Kembali ke Intisari News
September 05, 2022
DNA Tak Pernah Berdusta
DNA Tak Pernah Berdusta
DNA Tak Pernah Berdusta (National Cancer Institute)
Penulis Intisari Plus
Editor Ade S

Intisari Plus - Di bulan April, polisi menerima laporan soal pembunuhan seekor anjing. Beberapa saat berselang, korban pun bertambah. Kali ini juga kucing dan manusia.

-------------------

Suatu hari di bulan April 1993, Royce Gothar, polisi kota Telico, Ellis County, Texas, Amerika, menerima laporan dari seorang perempuan muda bernama Anita Mendoza. Ia melaporkan sebuah pembunuhan. Korbannya bukan manusia tapi anjing piaraannya. Mendoza mengaku tidak punya bukti anjingnya tewas. Ia hanya mengatakan, anjingnya tewas sehari sebelumnya. Pada saat yang sama ia menemukan bercak darah dan sejumput rambut anjing di mobilnya. 

Sepertinya bercak darah dan rambut itu sengaja ditinggalkan oleh si pembunuh untuk memberi pesan kepada Mendoza karena disertai sebuah coretan tangan bertuliskan, "Inilah caraku menjadi laki-laki." Entah apa maksud surat itu. Pemeriksaan polisi membuktikan bahwa bercak darah dan rambut itu memang berasal dari anjing. Tapi polisi tidak memperoleh petunjuk apa-apa selain itu. Mendoza pun tak bisa memberi informasi apa-apa kepada polisi. 

Karena tak ada kemajuan berarti, polisi menghentikan penyelidikan.

 

Dari hewan ke perempuan

Tapi sebulan setelah laporan itu, polisi kembali menerima laporan tentang pembunuhan, lagi-lagi korbannya seekor hewan. Kali ini seekor kucing piaraan perempuan lain. Modusnya pun mirip dengan pembunuhan anjing milik Mendoza. Pembunuh meninggalkan bercak darah dan sejumput rambut di dalam mobil pemilik kucing itu. Tak lupa, sebuah coretan tangan bertuliskan, "Jika nanti Anda membaca berita tentang pembunuh berantai di koran, akulah orangnya!"

Jangan biarkan penasaranmu tergantung.
Akses tanpa batas dengan Intisari Plus.