array(1) {
  [0]=>
  object(stdClass)#49 (6) {
    ["_index"]=>
    string(7) "article"
    ["_type"]=>
    string(4) "data"
    ["_id"]=>
    string(7) "3304478"
    ["_score"]=>
    NULL
    ["_source"]=>
    object(stdClass)#50 (9) {
      ["thumb_url"]=>
      string(113) "https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/750x500/photo/2022/06/03/ternyata-dolar-palsu_pepi-stojan-20220603020834.jpg"
      ["author"]=>
      array(1) {
        [0]=>
        object(stdClass)#51 (7) {
          ["twitter"]=>
          string(0) ""
          ["profile"]=>
          string(0) ""
          ["facebook"]=>
          string(0) ""
          ["name"]=>
          string(13) "Intisari Plus"
          ["photo"]=>
          string(0) ""
          ["id"]=>
          int(9347)
          ["email"]=>
          string(22) "plusintisari@gmail.com"
        }
      }
      ["description"]=>
      string(145) "Dua orang pria berbelanja di sebuah toko besar dan membayar dengan dua lembar uang palsu. Ini menggiring polisi pada sindikat pembuat uang palsu."
      ["section"]=>
      object(stdClass)#52 (7) {
        ["parent"]=>
        NULL
        ["name"]=>
        string(8) "Kriminal"
        ["description"]=>
        string(0) ""
        ["alias"]=>
        string(5) "crime"
        ["id"]=>
        int(1369)
        ["keyword"]=>
        string(0) ""
        ["title"]=>
        string(24) "Intisari Plus - Kriminal"
      }
      ["photo_url"]=>
      string(113) "https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/945x630/photo/2022/06/03/ternyata-dolar-palsu_pepi-stojan-20220603020834.jpg"
      ["title"]=>
      string(20) "Ternyata Dolar Palsu"
      ["published_date"]=>
      string(19) "2022-06-03 14:09:06"
      ["content"]=>
      string(49754) "

Intisari Plus - Dua orang pria berbelanja di sebuah toko besar dan membayar dengan dua lembar uang pecahan 20 dolar. Setelah meninggalkan toko, kasir menyadari ternyata uang tersebut palsu. Ini menggiring polisi pada sindikat pembuat uang palsu.

-------------------------

Hari Sabtu, 29 Desember 1973, cuaca sangat cerah di Zürich, kota terbesar di Swiss. Di PKZ, sebuah toko besar yang menjual pelbagai perlengkapan pria di Bahnhofstrasse, dua orang pria yang tampaknya seperti orang Inggris, membeli sepasang sarung tangan kulit dan sehelai baju kaus. 

Mereka membayar dengan dua helai uang dolar Amerika pecahan 20 dolar. Namun, beberapa saat setelah kedua pembeli itu meninggalkan toko, kasir PKZ, Gustav Huber, merasa waswas. Ia sudah terbiasa memegang uang dan merasa dolar yang masih baru di tangannya itu mempunyai kelainan.

Cepat-cepat tetapi diam-diam ia menyatakan kecurigaannya itu kepada manajer toko, Walter Meier. 

"Lekas bawa ke Schweizerische Volksbank," perintah atasannya itu.

Huber minta rekannya menggantikannya sebentar, lalu ia pergi ke bank yang cuma terpisah beberapa rumah dari PKZ.

Ketika Huber kembali, ia memperlihatkan kedua lembar uang dolar itu yang kini sudah berlubang-lubang, yaitu tanda yang diberikan kepada uang palsu. Meier segera meminta Huber dan pembantu yang lain, Robert Sulger, untuk mencari dua orang Inggris yang tadi membelanjakan uang itu.

Setelah itu Meier menelepon polisi. Kurt Glanzmann, yang bertugas di bagian uang palsu, segera menyatakan akan datang ke PKZ.

Robert Sulger celingukan di luar mencari dua orang Inggris yang tadi masuk ke PKZ. la kebetulan ingat rupa mereka, karena berada dekat Huber ketika kedua orang asing itu membayar. Kedua orang itu tampak berdiri sejenak di depan pintu Toserba Jelmoli, lalu masuk. Sulger dengan berdebar-debar ikut masuk.

Di dalam toko mereka melihat-lihat barang seperti di PKZ. Kemudian mereka membawa belanjaannya ke seorang wanita pramuniaga dan bercakap-cakap dengan ramah. Sulger menarik napas panjang-panjang, lalu mendekati kedua orang itu.

"Maaf, Tuan-tuan," katanya dalam bahasa Jerman. la mengerti bahasa Inggris, tetapi tidak berani berbicara dalam bahasa itu. "Boleh saya berbicara sebentar?"

Kedua orang itu memandang Sulger. Yang umurnya barangkali 30 tahun, berambut tebal berwarna gelap. Yang seorang lagi kentara memakai wig. la pasti lebih tua.

Pria yang lebih muda menoleh kepada pelayan dengan senyum risi. "Mau apa sih dia?" tanyanya.

Wanita pramuniaga itu berbicara dalam bahasa Jerman dengan Sulger. Mula-mula Sulger ragu-ragu. Setelah ia memberi penjelasan, wajah wanita itu berubah. Ia menoleh kepada kedua laki-laki asing itu dan berkata dalam bahasa Inggris beraksen Jerman, "Ia dari Toko PKZ. Katanya, ada ... kesulitan dengan uang yang Anda pakai untuk membayar di sana. Ia minta Anda kembali ke PKZ bersamanya."

 

Dolar AS-nya dari Singapura

Kedua pria itu kini memandang Sulger. Sulger tersenyum. Dua pria itu berbisik-bisik sejenak. Akhirnya, ia berkata kepada Sulger, "Baiklah, kita ke sana. Kami tidak ingin meninggalkan kesan buruk di negara kalian."

Sepanjang perjalanan ke PKZ kedua pria itu bercakap-cakap dalam bahasa mereka tanpa perlu memelankan suaranya. Sulger menangkap kata-kata dollar, American, dan Singapore.

Begitu masuk pintu kaca PKZ, mereka segera berhadapan dengan empat pria berwajah serius. Gustav Huber berkata kepada Walter Meier, "Ya, merekalah orangnya." Segera kedua pria kekar bermantel kulit yang mengapit kasir dan manajer itu maju.

"Saya Sersan Glanzmann," kata pria yang seorang kepada dua orang asing yang masuk bersama Sulger itu. "Saya minta Anda menjawab beberapa pertanyaan kami."

Mereka dibawa Glanzmann ke luar. Di kantor polisi, keduanya mengaku bernama Alan Wray (40), seorang manajer bisnis, dan Roger Gilbert (30), pengusaha pabrik pakaian. Mereka meninggalkan paspor mereka di Hotel Chesa Rustica. Keduanya berkebangsaan Inggris, tetapi sudah lama tinggal di Australia.

Kedua kenalan lama itu terbang bareng dari Melbourne untuk bisnis sekalian berjalan-jalan. Zürich merupakan tempat persinggahan mereka yang pertama.

Dua orang polisi diutus oleh Glanzmann ke hotel itu. Sementara itu Glanzmann memperlihatkan dua lembar uang 20 dolaran yang dinyatakan palsu dan bertanya di mana uang itu mereka peroleh.

Wray menjadi juru bicara. Katanya, mereka terkejut sekali. Mereka berangkat dari Melbourne tanpa membawa uang dolar AS selembar pun. Ketika pesawat Qantas mereka berhenti di Singapura, mereka membeli cendera mata dan mendapat kembalian uang dolar Amerika. Mereka tidak curiga kalau uang itu palsu.

Yang mereka pakai di PKZ ialah sisa uang dolar yang mereka peroleh di Singapura.

 

Satu tas penuh

Cerita itu masuk akal. Glanzmann merasa kedua orang itu berbicara dengan sebenarnya. 

Tahu-tahu dua orang polisi yang dikirim Glanzmann ke Hotel Chesa Rustica minta berbicara dengan Glanzmann di luar ruangan. Mereka bukan hanya membawa dua paspor, tetapi juga dua tas kecil. Katanya, mereka memeriksa kamar no. 52 yang ditempati kedua orang asing itu. 

Di sebuah koper mereka menemukan tas kecil. Isinya bergepok-gepok uang kertas pecahan 20 dolaran yang masih baru. Di sebuah tas kecil lain mereka juga menemukan gepokan uang kontan yang sama. Jumlahnya semua 100.000 dolar.

Glanzmann masuk ke ruangan kembali dan membuka isi kedua tas kecil itu di hadapan Wray dan Gilbert. Keduanya terlihat kaget. 

Polisi Zürich lantas memberi tahu polisi federal di Bern, ibu kota Swis dan Interpol Swiss pun mulai beraksi. Kepala Kantor Pusat Anti Uang Palsu, Boris Wuthrich, menyampaikan uang palsu itu ke markas besar Interpol di St. Cloud, di luar Kota Paris, untuk dianalisis.

Wuthrich juga menelepon Atase Kedubes AS di Paris, Frank Levya. Levya mengirim orang ke Zürich untuk menyaksikan interogasi pada Wray dan Gilbert, sedangkan ia sendiri pergi ke St. Cloud untuk menyaksikan analisis uang palsu itu.

Di Zürich, Wray kini mengaku membawa uang dolar Amerika itu sejak dari Melbourne, tetapi bersikeras ia tidak tahu uang itu palsu. Katanya, uang itu titipan seorang teman yang ingin menghindari peraturan ketat Australia dalam hal penukaran. 

Teman itu ketika tahu Wray akan ke Eropa, lantas menitipkan uang itu untuk disampaikan kepada seseorang di Leeds, Inggris. Upah bagi Wray AS $ 5.000 dolar.

Wray tidak mau memberi tahu siapa nama temannya yang menitipkan uang itu.

"Sebenarnya bukan teman saya, tetapi teman dari teman saya. Namanya Robert. Bob. Itu saja yang saya ketahui tentang dia," katanya. 

"Siapa teman Anda yang berteman dengan orang itu?" tanya polisi Zürich.

Wray menggelengkan kepalanya. "Dia tidak turut campur," katanya. "Ia orang terhormat dan saya tidak mau membawa-bawa dia."

Kata Wray, ia betemu Robert di restoran. Robert menghampirinya. Sesudah minum-minum dan mengobrol Robert menyatakan maksudnya menitipkan uang.

 

Desertir

“Siapa orang yang harus Anda temui di Leeds?" tanya polisi. 

"Saya hanya diinstruksikan pergi ke Hotel Merrion, lalu meninggalkan pesan di sana."

"Mengapa Anda mau saja mempertaruhkan leher Anda dengan melakukan tindakan kriminal serius bagi orang yang hampir tidak Anda kenal?" tanya polisi tidak sabar. 

Wray mengangkat bahu. "Yang saya ingat hanya AS $ 5.000 itu. Saya bisa memanfaatkannya. Lagi pula kelihatannya mudah, hanya tinggal membawa satu tas ekstra. Saya mengubah persinggahan pertama dari Roma ke Zürich, karena menurut Robert, duanenya lebih longgar." "Tentu saja kami tidak pernah mengira akhirnya jadi begini," lanjutnya.

"Tentu saja tidak akan jadi begini, kalau Anda tak mencomot beberapa lembar uang titipan itu," celetuk seorang detektif.

Gilbert yang diperiksa kemudian kelihatan lebih ketakutan daripada Wray. Katanya, ia baru melihat lembaran uang 20 dolaran itu di Zürich. Ia mengetahui adanya persetujuan dengan Robert dari Wray ketika sudah berada di Zürich. 

Ia sendiri belum pernah bertemu dan tidak tahu siapa itu Robert. Ia percaya katakata Wray bahwa uang dolar itu asli dan Wray berjanji memberinya bagian dari uang itu kalau ia membantunya.

Gilbert menyatakan ia perlu uang, karena restoran yang diusahakannya di Melbourne bangkrut, dan ia terlibat banyak utang. Wray mengajaknya ke Eropa dengan gratis untuk melakukan bisnis, tetapi ia tidak tahu bisnis apa. Ia dijanjikan upah Aus. $500 -1.000 seminggu! Ia percaya pada Wray, karena pria itu kenalan lamanya.

Menurut ceritanya, mereka berangkat dari Melbourne tanggal 27 Desember dengan Qantas. Di Singapura mereka cuma menunggu di ruang transit. Di Roma mereka berganti pesawat dengan Swiss Air dan mendarat di Zürich tanggal 28 siang. 

Di hotel ketika Wray memperlihatkan uang begitu banyak dan mengambil beberapa lembar untuk belanja, ia sangat terkejut. Menurut Wray, tidak apa-apa sebab AS $ 5.000 dari uang itu merupakan bagiannya.

Tanggal 10 Januari 1974, kantor agen rahasia AS di Paris mengetuk kawat kepada Interpol Canberra untuk meminta keterangan perihal Wray dan Gilbert. Selain memberi gambaran mengenai kedua orang itu, agen rahasia juga menambahkan bahwa paspor Wray menunjukkan ia banyak bepergian, ia pernah tinggal beberapa waktu di Afrika Selatan, pernah ke AS tahun 1972, dan punya multiple-entry visa.

Menurut keterangan dari Canberra, sebagai pengedar uang palsu Gilbert pada tahun 1967 pernah melakukan desersi dan kabur ke Afrika Selatan. Ia kembali bulan November 1969 dan mendapat hukuman percobaan. 

Gilbert mengusahakan bisnis pembuatan pakaian pria yang lumayan hasilnya. Karena ambisius ia membuka pula sebuah kafe. Kafe itu gulung tikar lima bulan kemudian dan Gilbert terlibat banyak utang. Terakhir ia bekerja sebagai manajer kelab malam di sebuah hotel di Melbourne.

Alan Wray diketahui meninggalkan Australia menuju Afrika Selatan pada tahun 1967 juga.

 

Ucapan selamat tahun baru dari Zürich

Polisi Australia tidak tinggal diam. Pada akhir Oktober 1973 di Melbourne, polisi mendapat laporan bahwa akan beredar banyak dolar AS palsu. Namun, hal itu tidak terjadi. 

Laporan itu diulangi sebulan kemudian. Sekali ini polisi mendapatnya dari Dennis King, seorang pengusaha rumah judi gelap. Katanya, ia ditawari dolar palsu oleh John Singer.

John Maxwell Singer (33) merupakan kambing hitam dalam sebuah keluarga terkemuka di Melbourne. Belum lama polisi menggerebeknya dan menemukan sejumlah besar jade curian padanya. Singer bukan malingnya. Ia tukang tadah. 

Singer menjadi tahanan luar setelah membayar sejumlah uang jaminan. Polisi terus memata-matainya untuk bisa mengetahui keterlibatan yang dikatakan oleh Dennis King.

Ketika tiba berita tentang penangkapan Wray dan Gilbert di Zürich, Interpol Australia bertanya-tanya apakah kedua orang asal Melbourne itu ada hubungannya dengan Singer. 

Sersan Detektif Hornbuckle, yang pernah menahan Singer sehubungan dengan jade curian, ingat bahwa orang yang memberi laporan kepadanya menceritakan juga bahwa ia mendengar akan ada sejumlah kurir dikirim ke Eropa membawa uang palsu. 

Namun, hal itu tidak dikaitkan dengan Singer. Atasannya, Sersan Detektif Senior Austin (Aussie) Trewhitt, memerintahkannya mengadakan penyelidikan. Tindak-tanduk Singer pada akhir Desember diteliti. Tanggal 27 Desember 1973 ia diketahui mengantar dua orang dengan mobilnya ke Bandara Melbourne. 

Kedua temannya itu ditungguinya naik pesawat Qantas. Ternyata pesawat Qantas yang dimaksud ialah yang ditumpangi Wray dan Gilbert pada tanggal 27 Desember itu!

Apartemen Alan Wray pun didatangi. Kata para tetangganya, pria itu hidup sendirian, pergi dan pulangnya tidak menentu, sehingga tidak banyak yang tahu bahwa ia tidak pulang sejak akhir Desember.

Alamat yang diberikan oleh Gilbert kepada Interpol Zürich pun didatangi. Ternyata itu rumah orang tuanya. Kata mereka, sudah beberapa lama Roger tidak tinggal di situ lagi. Ia menyewa apartemen di South Yarra, bersama John Singer.

Orang tua Roger Gilbert sedih sekali waktu mengetahui anaknya ditahan. Mereka tidak curiga karena menerima kartu ucapan selamat tahun baru yang nadanya gembira dari putranya itu. Cap pos Zürich di kartu itu menunjukkan tanggal 31 Desember, jadi dua hari setelah Roger Gilbert ditahan.

Orang tua Roger tahu putranya bersahabat dengan Alan Wray, namun ternyata ia tidak memberi tahu mereka bahwa dengan Alan-lah ia akan pergi ke Eropa. Ia cuma bilang, akan pergi ke Eropa karena mendapat kesempatan baik mewakili sebuah sindikat bisnis. Katanya, semua ongkosnya ditanggung dan ia akan menerima upah besar. 

 

Janji bagi hasil  

“Apakah pada bulan-bulan terakhir ini Roger berubah?" tanya detektif. 

"Tidak ...," jawab Tuan Gilbert. "Tetapi sejak Roger tinggal di apartemen sendiri ia memang jarang datang." Tiba-tiba Gilbert ingat bahwa memang ada hal yang aneh. Ketika ia dan istrinya bermaksud mengantar putra mereka ke bandara, sang putra menolak dengan keras. 

Walaupun sudah melihat adanya kaitan yang mencurigakan, namun bukti belum cukup kuat untuk menuduh Singer. 

Sementara itu di Zürich, Gilbert berhadapan lagi dengan pemeriksanya. Kepada detektif Wray menyatakan Gilbert tahu sejak semula.

Kata Gilbert, ia baru tahu uang itu palsu setiba di hotel di Zürich. Wray membuka tas dan berkata, "Kelihatannya seperti asli, ya?" Ia kaget. Ia minta keterangan dari mana barang itu, namun Wray tidak mau memberi tahu.

Wray cuma mau menjelaskan bagaimana caranya mereka akan mengedarkan uang itu, yaitu dengan membeli mobil (dengan uang asli), lalu keliling Eropa sambil berbelanja dengan uang palsu. 

Dari kembalian uang palsu itu mereka akan mengumpulkan uang asli. Supaya banyak uang asli yang bisa mereka peroleh, mereka hanya akan berbelanja barang yang kecil-kecil. Perjalanan mereka akan diakhiri di London, dengan menyetorkan uang asli. 

Dari hasil itu Wray akan mendapat AS $ 5.000 dan Gilbert akan mendapat 10% dari uang asli yang berhasil ia kumpulkan.

Ia bersikeras tidak tahu siapa yang mengupah mereka untuk melakukan hal itu. Tiba-tiba seorang detektif berkata, "Coba ceritakan kepada kami tentang John Singer."

"John?" tanya Gilbert terkejut. "Ia teman saya, kami seflat di Melbourne. Mengapa?"

"Berapa lama Anda sudah mengenalnya?"

"Empat lima bulan. Alan memperkenalkan kami."

"Karena sudah berbulan-bulan seflat dengan dia, tentu Anda tahu sebagian kegiatannya, bisnisnya, dan kawan-kawannya."

Gilbert menyebutkan kegiatan dan usaha Singer yang legal, yang semua sudah diketahui polisi. la juga berkata, "John pernah berbicara tentang usaha yang ia miliki di luar negeri, di Timur Jauh. Mungkin di Thailand."

Kemudian polisi menggertak. Kata mereka, Singer terlibat urusan uang palsu ini. 

"John bilang begitu?" tanya Gilbert. "Saya tidak percaya!"

 

Dititipkan pada Ferrari’s

Polisi mencoba mendapat keterangan lebih banyak dari Alan Wray. Alan lain dengan Gilbert. Ia lebih sulit dikorek. Namun, ketika disebutkan nama John Singer ia terkejut. Ia minta didampingi seorang pengacara.

Interpol sibuk di Canberra, Bern, Paris, Washington, dan London, tetapi tetap saja tidak ada yang terungkapkan. Di Melbourne John Singer tidak berbuat yang bukan-bukan, di Zürich kedua tahanan tidak mau atau tidak punya lagi bahan untuk diceritakan.

Mungkin yang paling gigih ialah dua detektif dari Melbourne: Aussie Trewhitt dan Rex Hornbuckle. Keduanya berniat menggebrak Singer. Hornbuckle lantas minta bertemu dengan Singer, yang memilih tempat pertemuan di tepi danau di Albert Park.

" Ada urusan apa? Saya sudah tidak punya jade lagi," kata Singer. 

"Saya tahu. Sekali ini bukan urusan perhiasan." 

"Apa, dong?" 

"Duit," jawab Hornbuckle setelah memandang lawan bicaranya sejenak. Singer mengerutkan kening. "Coba bicara yang jelas." 

"Anda yang bicara. Apa yang Anda ketahui mengenai masalah uang dolar AS palsu lembaran 20 dolaran?" 

Singer tidak bisa menyembunyikan rasa terkejutnya. 

"Apa urusan saya dengan hal itu?" 

"Anda menawar-nawarkannya beberapa bulan yang lalu dan mencoba membentuk saluran ke luar negeri." 

Singer terdiam sejenak dengan gugup. 

"Ada orang yang minta saya menanyakan kepada orang-orang …”

"Siapa?" 

"Saya tidak mau bikin onar. Orangnya bukan saya. Saya cuma perantara. Ia minta tolong saya, karena saya punya ... kontak. Yang saya lakukan hanya ...." 

Singer didesak terus. Akhirnya, ia tidak bisa memungkiri bahwa ia mengantarkan Alan Wray dan Roger Gilbert ke bandara.

Menurut Hornbuckle, mereka mengaku disuruh oleh Singer. Singer tambah gugup. Ia memberi alasan bahwa Wray-lah biang keladinya. Ketika tahu mereka akan ke Eropa membawa uang palsu, ia membujuk mereka agar membatalkan niat itu. Ia bahkan berusaha membujuk sampai saat terakhir. Karena itulah ia sampai mengantar mereka ke bandara.

Ia hanya mengaku pernah mendengar dari kiri-kanan bahwa ada dua tas uang palsu disimpan di Ferrari's Transport Service. Ia tidak tahu siapa yang menaruhnya.

Hornbuckle mengajak dua polisi ke Ferrari's untuk mengecek. Dari situ diketahui bahwa pukul 17.00, tanggal 21 Januari 1974, Ray Gloves, atas suruhan Harry Charalambeas menitipkan dua tas yang sampai saat ini masih ada. 

"Siapa dia ...?" 

"Harry kenalan saya bertahun-tahun, ia punya kapsalon di Melbourne," jawab Ferrari.

"Dia sering menitipkan barang?" 

"Ah, tidak. Katanya, ia dimintai tolong oleh teman." 

"Siapa?" 

"Ia tidak memberi tahu. Katanya, isinya buku pelajaran anak sekolah yang sedang tur." 

Mereka pergi memeriksa dua tas itu. Isinya masing-masing sekitar 35 kg. Ketika dibuka di dalamnya masing-masing ada enam kotak karton berwarna kelabu. Kotak itu ditutup rapat dengan selotip. Ketika semua kotak dibuka, ternyata isinya uang dolar AS baru pecahan 20 dolar!

 

Terpaksa mengaku

Para detektif membawa temuan itu ke markas besar. Inspektur Kepala L.N. Patterson ditelepon ke rumahnya. Menurut Ferrari, kiriman yang dititipkan kepadanya itu tiba dengan kereta di Stasiun St. Kilda dan dari sana dijemput oleh orang Ferrari. Tempat pengiriman ialah Hawksburn.

Menurut petugas Stasiun Hawksburn, benda itu dibawa ke stasiun oleh seorang pemuda yang senewen tanggal 19. Pemuda itu menandatangani formulir pengiriman dengan nama Ray Groves. 

Dua hari sebelumnya datang ke sana dua orang, seperti keturunan Italia atau mungkin Yunani. Mereka bertanya bagaimana caranya mengirimkan paket berisi buku ke stasiun lain.

Sekelompok detektif lain mendatangi salon milik Harry Charalambeas di Tivoli Arcade, di pusat Kota Melbourne. Di Kapsalon Just Hair itu Charalambeas menyatakan menelepon temannya, Ferrari, tanggal 21 untuk meminta petugasnya menjemput kiriman dari Stasiun St. Kilda. 

Sebelumnya salah seorang karyawannya, Barry Groves, disuruhnya mengirim tas-tas itu ke Hawksburn seperti yang diinstruksikan.

"Siapa yang menginstruksikan?" 

Charalambeas tampak ragu-ragu. 

"Teman saya, John Singer," katanya. Menurut penata rambut itu, dua tiga hari sebelumnya Singer datang menanyakan cara menyimpan tas berisi buku-buku berharga. Ia menasihatkan agar dititipkan di Ferrari saja. 

Sehari atau dua hari kemudian Singer datang minta tolong dijemputkan tas itu untuk dibawa ke Hawksburn dan dikirimkan ke St. Kilda, supaya Ferrari bisa mengambilnya di sana.

"Saya mengirim Groves. Kasihan anak itu. Dia bilang pinggangnya serasa mau patah menenteng barang seberat itu.”

"Di mana Groves mengambil barang itu?"

"Di sebuah rumah di Hawthorn. Kata John, rumah iparnya. John takut buku-buku itu rusak diusik anak-anak kakaknya. Ia memberi saya kunci tempat penitipan dan kunci itu saya serahkan kepada Groves.”

“Apakah Anda atau Singer meminta Groves memalsukan namanya dalam perkara ini?”

"Astaga, tidak! Memang ia memalsukan namanya?" 

Barry Groves dipanggil. Katanya, ia curiga karena isi tas itu berat. Waktu ia buka isinya bukan buku, tetapi dus karton, dan ia memakai nama palsu.

Tas-tas itu diangkut ke Reserve Bank of Australia. Isinya AS $ 1.887.480! Interpol Bern dikabari, begitu pun Paris. Beberapa hari kemudian dua inspektur dari Australia tiba di Zurich, sementara itu seorang agen khusus AS yang bertugas di Honolulu segera terbang ke Melbourne.

Hornbuckle merasa bahwa John Singer termasuk salah seorang pria yang diduga sebagai pria Italia oleh petugas di Hawksburn. Siapa pria yang seorang lagi? Hornbuckle minta bertemu lagi dengan Singer. 

"Bagaimana?" tanya Singer.

"Lumayan. Hampir dua juta." 

Singer bersiul. 

"Anda tidak tahu?" 

"Memang Anda tak menghitungnya dulu sebelum mengirimkannya ke tempat penitipan?"

Singer tertegun. 

"Sebelum saya kirim ke penitipan?" 

Singer terpaksa mengaku juga tetapi ia minta polisi tidak mengusik keluarga kakaknya, sebab mereka tidak tahu-menahu. 

"Milik teman Anda yang bersama-sama pergi ke Hawksburn?" tanya Hornbuckle. Singer kaget. Setelah didesak ia mengaku temannya itu bernama Petros Lyberakis. 

Katanya, mereka pernah bekerja sama dalam bisnis kulit domba dan percetakan. Sekarang Petros bekerja di konsulat Yunani, karena bisnis percetakan mereka habis terbakar.

"Kalian mencetak uang di sana?”

“Tidak. Percetakan itu sudah lama terbakar, mungkin setahun lebih." 

Petros itu pelukis dan pernah belajar desain. 

"Hebat," kata Hornbuckle. "Pernah jadi pengusaha percetakan, pernah belajar desain, seniman, dan pelukis!" 

Singer akhirnya terpaksa mengaku bahwa Petros Lyberakis itu masih punya uang palsu di rumah orang tuanya. Alamat ayah Petros ia tahu.

 

Isinya kulit buku

Polisi mendatangi alamat itu. Sebelumnya keterangan tentang Petros Lyberakis dikumpulkan dulu. Pria berusia 26 tahun itu lahir di Athena, tetapi besar di Australia dan kini mahasiswa tahun keempat di jurusan arsitektur. 

Ia bekerja paruh waktu di konsulat Yunani sebagai penasihat kesejahteraan dan keuangan imigran baru. Ia belum pernah berurusan dengan polisi. Apartemen Lyberakis dan rumah orang tuanya diamati berbareng. 

Hari Minggu itu, pukul 13.00 lewat sedikit, Lyberakis diketahui meninggalkan apartemennya dengan mobil dan pergi ke rumah orang tuanya. Hornbuckle dan dua detektif lain mendatangi rumah itu.

Hornbuckle minta bertemu dengan Petros. Petros segera mengerti, tetapi ayahnya bingung. Mereka segera ke garasi. Di belakang tumpukan majalah dan koran ada koper besar. Petros diminta membukanya. 

Di bawah tumpukan majalah ada dus-dus karton. Polisi menggali lebih dalam. Dari dus yang di bawah, ditemukan lembaran uang dolar AS yang masih baru, pecahan 20 dolar. 

"Petros!" teriak Lyberakis tua dengan terkejut.

Kata Petros, ia tidak tahu ada uang di situ. Katanya, temannya tidak punya tempat di rumah dan menitipkannya kepadanya.

"Siapa teman Anda?" Petros tidak mau memberi tahu. 

"Nicky," jawab ayahnya. Petros mendelik. 

"Siapa itu Nicky?" tanya Hornbuckle. 

"Saya tidak mau kalau disalahkan," kata Lyberakis tua kepada Petros.

Sang ayah kemudian berbicara dengan Hornbuckle. "Dia bilang koper itu dari Nicky, Nicky Kypraios. Petros dan dia…”

"Kami cuma teman," potong putranya. "Dia seorang seniman. Kami sering bekerja sama."

"Petros mau melakukan apa saja untuk Nicky," kata ayahnya. "Ia menolong Nicky dalam semua…”

"Papa berhenti," kata putranya memotong. "Kata Nick, ada pelanggannya meninggalkan koper ini di tempatnya. Karena ia tidak punya tempat, ia minta saya ...."

"Bagaimana sih? Tadi koper ini milik Anda, lalu milik teman Anda, sekarang milik orang lain lagi, yang tidak diketahui siapa."

Diperkirakan isi koper itu AS $ 2 juta atau lebih.

 

Mau menerbitkan majalah

Ini bukan main-main. Siapa itu Nick Kypraios?

Karena Petros tidak mau memberi tahu, ayahnya mengancam akan memberi tahu. Ternyata Nick Kypraios pelukis dan menguasai cetak-mencetak!

Markas besar dihubungi untuk mengangkut uang palsu yang ditemukan. Dua detektif membawa Petros Lyberakis ke apartemennya sendiri untuk menggeledah.

Sementara itu Hornbuckle mengumpulkan keterangan mengenai Kypraios dari ayah Petros. Kypraios baru datang beberapa tahun yang lalu dari Yunani. la dianggap pelukis yang mempunyai harapan besar dan pernah mengadakan pameran sekali di Melbourne. 

Petros yang bekerja sambilan di konsulat, merasa tertarik pada Kypraios dan menolongnya menjualkan sejumlah lukisan.

Kemudian mereka berdua berniat menerbitkan majalah untuk orang Yunani - Australia. Karena Kypraios hampir tidak bisa berbahasa Inggris, Petros-lah yang mengurus semuanya: menyewa gedung, mencari mesin-mesin pencetak, dsb. 

Percetakan mereka itu namanya Icono Graphics. Tetapi entah mengapa, majalah itu tidak pernah muncul.

Dua detektif yang menggeledah apartemen Petros Lyberakis tidak menemukan buku alamat yang memuat nama-nama: Charalambeas, H ... Gilbert, Roger ... Singer.

Dari flat Petros Lyberakis mereka dijemput oleh detektif senior Sersan Trewhitt, untuk pergi bersama-sama Petros ke Percetakan Icono Graphics. Rumah no. 14 di Greenwood Street itu terletak di antara pabrik-pabrik kecil dan gudang. Semua pintunya digembok. Pagar besinya juga.

"Saya sudah bilang, hari Minggu dia tidak ada di percetakannya," kata Petros.

"Di mana rumahnya?" tanya detektif. Dengan enggan Petros menyebutkan alamat yang ternyata tidak jauh dari sana. Ketukan di pintu segera dijawab oleh seorang pria berumur sekitar 30 tahun. Ternyata ia cuma paham bahasa Inggris sedikit. Ia mengerti juga ketika diajak ke Icono Graphics.

Di sana para detektif menemukan ruangan yang bau tinta dan kertas yang berserakan. Di dinding bertumpuk dus karton berwarna kelabu, seperti yang didapati di garasi Lyberakis dan di tas yang dititipkan di Ferrari's. Para ahli forensik masuk dan Trewhitt menanyakan kepada Kypraios, "Di mana peralatan cetak Anda?"

"Sudah diambil kembali," jawab Petros Lyberakis mewakili. 

"Kapan? Oleh siapa?" 

"Kemarin, oleh pemiliknya."

"Siapa mereka?" 

"Seligson and Clare di Bou-verie Street, Carlton." 

Katanya, karena Nick tidak bisa memenuhi pembayaran, penjual mengambil kembali mesin cetak itu. Padahal setelah dihitung uang palsu pecahan 20 dolaran yang ditemukan di tempat Kypraios itu jumlahnya AS $ 4.134.940.

Lyberakis dan Kypraios ditahan. Berapa uang kertas palsu yang mereka cetak? Yang sudah diperoleh polisi jumlahnya AS $ 4.235.020.

Seligson and Clare sama sekali tidak menyangka mesin yang diambil kembali oleh mereka itu dipakai mencetak uang palsu. Polisi diperbolehkan memeriksanya. Kebetulan belum dibersihkan jelas tampak bekas pencetak uang palsu 20 dolaran, namun pelatnya yang dipakai mencetak uang itu sudah tidak ada.

 

Reklame harus menantang

Kypraios diperiksa dengan bantuan seorang penerjemah. Orang Yunani itu diperlakukan dengan simpatik, sebab kentara betul ia cemas dan menyesal tanpa dibuat-buat.

Kypraios mengaku memiliki percetakan kecil ketika masih di negerinya. Ia juga pelukis yang sudah berpameran berkali-kali di Athena dan tempat-tempat lain di Yunani. Tahun 1971 lukisannya sudah sampai di AS. 

Namun, keadaan politik merugikan sumber nafkahnya, yaitu percetakan, sehingga ketika mendengar kesempatan terbuka untuk mencari penghidupan yang lebih baik di Australia, ia membawa istri dan anaknya ke negara Kanguru itu bulan Maret 1972.

Akhir tahun itu ia mendengar dari temannya bahwa Petros bisa menjualkan lukisan. Petros kemudian datang ke rumahnya bersama seorang pemahat Italia dan seorang Australia, John Singer. Petros terkesan oleh sekitar 60 lukisan yang diperlihatkan Kypraios dan berjanji mencarikan pembeli dengan komisi 25%. 

Awal 1973 Petros membujuk Kypraios agar meninggalkan kerja tetapnya dan bekerja sama dengannya menerbitkan majalah bagi masyarakat Yunani di Australia. Petros yang mencarikan tempat di 14 Greenwood Street dan mengurus segalanya. Namun, usaha itu macet karena tidak ada modalnya, sedangkan Kypraios sudah telanjur berhenti bekerja.

Karena simpanan Kypraios makin menyusut, istri dan anaknya dikirim kembali ke Yunani.

Saat itulah Petros memberi tahu bahwa mereka mendapat cukong untuk membuat majalah. la kenal banyak orang berduit, antara lain pengusaha pabrik pakaian. Mereka mencari mesin. Sumbangan dari cukong dimasukkan ke bank atas nama Kypraios dan Kypraios yang menandatangani pembelian macam-macam.

Kata Petros, reklame mereka harus mampu menarik perhatian orang. Ia berniat membuat selebaran yang bentuk dan rupanya mirip sekali uang, tapi cuma salah satu sisinya saja yang dicetak. Sisi lainnya berupa iklan dari produk mereka.

"Kata Petros, kalau orang melihat uang tergeletak, mereka pasti akan memungutnya, dan kalau uang itu dibalik, mereka akan membaca iklan kami," cerita Kypraios lewat penerjemah.

Selebaran berbentuk uang itu akan meniru dolar AS, sebab kalau dolar Australia mereka bisa berurusan dengan yang berwajib. Kemudian Petros datang membawa John Singer, yang menunjukkan lima lembar uang Amerika pecahan 20 dolaran yang masih baru. 

Ini untuk pertama kalinya Kypraios melihat dolar AS. la merasa sanggup membuat seperti yang diminta, asal boleh mengadakan percobaan dulu.

Ketika hasilnya bagus, Petros dan Singer membujuk Kypraios untuk membuat uang palsu. Kypraios tidak mau, tetapi Petros mendesaknya. Akhirnya, Kypraios menyerah juga.

 

Sisanya di mana?

Ia membuat uang palsu sebanyak 74 dus atau AS $ 12 juta! Para detektif kaget. Yang ditemukan baru kira-kira sepertiganya. Mana yang dua pertiga lagi?

Ketika ditanya lebih lanjut, Kypraios menyatakan bahwa yang menyediakan dus itu ialah Petros. Yang memasukkan uang ke dus itu ia sendiri dibantu oleh Singer. Sejak itu (pertengahan November) ia tidak pernah melihat Singer lagi.

Kemudian Petros memperlihatkan surat dari Seligson and Clare kepadanya yang menyatakan mereka akan mengambil kembali mesin-mesin, karena dana yang mereka peroleh dari seseorang bernama Charlie katanya sudah habis, sehingga mereka tidak bisa melunasi pembayaran mesin-mesin itu. Kypraios tentu saja bertambah risau. 

"Anda pernah melihat Charlie?" tanya detektif.

"Ya. Ia datang beberapa kali ke percetakan. Orangnya sangat gemuk, umurnya sekitar 40-an. Ia mengendarai mobil besar berwarna hijau. Saya ingat pelatnya bertuliskan LBJ. Sama seperti inisial mantan presidan Amerika." 

"Anda tahu nama belakang Charlie?" 

"Zukas, kira-kira seperti itu." 

"Anda pernah berkata bahwa seorang pengusaha pakaian mungkin juga salah seorang cukong yang membiayai usaha Anda ketika bermaksud mendirikan majalah. Anda tahu dia?" 

"Yang saya tahu, ia teman keluarga Petros. Saya tidak pernah bertemu dengannya. Ia orang Yunani juga. Kalau tidak salah namanya Pappas." 

"Kini tentang pelat untuk mencetak uang. Apa pelat itu masih ada di mesin?" 

"Tidak, sudah diambil Petros." 

"Kapan? Dikemanakan pelat-pelat itu?" 

"Beberapa tahun yang lalu. Mungkin untuk dimusnahkan." Seperti Petros Lyberakis, Kypraios pun ditahan secara resmi. 

Sekarang yang berwajib berniat melacak sisa uang yang belum ditemukan. Apakah uang itu masih ada di Australia atau sudah dibawa ke luar negeri?

 

Ternyata anak jutawan 

Polisi mencari Charlie Zukas. Ternyata orang yang memenuhi gambaran yang diberikan oleh Kypraios ialah Charlie Zuker, pemilik mobil sedan hijau besar yang pelat nomornya bertuliskan LBJ. Ia seorang eksekutif bisnis berumur 45 tahun. Ia tidak pernah tercatat melakukan kejahatan. 

Dari buku alamat yang dijumpai di flat Petros Lyberakis, ditemui nama Zuker, C. dan nomor telepon, tetapi bukan nomor yang terdapat di buku telepon resmi. 

Polisi juga menemukan nama Pappas, K. beralamat di Brunswick di buku alamat itu. Detektif Rex Hornbuckle menelepon ayah Petros. Michalis Lyberakis selalu bersedia membantu polisi, karena ia ingin meringankan kesalahan anaknya.

Ia tidak kenal Charlie Zuker, tetapi Jack Pappas teman baiknya. Pappas mengusahakan pabrik piama. Pappas itu nama aslinya Kyiakos Papadimitripoulos, terlalu sulit untuk diucapkan lidah Australia, jadi ia ganti nama menjadi Jack Pappas. 

"Mustahil Jack membantu putra saya berbuat jahat?" tanya Lyberakis tidak berdaya.

Rumah Zuker diketahui seperti istana. Maklum ia jutawan. Ia juga dermawan, sering memberi sumbangan pada seniman dan mempunyai galeri: Bartoni International Gallery. 

Ia memiliki pula teater dan koleksi prangko yang nilainya ditaksir di atas seperempat juta dolar. Selain pengusaha bangunan dan pemilik pabrik kulit, ia juga menjadi direktur pelbagai perusahaan.

Jack Pappas juga cukup kaya. Ia datang dari Yunani pada umur 25 tahun dan mulai mencari nafkah dengan membuka toko pakaian. Kini ia pengusaha pabrik pakaian yang makmur.

Menurut Singer, gagasan membuat uang palsu dari Petros yaitu pada pertengahan tahun 1973. Cuma modalnya tidak ada. Singer tidak punya uang kontan untuk membiayainya. Jadi, Singer menyarankan Alan Wray. Wray berminat. 

la menjual cincin intan yang diperolehnya di Afrika Selatan dan memberi 5.500 dolar kepada Singer untuk diserahkan kepada Petros.

Kemudian Singer memperkenalkan Charlie kepada Petros, tetapi katanya, Petros sendiri yang minta modal kepada Charlie untuk membuat majalah. Ketika tahu Petros membuat uang palsu, Charlie malah memberi modal lebih banyak lagi!

Pappas, menurut Singer, memberi modal pula ketika Petros menyatakan ingin membuat majalah untuk masyarakat Yunani di Australia.

Singer dilepas lagi, karena polisi merasa masih perlu bantuannya.

 

Hanya satu sidik jari ditemukan

Sementara itu Hornbuckle menerima telepon dari ayah Petros. Kata Michalis Lyberakis, ia menanyakan kepada Pappas, perihal yang diberikan Pappas kepada putranya untuk bisnis percetakan. Pappas bilang, sebetulnya ia tidak berminat menanam modal pada usaha percetakan, tetapi demi anak teman baiknya ia mau memberi modal. 

"Ke mana saja anak itu?" tanya Pappas kepada Lyberkis. "Sudah lama saya tidak mendengar tentang bisnisnya. Ia tidak pernah menghubungi saya sejak menitipkan dua peti majalah, entah di pabrik saya sebelum Natal. Suruh dia ambil. Saya perlu tempat untuk barang lain."

Begitu mendengar laporan Michalis Lyberakis itu, Hornbuckle menyuruh orang-orangnya mendatangi Pappas. Dalam dua peti itu (Pappas tak punya kuncinya) ditemukan 39 dus berisi uang kertas pecahan 20 dolar AS sejumlah AS $ 6.075.840! 

Dua dus itu isinya tidak utuh. Kurangnya kira-kira AS $ 200.000. Yang AS $ 100.000 lagi entah ke mana. Pappas terbengong-bengong dan merasa dikhianati Petros.

Rumah Zuker pun tentu saja didatangi. Zuker pura-pura tenang. Ia menyangkal, tetapi polisi mengajaknya menyaksikan mereka menggeledah salah sebuah lemari besi Zuker yang paling besar di bank, yaitu yang terdapat di Australia and New Zealand Bank Corporation (ANZ). 

Ditemani manajer bank dan para detektif, Zuker diminta membuka kotak-kotak yang ada di dalam lemari besi itu. Tidak ada apa-apa. Tetapi masih ada dua koper kecil di sudut, yang memakai monogram CZ. Ketika diminta membuka juga koper itu wajah Zuker berubah.

"Itu titipan teman," katanya. 

"Teman yang inisialnya CZ juga?" tanya polisi. 

Isi kedua koper itu 9 dus uang kertas 20 dolaran, jumlahnya AS $ 1.456.980. Jadi, jumlah uang palsu yang sudah ditemukan di Melbourne AS $ 11.667.760. 

Menurut Zuker, 9 dus itu diberikan kepadanya oleh Petros menjelang Natal.

Temuan-temuan itu lantas diberitahukan kepada Interpol. Sementara itu di Melbourne para detektif mendesak Singer lagi. Singer mengaku tidak tahu di mana pelat-pelat bekas mencetak uang.

"Tanya saja Petros. Dia yang merencanakan segalanya," katanya. 

"Lucu. Petros bilang tanya saja Anda," kata polisi.

Akhirnya, Singer mengaku membantu Petros menyemen pelat-pelat itu. Lalu membawanya ke jembatan di Sungai Yarra dan mencemplungkannya. Siapa tahu nanti bisa diangkat lagi untuk dipakai kembali ....

Tanggal 13 Februari 1974, suatu tim penyelam dari SAR berhasil mengangkat lempengan beton dari Sungai Yarra. Ketika semennya dipecahkan di laboratorium forensik, ditemukan 48 pelat. 

Para ahli dari Reserve Bank mencocokkan pelat itu dengan uang palsu 20 dolaran buatan Kypraios. Sidik jari dicari juga. Tidak ada. Hanya pada satu pelat ditemukan sidik jari Nick Kypraios

Kemudian diketahui John Singer pernah mengirimkan paket kepada temannya, Veera Thong Thang, di Bangkok, Thailand. Temannya menerima kiriman itu bulan Januari 1974. 

Singer didesak lagi. Seorang detektif membawanya ke Bangkok, dari Veera mereka memperoleh AS $ 131.740. Jadi dari AS $ 12 juta, yang belum ditemukan hanya beberapa lembar lagi.

Alan Wray dan Roger Gilbert diadili di Zürich pada bulan September 1974. Jadi, kira-kira 9 bulan setelah tertangkap. Keduanya dinyatakan bersalah. Gilbert dijatuhi hukuman 14 bulan penjara, Wray 18 bulan. Keduanya kemudian harus meninggalkan Swiss dan tidak boleh kembali selama 10 tahun.

Di Melbourne, 14 bulan setelah ditahan, Charlie Zuker, Jack Pappas, Nick Kypraios, dan Petros Lyberakis diminta muncul bersama di pengadilan tanggal 7 April 1975. Ternyata Petros Lyberakis sudah kabur dua minggu sebelumnya. Interpol di seluruh dunia dikabari supaya siaga.

Charles Zuker menyewa dua pengacara untuk melakukan pengejaran pribadi terhadap Petros.

Charlie Zuker dinyatakan bersalah, karena terlibat pencetakan dan pengedaran uang palsu dengan maksud menipu. la dijatuhi hukuman lima tahun penjara.

Jack Pappas dibebaskan. Nick Kypraios terbukti bersalah mencetak uang dengan maksud menipu. Untuk dua kesalahan itu masing-masing ia menerima hukuman tiga tahun penjara. 

John Singer, informan polisi, tidak diadili. Petros Lyberakis, tetap tercantum namanya dalam arsip Interpol sebagai orang yang harus dicari secara aktif.

(Edward Keyes)

" ["url"]=> string(65) "https://plus.intisari.grid.id/read/553304478/ternyata-dolar-palsu" } ["sort"]=> array(1) { [0]=> int(1654265346000) } } }