelat untuk membuat uang palsu. Jadi sudah diperoleh bukti keterlibatan H dalam kejahatan.

Dalam percakapannya dengan gadis Prancis, H mengatakan akan memperoleh uang dari penjualan lukisan. Tapi di kamarnya tak ditemukan lukisan yang sudah selesai dan siap untuk dijual. Mungkin sekali H mengharapkan uang dari sumber lain, yaitu dengan menjual pelat pemalsuan uang.

Bauman dengan beberapa rekan terus melakukan pengintaian. Rumah di Rue Stanislas 17 hanya punya satu pintu masuk. Jadi tidak ada orang yang bisa keluar tanpa ketahuan. H rupanya tidak punya mobil, maka mudah membuntutinya. Di samping itu Bauman minta kepada kepolisian Prancis agar senantiasa siap sedia menerima panggilan via telepon agar dapat mengirim bantuan dengan cepat bila dibutuhkan.

Pada suatu pagi tampak sebuah mobil Peugeot berlalu dan berhenti dekat rumah Rue Stanislas 17. Seorang Iaki-laki keluar dari mobil lalu masuk rumah. Tidak lama kemudian orang itu keluar bersama-sama H. Sambil sibuk mengobrol, mereka pergi dengan mobil Peugeot itu.

Segera Bauman tancap gas mengikutinya. Tak lupa ia memberi laporan lewat radio kepada markas polisi Prancis. “Ferare baru saja meninggalkan rumahnya naik Peugeot putih nomor 31-425-11. Mereka menuju Stasiun Montparnasse.”

Bauman repot juga. Berkali-kali hampir kehilangan pandangan atas mobil yang dikejarnya karena ramainya lalu lintas. Tapi markas besar polisi Prancis sigap membantunya. “Kami kirim dua jip penuh polisi dari jurusan Grenelle,” bunyi pesan dari komando polisi Prancis.

Pada suatu saat Peugeot putih di depan Bauman tidak kelihatan lagi, karena tiba-tiba belok secara tajam ke kanan. Lalu mendahului mobil lain lagi. Bauman agak panik karena mangsanya hampir lepas. Dia kini ngebut, tanpa peduli akan ketahuan atau tidak oleh H yang dikejarnya.

“Kami masuk jalan satu arah. Tapi papan nama jalan tidak bisa saya baca,” lapor Bauman kepada markas polisi. Lalu Bauman melihat Peugeot putih itu berhenti dan parkir di sebelah kiri jalan. Parkir di sebelah kanan jalan dilarang. Maka Bauman segera mengambil keputusan untuk masuk halaman sebuah rumah yang pintu pagarnya kebetulan terbuka.

H alias Ferare dan rekannya berhenti di rumah nomor 20. Di depan rumah itu terpancang papan yang berbunyi “Commission Peluche”. Bauman mengambil foto dengan kamera mini ketika kedua buronannya keluar dari mobil.

Bauman tak tahu apa yang mesti diperbuat. Rekan-rekannya polisi Prancis satu pun tidak ada yang muncul. Sedangkan kini H seorang diri sudah masuk ke dalam rumah nomor 20.

Kini Bauman nekat menyeberang jalan dan diam-diam menyelinap masuk pintu rumah tersebut. Agak terkecoh rasanya, ketika di dalam ia melihat sebuah halaman luas dan dari halaman itu ada pintu keluar yang menuju ke jalan samping. Cepat-cepat Bauman keluar dari halaman. Tapi ternyata mobil Peugeot putih sudah tidak lagi. “Buset, mereka berhasil lolos,” Bauman mengumpat.

Dengan perasaan kesal ia menuju mobilnya. Terperanjat dia ketika melihat di dalamnya sudah duduk seseorang. “Saya Inspektur Begas dari bagian pemalsuan uang. Anda tak perlu gusar. Sebab rekan-rekan saya sudah menguntit mereka. Seorang diri amat sukar mengejar para penjahat itu,” kata orang Prancis yang duduk di dalam mobil Bauman.

Yang terakhir ini merasa lega. “Rekan-rekan saya sekarang sudah berada di Boulevard Raspail. Mereka minta agar kita mengikuti mereka. Mari, saya tunjukkan jalannya. Agar lebih lancar,” tambah Inspektur Begas.

3 menit kemudian Bauman dengan polisi Prancis sudah berada dekat mobil lain yang juga menguntit Ferare.

“Mereka ada di Rue Popincourt,” bunyi laporan waktu itu. Inspektur Begas melihat rekan-rekannya bersiap-siap mengepung sebuah rumah. Komandan regu mengatakan, “Di dalam sana ada percetakan. Si pelukis dan sopirnya tadi masuk ke situ.”

Bauman dan rekan-rekannya serentak menyerbu masuk. Di dalam terdapat sebuah kantor. H yang berada di situ bersama tiga orang temannya pun terperanjat tiba-tiba kedatangan polisi. Tapi segera mereka berhasil mengambil sikap tenang setelah melihat bahwa penyelidikan polisi yang amat teliti tersebut tidak membawa hasil.

Polisi tidak mau menyerah. Penyelidikan diteruskan. Dan pada sebuah silinder mesin mereka menemukan bekas cap samar-samar yang tak berwarna. Ketika diamati, ternyata mirip dengan logo pada lembaran uang kertas.

Silinder-silinder pewarna dibongkar dan ternyata masih melekat bekas-bekas tinta yang sangat tipis. Silinder-silinder pewarna itu diperiksa di laboratorium dan diperoleh kesimpulan bahwa tinta itu digunakan untuk mencetak dolar-dolar palsu yang beredar di berbagai negara Eropa.

Semua temuan menjadi bukti yang lebih dari cukup untuk membuktikan kesalahan Ferare dan rekannya. Apalagi dalam penggeledahan selanjutnya juga ditemukan pelat-pelat pencetak uang.

Para pemalsu dolar diputuskan bersalah dan meringkuk dalam penjara. Kisah pengejaran yang menjelajahi separuh dari benua Eropa dengan itu berakhir.

(Hanns Walther)

Baca Juga: Tamu di Malam Buta

 

" ["url"]=> string(82) "https://plus.intisari.grid.id/read/553806914/pemalsuan-uang-besar-besaran-di-eropa" } ["sort"]=> array(1) { [0]=> int(1689083369000) } } [1]=> object(stdClass)#61 (6) { ["_index"]=> string(7) "article" ["_type"]=> string(4) "data" ["_id"]=> string(7) "3309345" ["_score"]=> NULL ["_source"]=> object(stdClass)#62 (9) { ["thumb_url"]=> string(112) "https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/750x500/photo/2022/06/03/harta-karun-di-dasar-danau_suzy-20220603061658.jpg" ["author"]=> array(1) { [0]=> object(stdClass)#63 (7) { ["twitter"]=> string(0) "" ["profile"]=> string(0) "" ["facebook"]=> string(0) "" ["name"]=> string(13) "Intisari Plus" ["photo"]=> string(0) "" ["id"]=> int(9347) ["email"]=> string(22) "plusintisari@gmail.com" } } ["description"]=> string(148) "Pada masa Perang Dunia II, Inggris sempat digegerkan adanya peredaran uang palsu. Masalahnya, keberadaan uang tersebut terkait dengan banyak negara." ["section"]=> object(stdClass)#64 (7) { ["parent"]=> NULL ["name"]=> string(8) "Kriminal" ["description"]=> string(0) "" ["alias"]=> string(5) "crime" ["id"]=> int(1369) ["keyword"]=> string(0) "" ["title"]=> string(24) "Intisari Plus - Kriminal" } ["photo_url"]=> string(112) "https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/945x630/photo/2022/06/03/harta-karun-di-dasar-danau_suzy-20220603061658.jpg" ["title"]=> string(26) "Harta Karun di Dasar Danau" ["published_date"]=> string(19) "2022-06-03 18:17:23" ["content"]=> string(33753) "

Intisari Plus - Pada masa Perang Dunia II, Inggris sempat digegerkan adanya peredaran uang palsu. Scotland Yard sebenarnya sudah mengetahui itu sejak lama. Masalahnya, keberadaan uang tersebut terkait dengan banyak negara.

-------------------------

Dicky Bird kebagian bertugas dalam AU Inggris di Afrika Utara dan Doha dalam PD II. Ketika perang berakhir umurnya 36 tahun. Bird pulang ke anak istrinya bulan Agustus 1945. Tidak lama kemudian ia mendapat pekerjaan di kantor pos. 

Suami-istri Bird ingat tahun 1939 mereka terpaksa menunda liburan karena perang pecah. Kini sudah tiba waktunya untuk mewujudkan rencana itu. Bird berkata kepada istrinya bahwa ia mempunyai uang untuk biaya liburan. 

Dari dasar ranselnya ia mengeluarkan sebuah tabung kecil. Dalam tabung itu melingkar erat delapan lembar uang kertas yang masing-masing bernilai 5 Ponsterling, banyak sekali untuk orang semacam Bird. 

Istrinya yang berpikiran praktis lantas menyetrika uang itu supaya rapi. 

"Taruh saja di bank," saran istrinya. “Kita tinggal memegang cek."

Ketika Bird kembali dari bank, wajahnya kelihatan risau. 

"Begitu saya mengeluarkan uang, kasir bertanya dari ana mana saya dapat uang itu," ceritanya. 

"Lantas, apa jawabmu?"

"Saya bilang, bukan urusanmu. Ia menolak memberi cek. Ia cuma menyerahkan tanda terima. Katanya, ia perlu mengecek dulu."

"Huh, memang kita maling atau pembuat uang palsu?" gerutu si istri dengan mengkal. 

Ny. Bird pun akhirnya risau. Mereka orang-orang yang polos. Reaksi kasir bank membuat mereka was-was. Jangan-jangan ada sesuatu yang tidak beres. Sore itu juga uang kertas itu tiba di C 12, yaitu sub departemen dari Cabang C(riminal) pada Scotland Yard.

Uang kertas itu dibawa ke laboratorium untuk diuji di bawah sinar ultraviolet. Sebagian kecil daripadanya, yaitu kepala Britania, dibesarkan 50 kali. Nomor dan tanda tangan pada uang kertas itu pun diteliti.

Dua hari kemudian Bird didatangi seorang inspektur detektif yang membawa salinan laporan laboratorium. Bird diminta menceritakan dari mana ia memperoleh uang itu.

"Seusai pertempuran di Cassino, Italia, kami mendengar tentara Italia setempat ingin membeli makanan dan obat-obatan, tetapi saya tidak bisa mengadakan barang-barang itu, karena tidak bertugas di bagian yang mengurusi makanan dan obat. Ternyata mereka mau membeli apa saja dengan harga tinggi.” 

“Mereka membayar dengan uang Inggris lembaran £ 5. Kebetulan saya mempunyai arloji cadangan dan teropong. Bukan barang tentara, melainkan milik saya pribadi. Saya jual barang-barang itu dan mendapat bayaran delapan lembar uang £ 5."

Bird jadi lemas ketika diberi tahu bahwa kedelapan uang pecahan £ 5 itu palsu. Namun, untung juga ia tidak dituntut karena kejaksaan menerima ratusan laporan serupa.

 

Gara-gara anjing

Kabar mengenai beredarnya ponsterling palsu sebenarnya sudah tiba ke telinga Scotland Yard sejak sebelum perang berakhir. Ada uang palsu diperoleh dari kelab malam di Istanbul, ada yang ditemukan oleh agen rahasia Inggris di Bukarest, dan ada pula yang ditemukan oleh para pengusaha Swedia. 

Seorang mata-mata Jerman yang tertangkap ketika datang ke pantai Skotlandia dengan perahu karet ternyata membawa uang palsu pula. Para tawanan perang yang berhasil kabur lewat Spanyol pun menceritakan adanya uang palsu, begitu pun atase perdagangan Inggris di Vatikan. 

Intel militer Inggris mendapat sedikit informasi dari agen-agen rahasia Inggris di Jerman dan dari orang-orang bisnis yang netral serta para tawanan perang yang berhasil kabur bahwa pengusutan uang palsu hams dilakukan di daerah Jerman bernama Sachsenhausen.

Pada suatu malam Sabtu yang gelap di musim gugur 1942, Mayor Robert Steven dijatuhkan dengan parasut di Jerman, yaitu di tempat yang sudah lebih dulu disediakan dengan saksama. Ia jatuh di tempat terbuka di selatan Oranienburg. 

Sialnya, tungkainya luka kena pagar, tetapi ia bisa mencapai hutan untuk mengubur parasut dan peralatan lain. Dengan pakaian sipil dan terpincang-pincang, ia datang ke Oranienburg. Ia kenal daerah itu, karena pernah tinggal di sana tahun 1939. 

Ia mendatangi flat seorang gadis bernama Marianne yang anti-Nazi. (Hukuman bagi orang yang membantu Sekutu ialah disiksa sampai mati).

Marianne merawat luka Steven, memberinya makan dan peta Sachsenhausen serta menggambarkan letak kamp konsentrasi. Kamp itu dikelilingi pagar kawat berduri, tembok tinggi, lampu sorot, dan para penjaga bersenjata senapan mesin. Tidak mungkin Steven masuk ke sana. Informasi harus dicari dengan cara lain.

Banyak tawanan dipekerjakan di pabrik Heinkel. Mereka berbaris ke sana setiap pagi. Beberapa di antara mereka menyelundupkan berita di luar lewat surat yang disampaikan pada kusir.

Sehari setelah tiba, Steven berhasil mendapat keterangan tertulis sebagai berikut: "Kamp Sachsenhausen 40.000 tawanan, 3.000 pengawal dari Korps Pimpinan Maut SS. Sejak akhir Juli tawanan-tawanan dari kamp-kamp lain diam-diam dibawa kemari.” 

“Mereka tenaga-tenaga terampil dalam bidang percetakan dan ahli gravir yang kini ditempatkan di Bedeng 19. Seleksi dilakukan oleh Pemimpin Pasukan Gerak Cepat SS Bernhard Kruger, yang mengepalai Amt F4 di Markas Sekuriti Jerman. Seleksi belum selesai. Tujuan tidak jelas. Sangat dirahasiakan."

Steven menunggu informasi langsung dari penghuni Bedeng 19. Namun anjing penjaga hutan menemukan parasut dan pakaian Steven yang masih berdarah segar. Beberapa jam setelah itu dilakukan pencarian di seluruh Sachsenhausen.

Seorang pengawas dari AU Jerman bernama Schultz melaporkan kenyataan yang mencurigakan. Di flat mahasiswi bernama Marianne Thomas menginap seorang pria tak dikenal yang sekali dua kali kelihatan dari jendela. Pria itu tidak pernah keluar. Gestapo menganggap keterangan itu patut diperhatikan.

Steven yang melihat kesibukan di luar segera kabur begitu hari gelap. la ketahuan dan dikejar sampai terpojok. Namun ia masih sempat lari melompati pagar. Mantelnya tersangkut dan tertinggal sebagian di pagar. Ia sempat bergayut pada sebuah truk penuh kentang dan masuk ke dalam truk itu. 

Di Frohnan truk dicegat, karena yang berwajib di Oranienburg menelepon agar kendaraan-kendaraan diperiksa. Steven mengubur dirinya dengan kentang. Ia lolos. Di Hermsdorf ia turun. Ditinggalkannya mantelnya yang robek dan bau kentang, lalu ia naik kereta api yang menuju ke Berlin. Ia lolos dari pemeriksaan di kereta dan tiba dengan selamat ke alamat yang ditujunya di Berlin.

Steven diberi seragam dan surat-surat yang diperlukan lalu dikirim dengan kereta api ke St. Malo. Beberapa malam kemudian sebuah perahu kecil menjemputnya untuk pulang ke Inggris.

 

Banjir duit

Hampir tiga tahun kemudian Inggris betul-betul kaget ketika seorang petani Austria bernama

Hans Mittelbach menemukan "lautan duit".

Pada bulan Mei 1945, Mittelbach membawa sapi-sapinya ke S. Traun di barat laut Austria. Sungai itu masih penuh salju yang mulai meleleh. Tempat yang dikunjungi Mittelbach berupa tepian yang terlindung dari arus. Sering benda-benda yang dihanyutkan air terdampar ke tepian itu. 

Hari itu tepian tampak penuh kertas. Ketika membungkuk untuk memungutnya selembar, ia hampir pingsan, karena kertas itu tidak lain daripada uang Inggris bernilai £ 5. Ia kenal uang Inggris karena pernah menjual barang pada turis-turis Inggris sebelum perang.

Cepat-cepat ia pulang memanggil istri dan anak-anaknya untuk mengumpulkan uang itu. Tadinya mereka tidak bermaksud memberitahu siapa-siapa, tetapi orang lain juga tahu dan mereka beramai-ramai "memancing duit" yang makin lama makin banyak terdampar.

Pada saat yang hampir bersamaan, Kapten Werner Hartmann, perwira intel di Amt VI (organisasi intel politik Jerman) mengendap-endap di semak-semak dekat Pegunungan Schotterberg. Ia ditemani seorang pemuda SS berumur 17 atau 18 tahun. Tujuan mereka ialah rumah kediaman pemuda itu. 

Pemuda itu ingin cepat-cepat pulang, sedangkan Hartmann yang berpengalaman itu ingin menunggu gelap dulu. Maklum Sekutu sudah berkeliaran di mana-mana. Karena pemuda itu memaksa juga, mereka setuju untuk berjalan sendiri-sendiri.

Hartmann mengambil sebuah bungkusan kecil dari ranselnya. "Hadiah kecil untukmu dan untuk keluargamu," katanya. Pemuda SS itu membuka bungkusan tersebut. Isinya £ 12.000 terdiri atas lembaran £ 5. "Saya masih punya banyak," kata Hartmann pula seraya menunjuk ranselnya yang gembung.

Mereka berpisah. Tidak lama kemudian kedua orang itu tampak oleh tentara Amerika. Pemuda SS itu mencoba kabur dan tewas diberondong senapan. Hartmann kena dua tembakan dan diangkut ke rumah sakit.

Ketika bawaan kedua korban itu diperiksa, ternyata isinya duit melulu. Untungnya sersan yang mengepalai penembakan itu bukan manusia serakah. Semua uang itu dibungkusnya lagi dan dilaporkannya kepada Kapten Henry Miller dari CIC, yaitu suatu unit intel AS. 

Hari itu juga Kapten Miller mendapat laporan mengenai banjir duit di S. Traun. Sejam kemudian ia berbicara di telepon dengan Mayor Robert Steven dari badan intel Inggris di London.

Dua puluh empat jam kemudian Mayor Steven melompat ke luar dari jip di luar losmen tempat Miller menginap. Mereka akan melacak uang palsu itu.

Kalau saja anjing penjaga hutan hampir tiga tahunan yang lalu tidak menemukan parasut dan pakaian Steven, keterangan dari Bedeng 10 akan mengungkapkan apa yang terjadi di sana. 

Inggris akan membom bedeng itu. Kalau pemboman Bedeng 19 dilakukan, mungkin tidak terjadi banjir duit di S. Traun. Namun CIC dengan cepat bisa mengungkapkan rahasia banjir duit itu.

 

Rahasia banjir duit

Apa yang terjadi sebenarnya? Ketika itu di Austria ada seorang dokter ahli sejarah Serbo-Kroat. Namanya Dr. Willi Hottl. Orang ini agak misterius. Pada tahun 1945 ia serdadu yang bertugas di Amt VI. Tidak diketahui apakah ia seorang Jerman yang tidak setuju dengan Nazi lalu mencari kesempatan untuk mengadakan perdamaian dengan Sekutu atau Jerman untuk organisasi intel Amerika, yang dikepalai oleh Allen Dulles.

Dr. Hottl bekerja di bawah Dr. Ernst Kaltenbrunner, kepala sekuriti dan wakil Himmler di Austria. Kaltenbrunner dianggap calon tepat untuk mengepalai pertahanan terakhir Nazi di pegunungan Austria Tengah. Namun Dr. Hottl diam-diam mempunyai rencana lain, la ingin mengakhiri perang secepat mungkin dan dengan korban sesedikit mungkin.

Yang membantu Hottl untuk melaksanakan maksudnya ialah Kaltenbrunner teralang datang pada suatu hari yang genting, sehingga para jenderal, pemimpin intel, maupun para pejabat sipil tidak henti-hentinya menelepon meminta perintah yang tidak kunjung tiba. Hottl memanfaatkan hal itu untuk melaksanakan kebijaksanaannya sendiri.

Hari itu seorang letnan SS bernama Hansch dengan khawatir menelepon Hottl. "Saya bertugas mengawal iring-iringan tiga truk. Sebuah truk itu patah asnya dan harus ditinggalkan di Desa Redl-Zipf. Kini sebuah truk lagi patah asnya di tepi S. Traun. Padahal isi truk sangat penting (tidak boleh disebutkan). Apa yang harus saya lakukan?"

Hari itu Dr. Hottl sangat sibuk dan ia ditunggu suatu pertemuan yang sangat mendesak. "Buang saja peti-peti isi truk itu ke S.Traun, Letnan! Lalu suruh anak buah Anda pulang," jawabnya. Pembicaraan telepon ia putuskan. Hansch mematuhi perintah pertama, tetapi tidak bisa mematuhi yang kedua, karena masih harus mengawal satu truk lagi sampai Stasiun Riset AL Jerman. Begitulah asal mulanya maka petani Mittelbach dan para tetangganya kebanjiran duit Inggris.

 

Pabrik duit dipindah-pindah

CIC dengan cepat menemukan truk no. 2 yang isinya dibuang ke S. Traun dan truk no. 1 yang ditinggalkan di Redl-Zipf. Di truk no. 1 itu ada 23 peti kayu yang berisi uang kertas sebanyak £ 21 juta. Diperkirakan jumlah yang diceburkan ke S. Traun sebanyak itu juga dan yang "terpancing" oleh penduduk cuma sebagian kecil. Truk no. 3 masih dicari.

Steven menemui kapten Jerman yang ditembak bersama-sama pemuda SS, tetapi luput dari maut, di rumah sakit. Kapten Hartmann tidak tahu berapa banyak uang palsu yang dibuat oleh Nazi untuk melemahkan uang Inggris. Uang yang tiba kepadanya ia pakai untuk membeli senjata dari para partisan di Italia dan Yugoslavia.

Steven jadi lemas. Senjata yang mereka sampaikan dengan cara menyabung nyawa pada para partisan ternyata dijual pada Jerman untuk memerangi mereka!

"Siapa otak dari operasi uang palsu itu?" tanyanya. Menurut Hartmann, otak operasi itu ada dua orang. Orang yang bertanggung jawab membuat uang palsu ialah mayor SS bernama Bernhard Kruger. Kruger memberi nama kode "Operation Bernhard" pada kegiatan ini. Ia organisator yang hebat. Orangnya menarik dan disukai semua orang. Tetapi genius yang sesungguhnya di belakang semua itu adalah distributor uang palsu bernama samaran Wendig.

Steven kebetulan tahu bahwa Wendig itu tidak lain daripada Fritz Schwend. Steven beranggapan yang paling penting sekarang ialah menemukan pelat-pelat yang dipakai untuk membuat uang palsu yang hampir sempurna itu.

Hartmann ternyata tahu cukup banyak. Menjelang akhir perang, pabrik duit dipindahkan dari

pinggiran Berlin ke pelbagai gua yang dalam dekat Redl-Zipf. 

Para pengusut pun cepat-cepat pergi ke gua-gua itu, tetapi buronan mereka sudah kabur menggondol pelat-pelat dan uang kertas palsu. Yang ditinggalkan cuma potongan-potongan mesin cetak yang berat. Bahkan tanda-tanda pembuatan uang palsu pun sudah dilenyapkan.

Steven berpikir, ia perlu bantuan. Didatangkanlah satu tim pengusut berpengalaman. Di pihak Jerman gagasan membuat uang palsu sebagai senjata perang, datang dari Reinhard Heydrich, ketika itu orang kedua setelah Himmler dalam pimpinan polisi rahasia. Selain Heydrich, tokoh kedua dalam gagasan pemalsuan itu ialah perwira SS bernama Alfred Helmut Naujocks.

Sepintas lalu terkesan bahwa membuat uang palsu merupakan kejahatan yang paling mudah dan aman, tetapi kenyataannya tidak demikian. Juga tidak kalau yang melakukannya suatu bangsa yang teknologinya maju. 

Yang paling sulit ialah menemukan kertas yang tepat. Dalam hal ini, Jerman memperolehnya dari salah satu pabrik kertasnya yang paling besar dekat Brunswick. Bahan linen untuk kertas itu diambil dari Turki.

 

Dari barang rombengan

Celakanya, walaupun bahannya sama dan proses pembuatannya juga sama, hasilnya tidak

kelihatan sama. Tidak seorang pun tahu mengapa. Uang yang asli kelihatan segar berkilat. Uang yang palsu kusam dan "mati". Apakah orang Inggris membubuhkan zat  kimia tertentu pada bubur kertasnya?

Para ahli kertas mencari-cari jawaban dari buku-buku Inggris mengenai teknik pembuatan kertas, tapi tidak ada. Akhirnya, ketahuan juga: uang Inggris bukan dibuat dari linen bam, melainkan dari linen bekas. Jadi, unsur yang kurang adalah kotoran!

Kini Jerman mengotorkan bahan pembuat uang itu. Hasilnya memuaskan. Setelah sembilan bulan menyiapkan kertas, pada pertengahan tahun 1940 kertasnya siap. Langkah selanjutnya ialah menemukan pencetak. Tugas itu dibebankan pada August Petrich.

Yang disuruh membuat uang palsu adalah orang-orang Yahudi pilihan dari kamp konsentrasi. Sebagai pencetak uang, orang-orang itu lebih enak hidupnya daripada rekan-rekannya. Cuma saja mereka tidak dibiarkan keluar dalam keadaan hidup, supaya rahasia tidak bocor.

Ternyata pada tiga bulan pertama, tiga perempat uang yang sudah dicetak harus diafkir. Namun kemudian mereka lebih ahli. Sedikit demi sedikit, tetapi secara terus-menerus, dihasilkan uang pecahan £ 5 yang hampir sempurna.

Sampai tahap itu kelihatannya semua berjalan baik. Tahu-tahu Heydrich menjungkalkan Naujocks dari kedudukannya, karena pria itu merekam percakapan antara Heydrich dan pelacur di tempat pelacuran mewah yang dijalankan oleh "Kitty" di dekat Berlin. 

Beberapa pejabat tinggi Amt VI juga ikut dipindahkan, termasuk Dr. Willi Hottl, yang telah kita temui pada awal cerita ini. Hottl disingkirkan ke pelosok di Serbia Selatan. Namun, Heydrich pun tewas bulan Mei 1942.

Operasi uang palsu tetap dijalankan. Uang itu perlu diuji.

Semua asli!

Pada musim panas tahun 1942 itu agen Amt VI bernama Rudi Rasch yang berbekal paspor palsu dan koper berisi uang palsu, berhasil menukarkan uang tanpa kesulitan di pelbagai bank Italia dan Swis. 

Suatu hari ia pergi ke Vaduz, Liechtenstein. Entah karena terlalu percaya diri, entah karena hal lain, ia menelepon Bank Nasional Swis untuk meminta bank itu agar uang pecahan £ 5 yang tersisa padanya sebanyak 500 lembar diperiksa. 

Uang itu dikirim dengan pos tercatat. Bank di Swis itu melaporkan: semuanya asli. Rasch yang enak-enak beristirahat di Hotel Metropole merasa bangga. Ia menelepon lagi. "Coba minta Bank of England memeriksa nomor dan tanggal pengeluarannya," pintanya. Bank of England juga menjawab: asli.

Rasch tidak tahu akibat perbuatannya yang gegabah itu, Bank Zurich merasa curiga karena Rasch meminta mereka mengecek uang kertas £ 5 itu berulang-ulang. Mereka memeriksa lagi dengan lebih teliti. 

Empat ratus sembilan puluh empat uang kertas itu memang buatan kemudian, yang luar biasa halusnya. Namun yang enam lagi buatan terdahulu, zaman Naujocks masih berkuasa. Keenam lembar "uang Naujocks"itu dikirim ke London oleh Bank Zurich.

Keesokan malamnya, dua anggota polisi Liechtenstein mendatangi Hotel Metropole dan memberi tahu Rasch bahwa ia ditahan. Kamarnya digeledah dan di sana ditemukan koper penuh frank Swis, lira Italia, dan mark Jerman.

Bank of England menghubungi Scotland Yard. Ketika itu Bank of England tidak risau, karena keenam uang palsu itu kurang baik buatannya. Namun Scotland Yard risau, karena kini diketahui ada dua macam uang £ 5 palsu: yang sangat halus buatannya dan yang buruk. Kedua-duanya dari luar.

Sebulan sebelumnya seorang mata-mata Jerman ditangkap di pantai Skotlandia. Dalam perahu karetnya ditemukan koper penuh uang £ 5. Ketika diperiksa di laboratorium, ketahuan uang itu palsu, tetapi buatannya sangat halus, tidak memperlihatkan kesalahan yang dibuat pemalsu. 

Artinya, Jerman berhasil membuat uang palsu yang makin lama makin tidak kentara kepalsuannya. Apa yang terjadi kalau akhirnya mereka berhasil membuat uang palsu yang sama dengan yang asli? 

Fritz Schwend, otak penyebaran uang palsu, mendapat laporan bahwa Rasch ditangkap. Ia lantas bertanya,. "Bisakah Liechtenstein yang kecil itu lap supaya tutup mulut?" 

Namun Kaltenbrunner mempunyai kebijaksanaan lain. Ia memerintahkan agar semua uang Bernhard yang tersisa dan pelat-pelatnya dimusnahkan. Produksi hams dihentikan.

Rasch anehnya tidak khawatir. Cuma enam lembar dari uangnya palsu, katanya. Mestinya diberi oleh orang yang punya niat buruk kepadanya di Jerman. Kalau ia bersalah, mengapa dia berulang-ulang meminta uangnya diperiksa? Ia dilepaskan dan boleh pergi membawa uang asingnya yang lain. Rasch kembali ke Jerman dengan harapan disambut sebagai pahlawan. Ternyata malah sebaliknya.

 

Dikerjakan 140 karyawan ahli

Schwend tidak bisa menerima perintah penghentian Operation Bernhard yang menghasilkan begitu banyak uang asli dan barang- barang berharga lain bagi mereka. la berhasil meyakinkan Kaltenbrunner atau lebih tepat menggugah keserakahan Kaltenbrunner akan manfaat Operation Bernhard. Kegiatan itu pun diteruskan, bahkan dipergiat.

Bedeng 19 dirasakan sudah terlalu sempit. Bedeng 20 dikosongkan untuk tempat mesin-mesin baru. Dari 40 orang pekerja, kini mereka menambahnya menjadi 140 orang. Petrich diganti dengan orang yang lebih mampu. Para tahanan merasa bangga bisa menghasilkan karya sehalus uang palsu itu. Mereka selalu berusaha untuk membuat hasil yang lebih baik lagi.

Pada suatu hari, Kruger yang kini sudah ahli betul dalam mencari kekeliruan dalam uang palsu, datang ke bedeng. Kepadanya diserahkan 10 lembar uang, 9 palsu, satu asli. la diminta mencari yang asli. 

Kruger yang ahli itu membandingkan uang itu sampai ke hal yang sekecil-kecilnya dan tidak berhasil menentukan mana yang asli. Peristiwa itu dirayakan dengan bir, minuman keras lain, sosis, rokok, dan nyanyian.

"Bisakah kalian menghasilkan sejuta lembar uang kertas yang sempurna sebulan?" tanya Kruger. Semua tahanan menjawab, "Jawohl." Namun, hal itu tidak terlaksana.

Tahanan bernama Oskar Stein menjadi pemegang buku yang mencatat setiap lembaran uang kertas yang keluar. Fayerman bersaudara, bekas bankir di Warsawa, menyeleksi uang. Uang yang digolongkan kelas satu halusnya, dibekalkan pada agen-agen yang beroperasi di negara-negara lawan. 

Uang yang tergolong kelas dua untuk membeli senjata dan partisan. Kelas tiga cuma dipakai untuk hal-hal yang tidak begitu penting.

 

Menantu Mussolini tersandung uang palsu

 

Menantu Mussolini, Count Ciano yang dibenci Hitler itu, berhasil digulingkan dari kedudukannya berkat uang palsu. Agen Jerman menyogok pelayannya dengan ponsterling palsu, agar melaporkan kata-kata Ciano yang menyinggung mertuanya kepada sang mertua.

Schwend yang terluka di Italia setelah Italia melakukan gencatan senjata dengan Sekutu, menyogok seorang dokter Italia dengan £ 1.000 uang palsu. Sebagai imbalan, dokter itu tutup mulut, merawat lukanya, memberi seragam tentara Italia, dan menaikkannya ke truk penuh tentara Italia yang luka untuk dibawa ke Fiume. Di sana ia menyogok perawat, sehingga bisa kabur sebagai Mayor Wendig.

Agen-agennya disebar di Italia untuk menukarkan senjata dengan uang lembaran £ 5. Uang pon lebih populer daripada uang lira Italia sendiri. Senjata yang diperoleh dari barak-barak di Italia Utara itu bukan cuma bertruk-truk, tetapi bergerbong-gerbong kereta api, sehingga cukup untuk mempersenjatai dua divisi.

Schwend ingin mengirimkan uang ke Afrika Utara, tempat ponsterling bisa ditukarkan dengan dolar dalam perdagangan. Ia menyewa kapal pesiar Columbus. Kapal itu sengaja cuma disewa, bukan dibeli, supaya tetap terdaftar sebagai milik orang lain. Jadi, Columbus bisa berlayar di bawah bendera Swedia dan bisa masuk ke pelabuhan-pelabuhan netral.

Schwend mengubah bagian dalam kapal untuk memungkinkan penyembunyian uang palsu. Uang Bernhard pun mengalir ke luar dan uang dolar, frank, lira, crown, dinar, real, peso, mengalir masuk. Pernah juga Kapten Petersen (nama samaran) menerima uang ponsterling di Barcelona. Dikiranya asli, ternyata uang Bernhard yang pulang kandang!

Schwend yang sama serakahnya dengan atasannya tidak keberatan ketika sang atasan meminta agar bukan cuma lembaran £ 5 yang dipalsukan, tetapi juga lembaran dua puluhan dan lima puluhan. Kruger sebaliknya, sangsi. Tetapi perintah tetap perintah. 

Dibuatlah pelat-pelat di Institut Kimia Grafis di Friedenthal. Seorang pengawal bernama Schumann diminta mengambilnya, tetapi ia mampir dulu ke rumah seorang wanita dan menginap di sana. Ternyata koper berisi pelat-pelat berharga yang dibawa Schumann hilang akibat perbuatan itu. Schumann dihukum mati.

Schumann pengawal yang toleran dan tahanan suka kepadanya. Setelah ia diganti, hasil pekerjaan tahanan ternyata tidak sebaik sebelumnya. Entah mengapa.

Sementara itu di Bedeng 19 dan 20, dibuat pula dolar palsu. Bulan Januari 1945 lembaran-lembaran uang ratusan dolar yang pertama sudah berhasil dicetak. Namun, Jerman yang terdesak hams memindahkan percetakannya ke Selatan menuju Austria. 

Di Mauthausen 140 penghuni kamp konsentrasi duduk sepanjang hari tanpa pekerjaan. Mereka sudah tidak berguna lagi sekarang. Artinya, hidup mereka pun sudah dekat berakhir. Kemudian Kruger datang untuk mengumumkan kepada tahanan yang setengah beku, setengah kelaparan, dan setengah mati ketakutan itu bahwa mereka akan dipindahkan. 

Mereka diangkut dengan kereta api ke Redl-Zipf, yaitu sebuah desa di selatan Linz. Mereka masuk ke lorong-lorong gua tempat mesin-mesin pencetak uang ditaruh. Uang dolar palsu yang tidak keburu diedarkan pun ada di sini. Produksi uang berjalan lagi.

Bulan April Sekutu menyeberangi S. Rhein di Barat. Di Selatan Sekutu bergerak lebih cepat lagi menuju ke Austria Selatan. Berminggu-minggu Letnan Hansch yang mengawal tahanan itu tidak menerima perintah apa-apa. Tahu-tahu Kruger muncul dengan perintah yang rasanya tidak masuk akal. "Hancurkan semua." Para tahanan pun insaf: Operasi Bernhard

sudah berakhir. Ajal mereka sudah dekat.

 

Maut bagi pencari harta karun

Ketika tentara Amerika makin mendekat lagi, Hansch menghancurkan mesin-mesin dan membakar tumpukan kertas bagus yang bertali air dan juga uang palsu kelas tiga. Dalam waktu tiga jam semua beres. Tetapi Sekutu sangsi pelat-pelat bisa hancur. Ke mana benda itu sekarang?

Lebih dari 60 peti yang penuh dengan uang kertas £ 5 kelas satu ditaruh Hansch di dalam gua. la mencari tiga truk tentara yang dimuatinya masing-masing dengan kira-kira 20 peti, lalu ke suatu tempat tujuan di Austria. Kita sudah tahu nasib ketiga truk berisi uang itu.

Schwend yang menjadi kaya raya akhirnya menyerah pada tentara pendudukan. la membeli kebebasannya dengan hartanya. Tentara AS yang menangkapnya tidak tahu bahwa ia orang penting. Schwend masih memiliki harta lain yang dibawanya kabur ke Amerika Selatan. 

Beberapa tahun kemudian wartawan Der Stern berhasil menemuinya di Peru. Kita tahu bahwa truk no. 3 yang memuat peti-peti berisi uang ponsterling palsu berhasil tiba dengan selamat di Stasiun Riset AL Jerman. Di situ truk tersebut menginap semalam. Keesokan harinya semua truk di tempat itu diambil serdadu Amerika.

Namun ke mana 20 peti besar berisi uang palsu itu? Penduduk daerah itu apabila ditanyai selalu memberi keterangan yang saling bertentangan. Tetapi ada keterangan yang bisa diterima: sejumlah peti itu diangkut oleh manusia ke tepi danau, lalu dibawa ke tengah, dan diceburkan ke air.

Sesudah perang usai, pada bulan Maret 1946 dua mayat pendaki gunung ditemukan di kaki batu karang yang hampir vertikal di tepi Danau Toplitz. Tadinya dikira kecelakaan biasa. Kemudian timbul pertanyaan: Betulkah demikian? Soalnya, terungkap bahwa mereka berdua dulu bekerja di stasiun riset dan ada orang ketiga tampak bersama mereka.

Bulan Agustus 1950 seorang pria bernama Gerkens jatuh dari Reichenstein di tepi timur Danau Toplitz. Temannya, Dr. Keller, berhasil diselamatkan, tetapi tidak bisa memberi keterangan yang meyakinkan mengapa Gerkens yang tidak punya pengalaman naik gunung bisa berada di sana. Kedua orang itu pun pernah bekerja di stasiun riset.

Lalu terjadi lagi kecelakaan akibat badai salju yang menimpa dua dari tiga orang turis yang mendatangi tempat itu. Turis yang selamat tidak bisa menceritakan ke mana dua temannya yang katanya lenyap. Berbulan-bulan kemudian dua orang itu ditemukan dalam semacam gubuk es, tetapi sudah menjadi mayat. 

Seorang di antaranya dimakan teman yang kelaparan, karena dekat mereka bertumpuk makanan. Apakah mereka berebut peta dan yang seorang menelan peta tempat harta karun tergambar, sehingga temannya yang serakah membedah perutnya? Kemudian terjadi kecelakaan pesawat kecil di tempat itu. Pilotnya tewas. Untuk apa pilot itu ke sana?

Wartawan Der Stern Wolfgang Lohde juga bertanya-tanya mengapa Dr. Determann, mantan kepala Stasiun Riset AL Jerman, sering berada di Danau Toplitz.

Lohde ingat, AL Amerika pernah kehilangan seorang penyelam dalam usaha membuktikan bahwa 20 peti dari truk Letnan Hansch benar-benar diceburkan ke danau. Lohde dengan uang dan peralatan yang diberikan oleh majalahnya kemudian mengadakan operasi pencarian harta karun. 

Tanggal 13 Juli 1959 untuk pertama kalinya sebuah peti berhasil dikail. Ketika tiba di permukaan air, tutupnya lepas dan dari dalamnya berhamburan uang £ 5. Peristiwa itu diabadikan dengan berani oleh awak televisi. 

Peti demi peti diangkat. Uang palsu itu segera diserahkan pada Bank of England dan Scotland Yard untuk dimusnahkan. Ternyata setiap peti diberati dengan jangkar dan ditenggelamkan, bukan untuk dimusnahkan, tetapi untuk disimpan dengan hati-hati dan beraturan letaknya. Tentu dengan harapan sekali waktu akan diangkat lagi.

(Michael Gilbert)

 

" ["url"]=> string(71) "https://plus.intisari.grid.id/read/553309345/harta-karun-di-dasar-danau" } ["sort"]=> array(1) { [0]=> int(1654280243000) } } [2]=> object(stdClass)#65 (6) { ["_index"]=> string(7) "article" ["_type"]=> string(4) "data" ["_id"]=> string(7) "3304478" ["_score"]=> NULL ["_source"]=> object(stdClass)#66 (9) { ["thumb_url"]=> string(113) "https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/750x500/photo/2022/06/03/ternyata-dolar-palsu_pepi-stojan-20220603020834.jpg" ["author"]=> array(1) { [0]=> object(stdClass)#67 (7) { ["twitter"]=> string(0) "" ["profile"]=> string(0) "" ["facebook"]=> string(0) "" ["name"]=> string(13) "Intisari Plus" ["photo"]=> string(0) "" ["id"]=> int(9347) ["email"]=> string(22) "plusintisari@gmail.com" } } ["description"]=> string(145) "Dua orang pria berbelanja di sebuah toko besar dan membayar dengan dua lembar uang palsu. Ini menggiring polisi pada sindikat pembuat uang palsu." ["section"]=> object(stdClass)#68 (7) { ["parent"]=> NULL ["name"]=> string(8) "Kriminal" ["description"]=> string(0) "" ["alias"]=> string(5) "crime" ["id"]=> int(1369) ["keyword"]=> string(0) "" ["title"]=> string(24) "Intisari Plus - Kriminal" } ["photo_url"]=> string(113) "https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/945x630/photo/2022/06/03/ternyata-dolar-palsu_pepi-stojan-20220603020834.jpg" ["title"]=> string(20) "Ternyata Dolar Palsu" ["published_date"]=> string(19) "2022-06-03 14:09:06" ["content"]=> string(49754) "

Intisari Plus - Dua orang pria berbelanja di sebuah toko besar dan membayar dengan dua lembar uang pecahan 20 dolar. Setelah meninggalkan toko, kasir menyadari ternyata uang tersebut palsu. Ini menggiring polisi pada sindikat pembuat uang palsu.

-------------------------

Hari Sabtu, 29 Desember 1973, cuaca sangat cerah di Zürich, kota terbesar di Swiss. Di PKZ, sebuah toko besar yang menjual pelbagai perlengkapan pria di Bahnhofstrasse, dua orang pria yang tampaknya seperti orang Inggris, membeli sepasang sarung tangan kulit dan sehelai baju kaus. 

Mereka membayar dengan dua helai uang dolar Amerika pecahan 20 dolar. Namun, beberapa saat setelah kedua pembeli itu meninggalkan toko, kasir PKZ, Gustav Huber, merasa waswas. Ia sudah terbiasa memegang uang dan merasa dolar yang masih baru di tangannya itu mempunyai kelainan.

Cepat-cepat tetapi diam-diam ia menyatakan kecurigaannya itu kepada manajer toko, Walter Meier. 

"Lekas bawa ke Schweizerische Volksbank," perintah atasannya itu.

Huber minta rekannya menggantikannya sebentar, lalu ia pergi ke bank yang cuma terpisah beberapa rumah dari PKZ.

Ketika Huber kembali, ia memperlihatkan kedua lembar uang dolar itu yang kini sudah berlubang-lubang, yaitu tanda yang diberikan kepada uang palsu. Meier segera meminta Huber dan pembantu yang lain, Robert Sulger, untuk mencari dua orang Inggris yang tadi membelanjakan uang itu.

Setelah itu Meier menelepon polisi. Kurt Glanzmann, yang bertugas di bagian uang palsu, segera menyatakan akan datang ke PKZ.

Robert Sulger celingukan di luar mencari dua orang Inggris yang tadi masuk ke PKZ. la kebetulan ingat rupa mereka, karena berada dekat Huber ketika kedua orang asing itu membayar. Kedua orang itu tampak berdiri sejenak di depan pintu Toserba Jelmoli, lalu masuk. Sulger dengan berdebar-debar ikut masuk.

Di dalam toko mereka melihat-lihat barang seperti di PKZ. Kemudian mereka membawa belanjaannya ke seorang wanita pramuniaga dan bercakap-cakap dengan ramah. Sulger menarik napas panjang-panjang, lalu mendekati kedua orang itu.

"Maaf, Tuan-tuan," katanya dalam bahasa Jerman. la mengerti bahasa Inggris, tetapi tidak berani berbicara dalam bahasa itu. "Boleh saya berbicara sebentar?"

Kedua orang itu memandang Sulger. Yang umurnya barangkali 30 tahun, berambut tebal berwarna gelap. Yang seorang lagi kentara memakai wig. la pasti lebih tua.

Pria yang lebih muda menoleh kepada pelayan dengan senyum risi. "Mau apa sih dia?" tanyanya.

Wanita pramuniaga itu berbicara dalam bahasa Jerman dengan Sulger. Mula-mula Sulger ragu-ragu. Setelah ia memberi penjelasan, wajah wanita itu berubah. Ia menoleh kepada kedua laki-laki asing itu dan berkata dalam bahasa Inggris beraksen Jerman, "Ia dari Toko PKZ. Katanya, ada ... kesulitan dengan uang yang Anda pakai untuk membayar di sana. Ia minta Anda kembali ke PKZ bersamanya."

 

Dolar AS-nya dari Singapura

Kedua pria itu kini memandang Sulger. Sulger tersenyum. Dua pria itu berbisik-bisik sejenak. Akhirnya, ia berkata kepada Sulger, "Baiklah, kita ke sana. Kami tidak ingin meninggalkan kesan buruk di negara kalian."

Sepanjang perjalanan ke PKZ kedua pria itu bercakap-cakap dalam bahasa mereka tanpa perlu memelankan suaranya. Sulger menangkap kata-kata dollar, American, dan Singapore.

Begitu masuk pintu kaca PKZ, mereka segera berhadapan dengan empat pria berwajah serius. Gustav Huber berkata kepada Walter Meier, "Ya, merekalah orangnya." Segera kedua pria kekar bermantel kulit yang mengapit kasir dan manajer itu maju.

"Saya Sersan Glanzmann," kata pria yang seorang kepada dua orang asing yang masuk bersama Sulger itu. "Saya minta Anda menjawab beberapa pertanyaan kami."

Mereka dibawa Glanzmann ke luar. Di kantor polisi, keduanya mengaku bernama Alan Wray (40), seorang manajer bisnis, dan Roger Gilbert (30), pengusaha pabrik pakaian. Mereka meninggalkan paspor mereka di Hotel Chesa Rustica. Keduanya berkebangsaan Inggris, tetapi sudah lama tinggal di Australia.

Kedua kenalan lama itu terbang bareng dari Melbourne untuk bisnis sekalian berjalan-jalan. Zürich merupakan tempat persinggahan mereka yang pertama.

Dua orang polisi diutus oleh Glanzmann ke hotel itu. Sementara itu Glanzmann memperlihatkan dua lembar uang 20 dolaran yang dinyatakan palsu dan bertanya di mana uang itu mereka peroleh.

Wray menjadi juru bicara. Katanya, mereka terkejut sekali. Mereka berangkat dari Melbourne tanpa membawa uang dolar AS selembar pun. Ketika pesawat Qantas mereka berhenti di Singapura, mereka membeli cendera mata dan mendapat kembalian uang dolar Amerika. Mereka tidak curiga kalau uang itu palsu.

Yang mereka pakai di PKZ ialah sisa uang dolar yang mereka peroleh di Singapura.

 

Satu tas penuh

Cerita itu masuk akal. Glanzmann merasa kedua orang itu berbicara dengan sebenarnya. 

Tahu-tahu dua orang polisi yang dikirim Glanzmann ke Hotel Chesa Rustica minta berbicara dengan Glanzmann di luar ruangan. Mereka bukan hanya membawa dua paspor, tetapi juga dua tas kecil. Katanya, mereka memeriksa kamar no. 52 yang ditempati kedua orang asing itu. 

Di sebuah koper mereka menemukan tas kecil. Isinya bergepok-gepok uang kertas pecahan 20 dolaran yang masih baru. Di sebuah tas kecil lain mereka juga menemukan gepokan uang kontan yang sama. Jumlahnya semua 100.000 dolar.

Glanzmann masuk ke ruangan kembali dan membuka isi kedua tas kecil itu di hadapan Wray dan Gilbert. Keduanya terlihat kaget. 

Polisi Zürich lantas memberi tahu polisi federal di Bern, ibu kota Swis dan Interpol Swiss pun mulai beraksi. Kepala Kantor Pusat Anti Uang Palsu, Boris Wuthrich, menyampaikan uang palsu itu ke markas besar Interpol di St. Cloud, di luar Kota Paris, untuk dianalisis.

Wuthrich juga menelepon Atase Kedubes AS di Paris, Frank Levya. Levya mengirim orang ke Zürich untuk menyaksikan interogasi pada Wray dan Gilbert, sedangkan ia sendiri pergi ke St. Cloud untuk menyaksikan analisis uang palsu itu.

Di Zürich, Wray kini mengaku membawa uang dolar Amerika itu sejak dari Melbourne, tetapi bersikeras ia tidak tahu uang itu palsu. Katanya, uang itu titipan seorang teman yang ingin menghindari peraturan ketat Australia dalam hal penukaran. 

Teman itu ketika tahu Wray akan ke Eropa, lantas menitipkan uang itu untuk disampaikan kepada seseorang di Leeds, Inggris. Upah bagi Wray AS $ 5.000 dolar.

Wray tidak mau memberi tahu siapa nama temannya yang menitipkan uang itu.

"Sebenarnya bukan teman saya, tetapi teman dari teman saya. Namanya Robert. Bob. Itu saja yang saya ketahui tentang dia," katanya. 

"Siapa teman Anda yang berteman dengan orang itu?" tanya polisi Zürich.

Wray menggelengkan kepalanya. "Dia tidak turut campur," katanya. "Ia orang terhormat dan saya tidak mau membawa-bawa dia."

Kata Wray, ia betemu Robert di restoran. Robert menghampirinya. Sesudah minum-minum dan mengobrol Robert menyatakan maksudnya menitipkan uang.

 

Desertir

“Siapa orang yang harus Anda temui di Leeds?" tanya polisi. 

"Saya hanya diinstruksikan pergi ke Hotel Merrion, lalu meninggalkan pesan di sana."

"Mengapa Anda mau saja mempertaruhkan leher Anda dengan melakukan tindakan kriminal serius bagi orang yang hampir tidak Anda kenal?" tanya polisi tidak sabar. 

Wray mengangkat bahu. "Yang saya ingat hanya AS $ 5.000 itu. Saya bisa memanfaatkannya. Lagi pula kelihatannya mudah, hanya tinggal membawa satu tas ekstra. Saya mengubah persinggahan pertama dari Roma ke Zürich, karena menurut Robert, duanenya lebih longgar." "Tentu saja kami tidak pernah mengira akhirnya jadi begini," lanjutnya.

"Tentu saja tidak akan jadi begini, kalau Anda tak mencomot beberapa lembar uang titipan itu," celetuk seorang detektif.

Gilbert yang diperiksa kemudian kelihatan lebih ketakutan daripada Wray. Katanya, ia baru melihat lembaran uang 20 dolaran itu di Zürich. Ia mengetahui adanya persetujuan dengan Robert dari Wray ketika sudah berada di Zürich. 

Ia sendiri belum pernah bertemu dan tidak tahu siapa itu Robert. Ia percaya katakata Wray bahwa uang dolar itu asli dan Wray berjanji memberinya bagian dari uang itu kalau ia membantunya.

Gilbert menyatakan ia perlu uang, karena restoran yang diusahakannya di Melbourne bangkrut, dan ia terlibat banyak utang. Wray mengajaknya ke Eropa dengan gratis untuk melakukan bisnis, tetapi ia tidak tahu bisnis apa. Ia dijanjikan upah Aus. $500 -1.000 seminggu! Ia percaya pada Wray, karena pria itu kenalan lamanya.

Menurut ceritanya, mereka berangkat dari Melbourne tanggal 27 Desember dengan Qantas. Di Singapura mereka cuma menunggu di ruang transit. Di Roma mereka berganti pesawat dengan Swiss Air dan mendarat di Zürich tanggal 28 siang. 

Di hotel ketika Wray memperlihatkan uang begitu banyak dan mengambil beberapa lembar untuk belanja, ia sangat terkejut. Menurut Wray, tidak apa-apa sebab AS $ 5.000 dari uang itu merupakan bagiannya.

Tanggal 10 Januari 1974, kantor agen rahasia AS di Paris mengetuk kawat kepada Interpol Canberra untuk meminta keterangan perihal Wray dan Gilbert. Selain memberi gambaran mengenai kedua orang itu, agen rahasia juga menambahkan bahwa paspor Wray menunjukkan ia banyak bepergian, ia pernah tinggal beberapa waktu di Afrika Selatan, pernah ke AS tahun 1972, dan punya multiple-entry visa.

Menurut keterangan dari Canberra, sebagai pengedar uang palsu Gilbert pada tahun 1967 pernah melakukan desersi dan kabur ke Afrika Selatan. Ia kembali bulan November 1969 dan mendapat hukuman percobaan. 

Gilbert mengusahakan bisnis pembuatan pakaian pria yang lumayan hasilnya. Karena ambisius ia membuka pula sebuah kafe. Kafe itu gulung tikar lima bulan kemudian dan Gilbert terlibat banyak utang. Terakhir ia bekerja sebagai manajer kelab malam di sebuah hotel di Melbourne.

Alan Wray diketahui meninggalkan Australia menuju Afrika Selatan pada tahun 1967 juga.

 

Ucapan selamat tahun baru dari Zürich

Polisi Australia tidak tinggal diam. Pada akhir Oktober 1973 di Melbourne, polisi mendapat laporan bahwa akan beredar banyak dolar AS palsu. Namun, hal itu tidak terjadi. 

Laporan itu diulangi sebulan kemudian. Sekali ini polisi mendapatnya dari Dennis King, seorang pengusaha rumah judi gelap. Katanya, ia ditawari dolar palsu oleh John Singer.

John Maxwell Singer (33) merupakan kambing hitam dalam sebuah keluarga terkemuka di Melbourne. Belum lama polisi menggerebeknya dan menemukan sejumlah besar jade curian padanya. Singer bukan malingnya. Ia tukang tadah. 

Singer menjadi tahanan luar setelah membayar sejumlah uang jaminan. Polisi terus memata-matainya untuk bisa mengetahui keterlibatan yang dikatakan oleh Dennis King.

Ketika tiba berita tentang penangkapan Wray dan Gilbert di Zürich, Interpol Australia bertanya-tanya apakah kedua orang asal Melbourne itu ada hubungannya dengan Singer. 

Sersan Detektif Hornbuckle, yang pernah menahan Singer sehubungan dengan jade curian, ingat bahwa orang yang memberi laporan kepadanya menceritakan juga bahwa ia mendengar akan ada sejumlah kurir dikirim ke Eropa membawa uang palsu. 

Namun, hal itu tidak dikaitkan dengan Singer. Atasannya, Sersan Detektif Senior Austin (Aussie) Trewhitt, memerintahkannya mengadakan penyelidikan. Tindak-tanduk Singer pada akhir Desember diteliti. Tanggal 27 Desember 1973 ia diketahui mengantar dua orang dengan mobilnya ke Bandara Melbourne. 

Kedua temannya itu ditungguinya naik pesawat Qantas. Ternyata pesawat Qantas yang dimaksud ialah yang ditumpangi Wray dan Gilbert pada tanggal 27 Desember itu!

Apartemen Alan Wray pun didatangi. Kata para tetangganya, pria itu hidup sendirian, pergi dan pulangnya tidak menentu, sehingga tidak banyak yang tahu bahwa ia tidak pulang sejak akhir Desember.

Alamat yang diberikan oleh Gilbert kepada Interpol Zürich pun didatangi. Ternyata itu rumah orang tuanya. Kata mereka, sudah beberapa lama Roger tidak tinggal di situ lagi. Ia menyewa apartemen di South Yarra, bersama John Singer.

Orang tua Roger Gilbert sedih sekali waktu mengetahui anaknya ditahan. Mereka tidak curiga karena menerima kartu ucapan selamat tahun baru yang nadanya gembira dari putranya itu. Cap pos Zürich di kartu itu menunjukkan tanggal 31 Desember, jadi dua hari setelah Roger Gilbert ditahan.

Orang tua Roger tahu putranya bersahabat dengan Alan Wray, namun ternyata ia tidak memberi tahu mereka bahwa dengan Alan-lah ia akan pergi ke Eropa. Ia cuma bilang, akan pergi ke Eropa karena mendapat kesempatan baik mewakili sebuah sindikat bisnis. Katanya, semua ongkosnya ditanggung dan ia akan menerima upah besar. 

 

Janji bagi hasil  

“Apakah pada bulan-bulan terakhir ini Roger berubah?" tanya detektif. 

"Tidak ...," jawab Tuan Gilbert. "Tetapi sejak Roger tinggal di apartemen sendiri ia memang jarang datang." Tiba-tiba Gilbert ingat bahwa memang ada hal yang aneh. Ketika ia dan istrinya bermaksud mengantar putra mereka ke bandara, sang putra menolak dengan keras. 

Walaupun sudah melihat adanya kaitan yang mencurigakan, namun bukti belum cukup kuat untuk menuduh Singer. 

Sementara itu di Zürich, Gilbert berhadapan lagi dengan pemeriksanya. Kepada detektif Wray menyatakan Gilbert tahu sejak semula.

Kata Gilbert, ia baru tahu uang itu palsu setiba di hotel di Zürich. Wray membuka tas dan berkata, "Kelihatannya seperti asli, ya?" Ia kaget. Ia minta keterangan dari mana barang itu, namun Wray tidak mau memberi tahu.

Wray cuma mau menjelaskan bagaimana caranya mereka akan mengedarkan uang itu, yaitu dengan membeli mobil (dengan uang asli), lalu keliling Eropa sambil berbelanja dengan uang palsu. 

Dari kembalian uang palsu itu mereka akan mengumpulkan uang asli. Supaya banyak uang asli yang bisa mereka peroleh, mereka hanya akan berbelanja barang yang kecil-kecil. Perjalanan mereka akan diakhiri di London, dengan menyetorkan uang asli. 

Dari hasil itu Wray akan mendapat AS $ 5.000 dan Gilbert akan mendapat 10% dari uang asli yang berhasil ia kumpulkan.

Ia bersikeras tidak tahu siapa yang mengupah mereka untuk melakukan hal itu. Tiba-tiba seorang detektif berkata, "Coba ceritakan kepada kami tentang John Singer."

"John?" tanya Gilbert terkejut. "Ia teman saya, kami seflat di Melbourne. Mengapa?"

"Berapa lama Anda sudah mengenalnya?"

"Empat lima bulan. Alan memperkenalkan kami."

"Karena sudah berbulan-bulan seflat dengan dia, tentu Anda tahu sebagian kegiatannya, bisnisnya, dan kawan-kawannya."

Gilbert menyebutkan kegiatan dan usaha Singer yang legal, yang semua sudah diketahui polisi. la juga berkata, "John pernah berbicara tentang usaha yang ia miliki di luar negeri, di Timur Jauh. Mungkin di Thailand."

Kemudian polisi menggertak. Kata mereka, Singer terlibat urusan uang palsu ini. 

"John bilang begitu?" tanya Gilbert. "Saya tidak percaya!"

 

Dititipkan pada Ferrari’s

Polisi mencoba mendapat keterangan lebih banyak dari Alan Wray. Alan lain dengan Gilbert. Ia lebih sulit dikorek. Namun, ketika disebutkan nama John Singer ia terkejut. Ia minta didampingi seorang pengacara.

Interpol sibuk di Canberra, Bern, Paris, Washington, dan London, tetapi tetap saja tidak ada yang terungkapkan. Di Melbourne John Singer tidak berbuat yang bukan-bukan, di Zürich kedua tahanan tidak mau atau tidak punya lagi bahan untuk diceritakan.

Mungkin yang paling gigih ialah dua detektif dari Melbourne: Aussie Trewhitt dan Rex Hornbuckle. Keduanya berniat menggebrak Singer. Hornbuckle lantas minta bertemu dengan Singer, yang memilih tempat pertemuan di tepi danau di Albert Park.

" Ada urusan apa? Saya sudah tidak punya jade lagi," kata Singer. 

"Saya tahu. Sekali ini bukan urusan perhiasan." 

"Apa, dong?" 

"Duit," jawab Hornbuckle setelah memandang lawan bicaranya sejenak. Singer mengerutkan kening. "Coba bicara yang jelas." 

"Anda yang bicara. Apa yang Anda ketahui mengenai masalah uang dolar AS palsu lembaran 20 dolaran?" 

Singer tidak bisa menyembunyikan rasa terkejutnya. 

"Apa urusan saya dengan hal itu?" 

"Anda menawar-nawarkannya beberapa bulan yang lalu dan mencoba membentuk saluran ke luar negeri." 

Singer terdiam sejenak dengan gugup. 

"Ada orang yang minta saya menanyakan kepada orang-orang …”

"Siapa?" 

"Saya tidak mau bikin onar. Orangnya bukan saya. Saya cuma perantara. Ia minta tolong saya, karena saya punya ... kontak. Yang saya lakukan hanya ...." 

Singer didesak terus. Akhirnya, ia tidak bisa memungkiri bahwa ia mengantarkan Alan Wray dan Roger Gilbert ke bandara.

Menurut Hornbuckle, mereka mengaku disuruh oleh Singer. Singer tambah gugup. Ia memberi alasan bahwa Wray-lah biang keladinya. Ketika tahu mereka akan ke Eropa membawa uang palsu, ia membujuk mereka agar membatalkan niat itu. Ia bahkan berusaha membujuk sampai saat terakhir. Karena itulah ia sampai mengantar mereka ke bandara.

Ia hanya mengaku pernah mendengar dari kiri-kanan bahwa ada dua tas uang palsu disimpan di Ferrari's Transport Service. Ia tidak tahu siapa yang menaruhnya.

Hornbuckle mengajak dua polisi ke Ferrari's untuk mengecek. Dari situ diketahui bahwa pukul 17.00, tanggal 21 Januari 1974, Ray Gloves, atas suruhan Harry Charalambeas menitipkan dua tas yang sampai saat ini masih ada. 

"Siapa dia ...?" 

"Harry kenalan saya bertahun-tahun, ia punya kapsalon di Melbourne," jawab Ferrari.

"Dia sering menitipkan barang?" 

"Ah, tidak. Katanya, ia dimintai tolong oleh teman." 

"Siapa?" 

"Ia tidak memberi tahu. Katanya, isinya buku pelajaran anak sekolah yang sedang tur." 

Mereka pergi memeriksa dua tas itu. Isinya masing-masing sekitar 35 kg. Ketika dibuka di dalamnya masing-masing ada enam kotak karton berwarna kelabu. Kotak itu ditutup rapat dengan selotip. Ketika semua kotak dibuka, ternyata isinya uang dolar AS baru pecahan 20 dolar!

 

Terpaksa mengaku

Para detektif membawa temuan itu ke markas besar. Inspektur Kepala L.N. Patterson ditelepon ke rumahnya. Menurut Ferrari, kiriman yang dititipkan kepadanya itu tiba dengan kereta di Stasiun St. Kilda dan dari sana dijemput oleh orang Ferrari. Tempat pengiriman ialah Hawksburn.

Menurut petugas Stasiun Hawksburn, benda itu dibawa ke stasiun oleh seorang pemuda yang senewen tanggal 19. Pemuda itu menandatangani formulir pengiriman dengan nama Ray Groves. 

Dua hari sebelumnya datang ke sana dua orang, seperti keturunan Italia atau mungkin Yunani. Mereka bertanya bagaimana caranya mengirimkan paket berisi buku ke stasiun lain.

Sekelompok detektif lain mendatangi salon milik Harry Charalambeas di Tivoli Arcade, di pusat Kota Melbourne. Di Kapsalon Just Hair itu Charalambeas menyatakan menelepon temannya, Ferrari, tanggal 21 untuk meminta petugasnya menjemput kiriman dari Stasiun St. Kilda. 

Sebelumnya salah seorang karyawannya, Barry Groves, disuruhnya mengirim tas-tas itu ke Hawksburn seperti yang diinstruksikan.

"Siapa yang menginstruksikan?" 

Charalambeas tampak ragu-ragu. 

"Teman saya, John Singer," katanya. Menurut penata rambut itu, dua tiga hari sebelumnya Singer datang menanyakan cara menyimpan tas berisi buku-buku berharga. Ia menasihatkan agar dititipkan di Ferrari saja. 

Sehari atau dua hari kemudian Singer datang minta tolong dijemputkan tas itu untuk dibawa ke Hawksburn dan dikirimkan ke St. Kilda, supaya Ferrari bisa mengambilnya di sana.

"Saya mengirim Groves. Kasihan anak itu. Dia bilang pinggangnya serasa mau patah menenteng barang seberat itu.”

"Di mana Groves mengambil barang itu?"

"Di sebuah rumah di Hawthorn. Kata John, rumah iparnya. John takut buku-buku itu rusak diusik anak-anak kakaknya. Ia memberi saya kunci tempat penitipan dan kunci itu saya serahkan kepada Groves.”

“Apakah Anda atau Singer meminta Groves memalsukan namanya dalam perkara ini?”

"Astaga, tidak! Memang ia memalsukan namanya?" 

Barry Groves dipanggil. Katanya, ia curiga karena isi tas itu berat. Waktu ia buka isinya bukan buku, tetapi dus karton, dan ia memakai nama palsu.

Tas-tas itu diangkut ke Reserve Bank of Australia. Isinya AS $ 1.887.480! Interpol Bern dikabari, begitu pun Paris. Beberapa hari kemudian dua inspektur dari Australia tiba di Zurich, sementara itu seorang agen khusus AS yang bertugas di Honolulu segera terbang ke Melbourne.

Hornbuckle merasa bahwa John Singer termasuk salah seorang pria yang diduga sebagai pria Italia oleh petugas di Hawksburn. Siapa pria yang seorang lagi? Hornbuckle minta bertemu lagi dengan Singer. 

"Bagaimana?" tanya Singer.

"Lumayan. Hampir dua juta." 

Singer bersiul. 

"Anda tidak tahu?" 

"Memang Anda tak menghitungnya dulu sebelum mengirimkannya ke tempat penitipan?"

Singer tertegun. 

"Sebelum saya kirim ke penitipan?" 

Singer terpaksa mengaku juga tetapi ia minta polisi tidak mengusik keluarga kakaknya, sebab mereka tidak tahu-menahu. 

"Milik teman Anda yang bersama-sama pergi ke Hawksburn?" tanya Hornbuckle. Singer kaget. Setelah didesak ia mengaku temannya itu bernama Petros Lyberakis. 

Katanya, mereka pernah bekerja sama dalam bisnis kulit domba dan percetakan. Sekarang Petros bekerja di konsulat Yunani, karena bisnis percetakan mereka habis terbakar.

"Kalian mencetak uang di sana?”

“Tidak. Percetakan itu sudah lama terbakar, mungkin setahun lebih." 

Petros itu pelukis dan pernah belajar desain. 

"Hebat," kata Hornbuckle. "Pernah jadi pengusaha percetakan, pernah belajar desain, seniman, dan pelukis!" 

Singer akhirnya terpaksa mengaku bahwa Petros Lyberakis itu masih punya uang palsu di rumah orang tuanya. Alamat ayah Petros ia tahu.

 

Isinya kulit buku

Polisi mendatangi alamat itu. Sebelumnya keterangan tentang Petros Lyberakis dikumpulkan dulu. Pria berusia 26 tahun itu lahir di Athena, tetapi besar di Australia dan kini mahasiswa tahun keempat di jurusan arsitektur. 

Ia bekerja paruh waktu di konsulat Yunani sebagai penasihat kesejahteraan dan keuangan imigran baru. Ia belum pernah berurusan dengan polisi. Apartemen Lyberakis dan rumah orang tuanya diamati berbareng. 

Hari Minggu itu, pukul 13.00 lewat sedikit, Lyberakis diketahui meninggalkan apartemennya dengan mobil dan pergi ke rumah orang tuanya. Hornbuckle dan dua detektif lain mendatangi rumah itu.

Hornbuckle minta bertemu dengan Petros. Petros segera mengerti, tetapi ayahnya bingung. Mereka segera ke garasi. Di belakang tumpukan majalah dan koran ada koper besar. Petros diminta membukanya. 

Di bawah tumpukan majalah ada dus-dus karton. Polisi menggali lebih dalam. Dari dus yang di bawah, ditemukan lembaran uang dolar AS yang masih baru, pecahan 20 dolar. 

"Petros!" teriak Lyberakis tua dengan terkejut.

Kata Petros, ia tidak tahu ada uang di situ. Katanya, temannya tidak punya tempat di rumah dan menitipkannya kepadanya.

"Siapa teman Anda?" Petros tidak mau memberi tahu. 

"Nicky," jawab ayahnya. Petros mendelik. 

"Siapa itu Nicky?" tanya Hornbuckle. 

"Saya tidak mau kalau disalahkan," kata Lyberakis tua kepada Petros.

Sang ayah kemudian berbicara dengan Hornbuckle. "Dia bilang koper itu dari Nicky, Nicky Kypraios. Petros dan dia…”

"Kami cuma teman," potong putranya. "Dia seorang seniman. Kami sering bekerja sama."

"Petros mau melakukan apa saja untuk Nicky," kata ayahnya. "Ia menolong Nicky dalam semua…”

"Papa berhenti," kata putranya memotong. "Kata Nick, ada pelanggannya meninggalkan koper ini di tempatnya. Karena ia tidak punya tempat, ia minta saya ...."

"Bagaimana sih? Tadi koper ini milik Anda, lalu milik teman Anda, sekarang milik orang lain lagi, yang tidak diketahui siapa."

Diperkirakan isi koper itu AS $ 2 juta atau lebih.

 

Mau menerbitkan majalah

Ini bukan main-main. Siapa itu Nick Kypraios?

Karena Petros tidak mau memberi tahu, ayahnya mengancam akan memberi tahu. Ternyata Nick Kypraios pelukis dan menguasai cetak-mencetak!

Markas besar dihubungi untuk mengangkut uang palsu yang ditemukan. Dua detektif membawa Petros Lyberakis ke apartemennya sendiri untuk menggeledah.

Sementara itu Hornbuckle mengumpulkan keterangan mengenai Kypraios dari ayah Petros. Kypraios baru datang beberapa tahun yang lalu dari Yunani. la dianggap pelukis yang mempunyai harapan besar dan pernah mengadakan pameran sekali di Melbourne. 

Petros yang bekerja sambilan di konsulat, merasa tertarik pada Kypraios dan menolongnya menjualkan sejumlah lukisan.

Kemudian mereka berdua berniat menerbitkan majalah untuk orang Yunani - Australia. Karena Kypraios hampir tidak bisa berbahasa Inggris, Petros-lah yang mengurus semuanya: menyewa gedung, mencari mesin-mesin pencetak, dsb. 

Percetakan mereka itu namanya Icono Graphics. Tetapi entah mengapa, majalah itu tidak pernah muncul.

Dua detektif yang menggeledah apartemen Petros Lyberakis tidak menemukan buku alamat yang memuat nama-nama: Charalambeas, H ... Gilbert, Roger ... Singer.

Dari flat Petros Lyberakis mereka dijemput oleh detektif senior Sersan Trewhitt, untuk pergi bersama-sama Petros ke Percetakan Icono Graphics. Rumah no. 14 di Greenwood Street itu terletak di antara pabrik-pabrik kecil dan gudang. Semua pintunya digembok. Pagar besinya juga.

"Saya sudah bilang, hari Minggu dia tidak ada di percetakannya," kata Petros.

"Di mana rumahnya?" tanya detektif. Dengan enggan Petros menyebutkan alamat yang ternyata tidak jauh dari sana. Ketukan di pintu segera dijawab oleh seorang pria berumur sekitar 30 tahun. Ternyata ia cuma paham bahasa Inggris sedikit. Ia mengerti juga ketika diajak ke Icono Graphics.

Di sana para detektif menemukan ruangan yang bau tinta dan kertas yang berserakan. Di dinding bertumpuk dus karton berwarna kelabu, seperti yang didapati di garasi Lyberakis dan di tas yang dititipkan di Ferrari's. Para ahli forensik masuk dan Trewhitt menanyakan kepada Kypraios, "Di mana peralatan cetak Anda?"

"Sudah diambil kembali," jawab Petros Lyberakis mewakili. 

"Kapan? Oleh siapa?" 

"Kemarin, oleh pemiliknya."

"Siapa mereka?" 

"Seligson and Clare di Bou-verie Street, Carlton." 

Katanya, karena Nick tidak bisa memenuhi pembayaran, penjual mengambil kembali mesin cetak itu. Padahal setelah dihitung uang palsu pecahan 20 dolaran yang ditemukan di tempat Kypraios itu jumlahnya AS $ 4.134.940.

Lyberakis dan Kypraios ditahan. Berapa uang kertas palsu yang mereka cetak? Yang sudah diperoleh polisi jumlahnya AS $ 4.235.020.

Seligson and Clare sama sekali tidak menyangka mesin yang diambil kembali oleh mereka itu dipakai mencetak uang palsu. Polisi diperbolehkan memeriksanya. Kebetulan belum dibersihkan jelas tampak bekas pencetak uang palsu 20 dolaran, namun pelatnya yang dipakai mencetak uang itu sudah tidak ada.

 

Reklame harus menantang

Kypraios diperiksa dengan bantuan seorang penerjemah. Orang Yunani itu diperlakukan dengan simpatik, sebab kentara betul ia cemas dan menyesal tanpa dibuat-buat.

Kypraios mengaku memiliki percetakan kecil ketika masih di negerinya. Ia juga pelukis yang sudah berpameran berkali-kali di Athena dan tempat-tempat lain di Yunani. Tahun 1971 lukisannya sudah sampai di AS. 

Namun, keadaan politik merugikan sumber nafkahnya, yaitu percetakan, sehingga ketika mendengar kesempatan terbuka untuk mencari penghidupan yang lebih baik di Australia, ia membawa istri dan anaknya ke negara Kanguru itu bulan Maret 1972.

Akhir tahun itu ia mendengar dari temannya bahwa Petros bisa menjualkan lukisan. Petros kemudian datang ke rumahnya bersama seorang pemahat Italia dan seorang Australia, John Singer. Petros terkesan oleh sekitar 60 lukisan yang diperlihatkan Kypraios dan berjanji mencarikan pembeli dengan komisi 25%. 

Awal 1973 Petros membujuk Kypraios agar meninggalkan kerja tetapnya dan bekerja sama dengannya menerbitkan majalah bagi masyarakat Yunani di Australia. Petros yang mencarikan tempat di 14 Greenwood Street dan mengurus segalanya. Namun, usaha itu macet karena tidak ada modalnya, sedangkan Kypraios sudah telanjur berhenti bekerja.

Karena simpanan Kypraios makin menyusut, istri dan anaknya dikirim kembali ke Yunani.

Saat itulah Petros memberi tahu bahwa mereka mendapat cukong untuk membuat majalah. la kenal banyak orang berduit, antara lain pengusaha pabrik pakaian. Mereka mencari mesin. Sumbangan dari cukong dimasukkan ke bank atas nama Kypraios dan Kypraios yang menandatangani pembelian macam-macam.

Kata Petros, reklame mereka harus mampu menarik perhatian orang. Ia berniat membuat selebaran yang bentuk dan rupanya mirip sekali uang, tapi cuma salah satu sisinya saja yang dicetak. Sisi lainnya berupa iklan dari produk mereka.

"Kata Petros, kalau orang melihat uang tergeletak, mereka pasti akan memungutnya, dan kalau uang itu dibalik, mereka akan membaca iklan kami," cerita Kypraios lewat penerjemah.

Selebaran berbentuk uang itu akan meniru dolar AS, sebab kalau dolar Australia mereka bisa berurusan dengan yang berwajib. Kemudian Petros datang membawa John Singer, yang menunjukkan lima lembar uang Amerika pecahan 20 dolaran yang masih baru. 

Ini untuk pertama kalinya Kypraios melihat dolar AS. la merasa sanggup membuat seperti yang diminta, asal boleh mengadakan percobaan dulu.

Ketika hasilnya bagus, Petros dan Singer membujuk Kypraios untuk membuat uang palsu. Kypraios tidak mau, tetapi Petros mendesaknya. Akhirnya, Kypraios menyerah juga.

 

Sisanya di mana?

Ia membuat uang palsu sebanyak 74 dus atau AS $ 12 juta! Para detektif kaget. Yang ditemukan baru kira-kira sepertiganya. Mana yang dua pertiga lagi?

Ketika ditanya lebih lanjut, Kypraios menyatakan bahwa yang menyediakan dus itu ialah Petros. Yang memasukkan uang ke dus itu ia sendiri dibantu oleh Singer. Sejak itu (pertengahan November) ia tidak pernah melihat Singer lagi.

Kemudian Petros memperlihatkan surat dari Seligson and Clare kepadanya yang menyatakan mereka akan mengambil kembali mesin-mesin, karena dana yang mereka peroleh dari seseorang bernama Charlie katanya sudah habis, sehingga mereka tidak bisa melunasi pembayaran mesin-mesin itu. Kypraios tentu saja bertambah risau. 

"Anda pernah melihat Charlie?" tanya detektif.

"Ya. Ia datang beberapa kali ke percetakan. Orangnya sangat gemuk, umurnya sekitar 40-an. Ia mengendarai mobil besar berwarna hijau. Saya ingat pelatnya bertuliskan LBJ. Sama seperti inisial mantan presidan Amerika." 

"Anda tahu nama belakang Charlie?" 

"Zukas, kira-kira seperti itu." 

"Anda pernah berkata bahwa seorang pengusaha pakaian mungkin juga salah seorang cukong yang membiayai usaha Anda ketika bermaksud mendirikan majalah. Anda tahu dia?" 

"Yang saya tahu, ia teman keluarga Petros. Saya tidak pernah bertemu dengannya. Ia orang Yunani juga. Kalau tidak salah namanya Pappas." 

"Kini tentang pelat untuk mencetak uang. Apa pelat itu masih ada di mesin?" 

"Tidak, sudah diambil Petros." 

"Kapan? Dikemanakan pelat-pelat itu?" 

"Beberapa tahun yang lalu. Mungkin untuk dimusnahkan." Seperti Petros Lyberakis, Kypraios pun ditahan secara resmi. 

Sekarang yang berwajib berniat melacak sisa uang yang belum ditemukan. Apakah uang itu masih ada di Australia atau sudah dibawa ke luar negeri?

 

Ternyata anak jutawan 

Polisi mencari Charlie Zukas. Ternyata orang yang memenuhi gambaran yang diberikan oleh Kypraios ialah Charlie Zuker, pemilik mobil sedan hijau besar yang pelat nomornya bertuliskan LBJ. Ia seorang eksekutif bisnis berumur 45 tahun. Ia tidak pernah tercatat melakukan kejahatan. 

Dari buku alamat yang dijumpai di flat Petros Lyberakis, ditemui nama Zuker, C. dan nomor telepon, tetapi bukan nomor yang terdapat di buku telepon resmi. 

Polisi juga menemukan nama Pappas, K. beralamat di Brunswick di buku alamat itu. Detektif Rex Hornbuckle menelepon ayah Petros. Michalis Lyberakis selalu bersedia membantu polisi, karena ia ingin meringankan kesalahan anaknya.

Ia tidak kenal Charlie Zuker, tetapi Jack Pappas teman baiknya. Pappas mengusahakan pabrik piama. Pappas itu nama aslinya Kyiakos Papadimitripoulos, terlalu sulit untuk diucapkan lidah Australia, jadi ia ganti nama menjadi Jack Pappas. 

"Mustahil Jack membantu putra saya berbuat jahat?" tanya Lyberakis tidak berdaya.

Rumah Zuker diketahui seperti istana. Maklum ia jutawan. Ia juga dermawan, sering memberi sumbangan pada seniman dan mempunyai galeri: Bartoni International Gallery. 

Ia memiliki pula teater dan koleksi prangko yang nilainya ditaksir di atas seperempat juta dolar. Selain pengusaha bangunan dan pemilik pabrik kulit, ia juga menjadi direktur pelbagai perusahaan.

Jack Pappas juga cukup kaya. Ia datang dari Yunani pada umur 25 tahun dan mulai mencari nafkah dengan membuka toko pakaian. Kini ia pengusaha pabrik pakaian yang makmur.

Menurut Singer, gagasan membuat uang palsu dari Petros yaitu pada pertengahan tahun 1973. Cuma modalnya tidak ada. Singer tidak punya uang kontan untuk membiayainya. Jadi, Singer menyarankan Alan Wray. Wray berminat. 

la menjual cincin intan yang diperolehnya di Afrika Selatan dan memberi 5.500 dolar kepada Singer untuk diserahkan kepada Petros.

Kemudian Singer memperkenalkan Charlie kepada Petros, tetapi katanya, Petros sendiri yang minta modal kepada Charlie untuk membuat majalah. Ketika tahu Petros membuat uang palsu, Charlie malah memberi modal lebih banyak lagi!

Pappas, menurut Singer, memberi modal pula ketika Petros menyatakan ingin membuat majalah untuk masyarakat Yunani di Australia.

Singer dilepas lagi, karena polisi merasa masih perlu bantuannya.

 

Hanya satu sidik jari ditemukan

Sementara itu Hornbuckle menerima telepon dari ayah Petros. Kata Michalis Lyberakis, ia menanyakan kepada Pappas, perihal yang diberikan Pappas kepada putranya untuk bisnis percetakan. Pappas bilang, sebetulnya ia tidak berminat menanam modal pada usaha percetakan, tetapi demi anak teman baiknya ia mau memberi modal. 

"Ke mana saja anak itu?" tanya Pappas kepada Lyberkis. "Sudah lama saya tidak mendengar tentang bisnisnya. Ia tidak pernah menghubungi saya sejak menitipkan dua peti majalah, entah di pabrik saya sebelum Natal. Suruh dia ambil. Saya perlu tempat untuk barang lain."

Begitu mendengar laporan Michalis Lyberakis itu, Hornbuckle menyuruh orang-orangnya mendatangi Pappas. Dalam dua peti itu (Pappas tak punya kuncinya) ditemukan 39 dus berisi uang kertas pecahan 20 dolar AS sejumlah AS $ 6.075.840! 

Dua dus itu isinya tidak utuh. Kurangnya kira-kira AS $ 200.000. Yang AS $ 100.000 lagi entah ke mana. Pappas terbengong-bengong dan merasa dikhianati Petros.

Rumah Zuker pun tentu saja didatangi. Zuker pura-pura tenang. Ia menyangkal, tetapi polisi mengajaknya menyaksikan mereka menggeledah salah sebuah lemari besi Zuker yang paling besar di bank, yaitu yang terdapat di Australia and New Zealand Bank Corporation (ANZ). 

Ditemani manajer bank dan para detektif, Zuker diminta membuka kotak-kotak yang ada di dalam lemari besi itu. Tidak ada apa-apa. Tetapi masih ada dua koper kecil di sudut, yang memakai monogram CZ. Ketika diminta membuka juga koper itu wajah Zuker berubah.

"Itu titipan teman," katanya. 

"Teman yang inisialnya CZ juga?" tanya polisi. 

Isi kedua koper itu 9 dus uang kertas 20 dolaran, jumlahnya AS $ 1.456.980. Jadi, jumlah uang palsu yang sudah ditemukan di Melbourne AS $ 11.667.760. 

Menurut Zuker, 9 dus itu diberikan kepadanya oleh Petros menjelang Natal.

Temuan-temuan itu lantas diberitahukan kepada Interpol. Sementara itu di Melbourne para detektif mendesak Singer lagi. Singer mengaku tidak tahu di mana pelat-pelat bekas mencetak uang.

"Tanya saja Petros. Dia yang merencanakan segalanya," katanya. 

"Lucu. Petros bilang tanya saja Anda," kata polisi.

Akhirnya, Singer mengaku membantu Petros menyemen pelat-pelat itu. Lalu membawanya ke jembatan di Sungai Yarra dan mencemplungkannya. Siapa tahu nanti bisa diangkat lagi untuk dipakai kembali ....

Tanggal 13 Februari 1974, suatu tim penyelam dari SAR berhasil mengangkat lempengan beton dari Sungai Yarra. Ketika semennya dipecahkan di laboratorium forensik, ditemukan 48 pelat. 

Para ahli dari Reserve Bank mencocokkan pelat itu dengan uang palsu 20 dolaran buatan Kypraios. Sidik jari dicari juga. Tidak ada. Hanya pada satu pelat ditemukan sidik jari Nick Kypraios

Kemudian diketahui John Singer pernah mengirimkan paket kepada temannya, Veera Thong Thang, di Bangkok, Thailand. Temannya menerima kiriman itu bulan Januari 1974. 

Singer didesak lagi. Seorang detektif membawanya ke Bangkok, dari Veera mereka memperoleh AS $ 131.740. Jadi dari AS $ 12 juta, yang belum ditemukan hanya beberapa lembar lagi.

Alan Wray dan Roger Gilbert diadili di Zürich pada bulan September 1974. Jadi, kira-kira 9 bulan setelah tertangkap. Keduanya dinyatakan bersalah. Gilbert dijatuhi hukuman 14 bulan penjara, Wray 18 bulan. Keduanya kemudian harus meninggalkan Swiss dan tidak boleh kembali selama 10 tahun.

Di Melbourne, 14 bulan setelah ditahan, Charlie Zuker, Jack Pappas, Nick Kypraios, dan Petros Lyberakis diminta muncul bersama di pengadilan tanggal 7 April 1975. Ternyata Petros Lyberakis sudah kabur dua minggu sebelumnya. Interpol di seluruh dunia dikabari supaya siaga.

Charles Zuker menyewa dua pengacara untuk melakukan pengejaran pribadi terhadap Petros.

Charlie Zuker dinyatakan bersalah, karena terlibat pencetakan dan pengedaran uang palsu dengan maksud menipu. la dijatuhi hukuman lima tahun penjara.

Jack Pappas dibebaskan. Nick Kypraios terbukti bersalah mencetak uang dengan maksud menipu. Untuk dua kesalahan itu masing-masing ia menerima hukuman tiga tahun penjara. 

John Singer, informan polisi, tidak diadili. Petros Lyberakis, tetap tercantum namanya dalam arsip Interpol sebagai orang yang harus dicari secara aktif.

(Edward Keyes)

" ["url"]=> string(65) "https://plus.intisari.grid.id/read/553304478/ternyata-dolar-palsu" } ["sort"]=> array(1) { [0]=> int(1654265346000) } } }