Kembali ke Intisari News
January 28, 2022
Ekor Pembunuhan Nona Kwitang
Pembunuhan gadis pribumi menguak misteri terbunuhnya seorang gadis indo.
Pembunuhan gadis pribumi menguak misteri terbunuhnya seorang gadis indo. (Intisari Plus)
Penulis Intisari Plus
Editor Ade S

Intisari PlusPada hari Sabtu pagi, 14 November 1914, penjaga Tanah Pekuburan Cina Kramat Sentiong di Betawi memulai hari kerjanya dengan suatu kejutan yang sangat tidak nyaman. Orang yang sudah berhubungan dengan kematian sempat dibuat kaget bukan kepalang ketika pada pagi itu menemukan sesosok mayat setengah bersandar pada busut berumput suatu kuburan.

Mayat itu mayat seorang wanita tak dikenal. Sekilas lintas saja sudah cukup jelas bahwa tubuh itu korban kejahatan, karena pada satu sisi lehernya terdapat luka karena benda tajam.

Pembunuhnya rupanya hendak menghapus segala jejak identitasnya, karena ia mencopoti seluruh pakaian maupun perhiasannya. Mayat itu telah kaku, sehingga dapat diperkirakan bahwa telah tergeletak di tempat itu sejak malam sebelumnya.

Bisa dibayangkan bahwa tanah pekuburan tersebut pada masa itu merupakan tanah yang cukup luas, tempat yang seram dengan rerumputan liar, semak-semak, dan pohon-pohon besar. Jalan yang dulunya bernama Gang Sentiong, yang berakhir pada jalan lintasan kereta api, menjadi jalan rintisan yang berlumpur menuju ke tempat pemakaman.

Dapat pula dibayangkan betapa seramnya tempat itu di malam hari, gelap gulita, jauh dari perkampungan, hanya diramaikan oleh suara serangga dan teriakan burung malam yang mendirikan bulu roma seperti burung hantu dan culik-culik.

Setelah mendapat laporan, yang berwajib segera mengadakan pemeriksaan setempat, lalu membawa mayat wanita yang malang itu ke Stadsverband, rumah sakit umum yang kini kita kenal dengan nama RSCM.

Kemudian mayat korban dibawa ke Mangga Dua untuk dimakamkan di sana.

 

Jangan biarkan penasaranmu tergantung.
Akses tanpa batas dengan Intisari Plus.