array(1) {
  [0]=>
  object(stdClass)#49 (6) {
    ["_index"]=>
    string(7) "article"
    ["_type"]=>
    string(4) "data"
    ["_id"]=>
    string(7) "3350809"
    ["_score"]=>
    NULL
    ["_source"]=>
    object(stdClass)#50 (9) {
      ["thumb_url"]=>
      string(113) "https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/750x500/photo/2022/06/29/bukan-pembunuh-mertua_jesse-blom-20220629073507.jpg"
      ["author"]=>
      array(1) {
        [0]=>
        object(stdClass)#51 (7) {
          ["twitter"]=>
          string(0) ""
          ["profile"]=>
          string(0) ""
          ["facebook"]=>
          string(0) ""
          ["name"]=>
          string(13) "Intisari Plus"
          ["photo"]=>
          string(0) ""
          ["id"]=>
          int(9347)
          ["email"]=>
          string(22) "plusintisari@gmail.com"
        }
      }
      ["description"]=>
      string(150) "Arthur dan Venita Gueswelle ditemukan tewas tertembak. Kasusnya sempat menemui jalan buntu, hingga 17 bulan kemudian putranya mengalami hal yang sama."
      ["section"]=>
      object(stdClass)#52 (7) {
        ["parent"]=>
        NULL
        ["name"]=>
        string(8) "Kriminal"
        ["description"]=>
        string(0) ""
        ["alias"]=>
        string(5) "crime"
        ["id"]=>
        int(1369)
        ["keyword"]=>
        string(0) ""
        ["title"]=>
        string(24) "Intisari Plus - Kriminal"
      }
      ["photo_url"]=>
      string(113) "https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/945x630/photo/2022/06/29/bukan-pembunuh-mertua_jesse-blom-20220629073507.jpg"
      ["title"]=>
      string(21) "Bukan Pembunuh Mertua"
      ["published_date"]=>
      string(19) "2022-06-29 19:35:21"
      ["content"]=>
      string(27325) "

Intisari Plus - Arthur dan Venita Gueswelle ditemukan tewas tertembak di ruang keluarga rumahnya.  Kasusnya sempat menemui jalan buntu, hingga 17 bulan kemudian putranya pun mengalami hal yang sama. Apakah motif pembunuhan keluarga ini?

------------------

Pasangan suami-istri gaek dan kaya raya itu ditemukan tergeletak tak bernyawa di ruang keluarga. Tepatnya, Arthur dan Venita Gueswelle terbunuh tanggal 3 November 1977 di kediaman mewah mereka di daerah pertanian Edwardsville, AS. Keduanya tampak masih berpakaian lengkap dan tidak tampak dianiaya ataupun dicekik. Anehnya, tidak tampak tanda-tanda bahwa mereka melawan. 

Posisi mereka tertelungkup, mukanya menghadap ke lantai. Ternyata Venita terkena tiga tembakan pada kepala bagian belakang, sedangkan suaminya dua tembakan pada bagian yang sama.

Menyaksikan pembunuhan ini para detektif tampak terheran-heran. Pasalnya, tidak tampak sang Pembunuh masuk dengan paksa. Maka hampir pasti para korban mengenal sang Pembunuh sehingga mengizinkan mereka masuk ke rumah. Namun, belum ada saksi mata yang bisa ditanya. 

Para tetangga di sekitar rumah mereka pun tidak tahu-menahu apakah ada orang yang masuk-keluar rumah itu pada malam terjadinya pembunuhan.

Dugaan sesaat, motif pembunuhan adalah perampokan. Namun tidak ada barang berharga yang diambil, bahkan dompet dalam saku celana Arthur pun masih utuh!

Para penyidik berusaha mengecek ke sanak saudara, kerabat, serta orang-orang yang mengenal pasangan tua di daerah pertanian tersebut. Ternyata, tak seorang pun dapat menyebutkan motif di balik pembunuhan tak berperikemanusiaan tersebut. Terpaksalah, penyidikan dihentikan untuk sementara, sambil bekerja lebih keras meneliti peluru yang menembus korban.

 

Anaknya pun dibunuh

Namun, 17 bulan kemudian para detektif kembali dikejutkan oleh pembunuhan berikutnya. Si korban ternyata Ronald, putra pasangan Gueswelle. la dibunuh tengah malam dalam perjalanan pulang ke rumahnya di St. Louis, dari kantornya, sebuah perusahaan minyak di Wood River, tanggal 31 Maret 1979. 

Berita tentang orang hilang disampaikan ke polisi pagi harinya. Ronald dikenal sebagai bapak yang baik dari tiga anak, dan pekerja yang rajin. Sebab itu tampaknya tidak ada alasan kenapa ia dimusuhi.

Baru empat hari kemudian, polisi menemukan tubuh Ronald tergeletak tanpa nyawa di jok belakang mobilnya, di sebuah tempat parkir, dekat sebuah motel di East St. Louis. Bagian kiri kepalanya hancur terkena pukulan benda tumpul, dadanya tertembak.

"Pasti ia tidak dianiaya dalam mobil tersebut," kata seorang penyidik. Melihat jumlah darah dan bukti-bukti fisik, mereka berpendapat, Ronald dibunuh di tempat lain, mayatnya ditaruh sebegitu saja di jok belakang mobil, lalu mobil diparkir di tempat ia ditemukan.

Mengenai motifnya, pertama diduga perampokan. Tapi berdasarkan pengecekan ulang, mereka jadi ragu. "Hari itu Gueswelle memang bekerja lembur di kantor. Namun kalau ia langsung pulang, paling tidak pukul 23.00 sudah sampai rumah," demikian pendapat mereka.

Orang yang kenal baik dengan Ronald Gueswelle menambahkan, "Bukan kebiasaan Ronald memberi tumpangan orang di jalan. Malah ia pernah mengatakan, amat bodoh kalau orang mau memberi tumpangan kepada orang asing, apalagi di tengah malam."

Ada kemungkinan, seseorang menyetopnya di tengah jalan atau saat lampu merah, langsung meloncat masuk ke mobil yang tidak terkunci. Tapi dugaan ini pun disangkal. Alasannya, Ronald punya kebiasaan rutin untuk selalu mengunci pintu mobil sebelum menjalankan kendaraan.

 

Warisannya besar

Para penyidik kasus kematian Ronald Gueswelle kemudian menghubungi penyidik kasus kematian orang tuanya, kalau-kalau ada kaitannya. Sementara itu para detektif yang meneliti segala kemungkinan motif di balik pembunuhan pasangan gaek itu belum menemukan kunci penyebabnya. 

Hanya saja mereka tahu, pasangan tua ini meninggalkan sebidang tanah yang cukup luas dan mewariskan kepada Ronald sebagian dari tanahnya yang bernilai AS $ 500.000.

Di samping warisan berupa uang dan tanah, Ronald Gueswelle ternyata juga berhak atas polis asuransi senilai AS $ 193.000. Maka dengan meninggalnya pasangan Gueswelle tua ditambah Ronald, berarti kini Barbara, janda Ronald, menjadi wanita kaya raya.

Mungkinkah pembunuhan-pembunuhan ini berlatar belakang masalah harta? Hanya saja, hasil wawancara dengan orang dekat pasangan Ronald-Barbara mengungkap, tidak mungkin Barbara tega membunuh ataupun menyewa pembunuh untuk menghabisi suaminya. 

"Barbara ibu ideal. Dengan suaminya tidak pernah punya masalah perkawinan, malah keluarga mereka dipandang ideal," pendapat mereka. Apalagi hidup Barbara sudah lebih dari cukup. Rasanya tidak masuk akal kalau ia tega membunuh suami hanya demi warisan sebidang tanah bernilai AS $ 500.000.

 

Narapidana mengaku

Dua tahun berlalu, penyidikan belum mengalami kemajuan, walaupun usaha para detektif sudah maksimal. Mereka belum menemukan tempat Ronald Gueswelle dibunuh. Demikian pula motif pembunuhan orang tuanya.

Barbara kemudian menikah lagi. Bersama suami barunya serta ketiga anaknya ia lalu pindah ke Glen Carbon. Sepertinya misteri tiga pembunuhan yang membingungkan ini tidak bakal terpecahkan.

Tak dinyana tiba-tiba muncul perkembangan baru. Andre Jones (29) dipenjara karena kasus dua pembunuhan di St. Louis dan sedang naik banding atas hukuman mati, mengaku sebagai pembunuh Ronald Gueswelle.

"Kekasih saya menjemput dan mengajaknya ke sebuah motel untuk bercinta. Saat mereka di ruang tidur, saya pura-pura masuk dan berniat merampoknya. Ketika ia melawan, saya pukul kepalanya. Karena Ronald melawan kembali, saya tembak dadanya," akunya. Jones mengaku, meletakkan jenazah korban di jok belakang mobilnya dan membawa ke tempat korban ditemukan.

Kini setidaknya satu misteri pembunuhan telah terpecahkan. Namun, para detektif belum sepenuhnya percaya pada pengakuan tersebut.

 

Jones berbohong?

"Masih jadi pertanyaan besar, apa yang sebenarnya terjadi," kata seorang detektif, "Rasanya tidak masuk akal, karena Ronald bukan jenis pria yang gampang diajak wanita sembarangan. Apalagi dalam perjalanan pulang dari kantor."

Mendengar pengakuan Jones, para detektif langsung mengecek ke motel yang disebutkan. Para pelayan yang membersihkan kamar pagi setelah pembunuhan terjadi, tidak bisa mengatakan apakah memang ditemukan tetesan darah saat kamar dibersihkan.

Penjaga motel juga tidak dapat mengingat, apakah pernah melihat orang yang bisa disebut Ronald Gueswelle. Selain itu, tidak pula ditemukan nomor mobil tamu pada daftar motel yang cocok dengan nomor mobil Gueswelle. Nah!

Jones menambahkan, telah membuang pistol yang dipakainya untuk menembak korban ke sungai. Tapi ia tampak ragu menyebutkan sungai yang mana, jadi pencarian akan sia-sia.

Kemudian detektif berusaha menemui wanita tunasusila yang, diakui Jones, mengajak Ronald ke motel itu. Ternyata ia pun menyangkal pernah bersama Ronald, bahkan mengenalnya pun tidak.

Meski pada umumnya pelacur menyangkal orang yang pernah ditemui, tapi kali ini para detektif percaya pada perkataannya. Malah wanita itu heran, mengapa Jones mau mengaku sebagai pembunuhnya, padahal ia yakin tidak. la juga heran kenapa Jones mau melibatkan diri.

Seorang detektif berpendapat, "Mungkin seseorang menginginkan kasus Gueswelle cepat selesai. Jones 'kan sudah terlibat dua kasus pembunuhan, ditambah satu kasus pembunuhan lagi, toh akhirnya hukuman mati tiba juga."

Kini pertanyaannya, siapa yang mendekati Jones dan bagaimana mereka berhasil membujuknya untuk memberikan pengakuan tersebut? Menjawab pertanyaan ini, Jones kurang kooperatif. Ketika dituduh bahwa ia membuat pernyataan palsu, ia balas berkomentar, "Bagi saya sama saja, tidak ada untung-ruginya, apakah saya tertuduh atau tidak. Kalau Anda tidak percaya, silakan mempelajari kembali." 

Orang-orang yang pernah mengunjungi Jones kemudian diteliti. Orang-orang penjara yang pernah mengontaknya pun ditanya. Ternyata tidak juga diperoleh keterangan yang dapat menyingkap apakah Jones benar-benar membuat pernyataan palsu tentang kasus pembunuhan Ronald Gueswelle.

Kasus ini kembali menemui jalan buntu. Tidak ada gunanya langsung memutuskan hukuman mati pada Jones dengan tuduhan membunuh Gueswelle. Hukuman mati malah akan makin menutupi kasus sebenarnya.

Untunglah, setelah sekian lama, tiba-tiba ditemukan kunci yang mengantar dibukanya kasus pembunuhan Arthur dan Venita Gueswelle.

 

Menyewa pembunuh bayaran

Adalah Glennon Engleman Robert, mantan dokter gigi dari St. Louis, dan Robert W. Handy. Keduanya pembunuh bayaran. Mereka diadili dan dihukum gara-gara dua kasus pembunuhan di Missouri. Engleman menjalani hukuman 50 tahun penjara, sedangkan Handy, karena mau bekerja sama dengan para penyidik, hanya dijatuhi hukuman dua tahun ditambah 17 tahun karena penggelapan surat penting.

Saat senjata yang digunakan oleh Engleman diteliti, ternyata sama jenisnya dengan senjata yang dipakai untuk membunuh suami-istri Arthur dan Venita Gueswelle. 

Kemudian para detektif mewawancarai sejumlah orang yang mengenal dua korban tersebut. Namun, tak seorang pun tahu, apakah Engleman ataupun Handy pernah mengadakan kontak dengan korban.

"Kasus ini menyangkut pembunuhan bayaran. Pantas saja sampai begitu lama tidak terungkap," komentar seorang detektif. "Namun, kini saya yakin ada orang yang dapat mengungkapnya."

Para penyidik kembali mendesak Andre Jones. Ketika ditegaskan, pembunuhnya pasti bukan dia dan ia telah membuat pernyataan palsu, Jones tampak ingin menarik kembali pengakuannya.

"Siapa yang membayarmu untuk membuat pernyataan palsu?" tegas seorang penyidik kepada Jones. Jones bersikeras tidak mendapat bayaran untuk membuat pernyataan palsu itu. la hanya diancam, kalau tidak mau mengaku sebagai pembunuh Gueswelle, keluarganya akan disakiti.

"Siapa yang mengancammu," ia ditanya lagi.

Jones menyatakan tidak tahu, karena ancaman itu cuma didengar melalui selentingan di penjara. "'Kan tidak rugi kalau saya mengaku sebagai pembunuh!" tegas Jones.

Tapi para penyelidik tidak percaya pada yang dikatakannya. Mereka yakin Jones pasti tahu orang yang mengancam keluarganya. la terus didesak, "Apakah ia bernama Engleman atau Handy?”

 

Kuncinya di Handy

Jones bungkam. 

Desakan pada Jones untuk mengaku siapa yang membayar atau mengancamnya rupanya sia-sia. Namun kini para penyidik yakin, yang membayar pembunuhan suami-istri Arthur-Venita sama dengan yang membayar untuk membunuh Ronald Gueswelle. 

Satu-satunya orang yang sanggup membayar pembunuh bayaran, siapa lagi kalau bukan orang yang menginginkan kekayaan mereka. Maka, dakwaan berbalik pada Barbara Gueswelle, janda Ronald Gueswelle, yang mewarisi semua kekayaan keluarga itu.

Kini para detektif memusatkan perhatian pada Ny. Gueswelle, Engleman, dan Handy. Mungkin saja dua laki-laki itu diupah oleh Barbara untuk membunuh. Namun, sejauh ini belum ada orang yang menyatakan bahwa Ny. Gueswelle kenal dua orang itu.

Mengajukan tuntutan hukuman mati terhadap Engleman atas tuduhan membunuh suami-istri Gueswelle masih belum bisa dilakukan. Pasalnya, satu-satunya bukti cuma persamaan antara peluru yang dipakai Engleman untuk membunuh dua korban terakhir dengan yang untuk membunuh Arthur-Venita. 

Belum ditemukan saksi atas tiga pembunuhan tersebut. Sudah barang tentu, kalau Barbara Gueswelle dinyatakan terlibat dalam pembunuhan ini, ia pasti tidak begitu saja mau memberikan keterangan.

"Maka, jangan dulu dibawa ke pengadilan. Perkara ini masih belum jelas," komentar Prosecutor Trone, kepala detektif. "Kalau kita belum siap, perkara ini bisa menemukan jalan buntu."

"Ada satu jalan," usul seorang rekannya. "Handy 'kan baru dituduh bekerja sama dalam dua kasus pembunuhan, bukan sebagai pembunuhnya. Mungkin ia bisa dimintai keterangan. Dengan ditakut-takuti, kalau ia sampai ikut tertuduh dalam pembunuhan Gueswelle, ia bisa terancam hukuman seumur hidup, mungkin ia mau buka mulut. Kalau Handy mau buka mulut, besar kemungkinan dapat membantu menyingkap tabir ini"

Begitu mendapat izin pengadilan, para penyidik segera menemui Handy di penjara. Mereka mendesak Handy, apakah ia tahu Engleman adalah pembunuh Ronald dan dua orang tuanya. la juga ditanya, apakah dibayar oleh Barbara Gueswelle. Mereka ingin Handy menjadi saksi dalam pembunuhan ini.

"Apa untungnya bagi saya?" tanya Handy. "Tidak, kalian tidak bisa menyelesaikan kasus ini dengan saya".

“Tapi mungkin bisa mengubah nasib seumur hidupmu," desak seorang detektif.

Setelah berpikir sesaat, Handy mengatakan, "Oke, saya mau menjadi saksi dengan syarat kalau sampai saya terkena hukuman dengan tuduhan bekerja sama dalam pembunuhan tersebut, saya tidak mendapat hukuman tambahan."

"Yaah, sebenarnya ini bukan kerja sama yang baik, tapi karena kami ingin mendapat keterangan yang lebih jelas, terpaksa kami setuju," ujar seorang detektif.

 

Golden girl

Beruntung pengadilan menerima usulan Trone bahwa Handy tidak akan dikenakan hukuman tambahan, asalkan ia bersedia memberikan kesaksian yang benar.

"Saya mengenal Glennon Engleman hampir 30 tahun. Hubungan kami memang akrab," katanya. Sobatnya ini menemui Handy bulan Maret atau April 1976. la mengaku terus terang bakal memperoleh sejumlah besar uang. Handy kaget saat mantan dokter gigi mengatakan, ada wanita memintanya untuk membunuh suaminya, sebagai balas jasa ia akan dibayar tinggi.

Menurut Handy, ia telah memperingatkan Engleman untuk tidak melakukannya. Tetapi Engleman menolak, "Jangan khawatir. Soalnya, pembunuhan ini tidak dilakukan seketika." la telah menasihati wanita itu agar mengatur dulu polis asuransi suaminya. Tujuannya, untuk mendapatkan warisan yang lebih banyak. 

Namun, rencana semula ini berubah setelah ia mengetahui bahwa orang tua sang Suami kaya raya. Rencana berubah, mula-mula membunuh pasangan tua itu. Saat warisan sudah jatuh ke tangan sang Putra, barulah si Suami dihabisi. Dengan demikian, akan lebih banyak lagi harta yang jatuh ke tangan wanita itu.

"Nah, sekarang beralih ke wanita itu," tegas sang Detektif. "Siapakah dia sebenarnya?"

“Saya tidak tahu persis siapa perempuan ini. Tapi ia disebut-sebut sebagai Golden Girl. Saya tidak tahu maksudnya, apakah karena ia berambut pirang ataukah karena ia bakal menjadi wanita kaya-raya, disebut demikian," tutur Handy.

Handy menyatakan pula, pernah bertemu dengan Engleman bersama wanita itu, yang ternyata bernama Barbara Gueswelle.

"Bagaimana hubungan Engleman dengan Ny. Gueswelle? Apakah mereka memang akrab satu sama lain?”

Handy menggeleng. "Glen mengatakan, bila melakukan suatu pekerjaan profesional, tidak perlu mengenal baik siapa kliennya ataupun mengontak orang yang akan dihabisi sampai saat kita harus melakukan tugas."

Bagaimana cara wanita itu menghubunginya? Handy tidak begitu tahu. Hanya saja Engleman pernah mengatakan, wanita ini menginginkan kematian suaminya dan akan membayar tinggi untuk tugasnya tersebut.

 

Sesen pun belum terima

Tanggal 3 November 1977 tiba-tiba Handy dijemput Engleman untuk makan malam. "la mengajak saya untuk membantu membunuh sepasang orang tua," kata Handy.

"Apakah kamu bersedia membantunya?" Handy berterus terang, ia menuruti ajakan Glen karena takut disakiti. la khawatir kalau tidak menemani, dan andai kata Engleman sampai tertangkap, justru ia akan dituduh membocorkan rahasia. la bisa dibunuh. Para penyidik sebenarnya masih kurang percaya dengan obrolan ini, namun mereka terus menginterogasinya.

Selanjutnya, dengan mengendarai mobil bersama Engleman, ia menuju ke sebuah rumah di daerah pertanian dekat Edwardsville. Engleman mengatakan, ia akan masuk ke rumah itu dengan menyamar sebagai pegawai sebuah biro pertanian. 

Saat Engleman masuk ke rumah itu sambil membawa pistol warna keperakan kaliber .38, ia menunggu dalam mobil. Tidak lama setelah ia mendengar bunyi senjata, Engleman bergegas kembali dan masuk ke mobil. Handy menanyakan kepadanya, "Bagaimana hasilnya?"

Jawabnya, "Selicin sutera. Mereka sangat kooperatif. Begitu mereka tengkurap di lantai, langsung saya habisi."

Saat kembali ke St. Louis, Engleman yakin tidak akan ketahuan siapa pelaku pembunuhan itu, karena ia tidak menyentuh atau mencuri apa pun dari rumah tersebut. Bahkan dengan bangga ia menyatakan, "Ini adalah awal dari kejahatan besar saya. Uang asuransi yang bakal dikeluarkan berjumlah besar. Bila kita merencanakan dan melaksanakannya dengan baik, kita bakal kaya raya.”

"Engleman pernah minta maaf pada saya karena ikut melibatkan saya. la berjanji begitu uang asuransinya keluar, saya akan mendapat bagian," cerita Handy selanjutnya. Namun sampai saat ini sesen pun belum mereka terima, karena keburu masuk penjara.

Soal terbunuhnya Ronald Gueswelle, Handy bercerita, ia pernah diajak Engleman ke Wood River di mana Gueswelle muda bekerja di sebuah perusahaan minyak. la merencanakan untuk membunuhnya dalam perjalanan pulang ke rumahnya. Namun mereka membatalkan rencana ketika mendengar Gueswelle tidak masuk hari itu.

 

Barbara ditangkap

Tepat tanggal 31 Maret 1979, Engleman merencanakan kembali pembunuhan tersebut. "Hari ini saya akan membunuh Ronald Gueswelle. Pasti dia masuk karena hari ini gajian," kata Engleman.

Mereka dijemput Ny. Gueswelle di parkiran mobil sebuah daerah pertokoan Fairmont City, kemudian dibawa ke rumahnya. "Suami saya pulang terlambat. Tunggu saja di garasi," kata Barbara.

Benar juga, saat Gueswelle pulang pukul 23.00, begitu membuka pintu garasi, Engleman menembaknya. Melihat belum juga jatuh, ia memukul kepalanya dengan palu hingga tewas.

Engleman kemudian memanggil Ny. Gueswelle. Mereka berdua langsung membersihkan percikan darah dengan sejumlah handuk. Sesaat kemudian, Handy membantu Ny.Gueswelle mengangkat tubuh tak bernyawa itu untuk dibaringkan di jok belakang mobil. 

Saat mereka membawa pergi mayat Gueswelle, Ny. Gueswelle masih tetap sibuk membersihkan garasi dari percikan darah. Tetap dalam mobil, akhirnya tubuh tak bernyawa itu ditinggalkan di tempat parkir di St. Louise Timur, sampai ditemukan orang empat hari kemudian.

Menurut Handy, jasa menemani dalam pembunuhan tersebut belum juga dibayar. Karena, menurut Engleman, Ny. Gueswelle baru memberi sebagian uang pembayaran. Wanita itu berjanji akan melunasi pembayarannya begitu polis asuransinya keluar.

Selesai mendengar pernyataan Handy, para detektif mengeluarkan surat perintah penangkapan Barbara Gueswelle sebagai pembunuh tingkat pertama. Seketika para penyidik bergegas menuju Glen Carbon untuk menahan wanita tersebut.

 

Bukan pembunuh mertua

Ternyata tidak mudah untuk langsung menuduh Barbara sebagai perencana pembunuhan tersebut. Setiap kali bersaksi ia berkilah.

Memakan waktu sampai sekitar dua minggu bagi para pengacara untuk menghadirkan 90 saksi dan mengumpulkan 130 barang bukti ke hadapan enam anggota juri pria dan enam juri wanita. Bertindak sebagai hakim adalah P.J. O'Neal di pengadilan Madison County. Tuduhan terhadap Barbara Gueswelle adalah berkomplot dengan pembunuh bayaran untuk mengakhiri hidup suami dan mertuanya.

Si Terdakwa, wanita berambut pirang berusia 42 tahun itu, tampak tenang saat pengacara mengajukan pembelaan di hadapan para anggota juri. Pengacara F. Lee Bailey berusaha mengajukan kebebasan bagi kliennya, sebaliknya pengacara Prosecutor Trone berusaha menuntut hukuman.

Bailey mohon kepada para juri agar mempertimbangkan sikap para saksi yang sangat memberatkan kliennya. "Mereka itu penjahat yang seenaknya saja mengungkapkan kebohongan untuk menjilat hukum," tegas Bailey. "Tanpa kesaksian mereka, pengadilan sebenarnya tidak mempunyai bukti-bukti lain terhadap terdakwa. Kesaksian yang diungkapkan Andre Jones yang kemudian ditarik kembali pun perlu diragukan."

Saat mengungkapkan kesaksian Robert Handy, Bailey langsung menuliskan 29 hal yang tidak cocok dengan kesaksiannya. "Kesaksiannya memang sangat menarik perhatian Anda," tantang Bailey pula.

“Pasti Anda langsung berpikir, 'Alangkah berengseknya wanita ini'. Namun, begitu diteliti secara rinci, pasti Anda langsung meragukannya dan berpikir, 'Bagaimana Handy dapat merinci sedetail itu kalau ia tidak menyaksikan sendiri saat pembunuhan dilakukan," tambahnya.

Dalam pembelaan terakhir, Bailey memperingatkan agar para juri menyadari akibatnya bila sampai memberikan keputusan yang salah. "Tidak ada jalan lain kecuali membebaskan terdakwa, daripada menghukum seseorang untuk sesuatu yang tidak dilakukan," tegas Bailey.

Menanggapi apa yang diungkapkan Bailey, pengacara Trone menyanggah, "Ada seorang wanita yang dengan diam-diam merencanakan sesuatu dengan rapi terhadap mertua dan suaminya. Bagaikan sekuntum mawar yang mekar wangi, hatinya berbunga-bunga berhasil mengantongi AS $ 598.000."

Tentang kesaksian Handy, Trone mengatakan, "Bisa saja kesaksian Hardy dianggap tidak benar, tapi kita tidak bisa mengabaikan keterangan yang panjang itu. Tak mungkin semuanya tidak benar!"

Karena sampai pukul 22.00 para juri belum bisa memberikan keputusan atas dakwaan terhadap wanita tersebut, hakim O'Neal memutuskan menunda sampai keesokan harinya.

Saat para juri berunding keesokan harinya, sidang sudah penuh pengunjung yang ingin mendengarkan keputusannya. 

Saat Barbara bersaksi kembali, semuanya dengan tenang menyimak semua yang dikatakannya.

"Benarkah Anda merencanakan semua ini?" tanya Trone. 

"Tidak, saya mencintai suami saya," ia berkilah. 

"Bagaimana Anda menanggapi kesaksian Handy?" 

"Tidak, tidak, semuanya bohong!" teriaknya sambil menangis.

Sesaat kemudian, Engleman yang juga ada di ruangan itu sebagai saksi, tiba-tiba berdiri, "Semuanya benar, biarlah saya yang menanggung. Saya memang dibayar untuk membunuh suaminya. Tapi usul membunuh mertuanya datang dari saya.”

Akhirnya, "Barbara Gueswelle dinyatakan sebagai pembunuh suami, bukan pembunuh mertua."

Mendengar keputusan hukuman 20 tahun, Barbara tampak berlinang air mata. la tidak bisa berkilah lagi. Bailey, sang Pengacara, langsung menghiburnya, "Jangan khawatir, ini belum keputusan terakhir. Kita bisa naik banding." 

Glennon Engleman, sebagai tertuduh dalam tiga kasus pembunuhan, dikenai hukuman seumur hidup. Sedangkan Robert Handy yang dituduh berkomplot dalam pembunuhan, tidak mendapat hukuman tambahan, tetap 14 tahun. (Jack Heise)

 

" ["url"]=> string(66) "https://plus.intisari.grid.id/read/553350809/bukan-pembunuh-mertua" } ["sort"]=> array(1) { [0]=> int(1656531321000) } } }