Intisari Plus - Eva ditemukan tewas mengenaskan di sebuah kamar hotel. Kasusnya membuat polisi pusing tujuh keliling, karena pelaku mengaku melakukannya sambil tidur.

-------------------

Tidur, seks, dan pembunuhan. Tiga kata itu kayak-nya tak berhubungan.Tapi ketika Stephen Reitz mengaku dalam keadaan tidur (dia memang punya “penyakit” suka berjalan saat tidur) saat menghabisi nyawa Eva Weinfurtner (yang ironisnya baru saja memberi Reitz kenikmatan dunia), banyak orang tercengang. Jika terbukti “tertidur”, Reitz bisa lolos dari hukuman. 

Pulau St. Catalina, tak jauh dari Los Angeles, Amerika Serikat, sejatinya tempat yang indah untuk indehoi dan bercengkerama dengan pasangan. Bagi banyak sejoli, Catalina juga tempat yang sempurna untuk masuk ke alam mimpi, melarikan diri dari kenyataan hidup yang sebenarnya. Di pulau itulah, Eva yang berusia 42 tapi masih tampak cantik dan menarik, kerap menghabiskan waktu bersama Reitz yang berusia jauh lebih muda, 25 tahun.

“Dia masih muda, baik, dan tampan, Lannelle,” Eva berpromosi bak orang mabuk, mabuk kepayang. Kimia cinta benar-benar meracuni perempuan yang sedang pisah ranjang dengan suaminya itu.

Lannelle Piro, keponakan Eva pun yakin, Reitz tergila-gila pada bibinya. Lannelle memang sangat mengagumi Eva. “Bibi tipe perempuan yang tak pernah merasa tua. Di usia paruh baya, ia tetap wara-wiri bak gadis berumur 22. Hidupnya lepas tanpa beban, lebih suka memikirkan dan melakukan hal-hal menyenangkan, dan selalu ceria di depan teman-teman. Ia juga mudah akrab dengan siapa pun, makanya banyak pria jatuh cinta, persisnya ‘gede rasa’.”

Walaupun Lannelle menganggap hubungan Eva dengan Reitz “aneh”, bibinya itu tetap cuek. Mantan pramugari itu melihat tak ada yang salah dalam hubungannya dengan Reitz, nelayan bayaran yang kerap nyambi job serabutan di luar menangkap ikan.