Kembali ke Intisari News
March 03, 2022
Cina-Madura, Sudah Enam Generasi Jadi Muslim
Berdasarkan catatan sejarah, kehadiran etnis Cina di Pulau Madura sudah terjadi sejak berabad-abad lalu.
Berdasarkan catatan sejarah, kehadiran etnis Cina di Pulau Madura sudah terjadi sejak berabad-abad lalu. (Intisari Plus)
Penulis Intisari Plus
Editor Ade S

Intisari Plus - 

Sumenep terletak di bagian timur Pulau Madura, Provinsi Jawa Timur. Ia menjadi kota salah satu kota tua yang telah berdiri sejak abad 13. Toponimi Sumenep pun bervariasi, mulai dari kisah Songenneb yang dipercaya tercantum dalam kitab Pararaton,  sampai pembahasan toponimi Sumenep mulai dari Poerwaredja, Soemekar, hingga Sumenep versi J.Hageman. 

------------------

Dalam Bijdragen to de kennis van Residentie Madura (1858) yang terbit dalam Tijdschrift voor Nederlandshe Indie, J. Hageman menyebutkan bahwa sejak Tirta Negara berkuasa menggantikan Tjakranegara II pada tahun 1751, kata Sumenep digunakan secara resmi sebagai arti “air yang menetap mengendap” – bezonke water

Saat ini, Sumenep terkenal dengan julukan kota batik, kota ukir, bahkan yang terbaru adalah kota keris. Di kota tua ini terdapat dua bangunan ikonik berarsitektur paduan, perpaduan langgam Jawa, Arab, Cina, dan Eropa – Masjid Jami dan Keraton Sumenep

Masjid Jami (1779-1787) dan Keraton Sumenep (1781) dibangun oleh Panembahan Sumala (Sumolo). Pada masa sebelumnya, Tirta Negara dan istrinya (Gusti Raden Ayu Rasmana) telah membangun Keraton Dhalem atau Kerato Pajagalan pada mulai tahun 1751-1762. 

Panembahan Sumala dikisahkan menunjuk seorang arsitek dari bangsa Cina, yang dikenal oleh masyarakat setempat dengan nama Lauw Piango untuk merancang desain masjid dan keraton Sumenep. Karya  sang arsitek masih dapat Anda lihat saat ini! Para penjaga Masjid Jami dan Keraton secara turun temurun mengetahui tentang sang arsitek. Mereka juga menyebutkan, Lauw Piango dimakamkan di komplek pemakaman Cina yang terletak di desa Pangarangan. 

Safiudin (56) adalah juru kunci makam yang mewarisi jabatannya dari sang ayah. Tak banyak informasi yang bisa ia sampaikan mengenai makam arsitek yang konon datang ke Sumenep pada tahun 1740 pasca peristiwa “Chineesche Moord” pembunuhan orang-orang Cina di Batavia itu. 

Jangan biarkan penasaranmu tergantung.
Akses tanpa batas dengan Intisari Plus.